Mohammad Natsir: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
(43 revisi perantara oleh 28 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{arti lain|Untuk menteri pada [[Kabinet Kerja]], lihat [[Mohamad Nasir]]}}
 
{{Infobox Officeholder
|name = Mohammad Natsir
|image = Mohammad Natsir, Pekan Buku Indonesia 1954, p2441950s.jpg
|image_size =
|office = Perdana Menteri Indonesia
Baris 14 ⟶ 13:
|office2 = Menteri Penerangan Indonesia
|order2 = ke-2
|term_start2 = [[12 Maret]] [[1946]]
|term_end2 = [[26 Juni]] [[1947]]
|president2 = [[Soekarno]]
|predecessor2 = [[Amir Sjarifuddin]]
|successor2 = [[Setiadi Reksoprodjo]]
|term_start3 = [[29 Januari]] [[1948]]
|term_end3 = [[4 Agustus]] [[1949]]
|president3 = [[Soekarno]]
|predecessor3 = [[Sjahbudin Latif]]
|successor3 = [[Syafruddin Prawiranegara]]
|birth_date = {{birth date|1908|7|17}}
|birth_place = {{flagicon|Belanda}} [[Alahan Panjang, Lembah Gumanti, Solok|Alahan Panjang]], [[SumatraLembah BaratGumanti, Solok|Lembah Gumanti]], [[Kabupaten Solok|Solok]], [[Hindia Belanda]]
|death_date = {{death date and age|1993|2|6|1908|7|17}}
|death_place = {{flagicon|Indonesia}} [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]], [[Indonesia]]
|nationality = [[Indonesia]]
|party = {{Parpolicon|Masyumi}} ([[Partai Masyumi (1945)|Masyumi]] )
|spouse = {{marriage|Nurnahar|1934|1991|reason=died}}
|children = <!-- Kolom ini diisi hanya jumlah anak; hanya nama anak yang secara independen sudah terkenal atau telah memiliki artikelnya di Wikipedia; bila ada rujukan/referensi, uraikan pada artikel -->6
|children =
|profession = [[Politikus]]
|signature =
}}
 
'''Dr. (H.C.) H. Mohammad Natsir''' ({{lahirmati|[[Alahan Panjang, Lembah Gumanti, Solok|Alahan Panjang]], [[Lembah Gumanti, Solok|Lembah Gumanti]], [[kabupatenKabupaten Solok]], [[Sumatra Barat|Solok]]|17|7|1908|[[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]]|6|2|1993}}) adalah seorang ulama, politikus, dan pejuang kemerdekaan [[Indonesia]]. Ia merupakan pendiri sekaligus pemimpin partai politik [[Masyumi]], dan tokoh [[Islam]] terkemuka Indonesia. Di dalam negeri, ia pernah menjabat menteri dan [[Perdana Menteri Indonesia]], sedangkan di kancah internasional, ia pernah menjabat sebagai presiden [[Liga Muslim Dunia]] (''World Muslim League'') dan ketua Dewan Masjid se-Dunia.
 
Natsir lahir dan dibesarkan di [[Kabupaten Solok|Solok]], sebelum akhirnya pindah ke [[Bandung]] untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang [[Sekolah menengah atas|SMA]] dan kemudian mempelajari ilmu Islam secara luas di [[perguruan tinggi]]. Ia terjun ke dunia politik pada pertengahan 1930-an dengan bergabung di partai politik [[Islam|berideologi Islam]]. Pada 5 September 1950, ia diangkat sebagai Perdana Menteri Indonesia kelima. Setelah mengundurkan diri dari jabatannya pada tanggal 26 April 1951 karena berselisih paham dengan Presiden [[Soekarno]], ia semakin vokal menyuarakan pentingnya peranan [[Islam di Indonesia]]. hinggaNatsir membuatnyakemudian dipenjarakanterlibat olehpemberontakan Soekarno[[PRRI]], yang membuatnya sempat dipenjara. Setelah dibebaskan pada tahun 1966, Natsir terus mengkritisi pemerintah yang saat itu telah dipimpin [[Soeharto]] hingga membuatnya dicekal.
 
Natsir banyak menulis tentang pemikiran Islam. Ia aktif menulis di majalah-majalah Islam setelah karya tulis pertamanya diterbitkan pada tahun 1929; hingga akhir hayatnya ia telah menulis sekitar 45 buku dan ratusan karya tulis lain. Ia memandang Islam sebagai bagian tak terpisahkan dari [[budaya Indonesia]]. Ia mengaku kecewa dengan perlakuan pemerintahan Soekarno dan Soeharto terhadap Islam. Selama hidupnya, ia dianugerahi tiga gelar doktor [[honoris causa]], satu dari [[Lebanon]] dan dua dari [[Malaysia]]. Pada tanggal [[10 November]] [[2008]], Natsir dinyatakan sebagai [[pahlawan nasional Indonesia]]. Natsir dikenal sebagai menteri yang "tak punya baju bagus, jasnya bertambal. Dia dikenang sebagai menteri yang tak punya rumah dan menolak diberi hadiah mobil mewah."
Baris 45 ⟶ 44:
[[Berkas:Rumah Kelahiran Natsir.jpg|275px|jmpl|Rumah kelahiran Mohammad Natsir]]
 
Mohammad Natsir dilahirkan di [[Alahan Panjang, Lembah Gumanti, Solok|Alahan Panjang]], [[Lembah Gumanti, Solok|Lembah Gumanti]], [[Kabupaten Solok]], [[Sumatra Barat|Solok]] pada 17 Juli 1908 dari pasangan Mohammad Idris Sutan Saripado dan Khadijah.{{sfn|Lukman Hakiem|2019|pp=6}}{{sfn|Ma'mur|1995|p=29}}<ref name="ReferenceA">{{harvnb|Luth|1999|pp=21{{spaced ndash}}23}}</ref> Pada masa kecilnya, Natsir sekeluarga hidup di rumah Sutan Rajo Ameh, seorang saudagar kopi yang terkenal di sana. Oleh pemiliknya, rumah itu dibelah menjadi kedua bagian: pemilik rumah beserta keluarga tinggal di bagian kiri dan Mohammad Idris Sutan Saripado tinggal di sebelah kanannya.{{sfn|Shahab|2008|pp=9{{spaced ndash}}15}} Ia memiliki 3 orang saudara kandung, masing-masing bernama Yukinan, Rubiah, dan YohanusunJohanizoen. Jabatan terakhir ayahnya adalah sebagai pegawai pemerintahan di Alahan Panjang, sedangkan kakeknya merupakan seorang ulama. Ia kelak menjadi pemangku adat untuk kaumnya yang berasal dari [[Maninjau, Tanjung Raya, Agam|Maninjau]], [[Tanjung Raya, Agam|Tanjung Raya]], [[kabupaten Agam|Agam]] dengan [[Daftar gelar Datuk|gelar]] ''Datuk Sinaro nan Panjang''.{{sfn|Adam|2009|pp=72-76}}
 
Natsir mulai mengenyam pendidikan di [[Schakelschool|Sekolah Rakyat]] Maninjau selama dua tahun hingga kelas dua, kemudian pindah ke ''[[Hollandsch-Inlandsche School]]'' (HIS) [[Madrasah Adabiyah|Adabiyah]] di [[Kota Padang|Padang]].{{sfn|Lukman Hakiem|2019|pp=7}}{{sfn|Shahab|2008|pp=9{{spaced ndash}}15}} Setelah beberapa bulan, ia pindah lagi ke [[Solok]] dan dititipkan di rumah saudagar yang bernama Haji Musa.{{sfn|Lukman Hakiem|2019|pp=8}} Selain belajar di HIS di Solok pada siang hari, ia juga belajar ilmu agama [[Islam]] di Madrasah Diniyah pada malam hari.{{sfn|Lukman Hakiem|2019|pp=9}}{{sfn|Ma'mur|1995|p=29}}<ref name="ReferenceA"/> Tiga tahun kemudian, ia kembali pindah ke HIS di Padang bersama kakaknya. Pada tahun 1923, ia melanjutkan pendidikannya di ''[[Meer Uitgebreid Lager Onderwijs]]'' (MULO) lalu ikut bergabung dengan perhimpunan-perhimpunan pemuda seperti ''Pandu Nationale Islamietische Pavinderij'' dan ''[[Jong Islamieten Bond]]''.{{sfn|Lukman Hakiem|2019|pp=11{{spaced ndash}}12}}<ref name="ReferenceA"/><ref name="ReferenceB">{{harvnb|Dzulfikriddin|2010|pp=19{{spaced ndash}}20}}</ref> Setelah lulus dari MULO, ia pindah ke [[Bandung]] untuk belajar di ''[[Algemeene Middelbare School]]'' (AMS) hingga tamat pada tahun 1930.<ref name="ReferenceA"/><ref name="ReferenceB"/> Dari tahun 1928 sampai 1932, ia menjadi ketua ''Jong Islamieten Bond'' (JIB) Bandung.<ref name="ReferenceC">{{harvnb|Luth|1999|pp=23{{spaced ndash}}24}}</ref> Ia juga menjadi pengajar setelah memperoleh pelatihan guru selama dua tahun di [[perguruan tinggi]]. Ia yang telah mendapatkan pendidikan [[Islam di SumatraSumatera Barat]] sebelumnya juga memperdalam ilmu agamanya di Bandung, termasuk dalam bidang [[Tafsir al-Qur'an|tafsir Al-Qur'an]], [[hukum Islam]], dan [[dialektika]].{{sfn|Lukman Hakiem|2019|pp=13{{spaced ndash}}14}} Kemudian pada tahun [[1932]], Natsir berguru pada [[Ahmad Hassan]], yang kelak menjadi tokoh organisasi Islam [[Persatuan Islam]].{{sfn|Lukman Hakiem|2019|pp=22{{spaced ndash}}25}}{{sfn|Ma'mur|1995|pp=30{{spaced ndash}}31}}
 
Pada 20 Oktober 1934, Natsir menikah dengan Nurnahar di Bandung.{{sfn|Lukman Hakiem|2019|pp=49{{spaced ndash}}50}}<ref name="luth27"/> Dari pernikahan tersebut, Natsir dikaruniai enam anak.{{sfn|Lukman Hakiem|2019|pp=54{{spaced ndash}}55}}{{sfn|Ma'mur|1995|p=30}} Natsir juga diketahui menguasai berbagai bahasa, seperti [[Bahasa Inggris|Inggris]], [[Bahasa Belanda|Belanda]], [[Bahasa Prancis|Prancis]], [[Bahasa Jerman|Jerman]], [[Bahasa Arab|Arab]], dan [[Bahasa Esperanto|Esperanto]].{{sfn|Ma'mur|1995|p=30}} Natsir juga memiliki kesamaan hobi dan memiliki kedekatan dengan [[Douwes Dekker]], yakni bermain musik. Natsir suka memainkan [[biola]] dan Dekker suka bermain [[gitar]]. Mohammad Natsir juga sering berbicara dengandalam [[Bahasabahasa Belanda]] dengan Dekker dan sering membicarakan [[musik]] sekelasklasik [[Ludwig van Beethoven]] dan noveltulisan sekelaskarya [[Boris Leonidovich Pasternak]], novelis kenamaan [[Rusia]] pada masa itu. Kedekatannya dengan Dekker, menyebabkan Dekker mau masuk [[Masyumi]]. Ide-ide Natsir dengan Dekker tentang perjuangan, [[demokrasi]], dan keadilan memangdinilai sejalansehaluan dengan Natsir.{{sfn|Setiadi dkk.|2012|pp=150-151}}
 
Ia meninggal pada 6 Februari 1993 di [[Jakarta]], dan dimakamkan sehari kemudian.<ref name="luth27"/>
 
== Karier ==
[[BerkasFile:Natsir Harian Umum 26 October 19501948.jpg|jmpl|175px|ka|Mohammad Natsir (19501948)]]
[[Berkas:Indonesia Natsir Cabinet.jpg|jmpl|250px|kiri|Menteri-menteri dari [[Kabinet Natsir]] dengan Presiden [[Soekarno]] dan Wakil Presiden [[Mohammad Hatta]]]]
Natsir banyak bergaul dengan pemikir-pemikir Islam, seperti [[Agus Salim]]; selama pertengahan 1930-an, ia dan Salim terus bertukar pikiran tentang hubungan Islam dan negara demi masa depandalam [[pemerintahan Indonesia]] di masa depan yang dipimpin [[Soekarno]].{{sfn|Lukman Hakiem|2019|pp=29{{spaced ndash}}30}}{{sfn|Ma'mur|1995|p=33}}{{sfn|Ma'mur|1995|p=34}} Pada tahun 1938, ia bergabung dengan Partai Islam Indonesia, dan diangkat sebagai pimpinan untuk cabang [[Bandung]] dari tahun 1940 sampai 1942.{{sfn|Ma'mur|1995|p=34}}<ref name="ReferenceC"/> Ia juga bekerja sebagai Kepala Biro Pendidikan Bandung sampai tahun 1945. Selama [[Pendudukan Jepang di Indonesia|masa pendudukan Jepang]], ia bergabung dengan Majelis Islam A'la Indonesia (lalu berubah menjadi [[Majelis Syuro Muslimin Indonesia]] atau Masyumi), dan diangkat sebagai salah satu ketua dari tahun 1945 sampaihingga ketikadibubarkannya Masyumi dan [[Partai Sosialis Indonesia]] dibubarkan oleh Presiden Soekarno pada tahun 1960.<ref name="ReferenceC"/>{{sfn|Ma'mur|1995|p=34}}{{sfn|Noer|2012|p=155}}
 
[[Berkas:Indonesia Natsir Cabinet.jpg|jmpl|250px|kiri|Menteri-menteri dari [[Kabinet Natsir]] dengan Presiden [[Soekarno]] dan Wakil Presiden [[Mohammad Hatta]]]]
Setelah [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia]], ia menjadi anggota [[Komite Nasional Indonesia Pusat]]. Sebelum menjadi [[Perdana Menteri]], ia menjabat sebagai menteri penerangan.{{sfn|Fadillah 2013, Mengenang M Natsir}} Pada tanggal 3 April 1950, ia mengajukan [[Mosi Integral Natsir]] dalam sidang pleno parlemen.<ref>{{harvnb|Luth|1999|pp=24{{spaced ndash}}25}}</ref> [[Mohammad Hatta]] sebagai [[Wakil Presiden Indonesia]] yang mendorong semua pihak untuk berjuang dengan tertib, merasa terbantu denga adanya mosi ini.{{sfn|Noer|2012|p=124}}<nowiki> Mosi ini memulihkan keutuhan bangsa Indonesia dalam </nowiki>[[Negara Kesatuan Republik Indonesia]] yang sebelumnya berbentuk [[Republik Indonesia Serikat|serikat]], sehingga ia diangkat menjadi [[Perdana Menteri Indonesia|Perdana Menteri]] oleh Presiden Soekarno pada [[17 Agustus]] [[1950]].{{sfn|Noer|2012|p=128}} Namun ia mengundurkan diri dari jabatannya pada tanggal 26 April 1951 karena perselisihan paham dengan [[Soekarno]], Soekarno yang menganut paham [[nasionalisme]] mengkritik Islam sebagai [[ideologi]] seraya memuji [[sekularisasi]] yang dilakukan [[Mustafa Kemal Atatürk|Mustafa Kemal Ataturk]] di [[Kesultanan Utsmaniyah]], sedangkan Natsir menyayangkan hancurnya Kesultanan Utsmaniyah dengan menunjukkan akibat-akibat negatif sekularisasi.{{sfn|Khouw 2008, In search of Mohammad}} Natsir juga mengkritik [[Soekarno]] bahwa dia kurang memperhatikan kesejahteraan di luar [[Pulau Jawa]].{{sfn|Fadillah 2013, Mengenang M Natsir}} Menurut [[Mohammad Hatta|Hatta]], sebelum pengunduran diri Natsir, Soekarno selaku presiden sekaligus ketua [[Partai Nasionalis Indonesia]] (PNI) terus mendesak [[Manai Sophiaan]] serta para menteri dan anggota parlemen dari PNI untuk menjatuhkan [[Kabinet Natsir]], dan tidak mendukung kebijakan-kebijakan yang diusulkan oleh Natsir dan Hatta.
 
[[Berkas:Natsir-Hamka-Isa Anshary.jpg|jmpl|kiri|[[Hamka]] (duduk) bersama Natsir (kiri) dan [[Muhammad Isa Anshary|Isa Anshary]] (kanan). Mereka sempat dijebloskan ke dalam penjara oleh rezim Soekarno akibat adanya kaitan petinggi partai [[Masyumi]] dengan pemberontakan [[PRRI]].]]
[[Berkas:Natsir Harian Umum 26 October 1950.jpg|jmpl|175px|ka|Mohammad Natsir (1950)]]
Selama era [[demokrasi terpimpin]] di Indonesia, ia terlibat dalam pertentangan terhadap pemerintah yang semakin otoriter dan bergabung dengan [[Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia]] setelah meninggalkan [[Pulau Jawa]];{{sfn|Fadillah 2013, Mengenang M Natsir}} PRRI yang menuntut adanya otonomi daerah yang lebih luas disalahtafsirkan oleh Soekarno sebagai pemberontakan. Akibatnya, ia ditangkap dan dipenjarakan di [[Malang]] dari tahun 1962 sampai 1964, dan dibebaskan pada masa [[Orde Baru]] pada tanggal 26 Juli 1966.<ref name=luth2526>{{harvnb|Luth|1999|pp=25{{spaced ndash}}26}}</ref>{{sfn|Fadillah 2013, Mengenang M Natsir}}
 
Setelah dibebaskan dari penjara, Natsir kembali terlibat dalam organisasi-organisasi Islam, seperti Majelis Ta'sisi Rabitah Alam Islami dan Majelis Ala al-Alami lil Masjid yang berpusat di [[Mekkah]], Pusat Studi Islam Oxford (''Oxford Centre for Islamic Studies'') di [[Inggris]], dan Liga Muslim se-Dunia (''World Muslim Congress'') di [[Karachi]], [[Pakistan]].{{sfn|Ma'mur|1995|pp=30{{spaced ndash}}33}}
 
Di era [[Orde Baru]], ia membentuk [[Dewan Da'wah Islamiyah Indonesia|Yayasan Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia]]. Ia juga mengkritisi kebijakan pemerintah, seperti ketika ia menandatangani [[Petisi 50]] pada 5 Mei 1980, yang menyebabkan ia dilarang pergi ke luar negeri.<ref name=luth2526/> Pada masa-masa awal Orde Baru ini, ia berjasa mengirim nota kepada [[Tunku Abdul Rahman]] dalam rangka mencairkan hubungan dengan [[Malaysia]]. Selain itu pula, dialah yang mengontak pemerintah [[Kuwait]] agar menanam modal di [[Indonesia]] dan meyakinkan pemerintah [[Jepang]] tentang kesungguhan Orde Baru membangun ekonomi.{{sfn|Adam|2009|pp=72-76}} [[Soeharto]] menganggap orang yang mengkritik dirinya sebagai penentang Pancasila. Ia ikut menandatangani Petisi tersebut bersama dengan Jenderal [[Hoegeng Imam Santoso|Hoegeng]], Letjen [[Ali Sadikin]], [[Sanusi Hardjadinata]], [[SK Trimurti]], dan lain-lain.{{sfn|Adam|2009|pp=72-76}} Akibat dilarangnya ia pergi ke luar negeri, banyak seminar yang tidak bisa diikutinya.{{sfn|Fadillah 2013, Mengenang M Natsir}} Natsir menolak kecurigaan [[Soeharto]] terhadap [[partai]]-partai, terutama partai Islam. Apalagidan mengkritik [[Opsus]] (Operasi Khusus) yang berada di bawah pimpinan langsung Soeharto juga ikut dikritisi.{{sfn|Noer|2012|p=169}} Padahal, badan intel inilah yang meminta Natsir dalam memulai hubungan dengan [[Malaysia]] dan [[Timur Tengah]] setelah naiknya Soeharto.{{sfn|Noer|2012|pp=169, 171}}
 
== Karya dan Buku yang ditulis ==
== Penulis ==
Selama menjalani pendidikannya di AMS, Natsir telah terlibat dalam dunia [[jurnalistik]]. Pada 1929, dua artikel yang ditulisnya dimuat dalam majalah ''Algemeen Indische Dagblad'', yaitu berjudul ''Qur'an en Evangelie'' (Al-Quran dan Injil){{sfn|Lukman Hakiem|2019|pp=26}} dan ''Muhammad als Profeet'' (Muhammad sebagai Nabi). Kemudian, ia bersama tokoh Islam lainnya mendirikan surat kabar ''Pembela Islam'' yang terbit dari tahun 1929 sampai 1935.{{sfn|Lukman Hakiem|2019|pp=32{{spaced ndash}}35}} Ia juga banyak menulis tentang pandangannya terhadap agama di berbagai majalah Islam seperti ''Pandji Islam'', ''Pedoman Masyarakat'', dan ''[[Al-Manar (jurnal)|Al-Manar]]''. Menurutnya, Islam merupakan bagian yang tak terpisahkan dari [[budaya Indonesia]].
 
Natsir telah menulis sekitar 45 [[buku]] atau [[monograf]] dan ratusan [[artikel]] yang memuat pandangannya tentang [[Islam]]. Ia aktif menulis di majalah-majalah Islam sejak karya tulis pertamanya diterbitkan pada tahun 1929. Karya terwalnyaterawalnya umumnya ber[[bahasa Belanda]] dan [[Bahasa Indonesia|Indonesia]], yang banyak membahas tentang pemikiran Islam, budaya, hubungan antara Islam dan politik, dan peran perempuan dalam Islam.{{sfn|Ma'mur|1995|p=37}}{{sfn|Ma'mur|1995|pp=38–41}} Karya-karya selanjutnya banyak yang ditulis dalam [[bahasa Inggris]], dan lebih terfokus pada [[politik]], pemberitaan tentang Islam, dan hubungan antara umat [[Kristiani]] dengan [[Muslim]].{{sfn|Ma'mur|1995|pp=42–46}}{{efn|Mengenai hubungan antara umat Kristiani dan Muslim, pada tahun [[1938]], Mohammad Natsir pernah mengeluarkan artikel ''Suara Azan dan Lonceng Azan'' yang mengomentari hasil Konferensi Zending Kristen di [[Amsterdam]]. Ia memang banyak mengeluarkan artikel yang mengomentari hubungan kedua agama ini {{harv|Adian 2012, Keteladanan Mohammad Natsir}}.}} [[Ajip Rosidi]] dan [[Haji Abdul Malik Karim Amrullah]] menyebutkan bahwa tulisan-tulisan Natsir telah menjadi catatan sejarah yang dapat menjadi panduan bagi umat [[Islam]].{{sfn|Ma'mur|1995|p=37}} Selain menulis, Natsir juga mendirikan sekolah Pendidikan Islam pada tahun 1930; sekolah tersebut ditutup setelah [[pendudukan Jepang di Indonesia]].{{sfn|Lukman Hakiem|2019|pp=59}}{{sfn|Ma'mur|1995|pp=30{{spaced ndash}}33}}
 
Sekalipun Natsir memiliki latar belakang pendidikan [[Kolonial Belanda|Belanda]], Natsir tidak tergerak sama sekali untuk melakukan westernisasi atau sekularisasi dalam dunia pendidikan Islam. Ia juga peduli akan pengaruh pendidikan Barat terhadap generasi muda.{{sfn|Adian 2012, Keteladanan Mohammad Natsir}} Sebenarnya, langkahnya ini yang peduli terhadap dunia pendidikan disebabkan setelah dia membaca karangan [[Snouck Hurgronje]] yang melawan Islam, seperti ''Netherland en de Islam'' yang memaparkan strategi Hurgronje dalam melawan Islam. Buku ini pada akhirnya kemudian membuat Natsir bertekad melawan Belanda lewat jalur pendidikan.{{sfn|Shahab|2008|p=21}}
Baris 75:
== Penghormatan ==
[[Berkas:Mohammad Natsir 2011 Indonesia stamp.jpg|jmpl|ka|Natsir dalam perangko Indonesia tahun 2011]]
[[Pemerintah Indonesia]] saat itu, baik yang dipimpin oleh [[Soekarno]] maupun [[Soeharto]], sama-sama menuding Mohammad Natsir sebagai pemerontakpemberontak dan pembangkang, bahkan tudingan tersebut membuatnya dipenjarakan. Sedangkan oleh negara-negara lain, Natsir sangat dihormati dan dihargai, hingga banyak penghargaan yang dianugerahkan kepadanya.
 
Dunia Islam mengakui Mohammad Natsir sebagai pahlawan yang melintasi batas bangsa dan negara. Bruce Lawrence menyebutkan bahwa Natsir merupakan politisi yang paling menonjol mendukung pembaruan Islam.{{sfn|Ma'mur|1995|p=36}} Pada tahun [[1957]], ia menerima bintang ''Nichan Istikhar'' (Grand Gordon) dari Raja Tunisia, [[Lamine Bey]] atas jasanya membantu perjuangan kemerdekaan rakyat [[Afrika Utara]]. Penghargaan internasional lainnya yaitu ''[[Penghargaan Internasional Raja Faisal|Jaa-izatul Malik Faisal al-Alamiyah]]'' pada tahun 1980, dan penghargaan dari beberapa ulama dan pemikir terkenal seperti Syekh Abul Hasan Ali an-Nadwi dan [[Abul A'la Maududi]].
 
Pada tahun 1980, Natsir dianugerahi penghargaan ''[[Penghargaan Internasional Raja Faisal|Faisal Award]]'' dari [[Fahd dari Arab Saudi|Raja Fahd Arab Saudi]] melalui Yayasan Raja Faisal di [[Riyadh]], [[Arab Saudi]]. Ia juga memperoleh gelar doktor [[Honoris Causa|kehormatan]] di bidang [[politik Islam]] dari Universitas Islam Libanon pada tahun 1967. Pada tahun 1991, ia memperoleh dua gelar kehormatan, yaitu dalam bidang sastra dari [[Universitas Kebangsaan Malaysia]] dan dalam bidang pemikiran Islam dari [[Universitas Sains Malaysia]].<ref name="luth27">{{harvnb|Luth|1999|p=27}}</ref> Pemerintah Indonesia baru menghormatinya setelah 15 tahun kematiannya, pada 10 November 2008 Natsir dinyatakan sebagai [[pahlawan nasional Indonesia]].{{sfn|Tempo 2008, SumatraSumatera Barat Sambut}} [[Soeharto]] enggan memberikan gelar pahlawan kepada salah satu "bapak bangsa" ini.{{sfn|Fadillah 2013, Mengenang M Natsir}} Pada masa [[B.J. Habibie]], dia diberi penghargaan [[Bintang Republik Indonesia Adipradana]].{{sfn|Adam|2009|pp=72-76}}
 
Reporter Ramadhian Fadillah melaporkan bahwasanya ia tokoh sederhana sepanjang zaman. Ia juga melaporkan bahwa Natsir "tak punya baju bagus, jasnya bertambal. Dia dikenang sebagai menteri yang tak punya rumah dan menolak diberi hadiah mobil mewah."{{sfn|Fadillah 2013, Mengenang M Natsir}}{{efn|Dalam satu referensi, dikatakan bahwa mobil mewah tersebut oleh pengusaha {{harv|Adam|2009|pp=72-76}}.}} [[George McTurnan Kahin]] -pengajar di [[Universitas Cornell]]- mendapat info dari [[Agus Salim]] bahwa ada staf dari [[Kementerian Penerangan Republik Indonesia|Kementerian Penerangan]] yang hendak mengumpulkan uang untuk Natsir supaya berpakaian lebih layak. Apalagi, [[kemeja]]nya cuma dua setel dan sudah ''butut'' pula. Sewaktu dia mundur sebagai Perdana Menteri pada Maret 1951, sekretarisnya -Maria Ulfa, menyerahkan padanya sisa dana taktis dengan banyak [[saldo]] yang sebenarnya juga hak Perdana Menteri. Natsir menolak, dan dana itu dilimpahkan ke [[koperasi karyawan]] tanpa sepeser dia ambil.{{sfn|Shahab|2008|pp=47-49}} Natsir dikatakan menolak mobil [[Chevrolet Impala]]. Padahal, di rumahnya dia hanya memiliki mobil tua, [[DeSoto|De Soto]] yang dia beli sendiri untuk mengantar-jemput anak-anaknya.{{sfn|Adam|2009|pp=72-76}} Sebelum dia pindah ke Jalan Jawa, dia berpindah ke Jalan Pegangsaan Timur yang ada di Jakarta. Maka, dikarenakannya ia ikut dalam [[PRRI]], dia masuk penjara satu ke penjara lain selama 1960-66, dan keluarganya kehilangan rumah di Jalan Jawa dan Mobil De Soto tersebut. Hartanya diambil pemerintah.{{sfn|Shahab|2008|pp=47-49}}
Baris 141:
|dead-url = no
}}
* {{Cite news|title = Mengenang M Natsir, ulama besar dan sebenar-benarnya jihad
* {{cite news
|title = Mengenang M Natsir, ulama besar dan sebenar-benarnya jihad
|url = http://www.merdeka.com/peristiwa/mengenang-m-natsir-ulama-besar-dan-sebenar-benarnya-jihad.html
|work = [[Merdeka.com]]
|date = 29 April 2013
|accessdate = 27 Januari 2021
Baris 150 ⟶ 149:
|first = Ramadhian
|ref = {{harvid|Ramadhian Fadillah|29 April 2013}}
|language = id
}}
* {{cite web
Baris 235:
}}
* {{cite news
|title = SumatraSumatera Barat Sambut Gelar Pahlawan Nasional Natsir
|url = http://www.tempointeraktif.com/hg/nusa/2008/11/05/brk,20081105-144156,id.html
|language = Indonesia
Baris 251:
== Pranala luar ==
{{Portal|Islam}}
* {{cite web|url=http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2008/07/14/LK/mbm.20080714.LK127665.id.html|title=Bung Besar dan Menteri Kesayangan|work=[[Tempo Interaktif|Majalah Tempo Interaktif]]|date=2008-07-14|access-date=2011-04-19|archive-date=2012-02-13|archive-url=https://web.archive.org/web/20120213233640/http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2008/07/14/LK/mbm.20080714.LK127665.id.html|dead-url=yes}}
* [http://books.google.co.id/books?id=rMfGGAhnVM8C&pg=PR3&lpg=PR3&dq=Natsir:+politik+santun+di+antara+dua+rezim+Natsir:+politik+santun+di+antara+dua+rezim+Natsir:+politik+santun+di+antara+dua+rezim&source=bl&ots=z8UngdEsJF&sig=FXPraI7L2prnA3ZcImJvF6_S25U&hl=id&sa=X&ei=ERCKUuTdK8vnrAe9h4H4Bg&redir_esc=y#v=onepage&q=Natsir%3A%20politik%20santun%20di%20antara%20dua%20rezim%20Natsir%3A%20politik%20santun%20di%20antara%20dua%20rezim%20Natsir%3A%20politik%20santun%20di%20antara%20dua%20rezim&f=false "Natsir: politik santun di antara dua rezim"] Kepustakaan Populer Gramedia bekerja sama dengan ''Majalah Tempo'', 2011. Diakses 18 November 2013.
* [http://books.google.co.id/books?id=uMqeR4wz7AUC&pg=PR7&lpg=PR7&dq=100+tahun+Mohammad+Natsir:+berdamai+dengan+sejarah+100+tahun+Mohammad+Natsir:+berdamai+dengan+sejarah+100+tahun+Mohammad+Natsir:+berdamai+dengan+sejarah&source=bl&ots=tvZNfs2Bf8&sig=IrHsJMeGutmFKwQzB9FZ_c2b0TA&hl=id&sa=X&ei=tQ6KUpDJOoWYrAeE44HoBw&redir_esc=y#v=onepage&q=100%20tahun%20Mohammad%20Natsir%3A%20berdamai%20dengan%20sejarah%20100%20tahun%20Mohammad%20Natsir%3A%20berdamai%20dengan%20sejarah%20100%20tahun%20Mohammad%20Natsir%3A%20berdamai%20dengan%20sejarah&f=false "100 tahun Mohammad Natsir: berdamai dengan sejarah"] Penerbit Republika, 2008. Diakses 18 November 2013.
Baris 258:
{{s-off}}
{{Succession box|jabatan=[[Perdana Menteri Indonesia]]|pendahulu=[[Abdul Halim]]|pengganti=[[Sukiman Wirjosandjojo]]|tahun=1950—1951}}
{{Succession box|jabatan=[[Daftar Menteri Penerangan Indonesia|Menteri Penerangan]]|pendahulu=[[Amir Sjarifuddin]]|pengganti=[[Setiadi Reksoprodjo]]|tahun=1946—1947}}
{{Succession box|jabatan=[[Daftar Menteri Penerangan Indonesia|Menteri Penerangan]]|pendahulu=[[Sjahbudin Latif]]|pengganti=[[Sjafruddin Prawiranegara]]|tahun=1948—1949}}
{{End}}
{{PM Indonesia}}
{{Menteri Penerangan Indonesia}}
{{Pahlawan Indonesia}}
{{lifetime|1908|1993|Natsir, Mohammad}}
 
{{artikel pilihan}}
 
[[Kategori:Pahlawan nasional Indonesia]]
[[Kategori:Ideolog Indonesia]]
[[Kategori:TokohGuru IslamIndonesia]]
[[Kategori:TokohWartawan Petisi 50Indonesia]]
[[Kategori:Politikus PartaiHindia MasyumiBelanda]]
[[Kategori:TokohPolitikus dariPartai SolokMasyumi]]
[[Kategori:UlamaPolitikus Minangkabau]]
[[Kategori:Cerdik Pandai Minangkabau]]
[[Kategori:Tokoh MinangkabauSumatera Barat]]
[[Kategori:NinikTokoh Mamakdari MinangkabauSolok]]
[[Kategori:Tokoh dari Kecamatan Lembah Gumanti]]
[[Kategori:Ninik Mamak Minangkabau]]
[[Kategori:Cendekiawan Muslim Indonesia]]
[[Kategori:Ulama Minangkabau]]
[[Kategori:Penulis Muslim]]
[[Kategori:Penulis politik]]
[[Kategori:PenandatanganTokoh Petisi 50]]
[[Kategori:Penandatangan Petisi 50]]
[[Kategori:Tahanan politik Indonesia]]
[[Kategori:Perdana Menteri Indonesia]]
[[Kategori:Menteri Indonesia]]
[[Kategori:Menteri Penerangan Indonesia]]
[[Kategori:Menteri Komunikasi dan Informatika Indonesia]]
[[Kategori:Menteri Kabinet Sjahrir II]]
[[Kategori:Menteri Kabinet Sjahrir III]]
[[Kategori:Menteri Kabinet Hatta I]]
[[Kategori:Tokoh Petisi 50]]
[[Kategori:Tokoh Persatuan Islam]]
[[Kategori:Politikus Partai Masyumi]]
[[Kategori:Penandatangan Petisi 50]]
[[Kategori:Ulama Minangkabau]]
[[Kategori:Cerdik Pandai Minangkabau]]
[[Kategori:Ninik Mamak Minangkabau]]
[[Kategori:Tokoh Minangkabau]]
[[Kategori:Tokoh dari Solok]]
[[Kategori:Anggota DPR RI 1956–1959]]