Sosiologi sastra: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
menambah paragraf |
Fitur saranan suntingan: 3 pranala ditambahkan. Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Tugas pengguna baru Disarankan: tambahkan pranala |
||
(5 revisi perantara oleh 4 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
'''Sosiologi sastra'''
== Sejarah
Sosiologi sastra sudah ada sejak zaman Yunani Klasik, sekitar abad kelima hingga keempat sebelum masehi. Kemunculan dari prespektif ini hadir dari kerisauan studi sastra struktural yang terpaku pada objek karya. Plato dan Aristoteles yang membahas tentang sastra masih berfokus pada puisi. Plato menganggap karya seni sebagai mimetis atau tiruan
Dalam kesusastraan Indonesia, sosiologi sastra bermula pada awal [[1970-an]]. Buku pertama yang membahas tentang sosiologi sastra ditulis oleh [[Sapardi Djoko Damono]] dengan judul ''Sosiologi Sastra Sebuah Pengantar Ringkas'' (1978). Kemudian buku ''Pengantar Sosiologi Sastra dari Strukturalisme Genetik sampai Post Modernisme'' (1994) karya Faruk
== Tokoh ==
== Paradigma Sosiologi Sastra ==▼
Pada perkembanganya, terdapat tokoh-tokoh yang terlibat dalam mengembangkan sosiologi sastra. Sejak zaman [[Yunani Klasik]] tokoh yang berperan adalah [[Plato]] dan [[Aristoteles]]. Menurut Michael Biron yakni tokoh Lukacs berpengaruh pada dasar sosiologi sastra, Wellek dan Warren menganggap tokoh Elizabeth dan De Bonald sebagai tokoh yang mempopulerkan sosiologi sastra, Robert Escarpit, Harry Levin, dan Madame de Stael dianggap Tom Burns sebagai pelopor, sedangkan Damono mengungkapkan [[Hippolyte Taine]] sebagai peletak dasar aliran sosiologi sastra melalui konsep genetik [[kritik sastra]].<ref name=":1" />
Ritzer (1975) menyatakan sosiologi sebagai ilmu pengetahuan yang multiparadigma, yang berarti terdapat beberapa paradigma yang saling bersaing dalam merebut hegemoni sosial. [[Paradigma]] berarti kerangka berpikir atau model mengenai satu cita fundamental dalam ilmu pengetahuan. Ada tiga paradigma dasar dalam sosiologi yakni paradigma definisi sosial, paradigma fakta sosial, dan paradigma perilaku sosial<ref name=":0" />. ▼
▲Ritzer (1975) menyatakan sosiologi sebagai ilmu pengetahuan yang multiparadigma, yang berarti terdapat beberapa paradigma yang saling bersaing dalam merebut hegemoni sosial. [[Paradigma]] berarti kerangka berpikir atau model mengenai satu cita fundamental dalam ilmu pengetahuan. Ada tiga paradigma dasar dalam sosiologi yakni paradigma definisi sosial, paradigma fakta sosial, dan paradigma [[perilaku sosial]].<ref name=":0" />
# Paradigma definisi sosial mengacu pada karya [[Maximilian Weber|Max Weber]], yang mengarahkan perhatian pada cara individ dalam mendefinisikan situasi sosial. Pokok persoalan sosiologi bukan pada fakta sosial yang objektif, akan tetapi cara subjektif individu menghayati fakta-fakta sosial tersebut.
# Paradigma fakta sosial mengacu pada karya [[Émile Durkheim|Emile Durkheim]], yang pokok persoalan sosiologinya ditentukan dari fakta sosial berupa struktur-struktur dan lembaga-lembaga sosial. Fakta sosial dianggap sesuatu yang nyata dan berbeda dari di luar individu.
# Paradigma perilaku sosial mengacu pada karya Skinner, [[perilaku manusia]] sebagai subjek yang nyata, individual.
▲== Pendekatan Sosiologi Sastra ==
Ada tiga macam pendekatan sosiologi sastra menurut Sapardi Djoko Damoni (1978)<ref name=":0" /> yakni:
Baris 22 ⟶ 24:
== Referensi ==
<references />
[[Kategori:Sastra]]
[[Kategori:Karya sastra]]
|