Sastra Lampung: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
(9 revisi perantara oleh 4 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 20:
*Arti harfiah: “Jangan membuang buah muda, berguna saat susah.”
*Artinya: Jangan meremehkan orang yang tidak punya atau orang bodoh; siapa tahu, dalam keadaan tertentu, justru mereka yang bisa membantu.
=== ''Seganing''/''Teteduhan'' (Teka-Teki) ===
Baris 27:
''Sanak sango muaghei lapah di sabah, makai kawai besei, kepiahno adek bah. Nyo kidah?''
(Sanak-saudara pergi ke sawah, berbaju besi,
=== ''Memang'' (Mantra) ===
Baris 35:
''Warahan'' adalah suatu cerita yang pada dasarnya disampaikan secara lisan; bisa berbentuk epos, sage, fabel, legenda, mite, atau semata-mata fiksi.
== Puisi jenis lucu Lampung ==
Puisi Lampung memiliki ciri-ciri khusus dalam penyusunannya, di antaranya:
Baris 52:
=== ''Paradinei/Paghadini'' ===
''Paradinei/paghadini'' adalah puisi Lampung yang biasa digunakan dalam upacara penyambutan tamu pada saat berlangsungnya pesta pernikahan secara adat. ''Paradinei/paghadini'' diucapkan juru bicara masing-masing pihak, baik pihak yang datang maupun yang didatangi. Secara umum, isi ''paradinei/paghadini'' berupa tanya-jawab tentang maksud atau tujuan kedatangan (A. Effendi Sanusi).
Contoh1:
Dari pihak yang datang:
<poem>
:''Ki cawo salah susun, maklum kurang biaso.''
</poem>
Dari pihak yang didatangi:
<poem>
:''Mak dapek lajeu di jo, ki mak jelas lapahan.''
</poem>
Contoh 2:
<poem>
:''Mahap ki salah cutik, gekhalna mangkung biasa''
</poem>
=== ''Pepaccur/Pepaccogh/Wawancan'' ===
''Pepaccur/Pepaccogh/Wawancan'' adalah salah satu jenis sastra lisan Lampung yang berbentuk puisi, lazim digunakan untuk menyampaikan pesan atau nasihat dalam upacara ''juluk adek/adok'' (pemberian gelar).
Sudah menjadi adat masyarakat Lampung, bahwa pada saat bujang atau gadis meninggalkan masa remajanya, pasangan pengantin itu diberi ''adek/adok'' sebagai penghormatan dan tanda bahwa mereka sudah berumah tangga. Pemberian ''adek/adok'' dilakukan dalam upacara adat yang dikenal dengan istilah ''ngamai adek/ngamai adok'', atau jika dilakukan di tempat mempelai wanita, ''nandekken adek'' dan ''inei adek/nandok''.
<poem>
:''Gelakhne ... anjak ...
:''Bingi hinji lagi senang sekhta bahagia'' </poem>
=== ''Pattun/Segata/Adi-Adi'' ===
Baris 197 ⟶ 205:
Berikan contoh
=== ''Ringget/Pisaan'' ===
Baris 205 ⟶ 213:
(seperti ''nyambai, miyah damagh'', dan ''kedayek''), senandung saat meninabobokan
anak, dan pengisi waktu bersantai.
=== ''Hahiwang/Ngehahaddo/Muaya'' ===
Hahiwang/Ngehahaddo/Muaya adalah pantun sedih yang biasanya disampaikan pada saat terjadi perpisahan, misalnya pantun yang disampaikan pengantin perempuan ketika ia pertama kali pindah kerumah suaminya. Hahiwang menceritakan kehidupan yang penuh kesedihan atau penderitaan dan biasanya dibawakan dengan penuh emosi sehingga yang mendengarkan hanyut dalam rasa duka.
== Sastra modern Lampung ==
Baris 231 ⟶ 242:
===Kumpulan Cerbun===
* ''Cerita-cerita jak Bandar Negeri Semuong'' karya [[Asarpin Aslami]] ([[2009]]), memenangkan [[Hadiah Sastra Rancage]]
* ''Tumi Mit Kota'' karya [[Udo Z. Karzi]] dan [[Elly Dharmawanti]] ([[2013]])
* ''Lawi Ibung'' karya [[SW Teofani]] ([[2019]])
* ''Lunik-lunik Cabi Lunik'' karya [[Udo Z. Karzi]] ([[2019]])
Baris 238 ⟶ 249:
===Novel===
* ''Negarabatin'' karya [[Udo Z. Karzi]] ([[2016]]), memenangkan [[Hadiah Sastra Rancage]]
* ''Usim Kembang di Balik Bukik'' karya [[Andy Wasis]], diterjemahkan [[Udo Z. Karzi]] ([[2017]])
|