Ketangguhan kota: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
S Rifqi (bicara | kontrib)
penerjemahan awal dari en:Urban resilience
 
Cendy00 (bicara | kontrib)
Fitur saranan suntingan: 3 pranala ditambahkan.
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Tugas pengguna baru Disarankan: tambahkan pranala
 
(Satu revisi perantara oleh satu pengguna lainnya tidak ditampilkan)
Baris 1:
'''Ketangguhan kota''' (disebut juga '''ketahanan kota''', {{lang-en|urban resilience}}) biasa didefinisikan sebagai ukuran kemampuan sistem kota beserta penduduknya dalam menjaga kelangsungannya melewati berbagai guncangan (''shock'') dan tekanan (''stress''), sekaligus beradaptasi dan mengembangkan diri untuk mencapai [[keberlanjutan]].<ref name=UNHabitat>{{cite web |url=http://urbanresiliencehub.org/what-is-urban-resilience/ |title=Urban Resilience Hub |website=Urban Resilience Hub |access-date=14 Desember 2020}}</ref><ref name=jakberketahanan>{{cite web |url=http://jakberketahanan.org/ketahanan/ |title=Ketahanan |website=Jakarta Berketahanan |access-date=14 Desember 2020 |archive-date=2021-01-20 |archive-url=https://web.archive.org/web/20210120101250/https://jakberketahanan.org/ketahanan/ |dead-url=yes }}</ref> '''Kota tangguh''' adalah kota yang menilai, merencanakan, dan bertindak untuk bersiap dan menanggapi bencana, baik alami maupun ulah manusia, baik tiba-tiba maupun perlahan, baik diduga maupun tak terduga. Kota-kota tangguh melindungi dan memperbaiki kehidupan masyarakatnya, memastikan pengembangan dirinya, memelihara lingkungan yang cocok untuk investasi, dan mendorong perubahan yang positif.<ref name=UNHabitat /> Bahasan akademik tentang ketangguhan kota berfokus pada tiga ancaman utama: [[Pemanasan global|perubahan iklim]], [[bencana alam]], dan [[terorisme]].<ref>{{cite journal |last=Coaffee |first=J |year=2008 |title=Risk, resilience, and environmentally sustainable cities |journal=Energy Policy |volume=36 |issue=12 |pp=4633–4638 |doi=10.1016/j.enpol.2008.09.048}}</ref><ref>{{cite journal |last1=Pickett |first1=S. T. A. |last2=Cadenasso |first2=M. L. |year=2004 |title=Resilient cities: meaning, models, and metaphor for integrating the ecological, socio-economic, and planning realms |journal=Landscape and Urban Planning |volume=69 |issue=4 |pp=373 |doi=10.1016/j.landurbplan.2003.10.035 |display-authors=etal}}</ref> Ketahanan terhadap ancaman-ancaman itu telah dibahas dalam konteks aspek fisik ataupun nonfisik perencanaan dan desain kota.<ref>{{cite journal |last=Sharifi |first=Ayyoob |date=Oktober 2019 |title=Urban form resilience: A meso-scale analysis |journal=Cities |volume=93 |pp=238–252 |doi=10.1016/j.cities.2019.05.010}}</ref><ref>{{cite journal |last=Sharifi |first=Ayyoob |date=Februari 2019 |title=Resilient urban forms: A macro-scale analysis |journal=Cities |volume=85 |pp=1–14 |doi=10.1016/j.cities.2018.11.023}}</ref><ref>{{cite journal |last=Sharifi |first=Ayyoob |date=Januari 2019 |title=Resilient urban forms: A review of literature on streets and street networks |journal=Building and Environment |volume=147 |pp=171–187 |doi=10.1016/j.buildenv.2018.09.040}}</ref> Terlebih lagi, strategi ketahanan lebih condong ke arah [[pemberantasan terorisme]], bencana lain ([[gempa bumi]], [[kebakaran liar]], [[tsunami]], [[Rob|banjir rob]], [[suar Matahari]], dan lain-lain), serta pembuatan prasarana [[energi berkelanjutan]].<ref>{{cite journal |last1=Sharifi |first1=Ayyoob |last2=Yamagata |first2=Yoshiki |date=Juli 2016 |title=Principles and criteria for assessing urban energy resilience: A literature review |journal=Renewable and Sustainable Energy Reviews |volume=60 |pp=1654–1677 |doi=10.1016/j.rser.2016.03.028 |doi-access=free}}</ref>
 
Pembangunan ketahanan dalam perkotaan membutuhkan kebijakan investasi yang memprioritaskan pengeluaran untuk kegiatan-kegiatan yang menawarkan alternatif, yaitu yang bisa berjalan dengan baik dalam berbagai macam kasus. Keputusan tersebut harus memperhatikan risiko dan ketidakpastian pada masa depan. Karena risiko tidak bisa dihilangkan seluruhnya, perencanaan kedaruratan dan kebencanaan sangat penting.<ref>{{cite web |url=https://drii.org/resources/professionalpractices/EN |year=2017 |title=The Professional Practices for Business Continuity Management |publisher=Disaster Recovery Institute International (DRI)}}</ref> Kerangka kerja pengelolaan risiko bencana, misalnya, memberikan peluang praktis untuk meningkatkan ketahanan.<ref>{{cite book |last=Jha |display-authors=etal |year=2013 |title=Building Urban Resilience: Principles, Tools, and Practice |publisher=The World Bank}}</ref>
 
== Tujuan Pembangunan Berkelanjutan PBB ke-11 ==
Pada September 2015, para pemimpin dunia mengadopsi 17 [[Tujuan Pembangunan Berkelanjutan]] (SDG)<ref>{{cite web |url=https://www.un.org/sustainabledevelopment/sustainable-development-goals/ |title=Take Action for the Sustainable Development Goals |website=United Nations Sustainable Development |access-date=17 Desember 2020}}</ref> sebagai bagian dari Agenda 2030 untuk Pembangunan Berkelanjutan. Tujuannya, yang berdasarkan dan menggantikan [[Tujuan Pembangunan Milenium]],<ref>{{cite web |url=https://www.un.org/millenniumgoals/ |title=United Nations Millennium Development Goals |access-date=17 Desember 2020}}</ref> secara resmi diberlakukan pada tanggal 1 Januari 2016 dan diharapkan dapat tercapai dalam 15 tahun ke depan. Meski SDG tidak mengikat secara hukum, tiap pemerintah diharapkan turut mengambil peran dan membuat kerangka kerja nasional untuk pencapaian masing-masing. Tiap negara juga memiliki tanggung jawab utama untuk menindaklanjuti dan meninjau kemajuan berdasarkan kualitas.
 
== Alat Penilaian Ketangguhan Kota PPM PBB ==
Baris 26:
=== Banjir ===
{{kembangkan bagian|date=Desember 2020}} <!-- ulasan tentang dampak banjir terhadap perkotaan dan cara mempersiapkannya -->
 
Banjir, baik akibat cuaca, [[kenaikan permukaan laut]], maupun kegagalan prasarana, adalah penyebab utama kematian, penyakit, dan kerugian ekonomi di seluruh dunia. Perubahan iklim dan perkembangan pemukiman kota yang sangat cepat menjadi faktor utama dari semakin sering dan parah banjir, terlebih di [[negara berkembang]].<ref>{{cite book |author=IPCC |year=2001 |title=Climate Change 2001: The Scientific Basis. Contribution of Working Group I to the Third Assessment Report of the Intergovernmental Panel on Climate Change |publisher=Cambridge University Press |pp=881}}</ref><ref>{{cite book |author=IPCC |year=2007 |title=Climate Change 2007: Impacts, Adaptation and Vulnerability. Summary for Policymakers. Contribution of Working Group II to the Fourth Assessment Report of the Intergovernmental Panel on Climate Change |publisher=Cambridge University Press}}</ref><ref>{{cite journal |last=Chanson |first=Hubert |year=2011 |title=The 2010–2011 Floods in Queensland (Australia): Observations, First Comments and Personal Experience |journal=La Houille Blanche |issue=1 |pp=5–11 |access-date=22 April 2011 |issn=0018-6368 |url=http://espace.library.uq.edu.au/view/UQ:239732|doi=10.1051/lhb/2011026 |doi-access=free}}</ref>
 
== Program pendidikan tentang ketangguhan kota ==
{{kembangkan bagian|for=mengembangkannya, terutama pendidikan di Indonesia|date=Desember 2020}} <!-- ulasan tentang pendidikan mengenai kota tangguh -->
 
Kemunculan ketangguhan kota sebagai bahasan dalam pendidikan telah mengalami pertumbuhan yang besar akibat beberapa rentetan bencana alam, termasuk [[gempa bumi dan tsunami Samudra Hindia 2004]], [[badai Katrina]] 2005, [[gempa bumi dan tsunami Tōhoku 2011]], serta [[badai Sandy]] 2012. Dua di antaranya adalah Program Magister Risiko dan Ketangguhan di [[Harvard Graduate School of Design]] dan Akademi Kepemimpinan Ketahanan Bencana di [[Tulane University]].