Tadashi Maeda: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Mouriano (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Perbaikan kesalahan ketik #article-section-source-editor
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi iOS
 
(31 revisi perantara oleh 13 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Infobox Military Person
|name = Tadashi Maeda{{PAGENAMEbr}}前田 精
|image = Tadashi-maeda.jpg
|imagesize =
|caption = Laksamana Muda Maeda Tadashi Maeda
|office =Atase Angkatan Laut Jepang Untuk Belanda
|order =
Baris 19:
|successor2 =
|birth_date = {{Birth date|1898|3|3}}
|birth_place = {{negara|Jepang}} [[Kajiki]], [[Kagoshima]], [[Jepang]]
|death_date = 13 Desember 1977 (79 tahun)
|death_place = {{negara|Jepang}} [[Jepang]]
Baris 36:
}}
 
{{Nihongo|Laksamana Muda '''[[Laksamana]] MudaTadashi Maeda Tadashi'''|前田 (精|Tadashi Maeda|{{lahirmati|[[Kagoshima]], [[Jepang]]|3|3|1898||13|12|1977}})}} atau yang lebih dikenal dengan nama '''Laksamana Maeda''' adalah seorang perwira tinggi Angkatan Laut [[Kekaisaran Jepang]] di [[Hindia Belanda]] pada masa [[Perang Pasifik]]. Selama pendudukan Indonesia di bawah Jepang, ia menjabat sebagai Kepala Penghubung [[Angkatan Laut Kekaisaran Jepang|Angkatan Laut]] dan [[Angkatan Darat Kekaisaran Jepang|Angkatan Darat Tentara Kekaisaran Jepang]].
 
Laksamana Muda Maeda memiliki peran yang cukup penting dalam [[kemerdekaan Indonesia]] dengan mempersilakan kediamannya yang berada di Jl. Imam Bonjol, No.1, [[Jakarta Pusat]] sebagai tempat penyusunan naskah [[proklamasi]] oleh [[Soekarno]], [[Mohammad Hatta]] dan [[Achmad Soebardjo]], ditambah sang juru ketiktik [[Sayuti Melik]].<ref>{{Cite web|last=Widhana|first=Dieqy Hasbi|title=Laksamana Maeda dalam Detik-detik Proklamasi Kemerdekaan Indonesia|url=https://tirto.id/laksamana-maeda-dalam-detik-detik-proklamasi-kemerdekaan-indonesia-b1NE|website=tirto.id|language=id|access-date=2022-08-24}}</ref>
== Masa muda ==
Maeda lahir di kota Kajiki, [[prefektur Kagoshima]], [[Jepang]], pada tanggal 3 Maret 1898. Ayah Maeda merupakan seorang kepala sekolah di Kajiki dan keluarganya merupakan keluarga keturunan kelas [[samurai]]. Maeda masuk ke Akademi Angkatan Laut Jepang saat usianya 18 tahun. Di akademi tersebut, Maeda mengambil [[spesialisasi]] [[navigasi]], dan pada tahun 1930 ia telah berpangkat [[letnan satu]] dalam [[Angkatan Laut Kekaisaran Jepang]].{{sfn|Anderson|2006|p=427}}<ref>{{cite book |title=The Encyclopedia of Indonesia in the Pacific War: In cooperation with the Netherlands Institute for War Documentation |date=2009 |publisher=BRILL |isbn=9789004190177 |pages=544–545 |url=https://books.google.com/books?id=4t95DwAAQBAJ&pg=PA416 |language=en}}</ref>
==Karier==
===Sebelum Perang===
Di dalam AL Jepang, Maeda awalnya merupakan staf khusus seksi urusan [[Eropa]] selama satu setengah tahun, sebelum ditugaskan ke {{ill|Markas AL Ōminato|en|Ōminato Guard District}} antara tahun 1932 dan 1934. Maeda berspesialisasi dalam hal-hal yang terkait dengan [[Jerman]]. Istrinya meninggal selama penugasan Maeda, dan sepanjang sisa hidupnya Maeda tetap seorang duda. Maeda ditunjuk menjadi ajudan [[Laksamana Muda]] [[Sonosuke Kobayashi]], dan menemaninya ke [[Britania Raya]] sebagai bagian [[kontingen]] perwakilan Jepang ke koronasi [[George VI dari Britania Raya|Raja George VI]].{{sfn|Anderson|2006|p=427}}<ref>{{cite book |last1=Chapman |first1=John |title=Ultranationalism in German-Japanese Relations, 1930-1945: From Wenneker to Sasakawa |date=6 April 2011 |publisher=Global Oriental |isbn=978-90-04-21278-7 |page=208 |url=https://books.google.com/books?id=I_V5DwAAQBAJ&pg=PA208&lpg=PA208 |language=en}}</ref> Pada tahun 1940, Maeda ditunjuk menjadi atase AL untuk Belanda, dan setelah [[Operasi Weserübung|Jerman Nazi menyerbu Norwegia dan Denmark]], Maeda memperingatkan pemerintah Belanda bahwa Jerman akan [[Pertempuran Belanda|menyerbu Belanda selanjutnya]].<ref>{{cite book |language=nl|last1=De Jong |first1=Louis |title=Het Koninkrijk der Nederlanden in de Tweede Wereldoorlog, Deel 2: Neutraal |date=1969 |publisher=Rijksinstituut voor Oorlogsdocumentatie |location=Amsterdam |page=254}}</ref>
 
Pada bulan Oktober 1940, Maeda ditugaskan ke Indonesia (saat itu masih [[Hindia Belanda]]) untuk menegosiasikan perjanjian dagang dengan pemerintah kolonial, terutama untuk membeli minyak untuk Jepang. Selain perdagangan, Maeda juga ditugaskan membangun jaringan mata-mata di Indonesia, dengan bantuan warga Jepang sipil seperti [[Shigetada Nishijima]]. Maeda dipanggil kembali ke Jepang pertengahan 1941, dimana ia kembali bekerja di seksi urusan Eropa.{{sfn|Anderson|2006|p=427}}[[File:Sukarno Makassar 30 April 1945.png|thumb|Maeda (baris depan, kedua dari kiri) difoto selama kunjungan [[Sukarno]] ke [[Makassar]], 1945]]
== Perumusan Naskah Proklamasi ==
 
=== PerumusanPenjajahan NaskahJepang dan Proklamasi ===
Setelah Jepang dibom atom Sekutu pada tanggal 6 dan 9 Agustus 1945, Kekalahan Jepang semakin dekat. Hal ini membangkitkan semangat pemuda Indonesia untuk segera mencapai kemerdekaan. Pada tanggal 12 Agustus 1945, tiga tokoh Indonesia yakni [[Soekarno]], [[Mohammad Hatta]], dan [[Radjiman Wedyodiningrat]] dipanggil oleh Panglima Tertinggi Jepang di Asia Tenggara, Marsekal [[Terauchi]] di markas besarnya di Dalat (sekarang [[Ho Chi Minh]] ) di Vietnam. Dalam pertemuan itu, Terauchi berjanji akan memberi bangsa Indonesia kemerdekaan pada tanggal 24 Agustus 1945.
Saat [[Kampanye Hindia Belanda|Jepang menyerbu Hindia Belanda]], Maeda ditugaskan untuk mengatur operasi-operasi AL di wilayah [[Irian Jaya]].{{sfn|Poulgrain|1999|p=210}} Setelah invasi usai dan pemerintah kolonial Belanda jatuh, Maeda ditugaskan ke Batavia/Jakarta sebagai penghubung antara AL Jepang dan [[Angkatan Darat ke-16 (Jepang)|Angkatan Darat ke-16 Jepang]].{{sfn|Anderson|2006|p=427}} Sepanjang masa Jepang, Maeda mengijinkan [[kapal selam]] Jerman Nazi untuk beroperasi dan transit di pelabuhan-pelabuhan di [[Indonesia]].<ref>{{Cite news |title=Tokoh Ini Lindungi Masuknya Kapal Nazi ke Jakarta |url=https://nasional.tempo.co/read/628051/tokoh-ini-lindungi-masuknya-kapal-nazi-ke-jakarta/full&view=ok |access-date=3 Oktober 2021 |work=[[Tempo.co]] |date=12 Desember 2014 |language=id }}{{Pranala mati|date=Desember 2022 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref> Seusai diutarakannya [[janji Koiso]] yang menjanjikan kemerdekaan Indonesia oleh perdana menteri Jepang [[Kuniaki Koiso]], Maeda membentuk [[Asrama Indonesia Merdeka]] pada bulan Oktober 1944. Maksud asrama ini adalah untuk menciptakan pemimpin-pemimpin untuk negara Indonesia yang merdeka.{{sfn|Anderson|2006|p=44}}
 
Setelah Jepang dibomdi[[Senjata nuklir|bom atom]] [[Blok Sekutu dalam Perang Dunia II|Sekutu]] pada tanggal 6 dan 9 Agustus 1945, Kekalahan Jepang semakin dekat. Hal ini membangkitkan semangat pemuda Indonesia untuk segera mencapai kemerdekaan. Pada tanggal 12 Agustus 1945, tiga tokoh Indonesia yakni [[Soekarno]], [[Mohammad Hatta]], dan [[Radjiman Wedyodiningrat]] dipanggil oleh Panglima Tertinggi Jepang di [[Asia Tenggara]], Marsekal [[Hisaichi Terauchi]] di markas besarnya di Dalat (sekarang [[Ho Chi Minh]] ) di [[Vietnam]]. Dalam pertemuan itu, Terauchi berjanji akan memberi bangsa Indonesia kemerdekaan pada tanggal 24 Agustus 1945.
 
Pada tanggal 15 Agustus 1945, Radio Asia Raya mengumumkan kekalahan Jepang. Kaisar Jepang, [[Hirohito]] menyerah kepada Sekutu. Berita ini kemudian tersebar luas di seluruh kalangan pemuda dan rakyat Indonesia. Mereka ingin pelaksanaan kemerdekaan dilakukan secepat mungkin. Mereka itulah yang termasuk golongan muda. Tetapi disisi lain, golongan tua ingin agar kemerdekaan dilaksanakan sesuai janji Jepang agar menghindari adanya pertumpahan darah.
 
Akhirnya pada tanggal 16 Agustus 1945, golongan muda seperti [[Sukarni]] dan [[Chaerul Saleh]] menculik [[Soekarno]] dan [[Mohammad Hatta|Muhammad Hatta]] ke [[Rengasdengklok]] dan mendesak mereka segera membacakan proklamasi. Setelah melalui pembicaraan yang panjang, akhirnya semua setuju proklamasi dibacakan diluar janji Jepang yakni 24 Agustus.
 
Di hari yang sama, para pemuda mengantarkan Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta untuk segera merumuskan naskah proklamasi. Namun ketika tiba dari Rengasdengklok ke Jakarta, hari sudah larut. Pada pukul 22.00, rombongan tiba di [[Hotel Des Indes]]. Mereka akan memesan ruangan untuk dijadikan tempat merumuskan naskah proklamasi. Sayangnya tempat itu sudah tutup. Para pemuda tidak kehabisan akal. Mereka lalu menghubungi seorang perwira Angkatan Laut Kekaisaran Jepang yang bersimpati terhadap perjuangan bangsa Indonesia, Laksamana Maeda. Ia pun mengizinkan rumahnya, yang sekarang beralamat di Jalan Imam Bonjol no.1 untuk dijadikan tempat perumusan naskah proklamasi dan menjamin keamanan selama rapat karena Maeda merupakan Kepala Perwakilan [[Kaigun]] ([[Angkatan Laut Kekaisaran Jepang]]) sehingga rumahnya merupakan [[extraterritorial]] dan harus dihormati oleh [[Angkatan Darat Kekaisaran Jepang|Rikugun]] (Angkatan darat kekaisaran Jepang / [[Kempetai]]) maka rumah Maeda dianggap aman. Rumah Maeda tersebut kini berubah menjadi [[Museum Perumusan Naskah Proklamasi]].
 
== Referensi ==
 
{{reflist}}
==Daftar pustaka==
* {{cite book|last1=Anderson |first1=Benedict |title=Java in a Time of Revolution: Occupation and Resistance, 1944-1946 |date=2006 |publisher=Equinox Publishing |isbn=9789793780146 |url=https://books.google.com/books?id=87totx4p3ZcC |language=en}}
*{{cite journal |last1=Poulgrain |first1=Greg |title=Delaying the 'Discovery' of Oil in West New Guinea |journal=The Journal of Pacific History |date=1999 |volume=34 |issue=2 |pages=205–218 |issn=0022-3344|jstor=25161079|doi=10.1080/00223349908572903 }}
* [[Achmad Soebardjo]].(1970). Lahirnja Republik Indonesia. Jakarta Times. Jakarta.
* Genzo Oku. Tranlated.(1973). Achmad Soebardjo. Indonesia No Dokuritsu To Kakumei. Ryukeishosha. Tokyo.
* [[Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia|Kemendikbud]].(2017).Sejarah Indonesia SMA/MA/SMK/MAK Kelas 11 Semester 2.Kemendikbud.Jakarta
 
{{DEFAULTSORT:Maeda, Tadashi}}
{{Jepang-bio-stub}}
[[Kategori:Sejarah Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh Jepang]]