Megalodon: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Add 1 book for Wikipedia:Pemastian (20230813sim)) #IABot (v2.0.9.5) (GreenC bot
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
(3 revisi perantara oleh 3 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Short description|Spesies hiu raksasa punah dari 23 sampai 3.6 juta tahun yang lalu}}
{{Speciesbox
{{Infobox spesies
| authority = Agassiz, 1835
| genus = Otodus
| species = megalodon
| fossil_range = {{longitem|[[Aquitanium|Miosen Awal]]–[[Zankleum|Pliosen Awal]], sekitar {{Geological range|23|3.6|earliest=28|latest=1.8}}}}
| image = Megalodon shark jaws museum of natural history 068.jpg
| image_caption = Peraga rahang megalodon di [[Museum Sejarah Alam Amerika]]
| nom_binomial = {{extinct}}''Otodus megalodon''
| sinonimssynonyms =
{{collapsible list|title=Daftar Sinonim|
{{collapsible list|title=Genus ''Carcharias''|
Baris 993 ⟶ 996:
=== Mangsa ===
[[Berkas:Meg bitten cetacean vertebra.jpg|jmpl|[[Vertebra]] paus dengan bekas gigitan megalodon]]
Hiu pada umumnya adalah hewan yang oportunistik, yaitu mendapatkan nutrisi dari berbagai sumber. Walaupun begitu, besar tubuh megalodon, kecepatan berenangnya yang tinggi, rahangnya yang kuat, dan gigi yang tajam menunjukkan bahwa hiu ini merupakan [[predator puncak]] yang mampu memangsa berbagai jenis hewan. Kemungkinan hewan ini merpakanmerupakan salah satu predator terkuat yang pernah ada.<ref name="G" />{{rp|71–75}}<ref name="GWB" /> Penelitian terhadap [[isotop kalsium]] pada hiu dan [[pari]] dari subkelas ''[[Elasmobranchii]]'' (yang sudah punah maupun yang masih ada) menunjukkan bahwa megalodon berada pada tingkatan trofik yang lebih tinggi daripada hiu putih saat ini, atau dalam kata lain posisi megalodon di [[rantai makanan]] lebih tinggi.<ref name="Martin2015">{{cite journal|last1= Martin|first1= J. E.|last2= Tacail|first2=T.|last3=Sylvain|first3=A.|last4=Catherine|first4= G.|last5= Vincent|first5= B.|title=Calcium isotopes reveal the trophic position of extant and fossil elasmobranchs|journal=Chemical Geology|year=2015|pages= 118–125 |doi=10.1016/j.chemgeo.2015.09.011|volume=415|bibcode= 2015ChGeo.415..118M}}</ref>
 
Bukti fosil menunjukkan bahwa megalodon memangsa banyak [[cetacea]], seperti lumba-lumba dan paus.<ref name=prothero /><ref name="collareta" /><ref name="WGWS">{{cite journal|last=Morgan|first=Gary S.|title=Whither the giant white shark?|url=https://www.priweb.org/files/pubtext/item_pdf_289.pdf|journal=Paleontology Topics|year=1994|volume=2|issue=3|pages=1–2|deadurl=yes|archiveurl=https://web.archive.org/web/20160722045756/https://www.priweb.org/files/pubtext/item_pdf_289.pdf|archivedate=22 Juli 2016|df=}}</ref> Selain itu, mereka juga memburu [[anjing laut]], [[sirenia]], dan penyu besar.<ref name="GTWT" /> Hiu ini tidak hanya oportunistik, tetapi juga merupakan pemakan ikan, termasuk ikan-ikan yang lebih kecil dan hiu-hiu lainnya.<ref name=prothero>{{cite book|url={{google books|plainurl=yes|id=QjkjBQAAQBAJ|page=96}}|first=D. R.|last=Prothero|year=2015|title=The Story of Life in 25 Fossils|chapter=Mega-Jaws|publisher=[[Columbia University Press]]|location=New York, New York|pages=96–110|isbn=978-0-231-17190-8|oclc=897505111}}</ref> Banyak tulang paus yang ditemukan dengan luka yang dalam, yang kemungkinan dihasilkan oleh gigitan megalodon.<ref name="GWS" /><ref name="G" />{{rp|75}} Berbagai kegiatan penggalian telah menemukan gigi megalodon yang terletak di dekat sisa-sisa paus yang telah digigit,<ref name="G" />{{rp|75}}<ref name="C" />
Baris 1.022 ⟶ 1.025:
== Kepunahan ==
=== Perubahan iklim ===
Pada saat megalodon masih mengarungi lautan, Bumi mengalami berbagai perubahan yang berdampak terhadap kehidupan di laut. Pendinginan yang mulai terjadi pada kala Oligosen sekitar 35 juta tahun yang lalu akhirnya berujung pada glasiasi di wilayah kutub. Peristiwa-peristiwa geologis mengubah arus dan [[Presipitasi (meteorologi)|presipitasi]]; salah satu dari peristiwa tersebut adalah tertutupnya [[Jalur Laut Amerika Tengah]] dan perubahan di [[Samudra Tethys]] yang turut berperan mendinginkan lautan. Akibat terhentinya [[Arus Teluk]], air yang kaya akan [[nutrien]] tidak dapat menjangkau ekosistem laut, sehingga sumber makanan megalodon pun terkena imbasnya. Hewan ini tidak tersebar di perairan yang dingin dan mereka mungkin tidak mampu mempertahankan panas metabolis yang cukup, sehingga wilayah persebaran mereka pun semakin menyusut akibat pendinginan lautan.<ref name="WGWS" /><ref name=elasmo>{{cite web|url=http://www.elasmo-research.org/education/evolution/megalodon_extinction.htm|title=The Extinction of Megalodon|publisher=Biology of Sharks and Rays|accessdate=31 Agustus 2017|archive-date=2017-02-19|archive-url=https://archive.phtoday/20170219214534/http://www.elasmo-research.org/education/evolution/megalodon_extinction.htm|dead-url=no}}</ref><ref name="LNOC" /> (walaupun hal ini masih dipertentangkan, lihat di bawah) Bukti fosil menunjukkan bahwa megalodon tidak lagi ditemukan di perairan yang mengalami pendinginan secara signifikan pada kala Pliosen.<ref name="G" />{{rp|77}} Sementara itu, fluktuasi permukaan laut terbesar pada masa [[Senozoikum]] berlangsung pada [[Plio-Pleistosen]] sekitar 5 juta hingga 12 ribu tahun yang lalu; fluktuasi ini disebabkan oleh meluasnya gletser di kutub, yang sangat berdampak terhadap lingkungan pesisir, dan hal ini mungkin menjadi salah satu faktor yang menyebabkan kepunahan megalodon dan megafauna laut lainnya.<ref name=griffin2017 /> Perubahan ini (terutama penurunan permukaan laut) mungkin juga mengurangi perairan air hangat yang dangkal. Perairan semacam ini sangat dibutuhkan oleh anak megalodon, alhasil reproduksi pun terhambat.<ref name=elasmo />
 
Namun, hasil analisis terhadap persebaran megalodon menunjukkan bahwa perubahan suhu tidak berdampak langsung terhadap kepunahannya. Persebaran megalodon pada kala Miosen dan Pliosen tidak berkorelasi dengan tren pemanasan dan pendinginan; walaupun keberlimpahan dan persebaran megalodon mengalami kemunduran pada kala Pliosen, megalodon terbukti mampu menghuni perairan di lintang yang lebih dingin. Mereka dapat ditemukan di perairan dengan rata-rata suhu yang berkisar dari 12 hingga 27&nbsp;°C, dengan rentang suhu secara keseluruhan sebesar 1 hingga 33&nbsp;°C, sehingga menyiratkan bahwa cakupan habitat yang sesuai untuk megalodon seharusnya tak terlalu terdampak oleh perubahan suhu.<ref name="Pimiento2016" /> Hal ini sesuai dengan kemungkinan bahwa hewan ini bersifat [[mesotermik]].<ref name="Ferrón2017" />