Sastra Lampung: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
(3 revisi perantara oleh 2 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 20:
*Arti harfiah: “Jangan membuang buah muda, berguna saat susah.”
*Artinya: Jangan meremehkan orang yang tidak punya atau orang bodoh; siapa tahu, dalam keadaan tertentu, justru mereka yang bisa membantu.
=== ''Seganing''/''Teteduhan'' (Teka-Teki) ===
Baris 27:
''Sanak sango muaghei lapah di sabah, makai kawai besei, kepiahno adek bah. Nyo kidah?''
(Sanak-saudara pergi ke sawah, berbaju besi,
=== ''Memang'' (Mantra) ===
Baris 57:
Dari pihak yang datang:
<poem>
:''Ki cawo salah susun, maklum kurang biaso.''
</poem>
Dari pihak yang didatangi:
<poem>
:''Mak dapek lajeu di jo, ki mak jelas lapahan.''
</poem>
Contoh 2:
<poem>
:''Mahap ki salah cutik, gekhalna mangkung biasa''
</poem>
=== ''Pepaccur/Pepaccogh/Wawancan'' ===
Baris 78 ⟶ 84:
Sudah menjadi adat masyarakat Lampung, bahwa pada saat bujang atau gadis meninggalkan masa remajanya, pasangan pengantin itu diberi ''adek/adok'' sebagai penghormatan dan tanda bahwa mereka sudah berumah tangga. Pemberian ''adek/adok'' dilakukan dalam upacara adat yang dikenal dengan istilah ''ngamai adek/ngamai adok'', atau jika dilakukan di tempat mempelai wanita, ''nandekken adek'' dan ''inei adek/nandok''.
<poem>
:''Gelakhne ... anjak ...
:''Bingi hinji lagi senang sekhta bahagia'' </poem>
=== ''Pattun/Segata/Adi-Adi'' ===
Baris 205 ⟶ 213:
(seperti ''nyambai, miyah damagh'', dan ''kedayek''), senandung saat meninabobokan
anak, dan pengisi waktu bersantai.
=== ''Hahiwang/Ngehahaddo/Muaya'' ===
Hahiwang/Ngehahaddo/Muaya adalah pantun sedih yang biasanya disampaikan pada saat terjadi perpisahan, misalnya pantun yang disampaikan pengantin perempuan ketika ia pertama kali pindah kerumah suaminya. Hahiwang menceritakan kehidupan yang penuh kesedihan atau penderitaan dan biasanya dibawakan dengan penuh emosi sehingga yang mendengarkan hanyut dalam rasa duka.
== Sastra modern Lampung ==
|