Kekhalifahan Abbasiyah: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
k Membalikkan revisi 26423881 oleh 112.215.235.33 (bicara) Tag: Pembatalan |
||
(44 revisi perantara oleh 29 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Expand language|langcode=en|otherarticle=Abbasid Caliphate|date=Maret 2024}}
{{infobox former country
| native_name = الخلافة العباسية
|
|
|
|
|
| government_type = [[Khilafah]]
| life_span = 750–1258<br />1261–1517<br />{{small|(di bawah [[Kesultanan Mamluk (Kairo)|Kesultanan Mamluk Kairo]])}}
|
|
| p1 = Kekhalifahan Umayyah | s1
| s2
| s3
| s4
| s5
| s6
| image_flag = Abbasid banner.svg
| flag_caption =
| image_map
| image_map_caption
| today
{{flag|Iran}}<br />
{{flag|Arab Saudi}}<br />{{flag|Oman}}<br />{{flag|Bahrain}}<br />{{flag|Lebanon}}<br />
Baris 30 ⟶ 31:
{{flag|Azerbaijan}}<br />{{flag|Suriah}}<br />{{flag|Turki}}<br />
{{flag|Libya}}<br />
{{flag|
{{flag|Maroko}}<br />{{flag|Pakistan}}<br />{{flag|Kuwait}}<br />{{flag|Siprus}}<br />{{flag|Yaman}}<br />{{flag|Yordania}}<br />
{{flag|Armenia}}<br />{{flag|Yunani}}<br />{{flag|Tunisia}}<br />
Baris 41 ⟶ 42:
{{flag|Malta}}<br />
{{flag|Portugal}}<br />
{{flag|Spanyol}}
Kekhalifahan Abbasiyah pada masa kejayaannya, sekitar 233/234 [[Hijriah|H]] atau 849 [[Masehi|M]]
| capital = [[Kufah]]<br />{{small|(750–762)}}<br />[[Baghdad]]<br />{{small|(762–796, 809–836, 892–1258)}}<br />[[Ar-Raqqah]]<br />{{small|(796–809)}}<br />[[Samarra]]<br />{{small|(836–892)}}<br />[[Kairo]]<br />{{small|(1261–1517)}}
| common_languages = [[Bahasa Arab|Arab]] (administrasi pusat); berbagai bahasa regional
| religion = [[Islam]] (penguasa); rakyat dengan berbagai macam agama
Baris 55 ⟶ 56:
| year_leader3 = 1508–1517
| title_leader = [[Khalifah]]
| footnotes =
| image_map2 = File:Abbasid Caliphate.png
| image_map2_caption = Kekhalifahan Abbasiyah serta wilayah administratifnya di bawah pemerintahan [[al-Mutawakkil]], sekitar 233/234 H atau 849 M
}}
'''Kekhalifahan Abbasiyah''' ([[Bahasa Arab|Arab]]: الخلافة العباسية, ''al-khilāfah al-‘abbāsīyyah'') atau '''Bani Abbasiyah''' ([[Bahasa Arab|Arab]]: العباسيون, ''al-‘abbāsīyyūn'') adalah [[kekhalifahan]]
Keturunan yang berasal dari Bani Abbasiyah termasuk suku al-Abbasi saat ini banyak bertempat tinggal di [[timur laut]] [[Tikrit]], [[Iraq]] sekarang.
== Pendahuluan ==
Baris 74:
Pusat propaganda ada di dua tempat, yaitu Kufah dan Khurasan.<ref name=":0" /> Kufah terhitung negeri baru di wilayah Irak, dan Irak pada masa itu termasuk dalam daerah Persia. Khurasan pun termasuk dalam daerah Persia. Keduanya menjadi pusat perkumpulan rahasia itu sebab Bani Umayah sendiri kuat kedudukannya di kalangan bangsa Arab, sedangkan daulah yang akan berdiri ini hendak berpusat pada Persia, bukan ke Arab. Di kedua negeri itu, banyak orang yang merasa kurang senang jika khalifah tidak dipegang oleh Bani Hasyim, padahal merekalah yang dekat hubungannya dengan Rasul.
Mereka mengangkat 12 orang propagandis.<ref name=":0" /> Kedua belas orang tersebut mengembara di negeri Khurasan, Kufah, Irak, lalu mendatangi Mekah pada musim haji. Mereka mengincar orang yang menentang kezaliman pemerintahan Bani Umayah. Diterangkan pula tentang bagaimana keturunan Bani Hasyim yang asli telah didesak dan dirampas hak turun-temurun yang mereka terima dari Rasul.
Para penyebar Islam Semenanjung Arabia yang merupakan Kekhalifahan Abbasiyah atau Bani Abbasiyah, Keturunan dari Ahlul Bait Sayyidina Hussenin di Pulau Perca pada Abad ke-7 Masehi pada tahun 623 Masehi yakni Syaikh Ushuluddin, Bicitram syah, Sultan Alaudin Mughayat, Sultan Ratu Ngegalang Paksi dari Sultan Ratu Mumelar Paksi anak cucu dari Sayyidina Hussein memiliki tujuan khusus penyebar Islam di Pulau Perca dan mempengaruhi berdirinya kerajaan-kerajaan di pulau tersebut, bukti-bukti penyebaran Islam diantaranya tatanan adat yang masih hidup serta berjalan hingga sekarang, masjid dan makam-makam, sejarah adat dan budaya Islam menumbuhkan cinta tanah air dan memperkuat identitas bangsa.<ref>https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbjambi/masuk-dan-berkembangnya-islam-di-sumatera/</ref><ref>https://www.kompas.com/skola/read/2020/06/26/182500369/perkembangan-dan-peninggalan-islam-di-sumatera?page=all</ref>
=== Runtuhnya Daulah Umayyah ===
Baris 87 ⟶ 89:
Berdasarkan perubahan pola pemerintahan dan politik, para sejarawan biasanya membagi masa pemerintahan Daulah Abbas menjadi lima periode:
# Periode Pertama (132 H/750 M - 232 H/847 M), disebut periode pengaruh [[Persia]] pertama. Dimulai dari pengangkatan Khalid Bin Barmak sebagai pengganti dari Abu Muslim Al Khurasani Menjadi Wazir dan keluarganya pun mengisi posisi-posisi penting dalam Pemerintahan Abbasiyyah.
# Periode Kedua (232 H/847 M - 334 H/945 M), disebut periode pengaruh [[Turki]] pertama.
# Periode Ketiga (334 H/945 M - 447 H/1055 M), masa kekuasaan dinasti [[Dinasti Buwayhiyah|Bani Buwaih]] dalam pemerintahan khilafah Abbasiyah. Periode ini disebut juga masa pengaruh Persia kedua.
Baris 97 ⟶ 99:
Masa pemerintahan [[As-Saffah|Abu al-Abbas]], pendiri dinasti ini sangat singkat, yaitu dari tahun 750-754 M. Selanjutnya digantikan oleh [[Al-Mansur|Abu Ja'far al-Manshur]] (754-775 M), yang keras menghadapi lawan-lawannya terutama dari [[Bani Umayyah]], [[Khawarij]], dan juga [[Syi'ah]]. Untuk memperkuat kekuasaannya, tokoh-tokoh besar yang mungkin menjadi saingan baginya satu per satu disingkirkannya. Abdullah bin Ali dan Shalih bin Ali, keduanya adalah pamannya sendiri yang ditunjuk sebagai gubernur oleh [[khalifah]] sebelumnya di [[Syria]] dan [[Mesir]] dibunuh karena tidak bersedia membaiatnya, al-Manshur memerintahkan [[Abu Muslim al-Khurasani]] melakukannya, dan kemudian menghukum mati Abu Muslim al-Khurasani pada tahun 755 M, karena dikhawatirkan akan menjadi pesaing baginya.
Pada mulanya [[ibu kota]] negara adalah ''al-Hasyimiyah'', dekat [[Kufah]]. Namun, untuk lebih memantapkan dan menjaga stabilitas negara yang baru berdiri itu, al-Mansyur memindahkan ibu kota negara ke kota yang baru dibangunnya, [[Baghdad]], dekat bekas ibu kota Persia, [[Ctesiphon]], tahun 762 M. Dengan demikian, pusat pemerintahan dinasti Bani Abbas berada di tengah-tengah bangsa [[Persia]]. Di ibu kota yang baru ini al-Manshur melakukan konsolidasi dan penertiban pemerintahannya, di antaranya dengan membuat semacam lembaga eksekutif dan yudikatif. Di bidang pemerintahan, dia menciptakan tradisi baru dengan mengangkat [[Wazir]] sebagai koordinator dari kementrian yang ada, Wazir pertama yang diangkat adalah [[Khalid bin Barmak]], berasal dari [[Balkh]], [[Persia]]. Dia juga membentuk lembaga protokol negara, sekretaris negara, dan kepolisian negara di samping membenahi angkatan bersenjata. Dia menunjuk [[Muhammad ibn Abdurrahman]] sebagai hakim pada lembaga kehakiman negara. Jawatan pos yang sudah ada sejak masa dinasti Bani Umayyah ditingkatkan peranannya dengan tambahan tugas. Kalau dulu hanya sekadar untuk mengantar surat. Pada masa al-Manshur, jawatan pos ditugaskan untuk menghimpun seluruh informasi di daerah-daerah sehingga administrasi kenegaraan dapat berjalan lancar. Para direktur jawatan pos bertugas melaporkan tingkah laku gubernur setempat kepada khalifah.
Khalifah [[Al-Mansur|al-Manshur]] berusaha menaklukkan kembali daerah-daerah yang sebelumnya membebaskan diri dari pemerintah pusat, dan memantapkan keamanan di daerah perbatasan. Di antara usaha-usaha tersebut adalah merebut benteng-benteng di [[Asia]], kota [[Malatia]], wilayah [[Coppadocia]] dan [[Cicilia]] pada tahun 756-758 M. Ke utara bala tentaranya melintasi [[pegunungan Taurus]] dan mendekati [[selat Bosphorus]]. Di pihak lain, dia berdamai dengan kaisar [[Constantine V]] dan selama gencatan senjata 758-765 M, [[Bizantium]] membayar upeti tahunan. Bala tentaranya juga berhadapan dengan pasukan [[Turki Khazar]] di [[Kaukasus]], [[Daylami]] di [[laut Kaspia]], [[Turki]] di bagian lain [[Sungai Amu Darya|Oxus]], dan [[India]].
Baris 148 ⟶ 150:
== Pengaruh Mamluk ==
{{utama|Mamluk}}
Kekhalifahan
Bagaimanapun tentara Mamluk membantu sekaligus menyulitkan kekhalifahan Abbasiyah. karena berbagai kondisi yang ada di umat [[muslim]] saat itu pada akhirnya kekhalifahan ini hanya menjadi simbol dan bahkan tentara Mamluk ini, yang kemudian dikenal dengan ''Bani Mamalik'' berhasil berkuasa, yang pada mulanya mengambil inisiatif merebut kekuasaan kerajaan [[Ayyubiyyah]] yang pada masa itu merupakan kepanjangan tangan dari khilafah Bani Abbas, hal ini disebabkan karena para penguasa Ayyubiyyah waktu itu kurang tegas dalam memimpin kerajaan. Bani Mamalik ini mendirikan kesultanan sendiri di [[Mesir]] dan memindahkan ibu kota dari [[Baghdad]] ke [[Cairo]] setelah berbagai serangan dari tentara [[tartar]] dan kehancuran Baghdad sendiri setelah serangan [[Mongol]] di bawah pimpinan [[Hulagu Khan]]. Walaupun berkuasa Bani Mamalik tetap menyatakan diri berada di bawah kekuasaan (simbolik) kekhalifahan, dimana khalifah Abbasiyyah tetap sebagai kepala negara.
Baris 164 ⟶ 166:
== Kemunduran ==
Faktor-faktor penting yang menyebabkan kemunduran Bani Abbas pada masa ini, sehingga banyak daerah memerdekakan diri, adalah:
# Luasnya wilayah kekuasaan daulah Abbasiyyah sementara komunikasi pusat dengan daerah Taklukan sulit dilakukan. Bersamaan dengan itu, tingkat saling percaya di kalangan para penguasa dan pelaksana pemerintahan sangat rendah.
# Dengan profesionalisasi angkatan bersenjata, ketergantungan [[khalifah]] kepada mereka sangat tinggi.
# Keuangan negara sangat sulit karena biaya yang dikeluarkan untuk tentara bayaran sangat besar. Pada saat kekuatan militer menurun, khalifah tidak sanggup memaksa pengiriman pajak ke [[Baghdad]].
Baris 175 ⟶ 177:
Ada kemungkinan bahwa para khalifah Abbasiyah sudah cukup puas dengan pengakuan nominal dari provinsi-provinsi tertentu, dengan pembayaran upeti itu. Alasannya adalah:
# Mungkin para khalifah tidak cukup kuat untuk membuat mereka tunduk kepadanya,
# Penguasa Bani Abbas lebih
Akibat dari kebijaksanaan yang lebih menekankan pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam daripada persoalan politik itu, provinsi-provinsi tertentu di pinggiran mulai lepas dari genggaman penguasa Bani Abbas. Ini bisa terjadi dalam salah satu dari dua cara:
Baris 183 ⟶ 185:
Kecuali Bani Umayyah di Spanyol dan Bani Idrisiyyah di Marokko, provinsi-provinsi itu pada mulanya tetap patuh membayar upeti selama mereka menyaksikan Baghdad stabil dan khalifah mampu mengatasi pergolakan-pergolakan yang muncul. Namun pada saat wibawa khalifah sudah memudar mereka melepaskan diri dari kekuasaan Baghdad. Mereka bukan saja menggerogoti kekuasaan khalifah, tetapi beberapa di antaranya bahkan berusaha menguasai khalifah itu sendiri.
Menurut [[Ibnu Khaldun]], sebenarnya keruntuhan kekuasaan Bani Abbas mulai terlihat sejak awal abad kesembilan. Fenomena ini mungkin bersamaan dengan datangnya pemimpin-pemimpin yang memiliki kekuatan militer di provinsi-provinsi tertentu yang membuat mereka benar-benar independen. Kekuatan militer Abbasiyah waktu itu mulai mengalami kemunduran. Sebagai gantinya, para penguasa Abbasiyah mempekerjakan orang-orang profesional di bidang kemiliteran, khususnya tentara [[Turki]] dengan sistem perbudakan baru seperti diuraikan di atas. Pengangkatan anggota militer Turki ini, dalam perkembangan selanjutnya
Gerakan inilah yang banyak memberikan inspirasi terhadap gerakan politik, di samping persoalan-persoalan keagamaan. Tampaknya, para khalifah tidak sadar akan bahaya politik dari fanatisme kebangsaan dan aliran keagamaan itu, sehingga meskipun dirasakan dalam hampir semua segi kehidupan, seperti dalam kesusasteraan dan karya-karya ilmiah, mereka tidak bersungguh-sungguh menghapuskan fanatisme tersebut, bahkan ada di antara mereka yang justru melibatkan diri dalam konflik kebangsaan dan keagamaan itu.
Baris 270 ⟶ 272:
=== Perang Salib ===
{{utama|Perang Salib}}
Perang Salib ini terjadi pada tahun 1095 M, saat [[Paus Urbanus II]] berseru kepada umat [[Kristen]] di [[Eropa]] untuk melakukan perang suci, untuk memperoleh kembali keleluasaan berziarah di [[Baitul Maqdis]] yang dikuasai oleh Penguasa [[Kesultanan Seljuk Raya|Seljuk]], serta menghambat pengaruh dan invasi dari tentara [[Muslim]] atas wilayah Kristen. Sebagaimana sebelumhnya tentara Sulthan [[Alp Arselan]] ''Rahimahullah'' tahun 464 H (1071 M), yang hanya berkekuatan {{formatnum:20000}}<ref name="Markham">{{Cite web |last=Markham |first=Paul |date= |title=Battle of Manzikert: Military Disaster or Political Failure? |url=http://www.deremilitari.org/resources/articles/markham.htm |ref=harv |postscript=<!--None--> |access-date=2013-02-11 |archive-date=2007-05-13 |archive-url=https://web.archive.org/web/20070513082203/http://www.deremilitari.org/resources/articles/markham.htm |dead-url=yes }}</ref> – {{formatnum:30000}} <ref name="Haldon173">{{Harvnb|Haldon|2001|p=172}}</ref> prajurit, dalam peristiwa ini berhasil mengalahkan tentara [[Romawi]] yang berjumlah {{formatnum:40000}}<ref name="Haldon173">{{Harvnb|Haldon|2001|p=173}}</ref> – {{formatnum:70000}},<ref>Norwich 1991, p. 238.</ref> terdiri dari tentara [[Romawi]], [[Ghuz]], [[al-Akraj]], [[al-Hajr]], [[Prancis]] dan [[Armenia]], peristiwa ini dikenal dengan [[peristiwa Manzikert]].
Walaupun umat Islam berhasil mempertahankan daerah-daerahnya dari tentara Salib, namun kerugian yang mereka derita banyak sekali, karena peperangan itu terjadi di wilayahnya. Kerugian-kerugian ini mengakibatkan kekuatan politik umat Islam menjadi lemah. Dalam kondisi demikian mereka bukan menjadi bersatu, tetapi malah terpecah belah. Banyak daulah kecil yang memerdekakan diri dari pemerintahan pusat Abbasiyah di [[Baghdad]].
Baris 284 ⟶ 286:
Dengan pembunuhan yang kejam ini berakhirlah kekuasaan Abbasiyah di Baghdad. Kota Baghdad sendiri dihancurkan rata dengan tanah, sebagaimana kota-kota lain yang dilalui tentara Mongol tersebut. Walaupun sudah dihancurkan, Hulagu Khan memantapkan kekuasaannya di Baghdad selama dua tahun, sebelum melanjutkan gerakan ke [[Syria]] dan [[Mesir]].
Jatuhnya kota Baghdad pada tahun 1258 M ke tangan bangsa [[Mongol]] bukan saja mengakhiri kekuasaan khilafah Bani Abbasiyah di sana, tetapi juga merupakan awal dari masa kemunduran politik dan peradaban Islam, karena Bagdad sebagai pusat kebudayaan dan peradaban Islam yang sangat kaya dengan khazanah ilmu pengetahuan itu ikut pula lenyap
== Peningalan-Peninggalan dan Kemajuan Yang Dicapai Pada Masa Kekhalifahan Abbasiyyah ==
Setiap dinasti atau rezim mengalami fase-fase yang dikenal dengan fase pendirian, fase pembangunan dan kemajuan, fase kemunduran dan kehancuran. Akan tetapi durasi dari masing-masing fase itu berbeda-beda karena bergantung pada kemampuan penyelenggara pemerintahan yang bersangkutan. Pada masa pemerintahan, masing-masing memiliki berbagai kemajuan dari beberapa bidang, diantaranya bidang politik, bidang ekonomi, bidang social-budaya. Pada masing-masing bidang memiliki kelebihan dan kekurangan.
=== Kemajuan dalam Bidang Sosial Budaya ===
Sebagai sebuah dinasti, kekhalifahan Bani Abbasiyah yang berkuasa lebih dari lima abad, telah banyak memberikan sumbangan positif bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam. Dari sekitar 37 orang khalifah yang pernah berkuasa, terdapat beberapa orang khalifah yang benar-benar memliki kepedulian untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam, serta berbagai bidang lainnya, seperti bidang-bidang sosial dan budaya.
Di antara kemajuan dalam bidang sosial-budaya adalah terjadinya proses akulturasi dan asimilasi masyarakat. Keadaan sosial masyarakat yang majemuk itu membawa dampak positif dalam perkembangan dan kemajuan peradaban Islam pada masa ini. Hal itu terjadi karena dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang mereka miliki, dapat dipergunakan untuk memajukan bidang-bidang sosial budaya lainnya yang kemudian menjadi lambang bagi kemajuan bidang sosial budaya dan ilmu pengetahuan lainnya. Diantara kemajuan ilmu pengetahuan sosial budaya yang ada pada masa Khalifah Dinasi Abbasiyah adalah seni bangunan dan arsitektur, baik untuk bangunan istana, masjid, bangunan kota dan sebagainya. Seni asitektur yang dipakai dalam pembangunan istana dan kota-kota, seperti pada istana Qashrul dzahabi, dan Qashrul Khuldi, sementara bangunan kota seperti pembangunan kota Baghdad, Samarra dan sebagainya.
Kemajuan juga terjadi pada bidang sastra bahasa dan seni musik. Pada masa inilah lahir seorang sastrawan dan budayawan terkenal, seperti Abu Nawas, Abu Athahiyah, Al Mutanabby, Abdullah bin Muqaffa dan lain-lainnya. Karya buah pikiran mereka masih dapat dibaca hingga kini, seperti kitab Kalilah wa Dimna. Sementara tokoh terkenan dalam bidang musik yang kini karyanya juga masih dipakai adalah Yunus bin Sulaiman, Khalil bin Ahmad, pencipta teori musik Islam, Al farabi dan lain-lainnya.
Selain bidang–bidang tersebut di atas, terjadi juga kemajuan dalam bidang pendidikan. Pada masa awal pemerintah Dinasti Abbasiyah, telah banyak diushakan oleh para khalifah untuk mengembangkan dan memajukan pendidikan. Oleh karena itu, mereka kemudian mendirikan lembaga-lembaga pendidikan, mulai dari tingkat dasar hingga tingkat tinggi.
Di masa Bani Abbassiyah berkembang corak kebudayaan, yang berasal dari beberapa bangsa. Apa yang terjadi dalam unsur bangsa, terjadi pula dalam unsur kebudayaan. Dalam masa sekarang ini berkembang empat unsur kebudayaan yang mempengaruhi kehidupan akal/rasio yaitu Kebudayaan Persia, Kebudayaan Yunani, Kebudayaan Hindi dan Kebudayaan Arab dan berkembangnya ilmu pengetahuan.
==== Kebudayaan Arab Islam ====
Masuknya Islam ke dalam kebudayaan Arab terjadi dengan dua jalan utama, yaitu :
a. Jalan Agama, Mengharuskan mempelajari Qur’an, Hadist, Fiqh yang semuanya dalam bahasa Arab.
b. Jalan Bahasa, Jazirah Arabia adalah sumber bahasa Arab, bahasa terkaya diantara rumpun bahasa samy dan tempat lahirnya Islam.
==== Kebudayaan Persia dan Turki, ====
Pesatnya perkembangan kebudayaan Persia dan Turki di zaman ini karena 2 faktor, yaitu :
a. Pembentukan lembaga wizarah
b. Pemindahan ibukota
==== Kebudayaan Hindi, ====
Peranan orang India dalam membentuk kebudayaan Islam terjadi dengan dua cara:
a. Secara langsung, Kaum muslimin berhubungan langsung dengan orang-orang India seperti lewat perdagangan dan penaklukan.
b. Secara tak langsung,penyaluran kebudayaan India ke dalam kebudayaan Islam lewat kebudayaan Persia.
==== Kebudayaan Yunani ====
Sebelum dan sesudah Islam, terkenallah di Timur beberapa kota yang menjadi pusat kehidupan kebudayaan Yunani. Yang paling termasyur diantaranya adalah :
a) Jundaisabur, Terletak di Khuzistan, dibangun oleh Sabur yang dijadikan tempat pembuangan para tawanan Romawi. Setelah jatuh di bawah kekuasaan Islam. Sekolah-sekolah tinggi kedokteran yang asalnya diajar berbagai ilmu Yunani dan bahasa Persia, diadakan perubahan-perubahan dan pembaharuan.
b) Harran, Kota yang dibangun di utara Iraq yang menjadi pusat pertemuan segala macam kebudayaan. Warga kota Harran merupakan pengembangan kebudayaan Yunani terpenting di zaman Islam, terutama dimasa Daulah Abbassiyah.
c) Iskandariyyah, Ibukota Mesir waktu menjadi jajahan Yunani. Dalam kota Iskandariyyah ini lahir aliran falsafah terbesar yang dikenal “Filsafat Baru Plato” (Neo Platonisme). Dalam masa Bani Abbassiyah hubungan alam pemikiran Neo Platonisme bertambah erat dengan alam pikiran kaum muslimin.
=== • Kemajuan dalam Bidang Politik dan Militer ===
Di antara perbedaan karakteristik yang sangat mencolok antara pemerintah Dinasti Bani Umayyah dengan Dinasti Bani Abbasiyah, terletak pada orientasi kebijakan yang dikeluarkannya. Pemerintah Dinasti Bani Umayyah, yaitu orientasi kebijakan yang dikeluarkannya selalu pada upaya perluasan wilayah kekuasaanya. Sementara, pemerintah Dinasti Bani Abbasiyah, lebih menfokuskan diri pada upaya pengembangan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam, sehingga masa pemerintahan ini dikenal sebagai masa keemasan peradaban Islam. Meskipun begitu, usaha untuk mempertahankan wilayah kekuasaan tetap merupakan hal penting yang harus dilakukan. Untuk itu, pemerintahan Dinasti Bani Abbasiyah memperbaharui sistem politik pemerintahan dan tatanan kemiliteran.
Agar semua kebijakan militer terkoordinasi dan berjalan dengan baik, maka pemerintah Dinasti Abbasiyah membentuk departemen pertahanan dan keamanan, yang disebut diwanul jundi. Departemen inilah yamg mengatur semua yang berkaiatan dengan kemiliteran dan pertahanan keamanan. Pembentukan lembaga ini berdasarkan pada kenyataan politik-militer bahwa pada masa pemertintahan Dinasti Abbasiyah, banyak terjadi pemebrontakan dan bahkan beberapa wilayah berusaha memisahkan diri dari pemerintahan Dinasti Abbasiyah.
=== • Kemajuan dalam Bidang Ilmu Pengetahuan ===
Keberhasilan umat Islam pada masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah dalam pengembangan ilmu pengetahuan, sains, dan peradaban Islam secara menyeluruh, tidak terlepas dari berbagai faktor yang mendukung. Di antaranya adalah kebijakan politik pemerintah Bani Abbasiyah terhadap masyarakat non Arab (Mawali), yang memiliki tradisi intelektual dan budaya riset yang sudah lama melingkupi kehidupan mereka. Mereka diberikan fasilitas berupa materi atau finansial dan tempat untuk terus melakukan berbagai kajian ilmu pengetahuan melalui bahan-bahan rujukan yang pernah ditulis atau dikaji oleh masyarakat sebelumnya. Kebijakan tersebut ternyata membawa dampak yang sangat positif bagi perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan sains yang membawa harum dinasti ini.
Perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahhan Harun ar-Rasyid , kemajuan intelektual pada waktu itu setidaknya dipengaruhi oleh dua hal yaitu:
1. Terjadinya Asimilasi antara bangsa Arab dan bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu mengalami perkembangan dalam ilmu pengetahuan. Pengaruh Persia pada saat itu sangat penting dibidang pemerintahan. selain itu mereka banyak berjasa dalam perkembangan ilmu filsafat dan sastra. Sedangkan pengaruh Yunani masuk melalui terjemah-terjemah dalam banyak bidang ilmu, terutama Filsafat.
2. Gerakan Terjemah
Pada masa daulah ini usaha penerjemahan kitab-kitab asing dilakukan dengan giat sekali. Pengaruh gerakan terjemahan terlihat dalam perkembangan ilmu pengetahuan umum terutama di bidang astronomi, kedokteran, filsafat, kimia dan sejarah. Dari gerakan ini muncullah tokoh-tokoh Islam dalam ilmu pengetahuan, antara lain :
a. Bidang filsafat: al-Kindi, al-Farabi, Ibnu Bajah, Ibnu Tufail, Ibnu Sina, al-Ghazali,Ibnu Rusyd.
b. Bidang kedokteran: Jabir ibnu Hayan , Hunain bin Ishaq, Tabib bin Qurra ,Ar-Razi.
c. Bidang Matematika: Umar al-Farukhan, al-Khawarizmi.
d. Bidang astronomi: al-Fazari, al-Battani, Abul watak, al-Farghoni dan sebagainya.
Dari hasil ijtihad dan semangat riset, maka para ahli pengetahuan, para alim ulama, berhasil menemukan berbagai keahlian berupa penemuan berbagai bidang-bidang ilmu pengetahuan, antara lain :
==== 1. Ilmu Umum ====
===== a.Ilmu Filsafat =====
1) Al-Kindi (809-873 M) buku karangannya sebanyak 236 judul.
2) Al Farabi (wafat tahun 916 M) dalam usia 80 tahun.
3) Ibnu Bajah (wafat tahun 523 H)
4) Ibnu Thufail (wafat tahun 581 H)
5) Ibnu Shina (980-1037 M). Karangan-karangan yang terkenal antara lain: Shafa, Najat, Qoman, Saddiya dan lain-lain.
6) Al Ghazali (1085-1101 M). Dikenal sebagai Hujjatul Islam, karangannya: Al Munqizh Minadl-Dlalal,Tahafutul Falasifah,Mizanul Amal,Ihya Ulumuddin dan lain- lain.
7) Ibnu Rusd (1126-1198 M). Karangannya : Kulliyaat, Tafsir Urjuza, Kasful Afillah dan lain-lain.
===== b. Bidang Kedokteran =====
1) Jabir bin Hayyan (wafat 778 M). Dikenal sebagai bapak Kimia.
2) Hurain bin Ishaq (810-878 M). Ahli mata yang terkenal disamping sebagai penterjemah bahasa asing.
3) Thabib bin Qurra (836-901 M)
4) Ar Razi atau Razes (809-873 M). Karangan yang terkenal mengenai cacar dan campak yang diterjemahkan dalam bahasa latin.
===== c. Bidang Matematika =====
1) Umar Al Farukhan: Insinyur Arsitek Pembangunan kota Baghdad.
2) Al Khawarizmi: Pengarang kitab Al Gebra (Al Jabar), penemu angka (0).
===== d. Bidang Astronomi =====
Berkembang subur di kalangan umat Islam, sehingga banyak para ahli yang terkenal dalam perbintangan ini seperti :
1) Al Farazi : pencipta Astro lobe
2) Al Gattani/Al Betagnius
3) Abul wafat : menemukan jalan ketiga dari bulan
4) Al Farghoni atau Al Fragenius
===== e. Bidang Seni Ukir =====
Beberapa seniman ukir terkenal: Badr dan Tari (961-976 M) dan ada seni musik, seni tari, seni pahat, seni sulam, seni lukis dan seni bangunan.
==== 2. Ilmu Naqli ====
a. Ilmu Tafsir, Para mufassirin yang termasyur: Ibnu Jarir ath Tabary, Ibnu Athiyah al Andalusy (wafat 147 H), As Suda, Mupatil bin Sulaiman (wafat 150 H), Muhammad bin Ishak dan lain-lain.
b. Ilmu Hadist, Muncullah ahli-ahli hadist ternama seperti: Imam Bukhori (194-256 H), Imam Muslim (wafat 231 H), Ibnu Majah (wafat 273 H),Abu Daud (wafat 275 H), At Tirmidzi, dan lain-lain.
c. Ilmu Kalam, Dalam kenyataannya kaum Mu’tazilah berjasa besar dalam menciptakan ilmu kalam, diantaranya para pelopor itu adalah: Wasil bin Atha’, Abu Huzail al Allaf, Adh Dhaam, Abu Hasan Asy’ary, Hujjatul Islam Imam Ghazali.
d. Ilmu Tasawuf, Ahli-ahli dan ulama-ulamanya adalah : Al Qusyairy (wafat 465 H). Karangannya : ar Risalatul Qusyairiyah, Syahabuddin (wafat 632 H). Karangannya : Awariful Ma’arif, Imam Ghazali : Karangannya al Bashut, al Wajiz dan lain-lain.
e. Para Imam Fuqaha, Lahirlah para Fuqaha yang sampai sekarang aliran mereka masih mendapat tempat yang luas dalam masyarakat Islam. Yang mengembangkan faham/mazhabnya dalam zaman ini adalah: Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’i, Imam Ahmad bin Hambal dan Para Imam Syi’ah (Hasjmy, 1995:276-278).
=== • Perkembangan Peradaban di Bidang Fisik ===
Perkembangan peradaban pada masa daulah Bani Abbasiyah sangat maju pesat, karena upaya- upaya dilakukan oleh para Khalifah di bidang fisik. Hal ini dapat kita lihat dari bangunan -bangunan yang berupa:
a. Kuttab, yaitu tempat belajar dalam tingkatan pendidikan rendah dan menengah.
b. Majlis Muhadharah, yaitu tempat pertemuan para ulama, sarjana, ahli pikir dan pujangga untuk membahas masalah-masalah ilmiah.
c. Darul Hikmah, adalah perpustakaan yang didirikan oleh Harun Ar-Rasyid. Ini merupakan perpustakaan terbesar yang di dalamnya juga disediakan tempat ruangan belajar.
d. Madrasah, Perdana menteri Nizhomul Mulk adalah orang yang mula-mula mendirikan sekolah dalam bentuk yang ada sampai sekarang ini, dengan nama Madrasah.
e. Masjid, Biasanya dipakai untuk pendidikan tinggi dan tahassus.
Pada masa Daulah Bani Abbassiyah, peradaban di bidang fisik seperti kehidupan ekonomi: pertanian, perindustrian, perdagangan berhasil dikembangkan oleh Khalifah Mansyur.
== Kronologi Kekhalifahan Bani Abbasiyyah ==
Baris 347 ⟶ 503:
== Sumber Lain ==
# Sejarah Bani Abbasiyyah, Muhammad Syu'ub, Terbitan PT.Bulan Bintang.
# Tarikh Islamy, Imam [[Ibnu Khaldun]].
# Al-Bidaayah Wan Nihaayah, Imam [[Ibnu Katsir]].
# Tarikh Asr Al-Khilafah Abbasiyyah, [[Dr. Yusuf Al-Ish]], Disusun oleh [[Darul Fikr]] [[Damascuss]]
# Tarikh Daulah Abbasiyyah, Disusun Oleh Tim Penyusun [[Universitas Imam Muhammad Bin Su'ud Al-Islamiyyah]] [[Riyadh]]
# Ad Daulah Al Abbasiyyah ,[[Syaikh Muhammad Al Khudhari]] Terbitan [[Maktabah At-Tauqifiyyah]] [[Kairo]]
# https://id-ikmaluddinfurqon.blogspot.com/2023/05/materi.pai.sejarah.masa.keemasan.islam.era.daulah.abbasiyah.html
== Lihat pula ==
* [[Khalifah]]
* [[Bani Umayyah]]
{{Authority control}}
{{Bani Abbasiyah|X}}
{{Empires}}
[[Kategori:Sejarah Islam]]
[[Kategori:Suku Quraisy]]
|