Joehana: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k →Tema |
Zona Tenang (bicara | kontrib) k Menambah Kategori:Sastrawan menggunakan HotCat |
||
(47 revisi perantara oleh 21 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Infobox writer
| name = Akhmad Bassah
| image = Sketch of Joehana.jpg
| imagesize = 220px
| alt = Sketsa dari Joehana
| caption = Sketsa dari Joehana, tak bertanggal
| pseudonym = {{unbulleted list|Joehana}}
| birth_name = Akhmad Bassah
| birth_date = {{circa|1895}}
| birth_place = [[Bandung]], Hindia Belanda
| nationality = Hindia Belanda
| education = [[Meer Uitgebreid Lager Onderwijs]]
| occupation = Novelis, dramawan, pewarta
| period = 1923–1930
| genre = [[Realisme sastra|Realis]], [[Drama]], Roman, [[Folklor]]
| death_date = {{circa|1930}} (umur 34–35)
| death_place = [[Tasikmalaya]], Hindia Belanda
}}
'''Akhmad Bassah''' (juga '''Bassakh'''; {{IPA-id|axˈmad baˈsax|}}; aktif pada 1923–1930), paling dikenal dengan [[nama pena]] '''Joehana'''{{efn|{{IPA-id|juˈhana|lang}}, {{lang-su|{{sund|ᮚᮥᮠᮔ}}}}}} ([[EYD]]: '''Yuhana''') adalah sastrawan [[Hindia Belanda]] (sekarang [[Indonesia]]) berdarah [[Suku Sunda|Sunda]] yang menulis karya-karyanya dalam [[bahasa Sunda]]. Ia bekerja di perusahaan kereta api sebelum menjadi seorang pengarang pada 1923, dan semasa hidup memiliki pemahaman dalam bidang kesejahteraan sosial; pemahaman ini mempengaruhi novel-novelnya. Ia juga merupakan seorang penerjemah, pembuat drama, dan wartawan yang produktif, dan mengoperasikan sebuah perusahaan yang ditujukan untuk pelayanan penulisan. Sumber-sumber menyatakan tahun kematian Joehana yang berbeda; beberapa sumber menyebut tahun 1930, sementara sumber lainnya menyebut tahun 1942–1945.
Pada tujuh tahun masa aktifnya, Joehana menulis sejumlah cerita dan artikel, serta beberapa novel. Tahun-tahun penerbitannya umumnya tidak pasti, karena cetakan ulangnya tidak mencantumkan tahun penerbitan pertama atau nomor percetakannya. Secara khusus, Joehana diklasifikasikan sebagai seorang [[realisme sastra|realis]] yang menggunakan nama-nama tempat dan produk yang sebenarnya dalam karyanya, serta umumnya menggunakan penulisan Sunda dalam novel-novelnya. Namun, pengaruh-pengaruh dari bentuk-bentuk teatrikal tradisional seperti ''[[wayang]]'' dan sastra seperti ''[[pantun]]'' juga ditambahkan. Karya-karya Joehana menyoroti sebagian besar tema, meskipun umumnya karya-karyanya berorientasi pada [[kritik sosial|kritisisme sosial]] dan mempromosikan modernisasi.
Meskipun karya-karya Joehana diterbitkan secara independen, karya-karya tersebut terkenal di wilayah [[Bandung]],
== Riwayat ==
Tanggal lahir Akhmad Bassah tidak diketahui dengan pasti, meskipun ia diduga telah dibesarkan di [[Bandung]], [[Jawa
Melalui pemberitaan modern, jelas bahwa tahun 1923 Bassah mulai mendapat pengakuan sebagai penulis,{{sfn|Kartini|Hadish|Sumadipura|Iskandarwassid|1979|p=4}} dan bahwa ia juga telah menjadi aktif di dunia seni teater dan sebagai jurnalis.{{sfn|Kartini|Hadish|Sumadipura|Iskandarwassid|1979|p=6}} Untuk karya tulisnya, Bassah menggunakan nama pena "'''Joehana'''", yang diambil dari nama putri angkatnya; sejak saat itu pun disebut dengan nama ini.{{sfn|Kartini|Hadish|Sumadipura|Iskandarwassid|1979|p=4}} Meskipun ia menikah dengan seorang guru bernama Atikah, pasangan ini tidak memiliki anak mereka sendiri.{{sfn|Kartini|Hadish|Sumadipura|Iskandarwassid|1979|p=4}}
Sepanjang karier menulisnya, Joehana menulis secara independen, tidak terikat pada perusahaan penerbit apapun. Pada saat itu, [[Balai Pustaka]], penerbit yang dioperasikan oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda, menarik banyak penulis ber[[bahasa Sunda]]. Kartini
Pada tahun 1928, Joehana membuka Romans Bureau, yang diiklankan menawarkan berbagai layanan, termasuk penulisan dan pencetakan iklan, penerjemahan (dari atau ke dalam bahasa Inggris, Belanda, Melayu, dan Sunda), dan persiapan konsep cerita untuk penulis lain. Joehana mungkin juga telah membuka sekolah kursus menulis, meskipun tampaknya sebagian besar pendapatannya berasal dari royalti dari publikasi karya-karyanya.{{sfn|Kartini|Hadish|Sumadipura|Iskandarwassid|1979|p=6}} Publikasi-publikasi tersebut, yang sebagian besar adalah novel-novel buatannya, umumnya terinspirasi dari jenis-jenis karya yang terkenal pada masa penulisan tersebut. Salah satu muridnya, Abdullah Syafi'i Sukandi, menyatakan bahwa ''Nangis Wibisana'' (''Tangisan Wibisana'') ditulis ketika ''[[dangding]]'' (sebuah bentuk penulisan lirik tradisional) ''Tjeurik Oma'' (''Tangisan Oma'') menjadi terkenal, sementara ''Goenoeng Gelenjoe'' ditulis pada saat pemahaman dalam anekdot-anekdot humor meraih ketenaran.{{sfn|Kartini|Hadish|Sumadipura|Iskandarwassid|1979|p=63}}
Baris 17 ⟶ 34:
Joehana diketahui telah meninggal setelah membantu mengatur penampilan drama panggung berdasarkan novelnya, ''Kalepatan Putra Dosana Ibu Rama'' ("Kesalahan Putra adalah Dosa dari Ibu dan Ayah"), di [[Tasikmalaya]]. Dia dimakamkan di [[Bandung]]. Sumber-sumber tidak memiliki kesepakatan dalam memberikan tahun kematiannya. Atikah, istrinya, menanggalinya sekitar tahun 1930,<ref>dikutip di {{harvnb|Kartini|Hadish|Sumadipura|Iskandarwassid|1979|pp=4–5}}</ref> sebuah tahun yang didukung Rosidi.{{sfn|Rosidi|2013b|p=5}} Sedangkan penerbit Kiwari, yang menerbitkan kembali ''Rasiah nu Goreng Patut'', menulis bahwa penulis ini telah meninggal saat [[masa pendudukan Jepang]] di Hindia Belanda (1942-1945);{{sfn|Kartini|Hadish|Sumadipura|Iskandarwassid|1979|pp=4–5}} perkiraan ini juga dikabarkan oleh kritikus sastra Jakob Soemardjo, yang memperkirakan bahwa Joehana berusia 35 tahun pada saat kematiannya.{{sfn|Sumardjo|1989|p=461}}
== Karya tulis ==
[[Berkas:Tjarios Agan Permas cover.jpg|
[[Berkas:Moegiri cover.jpg|
Joehana menerbitkan 14 buku, serta berbagai editorial dan artikel di koran ''Soerapati''. Namun, tidak semuanya masih ada hingga kini; misalnya, dalam sebuah kajian tahun 1979 tentang penulis ini, [[Tini Kartini]]
Daftar berikut ini didasarkan pada daftar yang disusun oleh Kartini
* {{cite book|title=Bambang Hendrasaputra
* {{cite book|title=Tjarios Agan Permas
* {{cite book|title=Tjarios Eulis Atjih
* {{cite book|title=Goenoeng Gelenyoe
* {{cite book|title=Kalepatan Poetra Dosana Iboe Rama
* {{cite book|title=Kasoeat koe Doeriat
* {{cite book|title=Lalampahan Pangeran Nampabaja sareng Pangerang Lirbaja
* {{cite book|title=Moegiri
* {{cite book|title=Nangis Wibisana
* {{cite book|title=Neng Jaja
* {{cite book|title=Nj. R. Tedjainten
* {{cite book|title=Rasiah nu Goreng Patut
* {{cite book|title=Roro Amis
* {{cite book|title=Sajarah Pamidjahan
== Gaya ==
Joehana tampaknya
Penulis
Joehana
== Tema ==
Tema yang mendominasi tulisan-tulisan Joehana adalah kritik sosial, terutama yang terkait dengan kondisi sosial-ekonomi. Dalam ''Rasiah nu Goreng Patut'', ia mengkritik orang-orang yang mengejar kekayaan materi di atas segalanya lewat penokohan Eulis Awang dan keluarganya; mereka sangat rakus sampai-sampai mereka tidak sadar bahwa pria yang melamar Eulis Awang bukanlah seorang pria yang seperti pria tersebut ceritakan.{{sfn|Kartini|Hadish|Sumadipura|Iskandarwassid|1979|pp=58–60}} Dalam ''Tjarios Eulis Atjih'', kisah Arsad dan Eulis Atjih (tokoh utama), menunjukkan bahwa kekayaan tidak abadi dan kerakusan memiliki dampak buruk. Keduanya jatuh miskin dan status sosialnya turun, jadi mereka harus bekerja keras untuk bertahan hidup. Dalam novel tersebut, Joehana meminta agar orang kaya membantu dan melindungi orang miskin, bukan mengabaikan mereka.{{sfn|Kartini|Hadish|Sumadipura|Iskandarwassid|1979|pp=29–31}} ''Tjarios Agan Permas'' menegaskan bahwa orang kaya dan miskin harus diperlakukan setara:{{sfn|Kartini|Hadish|Sumadipura|Iskandarwassid|1979|p=25}}
{{quote|text=Bagi orang miskin maupun rakyat jelata, tak ada beda antara orang kaya atau bangsawan asalkan mereka sama-sama berkesempatan belajar. Ingat, jangan lupa, kepintaran seseorang bukan hanya untuk bertahan hidup, melainkan juga untuk memenuhi kebutuhan khalayak.{{efn|Teks asli: "''Pakeun uteuk si miskin atawa si menak asal pada-pada diajar nu sarua luhurna. Kade ulah poho, yen kapinteran teh lain ngan wungkul pakeun neangan kahirupan bae, tetapi kudu bisa metakeun pakeun kaperluan sarerea.''"}}}}
Kelompok yang biasanya dihormati namun dikritik Joehana adalah [[haji]], orang-orang Islam yang telah menunaikan ibadah [[haji]] ke [[Makkah]]. Para haji dalam cerita-cerita Johana umumnya rakus, penuh nafsu duniawi, dan tidak tertarik dengan kebaikan umat manusia.{{sfn|Kartini|Hadish|Sumadipura|Iskandarwassid|1979|p=62}} Dalam ''Tjarios Agan Permas'', misalnya, Haji Serbanna menunjukkan kemunafikannya dengan mencap [[riba]] [[haram]] namun membebankan bunga tinggi untuk pinjaman dan menolak menyempurnakan [[shalat]] karena ia sedang menunggu tamu yang membawa hadiah besar. Sang haji digambarkan mengenakan tata rias yang berlebihan sampai-sampai Kartini dkk. menggambarkan bahwa dia seperti badut.{{sfn|Kartini|Hadish|Sumadipura|Iskandarwassid|1979|p=24}}
Meski Joehana menolak kawin paksa, praktik yang lazim di kalangan warga Sunda pada abad ke-20, dan mendukung pernikahan atas dasar cinta, ia juga mengingatkan bahaya interaksi yang terlalu bebas antara pria dan wanita.{{sfn|Kartini|Hadish|Sumadipura|Iskandarwassid|1979|p=62}} Lewat ''Kalepatan Poetra Dosana Iboe Rama'', ia mengutuk pernikahan paksa dengan menggambarkan pernikahan seorang gadis dengan pria kaya yang cukup tua untuk menjadi bapaknya; pernikahan tersebut menjadikan si gadis seorang pariah yang menanggung "dosa-dosa" orang tuanya.{{sfn|Kartini|Hadish|Sumadipura|Iskandarwassid|1979|p=33}} Sementara itu, ''Moegiri'' dan ''Neng Jaja'' mengisahkan perempuan-perempuan yang terlalu bebas berinteraksi dengan para lelaki sehingga mereka mengalami nasib buruk: perceraian, penyiksaan, dan perselingkuhan.{{sfn|Kartini|Hadish|Sumadipura|Iskandarwassid|1979|pp=40–52}}
== Warisan ==
[[Berkas:Eulis Atjih p.74.jpg|jmpl|Iklan surat kabar untuk ''[[Eulis Atjih]]'' (1927), yang diadaptasi dari novel Joehana]]
Karya Joehana sering diadaptasi ke panggung pementasan. ''Rasiah nu Goreng Patut'', misalnya, diadaptasi ke dalam berbagai bentuk, termasuk sebagai [[lenong]] ber[[bahasa Melayu]]{{sfn|Kartini|Hadish|Sumadipura|Iskandarwassid|1979|p=5}} dan sebuah penampilan panggung dari ''Tjarios Eulis Atjih'' yang direkam di [[Ciamis]].{{sfn|Pewarta Soerabaia 1928, Tjerita Eulis Atjih}} Tiga film telah diadaptasi dari novel karya Joehana, dua film dari ''Tjarios Eulis Atjih'' dan satu dari ''Rasiah nu Goreng Patut''. Film ang pertama, ''[[Eulis Atjih]]'', disutradarai dan diproduksi oleh [[G. Krugers]] dan dirilis pada tahun 1927 yang meraih sukses dan popularitas.{{sfn|Biran|2009|p=76}} Film yang kedua, umumnya disebut sebagai ''[[Karnadi Anemer Bangkong]]'', diadaptasi dari ''Rasiah nu Goreng Patut'' oleh Krugers dan dirilis pada awal 1930-an; film ini diketahui telah ditimpa kegagalan secara komersial, dilaporkan menimbulkan kontroversi karena menggambarkan seorang pria Muslim yang mengkonsumsi daging kodok.{{sfn|Biran|2009|pp=98, 143}} Adaptasi ketiga novel Joehana, juga berjudul ''Eulis Atjih'', diselesaikan oleh [[Rd Ariffien]] pada tahun 1954.{{sfn|Filmindonesia.or.id, Eulis Atjih}} Penampilan panggung dari ''Rasiah nu Goreng Patut'' berlanjut sampai akhir 1980, meskipun pada waktu itu karya tersebut dianggap oleh masyarakat umum sebagai bagian dari [[cerita rakyat]].{{sfn|Rosidi|2013b|pp=5–6}}
Namun, hanya sedikit ceramah akademik mengenai Joehana diterbitkan hingga tahun 1960-an. Hal ini dimulai dengan publikasi dari dua karyanya: ''Rasiah nu Goreng Patut'' pada tahun 1963 sebagai sebuah buku, dan ''Moegiri'' sebagai awal [[serial (literatur)|serial]] yang dimulai dalam edisi [[15 Oktober]] 1965 dari majalah ''Sunda''. Editor majalah tersebut, [[Ajip Rosidi]], memasukkan diskusi tentang Joehana dalam buku 1966-nya, ''Kesusastraan Sunda Dewasa Ini''. Beberapa diskusi lainnya oleh penulis seperti [[Yus Rusyana]] dan [[Rusman Sutiamarga]], diterbitkan dalam majalah seperti ''Wangsit'' atau dimasukkan dalam bahan kuliah di universitas. Hingga tahun 1979 karya Joehana belum pernah diajarkan dalam mata pelajaran bahasa Sunda di sekolah-sekolah.{{sfn|Kartini|Hadish|Sumadipura|Iskandarwassid|1979|pp=1–2}}
Tanggapan kritikus modern terhadap karya-karya buatan Joehana umumnya negatif. Sumardjo menyatakan bahwa kelemahan terbesarnya adalah kurangnya penjelasan mendalam terkait watak-watak para karakternya, serta latar belakang sosialnya yang cenderung tidak jelas.{{sfn|Sumardjo|1989|p=461}} Kartini dan kawan-kawannya menyanjung keproduktivitasan Joehana, tetapi menemukan kekurangan karakterisasi dalam karya-karyanya. Mereka menemukan bahwa, pada masa ke masa, usahanya untuk memberikan pesan sosial menjadi terlalu dominan sehingga karya-karyanya mengarah ke arah propaganda.{{sfn|Kartini|Hadish|Sumadipura|Iskandarwassid|1979|pp=67–68}} Rosidi memberikan pandangan yang lebih positif terhadap penulisan Joehana, dengan menyatakan bahwa, meskipun menggunakan perkataan Sunda non-formal pada 1920-an, arti peribahasa dalam karya-karya Joehana lebih dinamis dan "hidup" ketimbang karya-karya yang diterbitkan oleh [[Balai Pustaka]].{{Sfn|Rosidi|2013a|p=52}}
== Catatan penjelas ==
{{notelist}}
== Referensi ==
{{refs|
== Karya yang dikutip ==
{{refbegin|40em}}
* {{cite book
|language=Indonesia
|last=Biran
|first=Misbach Yusa
|publisher=Komunitas Bamboo bekerja sama dengan Dewan Kesenian Jakarta
|year=2009
|isbn=978-979-3731-58-2
|ref=harv
}}
* {{Cite web
|title=Eulis Atjih
|language=
|url=http://filmindonesia.or.id/movie/title/lf-e010-54-245162_eulis-atjih
|work=Filmindonesia.or.id
|publisher=Konfiden Foundation
|archiveurl=
|archivedate=
|accessdate=17
|ref={{sfnRef|Filmindonesia.or.id, Eulis Atjih}}
|dead-url=no
}}
* {{Cite book
|last1=Joehana
|last2=Soekria
|title=Rasiah nu Goréng Patut
}}
* {{Cite book
|url=https://archive.org/details/gottesdienstlic00jacogoog
}}
* {{Cite web
|title=Mugiri
|publisher=WorldCat
|url=http://www.worldcat.org/title/mugiri/oclc/65543007&referer=brief_results
|archiveurl=
|archivedate=
|accessdate=15 April 2014
|ref={{sfnRef|WorldCat, Mugiri}}
|dead-url=no
}}
* {{Cite book
|last=Rosidi
|first=Ajip
|language=Indonesia
|title=Mengenal Kesusasteraan Sunda
|publisher=Pustaka Jaya
|location=Bandung
|year=2013a
|ref=harv
|origyear=1966
|isbn=978-979-419-413-3
}}
* {{Cite book
|chapter=Rasiah nu Goréng Patut-na Joehana
|title=Rasiah nu Goréng Patut
|pages=5–13
|isbn=978-979-8002-31-1
}}
* {{cite encyclopedia
| year = 1989
| title = Joehana
Baris 171 ⟶ 187:
| location =Jakarta
| ref = harv
|language=
|oclc= 248133402
|page=461
}}
* {{Cite news
|language=Melayu
|page=n.p
|work=Pewarta Soerabaia
|date=29 May 1928
|ref={{SfnRef|Pewarta Soerabaia 1928, Tjerita Eulis Atjih}}
}} (kliping diakses di [[Sinematek Indonesia]])
{{refend}}
{{Artikel pilihan}}
{{Authority control}}
[[Kategori:Penulis Indonesia]]
Baris 191 ⟶ 208:
[[Kategori:Tokoh dari Bandung]]
[[Kategori:Penulis abad ke-20]]
[[Kategori:Sastrawan]]
|