Joehana: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Farras (bicara | kontrib)
Zona Tenang (bicara | kontrib)
k Menambah Kategori:Sastrawan menggunakan HotCat
 
(47 revisi perantara oleh 21 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Infobox writer
[[berkas:Sketsa_Joehana.jpg|thumb|Sketsa Joehana, tanpa tanggal]]
| name = Akhmad Bassah
'''Akhmad Bassah''' (juga '''Bassakh'''; {{IPA-id|axˈmad baˈsax|}}; aktif pada 1920–1930), paling dikenal dengan [[nama pena]] '''Joehana''' ({{IPA-id|juˈhana|}}; [[EYD]]: '''Yuhana''') adalah sastrawan [[Hindia Belanda]] (sekarang [[Indonesia]]) berdarah [[Suku Sunda|Sunda]] yang menulis karya-karyanya dalam [[Bahasa Sunda]]. Ia bekerja pada suatu waktu di jalur kereta api sebelum menjadi seorang pengarang pada 1923, dan semasa hidup memiliki pemahaman dalam bidang kesejahteraan sosial; pemahaman ini mempengaruhi novel-novelnya. Ia juga merupakan seorang penerjemah, pembuat drama, dan wartawan yang produktif, dan mengoperasikan sebuah perusahaan yang ditujukan untuk pelayanan penulisan. Sumber-sumber menyatakan tahun kematian Joehana yang berbeda; beberapa sumber menyebut tahun 1930, sementara sumber lainnya menyebut tahun 1942–1945.
| image = Sketch of Joehana.jpg
| imagesize = 220px
| alt = Sketsa dari Joehana
| caption = Sketsa dari Joehana, tak bertanggal
| pseudonym = {{unbulleted list|Joehana}}
| birth_name = Akhmad Bassah
| birth_date = {{circa|1895}}
| birth_place = [[Bandung]], Hindia Belanda
| nationality = Hindia Belanda
| education = [[Meer Uitgebreid Lager Onderwijs]]
| occupation = Novelis, dramawan, pewarta
| period = 1923–1930
| genre = [[Realisme sastra|Realis]], [[Drama]], Roman, [[Folklor]]
| death_date = {{circa|1930}} (umur 34–35)
| death_place = [[Tasikmalaya]], Hindia Belanda
}}
'''Akhmad Bassah''' (juga '''Bassakh'''; {{IPA-id|axˈmad baˈsax|}}; aktif pada 1923–1930), paling dikenal dengan [[nama pena]] '''Joehana'''{{efn|{{IPA-id|juˈhana|lang}}, {{lang-su|{{sund|ᮚᮥᮠᮔ}}}}}} ([[EYD]]: '''Yuhana''') adalah sastrawan [[Hindia Belanda]] (sekarang [[Indonesia]]) berdarah [[Suku Sunda|Sunda]] yang menulis karya-karyanya dalam [[bahasa Sunda]]. Ia bekerja di perusahaan kereta api sebelum menjadi seorang pengarang pada 1923, dan semasa hidup memiliki pemahaman dalam bidang kesejahteraan sosial; pemahaman ini mempengaruhi novel-novelnya. Ia juga merupakan seorang penerjemah, pembuat drama, dan wartawan yang produktif, dan mengoperasikan sebuah perusahaan yang ditujukan untuk pelayanan penulisan. Sumber-sumber menyatakan tahun kematian Joehana yang berbeda; beberapa sumber menyebut tahun 1930, sementara sumber lainnya menyebut tahun 1942–1945.
 
Pada tujuh tahun masa aktifnya, Joehana menulis sejumlah cerita dan artikel, serta beberapa novel. Tahun-tahun penerbitannya umumnya tidak pasti, karena cetakan ulangnya tidak mencantumkan tahun penerbitan pertama atau nomor percetakannya. Secara khusus, Joehana diklasifikasikan sebagai seorang [[realisme sastra|realis]] yang menggunakan nama-nama tempat dan produk yang sebenarnya dalam karyanya, serta umumnya menggunakan penulisan Sunda dalam novel-novelnya. Namun, pengaruh-pengaruh dari bentuk-bentuk teatrikal tradisional seperti ''[[wayang]]'' dan sastra seperti ''[[pantun]]'' juga ditambahkan. Karya-karya Joehana menyoroti sebagian besar tema, meskipun umumnya karya-karyanya berorientasi pada [[kritik sosial|kritisisme sosial]] dan mempromosikan modernisasi.
 
Meskipun karya-karya Joehana diterbitkan secara independen, karya-karya tersebut terkenal di wilayah [[Bandung]], dimanayaitu tempat di mana karya-karya tersebut diterbitkan. Para pengusaha lokal menyalurkan sumbangan untuk [[penempatan produk]], dan karya-karya Joehana diadaptasi pada permainan panggung dan film. Namun, karya-karya tersebut meraih sambutan akademik yang sedikit sampai 1960an, dan konsensus kritikal sejak itu telah menjadi negatif. Dua karyanya diterbitkan ulang sejak 1960an, dan produksi panggung dari novelnya ''Rasiah nu Goreng Patut'' berlanjut sampai 1980an.
 
== Riwayat ==
Tanggal lahir Akhmad Bassah tidak diketahui dengan pasti, meskipun ia diduga telah dibesarkan di [[Bandung]], [[Jawa baratBarat]], tempat ia lulus dari [[Meer Uitgebreid Lager Onderwijs]]. Dia sempat bekerja di perusahaan kereta api yang dioperasikan pemerintah Hindia Belanda, rupanya naik ke posisi cukup tinggi, namuntetapi akhirnya dipecat karena mengorganisir [[aksi mogok]] Serikat Pekerja Kereta Api dan Trem.{{sfn|Kartini|Hadish|Sumadipura|Iskandarwassid|1979|p=5}} Meskipun dia meninggalkan perusahaan itu, ia tetap aktif dalam gerakan-gerakan sosial. Ia adalah anggota aktif [[Sarekat Rakyat]], dan membantu kelompok tersebut dalam misi [[pekerja sosial|pelayanan sosial]]nya.{{sfn|Kartini|Hadish|Sumadipura|Iskandarwassid|1979|p=6}}
 
Melalui pemberitaan modern, jelas bahwa tahun 1923 Bassah mulai mendapat pengakuan sebagai penulis,{{sfn|Kartini|Hadish|Sumadipura|Iskandarwassid|1979|p=4}} dan bahwa ia juga telah menjadi aktif di dunia seni teater dan sebagai jurnalis.{{sfn|Kartini|Hadish|Sumadipura|Iskandarwassid|1979|p=6}} Untuk karya tulisnya, Bassah menggunakan nama pena "'''Joehana'''", yang diambil dari nama putri angkatnya; sejak saat itu pun disebut dengan nama ini.{{sfn|Kartini|Hadish|Sumadipura|Iskandarwassid|1979|p=4}} Meskipun ia menikah dengan seorang guru bernama Atikah, pasangan ini tidak memiliki anak mereka sendiri.{{sfn|Kartini|Hadish|Sumadipura|Iskandarwassid|1979|p=4}}
 
Sepanjang karier menulisnya, Joehana menulis secara independen, tidak terikat pada perusahaan penerbit apapun. Pada saat itu, [[Balai Pustaka]], penerbit yang dioperasikan oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda, menarik banyak penulis ber[[bahasa Sunda]]. Kartini ''et aldkk.'' menunjukkan bahwa Joehana menolak pendekatan rekan-rekan sezamannya, memilih untuk bekerja secara independen daripada bekerja lagi untuk pemerintah yang telah memecatnya dan pasti akan menyensor karya-karyanya. Hal ini, menurut Kartini ''et aldkk.'', ditunjukkan melalui tema-tema yang umum dalam cerita-cerita tersebut: di mana rekan-rekan sezamannya memfokuskan karya mereka pada sastra eskapisme dan hiburan, Joehana memfokuskan karyanya pada [[kritik sosial]].{{sfn|Kartini|Hadish|Sumadipura|Iskandarwassid|1979|pp=10–11}} Namun, sarjana sastra Sunda [[Ajip Rosidi]], menyatakan bahwa keengganan Joehana untuk menggunakan bahasa Sunda formal membuat Balai Pustaka tidak menerima karya-karyanya.{{sfn|Rosidi|2013b|p=1}}
 
Pada tahun 1928, Joehana membuka Romans Bureau, yang diiklankan menawarkan berbagai layanan, termasuk penulisan dan pencetakan iklan, penerjemahan (dari atau ke dalam bahasa Inggris, Belanda, Melayu, dan Sunda), dan persiapan konsep cerita untuk penulis lain. Joehana mungkin juga telah membuka sekolah kursus menulis, meskipun tampaknya sebagian besar pendapatannya berasal dari royalti dari publikasi karya-karyanya.{{sfn|Kartini|Hadish|Sumadipura|Iskandarwassid|1979|p=6}} Publikasi-publikasi tersebut, yang sebagian besar adalah novel-novel buatannya, umumnya terinspirasi dari jenis-jenis karya yang terkenal pada masa penulisan tersebut. Salah satu muridnya, Abdullah Syafi'i Sukandi, menyatakan bahwa ''Nangis Wibisana'' (''Tangisan Wibisana'') ditulis ketika ''[[dangding]]'' (sebuah bentuk penulisan lirik tradisional) ''Tjeurik Oma'' (''Tangisan Oma'') menjadi terkenal, sementara ''Goenoeng Gelenjoe'' ditulis pada saat pemahaman dalam anekdot-anekdot humor meraih ketenaran.{{sfn|Kartini|Hadish|Sumadipura|Iskandarwassid|1979|p=63}}
Baris 17 ⟶ 34:
Joehana diketahui telah meninggal setelah membantu mengatur penampilan drama panggung berdasarkan novelnya, ''Kalepatan Putra Dosana Ibu Rama'' ("Kesalahan Putra adalah Dosa dari Ibu dan Ayah"), di [[Tasikmalaya]]. Dia dimakamkan di [[Bandung]]. Sumber-sumber tidak memiliki kesepakatan dalam memberikan tahun kematiannya. Atikah, istrinya, menanggalinya sekitar tahun 1930,<ref>dikutip di {{harvnb|Kartini|Hadish|Sumadipura|Iskandarwassid|1979|pp=4–5}}</ref> sebuah tahun yang didukung Rosidi.{{sfn|Rosidi|2013b|p=5}} Sedangkan penerbit Kiwari, yang menerbitkan kembali ''Rasiah nu Goreng Patut'', menulis bahwa penulis ini telah meninggal saat [[masa pendudukan Jepang]] di Hindia Belanda (1942-1945);{{sfn|Kartini|Hadish|Sumadipura|Iskandarwassid|1979|pp=4–5}} perkiraan ini juga dikabarkan oleh kritikus sastra Jakob Soemardjo, yang memperkirakan bahwa Joehana berusia 35 tahun pada saat kematiannya.{{sfn|Sumardjo|1989|p=461}}
 
== Karya tulis ==
[[Berkas:Tjarios Agan Permas cover.jpg|thumbjmpl|''Tjarios Agan Permas'' (volume ketiga; edisi 1926)]]
[[Berkas:Moegiri cover.jpg|thumbjmpl|''Moegiri'' (volume kedua; edisi 1928)]]
Joehana menerbitkan 14 buku, serta berbagai editorial dan artikel di koran ''Soerapati''. Namun, tidak semuanya masih ada hingga kini; misalnya, dalam sebuah kajian tahun 1979 tentang penulis ini, [[Tini Kartini]] ''et aldkk.'' hanya menemukan 6 dari publikasi Joehana tersebut. Sulit untuk menentukan tahun awal publikasi karya-karya tersebut, karena meskipun buku Joehana umumnya mencatat tahun publikasinya, edisi tersebut tidak mencatatnya.{{sfn|Kartini|Hadish|Sumadipura|Iskandarwassid|1979|pp=2–3}} Dengan demikian, beberapa sumber mencatat karya-karyanya diterbitkan dalam tahun yang berbeda; misalnya, ''Carios Agan Permas'' ("Kisah Agan Permas"), tertulis diterbitkan dalam berbagai tanggal, seperti 1923, 1926, dan 1928.{{sfn|Kartini|Hadish|Sumadipura|Iskandarwassid|1979|p=16}}
 
Daftar berikut ini didasarkan pada daftar yang disusun oleh Kartini ''et aldkk.'' dalam penelitian tahun 1979 mereka. Daftar ini tidak memasukkan karya Joehana sebagai [[wartawan]], juga tidak mencakup karya yang ia terbitkan melalui ''Romans Bureau''-nya. Meskipun novel lain, seperti ''Eulis Tjinio'', telah dikaitkan dengan namanya, karya tersebut tidak dimasukkan di daftar ini karena kurangnya verifikasi.{{efn|Meskipun karya-karya lainnya, seperti ''Eulis Tjinio'', juga melibatkan dirinya, karya-karya tersebut tidak masuk dalam ulasan buatan Kartini dan pengulas lainnya karena kurangnya verifikasi {{harv|Kartini|Hadish|Sumadipura|Iskandarwassid|1979|p=16}}.}}{{sfn|Kartini|Hadish|Sumadipura|Iskandarwassid|1979|pp=12&ndash;1612–16}}<!--Translations of titles original to Wikipedia; titles not translated are names of characters-->
 
* {{cite book|title=Bambang Hendrasaputra |language=bahasa Sunda}} (berdasarkan cerita ''[[wayang]]'')
* {{cite book|title=Tjarios Agan Permas |trans_title=Kisah Agan Permas |language=Sundabahasa Sunda|publisher=Dakhlan Bekti |location=Bandung}} (tiga jilid; total 148 halaman)
* {{cite book|title=Tjarios Eulis Atjih |trans_title=Kisah Eulis Atjih |language=Sundabahasa Sunda|publisher=Dakhlan Bekti |location=Bandung}} (tiga jilid)
* {{cite book|title=Goenoeng Gelenyoe |trans_title=Gunung yang Tersenyum|language=bahasa Sunda |publisher=Dakhlan Bekti |location=Bandung}} (buku humor; 31 halaman)
* {{cite book|title=Kalepatan Poetra Dosana Iboe Rama |trans_title=Kesalahan Putra adalah Dosa Ibu dan Ayah |language=bahasa Sunda}}
* {{cite book|title=Kasoeat koe Doeriat |trans_title=Mengenang Cinta |language=bahasa Sunda |publisher=Dakhlan Bekti |location=Bandung}} (setidaknya dua jilid)
* {{cite book|title=Lalampahan Pangeran Nampabaja sareng Pangerang Lirbaja |trans_title=Kisah Pangeran Nampabaya dan Pangeran Lirbaya |language=bahasa Sunda |publisher=Dakhlan Bekti |location=Bandung}} (satu jilid; 44 halaman)
* {{cite book|title=Moegiri |language=bahasa Sunda |publisher=Kusradie |location=Bandung}} (dua jilid; 74 halaman)
* {{cite book|title=Nangis Wibisana |trans_title=Air Mata Wibisana |language=bahasa Sunda }} (sebuah ''dangding'')
* {{cite book|title=Neng Jaja |trans_title=Nona Yaya |language=Sundabahasa Sunda|location=Batavia|publisher=Krakatau }} (dua jilid)
* {{cite book|title=Nj. R. Tedjainten |language=bahasa Sunda}} (tidak diterbitkan)
* {{cite book|title=Rasiah nu Goreng Patut |trans_title=Rahasia si Jelek |language=Sundabahasa Sunda|publisher=Dakhlan Bekti |location=Bandung}} (satu jilid; dengan Soekria{{efn|Tidak jelas siapa itu Soekria, jika Soekria bukan nama pena lain dari Joehana. Menurut ''Rasiah nu Goreng Patut'', Soekria menulis ceritanya, dan Joehana hanya bertugas sebagai penyunting. {{harvtxt|Rosidi|2013b|p=12}} menyatakan bahwa bahasa dalam buku tersebut secara pasti berasal dari Joehana, dan jika seseorang yang bernama Soekria hanya tercantum pada ''Rasiah nu Goreng Patut'', itu berarti nama tersebut hanya sebuah unsur inti alur. Namun, ia mempertanyakan apakah Soekria benar-benar ada: nama Soekria sebelumnya digunakan untuk menyebut nama putra Eulis Acih dalam ''Tjarios Eulis Atjih''.}})
* {{cite book|title=Roro Amis |language=bahasa Sunda }}
* {{cite book|title=Sajarah Pamidjahan |trans_title=Sejarah Pamijahan |language=bahasa Sunda}}
 
== Gaya ==
Joehana tampaknya cukupsering mengenalmembaca sastrakarya-sastrakarya tradisional mengenai [[Asia Tenggara Maritim]],. misalnya''Nangis ketikaWibisana'' iaterinspirasi mengambildari ''[[Ramayana]]'' sebagai inspirasi untuk karyanya ''Nangis Wibisana''.{{sfn|Kartini|Hadish|Sumadipura|Iskandarwassid|1979|p=50}} BerbagaiTokoh-tokoh karater ''wayang''Wayang seperti punakawan [[Cepot]] munculdisebut dalam tulisan-tulisannya,.{{sfn|Rosidi|2013b|p=9}} danIa ia menggunakan berbagaimemakai teknik cerita tradisional Sunda, misalnyaseperti ''[[pantun]]'', yaitubentuk sejenis puisisyair yang seringlazim ditampilkandalam padapertunjukan pagelaran ''[[wayang golek]]''. NamunAkan tetapi, terdapatada beberapasejumlah perubahanperbedaan penting.besar Beragamdibandingkan tulisannyakarya tidaksastra pada umumnya. Karya-karyanya menggunakan bentuk-bentuk sastra tradisional, seperti ''[[wawacan]]'', namun memakai bentuk novel yang merupakanbukan bentuk sastra Eropa (novel). Tidak seperti bentukAlih-bentuk sastra tradisional yang memakaialih bahasa Sunda resmi, Joehana menulis dalam bahasa Sunda sehari-hari.{{sfn|Rosidi|2013b|p=7}} Tata bahasa dan strukturnya memperlihatkanmenunjukkan adanyabukti pengaruh bahasa-dari bahasa lain, dan kosakatanyakosa punkatanya tidak murni dari bahasa Sunda; beberapaada katapula campuran kosakata Belanda (bahasa pemerintah kolonial) termasuk di dalamnya.{{sfn|Kartini|Hadish|Sumadipura|Iskandarwassid|1979|p=62}}
 
Penulis asal Sunda, M.&nbsp;A.&nbsp;Salmoen, menggolongkan Joehana sebagai seorangsastrawan [[Realismerealisme (sastra)|realismerealis]].<ref>indalam {{harvnb|Kartini|Hadish|Sumadipura|Iskandarwassid|1979|p=63}}</ref> Rosidi menuliskanmenulis bahwa jiwa realisme diangkatdapat keditemukan dalamdi karya tulisan-karya Joehana melaluidalam penggunaanbentuk referensi merk danmerek-merek produk (populer)ternama yangseperti sudah adarokok, termasuk cerutu, produk ikan asin, dan biskuit (meskipun begitu,meski Joehana menulisnyamenulis untuk orangpembaca kontemporer di Bandung, yang diharapkanmungkin dapat mengetahuikenal produk initersebut, tetapitidak mereka tetap tidakada memberikanpenjelasan tanggapanmengenai apapunmereknya). Joehana menggunakan kotatempat-tempat Bandungnyata sebagaidi lokasiBandung nyatadalam pada novelbeberapa karyanyanovelnya, dan beberapa tokoh lokal terkemukasetempat yang pernahjadi diberitakanbuah bibir (sepertimisalnya Salim seorangsi pencopet) Salim)juga secaradisebutkan sepintassekali-kali.{{sfn|Rosidi|2013b|p=7}} AdaMungkin kemungkinansaja bahwapenempatan penggunaan nama-namamerek tersebut hanyamerupakan sebagaibagian cara untukdari [[penempatan produk|memperkenalkan produk]] saja, dimanaartinya Joehana dibayar untuk memuatmemasukkan namamerek-namamerek produk tersebut kedi dalam novel karyanyanovelnya; pembayaranpembayarannya inibisa mungkinjadi tidak dilakukandalam secarabentuk langsungtunai, tetapimelainkan dalam bentuk barang atau jasa,{{sfn|Rosidi|2013b|pp=10–11}} atau berupadonasi untuk sumbanganSarekat masyarakatRakyat.{{sfn|Kartini|Hadish|Sumadipura|Iskandarwassid|1979|p=65}}
 
Joehana memilikimenunjukkan selera humorhumornya yang dapat diterima denganditanggapi baik oleh kawanpara sebayanya:koleganya; misalnyacontohnya, katak pemburu Karnadidalam ''Rasiah nu Goreng Patut'', yangKarnadi menggambarkansi perjalanan ke sawah untuk menangkap katak, yangpemburu berartikodok "berangkatpergi ke kantor" dan(sawah) tongkatuntuk yangmenangkap iakodok gunakandan untukmembunuhnya membunuh katak sebagaidengan "pensil", (ranting pohon);{{sfn|Kartini|Hadish|Sumadipura|Iskandarwassid|1979|p=60}} sedangkan Van der Zwak asal Belandadalam ''Tjarios Agan Permas'', tokoh Belanda Van der Zwak menggunakan [[Laraslaras bahasa|laras bahasa]] Sunda paling santun{{efn|Dalam bahasa Sunda, terdapat beberapa laras dalam bahasa yang berbeda ketika digunakan untuk percakapanlisan. Frasa yangBentuk paling sopan umumnyabiasanya diperuntukkandigunakan bagioleh merekamasyarakat yang berada di posisi sosial yang lebihkelas tinggiatas.}} ketikasaat berbicara pada orang yang tidakdengan disukainyaanjingnya.{{sfn|Kartini|Hadish|Sumadipura|Iskandarwassid|1979|p=26}} Beberapa dari lelucon iniJoehana masihterus populerbertahan; Rosidi membukukanmencatat salah satubahwa lelucon, tentang bagaimana cara berbicara denganmengucapkan bahasa Belanda, sebagaimasih keberhasilannyabertahan padasampai tahun 1980-an.{{Efn|Pada kalimatDalam ''Rasiah nu Goreng Patut'', Karnadi mencobayang untuktidak berpendidikan lulusberusaha menyamar sebagai seorang kontraktor kayayang terdidik dan terdidikkaya. Untuk meyakinkan calon ayah mertuanya, Karnadi menceritakanmenyatakan bahwa, untuk berbicara bahasaberbahasa Belanda, hanyaseseorang perlutinggal menambahkan kata ''de'' sebelumdi sebuahdepan suatu kata danserta akhiran "-ceh" padadi akhir kata itu. Misalnya, ''lamplampu'' akan menjadi ''de lamceh'' {{harv|Joehana|Soekria|2013|p=45}}.}}{{sfn|Rosidi|2013b|p=9}}
 
== Tema ==
Tema yang mendominasi tulisan-tulisan Joehana adalah kritik sosial, terutama yang terkait dengan kondisi sosial-ekonomi. Dalam ''Rasiah nu Goreng Patut'', ia mengkritik orang-orang yang mengejar kekayaan materi di atas segalanya lewat penokohan Eulis Awang dan keluarganya; mereka sangat rakus sampai-sampai mereka tidak sadar bahwa pria yang melamar Eulis Awang bukanlah seorang pria yang seperti pria tersebut ceritakan.{{sfn|Kartini|Hadish|Sumadipura|Iskandarwassid|1979|pp=58–60}} Dalam ''Tjarios Eulis Atjih'', kisah Arsad dan Eulis Atjih (tokoh utama), menunjukkan bahwa kekayaan tidak abadi dan kerakusan memiliki dampak buruk. Keduanya jatuh miskin dan status sosialnya turun, jadi mereka harus bekerja keras untuk bertahan hidup. Dalam novel tersebut, Joehana meminta agar orang kaya membantu dan melindungi orang miskin, bukan mengabaikan mereka.{{sfn|Kartini|Hadish|Sumadipura|Iskandarwassid|1979|pp=29–31}} ''Tjarios Agan Permas'' menegaskan bahwa orang kaya dan miskin harus diperlakukan setara:{{sfn|Kartini|Hadish|Sumadipura|Iskandarwassid|1979|p=25}}
Joehana tampaknya sering membaca karya-karya tradisional mengenai [[Asia Tenggara Maritim]]. ''Nangis Wibisana'' terinspirasi dari ''[[Ramayana]]''.{{sfn|Kartini|Hadish|Sumadipura|Iskandarwassid|1979|p=50}} Tokoh-tokoh Wayang seperti [[Cepot]] disebut dalam tulisan-tulisannya.{{sfn|Rosidi|2013b|p=9}} Ia memakai teknik cerita tradisional Sunda seperti [[pantun]], bentuk syair yang lazim dalam pertunjukan [[wayang golek]]. Akan tetapi, ada sejumlah perbedaan besar dibandingkan karya sastra pada umumnya. Karya-karyanya menggunakan bentuk sastra tradisional seperti ''wawacan'', bukan bentuk sastra Eropa (novel). Alih-alih bahasa resmi, Joehana menulis dalam bahasa Sunda sehari-hari.{{sfn|Rosidi|2013b|p=7}} Tata bahasa dan strukturnya menunjukkan bukti pengaruh dari bahasa lain, dan kosa katanya tidak murni dari bahasa Sunda; ada pula campuran kosa kata Belanda (bahasa pemerintah kolonial).{{sfn|Kartini|Hadish|Sumadipura|Iskandarwassid|1979|p=62}}
 
{{quote|text=Bagi orang miskin maupun rakyat jelata, tak ada beda antara orang kaya atau bangsawan asalkan mereka sama-sama berkesempatan belajar. Ingat, jangan lupa, kepintaran seseorang bukan hanya untuk bertahan hidup, melainkan juga untuk memenuhi kebutuhan khalayak.{{efn|Teks asli: "''Pakeun uteuk si miskin atawa si menak asal pada-pada diajar nu sarua luhurna. Kade ulah poho, yen kapinteran teh lain ngan wungkul pakeun neangan kahirupan bae, tetapi kudu bisa metakeun pakeun kaperluan sarerea.''"}}}}
Penulis Sunda, M.&nbsp;A.&nbsp;Salmoen, menggolongkan Joehana sebagai sastrawan [[realisme (sastra)|realis]].<ref>in {{harvnb|Kartini|Hadish|Sumadipura|Iskandarwassid|1979|p=63}}</ref> Rosidi menulis bahwa realisme dapat ditemukan di karya-karya Joehana dalam bentuk merek-merek produk ternama seperti rokok, ikan asin, dan biskuit (meski Joehana menulis untuk pembaca kontemporer di Bandung yang mungkin kenal produk tersebut, tidak ada penjelasan mengenai mereknya). Joehana menggunakan tempat-tempat nyata di Bandung dalam beberapa novelnya, dan tokoh setempat yang jadi buah bibir (misalnya Salim si pencopet) juga disebutkan sekali-kali.{{sfn|Rosidi|2013b|p=7}} Mungkin saja penempatan merek tersebut merupakan bagian dari [[penempatan produk]], artinya Joehana dibayar untuk memasukkan merek-merek produk di dalam novelnya; pembayarannya bisa jadi tidak dalam bentuk tunai, melainkan dalam bentuk barang atau jasa,{{sfn|Rosidi|2013b|pp=10–11}} atau donasi untuk Sarekat Rakyat.{{sfn|Kartini|Hadish|Sumadipura|Iskandarwassid|1979|p=65}}
 
Kelompok yang biasanya dihormati namun dikritik Joehana adalah [[haji]], orang-orang Islam yang telah menunaikan ibadah [[haji]] ke [[Makkah]]. Para haji dalam cerita-cerita Johana umumnya rakus, penuh nafsu duniawi, dan tidak tertarik dengan kebaikan umat manusia.{{sfn|Kartini|Hadish|Sumadipura|Iskandarwassid|1979|p=62}} Dalam ''Tjarios Agan Permas'', misalnya, Haji Serbanna menunjukkan kemunafikannya dengan mencap [[riba]] [[haram]] namun membebankan bunga tinggi untuk pinjaman dan menolak menyempurnakan [[shalat]] karena ia sedang menunggu tamu yang membawa hadiah besar. Sang haji digambarkan mengenakan tata rias yang berlebihan sampai-sampai Kartini dkk. menggambarkan bahwa dia seperti badut.{{sfn|Kartini|Hadish|Sumadipura|Iskandarwassid|1979|p=24}}
Joehana menunjukkan selera humornya yang ditanggapi baik oleh para koleganya; contohnya, dalam ''Rasiah nu Goreng Patut'', Karnadi si pemburu kodok "pergi ke kantor" (sawah) untuk menangkap kodok dan membunuhnya dengan "pensil" (ranting pohon);{{sfn|Kartini|Hadish|Sumadipura|Iskandarwassid|1979|p=60}} dalam ''Tjarios Agan Permas'', tokoh Belanda Van der Zwak menggunakan [[register (sosiolinguistik)|register]] bahasa Sunda{{efn|In Sundanese, there are different registers used for speaking. The most polite form is generally reserved for those of a higher social position.}} saat berbicara dengan anjingnya.{{sfn|Kartini|Hadish|Sumadipura|Iskandarwassid|1979|p=26}} Beberapa lelucon Joehana terus bertahan; Rosidi mencatat bahwa lelucon tentang cara mengucapkan bahasa Belanda masih bertahan sampai tahun 1980-an.{{Efn|In ''Rasiah nu Goreng Patut'', the uneducated Karnadi attempts to pass as a rich and well-educated contractor. In order to convince his prospective father-in-law, Karnadi relates that, to speak Dutch, one need only add ''de'' before a word and "ceh" at the end of a word. For instance, ''lamp'' would become ''de lamceh'' {{harv|Joehana|Soekria|2013|p=45}}.}}{{sfn|Rosidi|2013b|p=9}}
 
Meski Joehana menolak kawin paksa, praktik yang lazim di kalangan warga Sunda pada abad ke-20, dan mendukung pernikahan atas dasar cinta, ia juga mengingatkan bahaya interaksi yang terlalu bebas antara pria dan wanita.{{sfn|Kartini|Hadish|Sumadipura|Iskandarwassid|1979|p=62}} Lewat ''Kalepatan Poetra Dosana Iboe Rama'', ia mengutuk pernikahan paksa dengan menggambarkan pernikahan seorang gadis dengan pria kaya yang cukup tua untuk menjadi bapaknya; pernikahan tersebut menjadikan si gadis seorang pariah yang menanggung "dosa-dosa" orang tuanya.{{sfn|Kartini|Hadish|Sumadipura|Iskandarwassid|1979|p=33}} Sementara itu, ''Moegiri'' dan ''Neng Jaja'' mengisahkan perempuan-perempuan yang terlalu bebas berinteraksi dengan para lelaki sehingga mereka mengalami nasib buruk: perceraian, penyiksaan, dan perselingkuhan.{{sfn|Kartini|Hadish|Sumadipura|Iskandarwassid|1979|pp=40–52}}
==Warisan==
[[Berkas:Eulis Atjih p.74.jpg|thumb|Iklan surat kabar untuk ''[[Eulis Atjih]]'' (1927), yang diadaptasi dari novel Joehana]]
Karya Joehana sering diadaptasi ke panggung pementasan. ''Rasiah nu Goreng Patut'', misalnya, diadaptasi ke dalam berbagai bentuk, termasuk sebagai [[lenong]] ber[[bahasa Melayu]].{{sfn|Kartini|Hadish|Sumadipura|Iskandarwassid|1979|p=5}} Tiga film telah diadaptasi dari novel karya Joehana, dua film dari ''Tjarios Eulis Atjih'' dan satu dari ''Rasiah nu Goreng Patut''. Film ang pertama, ''[[Eulis Atjih]]'', disutradarai dan diproduksi oleh [[G. Krugers]] dan dirilis pada tahun 1927 yang meraih sukses dan popularitas.{{sfn|Biran|2009|p=76}} Film yang kedua, umumnya disebut sebagai ''[[Karnadi Anemer Bangkong]]'', diadaptasi dari ''Rasiah nu Goreng Patut'' oleh Krugers dan dirilis pada awal 1930-an; film ini diketahui telah ditimpa kegagalan secara komersil, dilaporkan menimbulkan kontroversi karena menggambarkan seorang pria Muslim yang mengkonsumsi daging kodok.{{sfn|Biran|2009|pp=98, 143}} Adaptasi ketiga novel Joehana , juga berjudul ''Eulis Atjih'', diselesaikan oleh [[Rd Ariffien]] pada tahun 1954.{{sfn|Filmindonesia.or.id, Eulis Atjih}} Penampilan panggung dari ''Rasiah nu Goreng Patut'' berlanjut sampai akhir 1980, meskipun pada waktu itu karya tersebut dianggap oleh masyarakat umum sebagai bagian dari [[cerita rakyat]].{{sfn|Rosidi|2013b|pp=5–6}}
 
== Warisan ==
Namun, hanya sedikit ceramah akademik mengenai Joehana diterbitkan hingga tahun 1960-an. Hal ini dimulai dengan publikasi dari dua karyanya: ''Rasiah nu Goreng Patut'' pada tahun 1963 sebagai sebuah buku, dan ''Moegiri'' sebagai awal [[serial (literatur)|serial]] yang dimulai dalam edisi [[15 Oktober]] 1965 dari majalah ''Sunda''. Editor majalah tersebut, [[Ajip Rosidi]], memasukkan diskusi tentang Joehana dalam buku 1966-nya, ''Kesusastraan Sunda Dewasa Ini''. Beberapa diskusi lainnya oleh penulis seperti [[Yus Rusyana]] dan [[Rusman Sutiamarga]], diterbitkan dalam majalah seperti ''Wangsit'' atau dimasukkan dalam bahan kuliah di universitas. Hingga tahun 1979 karya Joehana belum pernah diajarkan dalam mata pelajaran bahasa Sunda di sekolah-sekolah.{{sfn|Kartini|Hadish|Sumadipura|Iskandarwassid|1979|pp=1–2}}
[[Berkas:Eulis Atjih p.74.jpg|jmpl|Iklan surat kabar untuk ''[[Eulis Atjih]]'' (1927), yang diadaptasi dari novel Joehana]]
Karya Joehana sering diadaptasi ke panggung pementasan. ''Rasiah nu Goreng Patut'', misalnya, diadaptasi ke dalam berbagai bentuk, termasuk sebagai [[lenong]] ber[[bahasa Melayu]]{{sfn|Kartini|Hadish|Sumadipura|Iskandarwassid|1979|p=5}} dan sebuah penampilan panggung dari ''Tjarios Eulis Atjih'' yang direkam di [[Ciamis]].{{sfn|Pewarta Soerabaia 1928, Tjerita Eulis Atjih}} Tiga film telah diadaptasi dari novel karya Joehana, dua film dari ''Tjarios Eulis Atjih'' dan satu dari ''Rasiah nu Goreng Patut''. Film ang pertama, ''[[Eulis Atjih]]'', disutradarai dan diproduksi oleh [[G. Krugers]] dan dirilis pada tahun 1927 yang meraih sukses dan popularitas.{{sfn|Biran|2009|p=76}} Film yang kedua, umumnya disebut sebagai ''[[Karnadi Anemer Bangkong]]'', diadaptasi dari ''Rasiah nu Goreng Patut'' oleh Krugers dan dirilis pada awal 1930-an; film ini diketahui telah ditimpa kegagalan secara komersial, dilaporkan menimbulkan kontroversi karena menggambarkan seorang pria Muslim yang mengkonsumsi daging kodok.{{sfn|Biran|2009|pp=98, 143}} Adaptasi ketiga novel Joehana, juga berjudul ''Eulis Atjih'', diselesaikan oleh [[Rd Ariffien]] pada tahun 1954.{{sfn|Filmindonesia.or.id, Eulis Atjih}} Penampilan panggung dari ''Rasiah nu Goreng Patut'' berlanjut sampai akhir 1980, meskipun pada waktu itu karya tersebut dianggap oleh masyarakat umum sebagai bagian dari [[cerita rakyat]].{{sfn|Rosidi|2013b|pp=5–6}}
 
Namun, hanya sedikit ceramah akademik mengenai Joehana diterbitkan hingga tahun 1960-an. Hal ini dimulai dengan publikasi dari dua karyanya: ''Rasiah nu Goreng Patut'' pada tahun 1963 sebagai sebuah buku, dan ''Moegiri'' sebagai awal [[serial (literatur)|serial]] yang dimulai dalam edisi [[15 Oktober]] 1965 dari majalah ''Sunda''. Editor majalah tersebut, [[Ajip Rosidi]], memasukkan diskusi tentang Joehana dalam buku 1966-nya, ''Kesusastraan Sunda Dewasa Ini''. Beberapa diskusi lainnya oleh penulis seperti [[Yus Rusyana]] dan [[Rusman Sutiamarga]], diterbitkan dalam majalah seperti ''Wangsit'' atau dimasukkan dalam bahan kuliah di universitas. Hingga tahun 1979 karya Joehana belum pernah diajarkan dalam mata pelajaran bahasa Sunda di sekolah-sekolah.{{sfn|Kartini|Hadish|Sumadipura|Iskandarwassid|1979|pp=1–2}}
Tanggapan kritikus modernterhadap karya-karya buatan Joehana umumnya negatif. Sumardjo menyatakan bahwa kelemahan terbesarnya adalah kurangnya penjelasan mendalam daei watak-watak para karakternya serta latar belakang sosialnya yang cenderung tidak jelas.{{sfn|Sumardjo|1989|p=461}} Kartini dan kawan-kawannya menyanjung keproduktivitasan Joehana, tapi menemukan kekurangan karakterisasi dalam karya-karyanya. Mereka menemukan bahwa, pada masa ke masa, usahanya untuk memberikan pesan sosial menjadi terlalu dominan sehingga karya-karyanya mengarah ke arah propaganda.{{sfn|Kartini|Hadish|Sumadipura|Iskandarwassid|1979|pp=67–68}} Rosidi memberikan pandangan yang lebih postif terhadap penulisan Joehana, dengan menyatakan bahwa, meskipun menggunakan perkataan Sunda non-formal pada 1920an, arti peribahasa dalam karya-karya Joehana lebih dinamis dan "hidup" ketimbang karya-karya yang diterbitkan oleh Balai Pustaka.{{Sfn|Rosidi|2013a|p=52}}
 
Tanggapan kritikus modern terhadap karya-karya buatan Joehana umumnya negatif. Sumardjo menyatakan bahwa kelemahan terbesarnya adalah kurangnya penjelasan mendalam terkait watak-watak para karakternya, serta latar belakang sosialnya yang cenderung tidak jelas.{{sfn|Sumardjo|1989|p=461}} Kartini dan kawan-kawannya menyanjung keproduktivitasan Joehana, tetapi menemukan kekurangan karakterisasi dalam karya-karyanya. Mereka menemukan bahwa, pada masa ke masa, usahanya untuk memberikan pesan sosial menjadi terlalu dominan sehingga karya-karyanya mengarah ke arah propaganda.{{sfn|Kartini|Hadish|Sumadipura|Iskandarwassid|1979|pp=67–68}} Rosidi memberikan pandangan yang lebih positif terhadap penulisan Joehana, dengan menyatakan bahwa, meskipun menggunakan perkataan Sunda non-formal pada 1920-an, arti peribahasa dalam karya-karya Joehana lebih dinamis dan "hidup" ketimbang karya-karya yang diterbitkan oleh [[Balai Pustaka]].{{Sfn|Rosidi|2013a|p=52}}
==Catatan penjelas==
 
== Catatan penjelas ==
{{notelist}}
 
== Referensi ==
{{refs|30em25em}}
 
== Karya yang dikutip ==
{{refbegin|40em}}
* {{cite book
|title=[[Sejarah Film 1900–1950|Sejarah Film 1900-1950: Bikin Film di Jawa]]
|language=Indonesia
|trans_title=History of Film 1900-1950: Making Films in Java
|last=Biran
|language=Indonesian
|first=Misbach Yusa
|last=Biran
|firstauthor-link=Misbach Yusa Biran
|publisher=Komunitas Bamboo bekerja sama dengan Dewan Kesenian Jakarta
|author-link=Misbach Yusa Biran
|year=2009
|publisher=Komunitas Bamboo working with the Jakarta Art Council
|isbn=978-979-3731-58-2
|year=2009
|ref=harv
|isbn=978-979-3731-58-2
|ref=harv
}}
* {{Cite web
|title=Eulis Atjih
|language=IndonesianIndonesia
|url=http://filmindonesia.or.id/movie/title/lf-e010-54-245162_eulis-atjih
|work=Filmindonesia.or.id
|publisher=Konfiden Foundation
|archiveurl=httphttps://www.webcitation.org/6O8UskwTc?url=http://filmindonesia.or.id/movie/title/lf-e010-54-245162_eulis-atjih
|archivedate=17 March 2014-03-17
|accessdate=17 MarchMaret 2014
|ref={{sfnRef|Filmindonesia.or.id, Eulis Atjih}}
|dead-url=no
}}
}}
*{{Cite book
* {{Cite book
|last1=Joehana
|last1=Joehana
|last2=Soekria
|last2=Soekria
|title=Rasiah nu Goréng Patut
|title=Rasiah nu Goréng Patut
|trans_title=Secret of the Ugly One
|publisher=Kiblat
|location=Bandung
|language=SundaneseSunda
|year=2013
|ref=harv
|origyear=1928
|isbn=978-979-8002-31-1
}}
 
* {{Cite book
|title=Yuhana: Sastrawan Sunda
|url=https://archive.org/details/gottesdienstlic00jacogoog
|trans_title=Yuhana: A Sundanese Man of Letters
|language=IndonesianIndonesia
|last1=Kartini
|first1=Tini
|last2=Hadish
|first2=Yetty Kumsiyati
|last3=Sumadipura
|first3=Sutedja
|last4=Iskandarwassid
|year=1979
|publisher=DepartmentDepartemen ofPendidikan Educationdan and CultureKebudayaan
|location=Jakarta
|oclc=248300199
|ref=harv
}}
* {{Cite web
|title=Mugiri
|publisher=WorldCat
|url=http://www.worldcat.org/title/mugiri/oclc/65543007&referer=brief_results
|archiveurl=httphttps://www.webcitation.org/6Oqputoje?url=http://www.worldcat.org/title/mugiri/oclc/65543007
|archivedate=15 April 2014-04-15
|accessdate=15 April 2014
|ref={{sfnRef|WorldCat, Mugiri}}
|dead-url=no
}}
* {{Cite book
|last=Rosidi
|first=Ajip
|language=Indonesia
|title=Mengenal Kesusasteraan Sunda
|publisher=Pustaka Jaya
|location=Bandung
|year=2013a
|ref=harv
|origyear=1966
|isbn=978-979-419-413-3
}}
* {{Cite book
|last=Rosidi
|first=Ajip
|language=IndonesianSunda
|chapter=Rasiah nu Goréng Patut-na Joehana
|title=Mengenal Kesusasteraan Sunda
|title=Rasiah nu Goréng Patut
|trans_title=Introduction to Sundanese Literature
|publisher=Pustaka JayaKiblat
|location=Bandung
|year=2013a2013b
|ref=harv
|origyear=19661983
|pages=5–13
|isbn=978-979-419-413-3
|isbn=978-979-8002-31-1
}}
*{{Cite book
|last=Rosidi
|first=Ajip
|language=Sundanese
|chapter=Rasiah nu Goréng Patut-na Joehana
|trans_chapter=Joehana's Rasiah nu Goréng Patut
|title=Rasiah nu Goréng Patut
|trans_title=Secret of the Ugly One
|publisher=Kiblat
|location=Bandung
|year=2013b
|ref=harv
|origyear=1983
|pages=5–13
|isbn=978-979-8002-31-1
}}
* {{cite encyclopedia
| year = 1989
| title = Joehana
Baris 171 ⟶ 187:
| location =Jakarta
| ref = harv
|language=IndonesianIndonesia
|oclc= 248133402
|page=461
}}
* {{Cite news
|title=Tjerita Eulis Atjih Djadi Rewel
|language=Melayu
|trans_title=The Story of Eulis Atjih Becomes Complicated
|page=n.p
|language=Malay
|work=Pewarta Soerabaia
|page=n.p
|date=29 May 1928
|work=Pewarta Soerabaia
|ref={{SfnRef|Pewarta Soerabaia 1928, Tjerita Eulis Atjih}}
|date=29 May 1928
}} (kliping diakses di [[Sinematek Indonesia]])
|ref={{SfnRef|Pewarta Soerabaia 1928, Tjerita Eulis Atjih}}
}} (clipping accessed at [[Sinematek Indonesia]])
{{refend}}
{{Artikel pilihan}}
{{Authority control}}
 
[[Kategori:Penulis Indonesia]]
Baris 191 ⟶ 208:
[[Kategori:Tokoh dari Bandung]]
[[Kategori:Penulis abad ke-20]]
[[Kategori:Sastrawan]]