Nuruddin Zanki: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Clean up, replaced: komplit → komplet using AWB |
|||
(23 revisi perantara oleh 13 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{refimprove}}
{{Infobox Monarch
[[Berkas:Nzangi.jpg|200px|right|thumb|Nuruddin Zengi]]'''Al-Malik Al-Adil Nuruddin Abul Qasim Mahmud bin 'Imaduddin Zengi''' (Februari [[1118]] – [[15 Mei]] [[1174]]), juga diketahui dengan nama '''Nur ad-Din''', '''Nur al-Din''', dan lain-lain (dalam [[bahasa Arab]]: نور الدين ''Nūruddīn'') adalah anggota dari [[dinasti Zengi]] yang menguasai [[Libya]] dari tahun [[1146]] sampai tahun [[1174]]. Ia bercita-cita untuk menyatukan pasukan Muslim dari [[Efrat]] sampai [[Mesir]]. Ia juga memimpin pasukannya melawan berbagai macam pasukan lain termasuk [[tentara salib]].▼
| name = Nuruddin Zengi
| image = Nur ad-Din Zangi2.jpg
| image caption =
| reign =
| coronation =
| othertitles =
| full name = Al-Malik Al-Adil Nuruddin Abul Qasim Mahmud bin 'Imaduddin Zanki
| predecessor =
| successor =
| dynasty = [[Dinasti Zengi]]
| father = [[Zengi]] "Imad ad-Din Atabeg al-Malik al-Mansur"
| children =
| date of birth =
| place of birth =
| date of death =
| place of death =
| place of burial = |
}}
▲
== Kehidupan Awal ==
Ia dilahirkan pada hari Ahad 17 Syawwal 511 H yang bertepatan dengan bulan [[Februari]] tahun [[1118]] di mana ia adalah anak dari [[Zengi]], seorang ''[[atabeg]]'' [[Aleppo]] dan [[Mosul]].
Baris 9 ⟶ 28:
== Melawan tentara salib ==
[[Berkas:Map Crusader states 1135-en.svg|
Segera setelah ia memimpin, Nuruddin menyerang [[Kerajaan Antiokhia]], merebut beberapa istana di utara [[Suriah]], di mana pada waktu yang sama ia menaklukan sebuah usaha oleh [[Joscelin II dari Edessa|Joscelin II]] untuk mengembalikan [[Kerajaan Edessa]] yang telah dikuasai oleh Zengi tahun [[1144]]. Nuruddin mengusir seluruh populasi [[Kristen]] di kota tersebut sebagai hukuman karena membantu Joscelin.
Nuruddin mencoba bersekutu dengan tetangga Muslimnya di [[Irak]] utara dan Suriah untuk memperkuat Muslim melawan musuh mereka di barat. Pada tahun [[1147]], ia menandatangani perjanjian bilateral dengan [[Mu'inuddin Unur]], gubernur [[Damaskus]], sebagai bagian persetujuan ini, ia menikahi anak perempuan Mu'inuddin. Mu'inuddin dan Nuruddin menyerang kota [[Bosra]] dan [[Sarkhand]], di mana kota itu direbut oleh pengikut Mu'in ad-Din yang memberontak yang bernama Altuntash, tetapi Mu'inuddin selalu curiga dengan tujuan Nuruddin dan tidak mau mengganggu mantan sekutu tentara salibnya di [[Yerusalem]], yang telah membantu mempertahankan Damaskus melawan Zengi. Untuk menenangkan Mu'in ad-Din, Nuruddin mengurangi dirinya di Damaskus dan berbalik menuju kerajaan Antiokhia, di mana ia dapat merebut [[Artah]], Kafar Latha, Basarfut, dan Balat.
Pada tahun [[1148]], [[Perang Salib Kedua]] tiba di Suriah, dipimpin oleh [[Louis VII dari
Nuruddin mengambil kesempatan dari kegagalan tentara salib dengan mempersiapkan serangan lainnya atas [[Antiokhia]]. Pada tahun [[1149]], ia melancarkan serangan melawan teritori yang didominasi oleh istana Harim yang terletak di tepi timur [[Orontes]], setelah di mana ia menyerang istana [[Inab]]. Pangeran Antiokhia, [[Raymond dari Poitiers]], dengan cepat datang untuk membantu istana yang diserang. Pasukan Muslim menghancurkan tentara salib [[Pengepungan Inab|di Inab]], di mana Raymond terbunuh. Kepala Raymond dikirim ke Nuruddin, yang mengirimnya ke [[khalifah]] di [[Baghdad]]. Ia selanjutnya merebut semua teritori Antiokhia di timur Orontes, di mana segera daerah tersebut jatuh ke tangan [[Kekaisaran Bizantium]]. Pada tahun [[1150]], ia menaklukan Joscelin II untuk terakhir kalinya, setelah bersekutu dengan [[Kesultanan Rüm|sultan Rüm]], [[Mas'ud of Rüm|Mas'ud]] (di mana anak perempuan Mas'ud juga dinikahi oleh Nuruddin). Joscelin meninggal di penjaranya di Aleppo tahun [[1159]]. Pada tahun [[1152]] Nuruddin merebut [[Tortosa]] setelah dibunuhnya [[Raymond II dari Tripoli]].
Baris 29 ⟶ 48:
=== Permasalahan Mesir ===
Karena tidak ada yang dapat dilakukan tentara salib di Suriah, mereka terpaksa beralih ke selatan sejauh mereka memang ingin memperluas kekuasaannya. Jatuhnya Ascalon pada tahun 1153 ke tangan Raja Baldwin III dari penguasaan Kekhalifahan Fatimiyah sudah berhasil sepenuhnya memutuskan jalur logistik Mesir dari Suriah. Sementara itu Mesir pun secara politik melemah karena diperintah barbagai khalifah fatimiyah yang masih sangat muda bahkan terkadang masih anak-anak atau remaja. Pada tahun 1163, khalifah Fatimiyah adalah al-Adid (memerintah 1160-1171) yang masih muda (14 tahun), tetapi pemerintahan dijalankan oleh wazir Shawar. Pada tahun itu, Shawar disingkirkan oleh Dirgham. Dirgham menawan 3 anaknya yang bernama Thayib, Sulaiman dan Khalil. Thayib dan Sulaiman dibunuh sedangkan Khalil dipenjara. Setelah itu, [[Kerajaan Yerusalem|Raja Yerusalem]], Amalric I memulai serangan terhadap Mesir, dengan dalih bahwa Fatimiyah tidak membayar upeti selama ini seperti yang telah mereka janjikan untuk dibayar selama pemerintahan Baldwin III. Penyerangan ini gagal dan ia terpaksa menarik kembali
Permintaan tersebut tidak ditanggapi oleh Shirkuh, malahan ia berkeliling ke pelosok Mesir, menaklukan banyak wilayah di timur dan menghimpun kekayaan yang banyak.
Baris 42 ⟶ 61:
Setelah berhasil mengalahkan pasukan Salib, Asadudin Shirkuh bergerak ke kota Alexandria dan menaklukannya. Ia mengangkat keponakannya, Shalahudin Yusuf sebagai gubernur provinsi Alexandria, sedang ia sendiri pulang ke Sha’id. Rupanya Shawar menyusun kekuatan baru dan bersekutu dengan pasukan Salib untuk mengepung kota Alexandria dan merebutnya dari tangan Shalahudin Yusuf. Shalahudin mempertahankan kota tersebut dengan gigih meskipun ia dan pasukannya mengalami kesulitan dan kekurangan stok makanan. Tidak lama kemudian Asadudin Shirkuh datang dari Sha’at memberi bala bantuan. Kedatangan pasukan Shirkuh ini diketahui Shawar dan iapun merasa takut kalau kedua pasukan itu bergabung mengalahkan pasukannya. Ia menawarkan perdamaian kepada Shalahudin dengan kompensasi menyerahkan uang senilai 50.000 dinar. Asadudin Shirkuh menerima tawaran yang ia nilai cukup besar ini. Lalu ia keluar dari kota Alexandria dan menyerahkan urusan kota Alexandria pada orang-orang mesir itu sendiri. Ia pun lalu kembali ke Syria.
Sementara itu Shawar memperbaharui perjanjian dengan pasukan Salib dengan memberi tentara
Pada tahun 1168 Amalric bersekutu dengan Kaisar Manuel dan menyerang Mesir sekali lagi. Ia menyiapkan pasukan besar dan melengkapinya dengan senjata yang komplet dari yang dimilikinya untuk meraih kemenangan. Dengan kekuatan tersebut mereka menyerang Mesir dan menguasai Bilbeis (Balbis) dan menjadikannya markas utama pasukannya. Dari Balbis mereka bertolak ke Kairo. Hal ini diketahui oleh Shawar dan ia menyadari bahwa hal ini di luar kontrolnya. Dan tidak sesuai dengan kesepakatan yang ia buat dengan Raja Yerusalem sebelumnya. Maka ia bakar kota Fustat (Shawar sebelumnya tinggal mendiami Fustat) dan menyuruh penduduknya hijrah ke Kairo. Api menyala dan kemungkinan hanya membakar tanaman-tanaman pangan selama 54 hari. (1168)
Baris 63 ⟶ 82:
(September 1171), Al Amir Al Amin naik mimbar Jum’at mendahului khatib resmi kemudian berdoa untuk Khalifah Abbasiah, Al Mustanjid Billah, dan ternyata tidak satu pun yang menentangnya. Dan pada hari jum’at kedua Salahudin memerintahkan seluruh khatib Jumat untuk menghentikan doanya bagi khalifah Fatimiyah, al Adid dan menambah Khalifah Abasiyah, Al Mustanjid Billah dalam daftar doanya.
Shalahudin juga memecat seluruh hakim pengadilan Mesir karena mereka berasal dari aliran [[Syiah|Syi’ah]], dan menggantinya dengan hakim pengadilan yang baru dari kalangan Sunni bermazhab Syafi’i.
Dilain pihak, Khalifah Al Adid jatuh sakit dan akhirnya wafat pada tgl 10 Muharam 567 H (14 September 1171 M), dengan demikian berakhirlah Kekhalifahan Fatimiyah.
== Kematian ==
[[Berkas:ضريح نور الدين الشهيد.JPG|thumb|Makam Nurruddin Zangi di [[Damaskus]], [[Suriah]]]]
Selama waktu-waktu tersebut, Nurudin sibuk dengan urusan di wilayah utara negaranya, melawan dinasti artoqids, dan pada tahun 1170 ia harus menyelesaikan persengketaan di antara keponakannya ketika Qutbudin wafat. Setelah menaklukan Mesir, Nurudin meyakini bahwa ia telah mencapai tujuannya mempersatukan Negara-negara Muslim, namun terjadi keretakan hubungan antara Nurudin dan Salahudin yang dipicu oleh kesalapahaman di antara kedua pemimpin tersebut. Waktu itu Nurudin bermaksud mengepung kota Al Kurk. Ia menyurati Salahudin untuk mengirimkan pasukan ketempat yang disepakati. Salahudin pun berangkat dengan pasukannya menuju tempat tersebut. Selang beberapa hari Salahudin menyadari akan kemungkinan adanya bahaya bila Mesir ia tinggalkan. Maka ia mengirim surat kepada Sultan Nurudin tentang hal itu, dan minta maaf atas
Di Tahun 1174, ketika Nurudin sedang dalam ambang saat-saat penyerangan ke Mesir karena absennya
== Peninggalan ==
Baris 77 ⟶ 97:
Nuruddin katanya mendirikan [[universitas]] dan [[masjid]] di seluruh perkotaan yang ia kuasai. Universitas-universitas tersebut penting bagi pengajaran [[Quran]] dan [[Hadits]]. Nuruddin sendiri menikmati untuk memiliki para ahli spesialis yang membacakannya dari Hadith, dan profesornya memberinya gelar diploma dalam narasi Hadits. Ia juga mendirikan rumah sakit gratis dikotanya, dan mendirikan [[karavanserai]] di jalan untuk semua penjelajah dan peziarah. Pada dunia Muslim ia mungkin telah menjadi tokoh legenda dalam hal keberanian militer, kesalehan, dan kekuatan.
Ibnu Al Kastir mendeskrip-sikan Nurudin Mahmud dengan berkata
Ia juga terkenal karena ketakwaannya dan ke-wara-annya (kecintaannya kepada Allah). Ia sangat berkemauan keras untuk menunaikan semua ibadah salat dan merayakan perayaan-perayaan Islam. Ia melakukan salat Isya dan bangun di tengah malam untuk salat malam hingga terbit fajar. Ia juga banyak berpuasa.
Baris 83 ⟶ 103:
Nuruddin juga berkarakteristik punya kefakihan dan ilmu yang luas, maka ia seperti ulama dan bersuritauladan kepada sejarah para ulama salafusshaleh. Ia merupakan pengikut mazhab Hanafi dan mendapatkan izin untuk meriwayatkan hadits-hadits. Ia mengarang buku tentang konsep jihad, punya tabiat yang punya kemauan tinggi, sebagaimana ia juga dikaruniahi kepribadian dan kharisma yang kuat. Ia sangat ditakuti tetapi lembut dan penyayang. Dan dalam majelisnya tidak dibicarakan hal-hal kecuali ilmu, agama dan kemungkinan juga tentang jihad. Dan menurut sumber yang tidak diketahui belum pernah didengar darinya ucapan kalimat keji sama sekali dalam kondisi marah atau ceria. Ia benar-benar seorang pendiam.
Ia adalah seorang zuhud dan merendah diri (mutawaadhi). Konsumsi orang paling miskin pada zaman itu masih lebih tinggi dari konsumsi yang ia makan setiap hari tanpa simpanan dan tidak pula menentukan urusan dunia untuk dirinya sendiri. Dan ketika isterinya mengeluh kepadanya akan beratnya penderitaan dan kesusahan hidup yang dikondisikan oleh suaminya, Mahmud memberinya tiga toko pribadi di kota Homs dan berkata
Nuruddin juga mendirikan universitas dan masjid di seluruh kota yang pernah ia kuasai. Universitas-universitas tersebut berkonsentrasi dalam bagi pengajaran Quran dan Hadits. Nuruddin sendiri menyukai mendengar Hadist dari Ulama Hadist yang membacakannya Hadits, dan ahli hadist memberinya ijazah untuk meriwayatkan Hadits. Ia juga mendirikan rumah sakit gratis dikotanya, dan mendirikan karavanserai di jalan untuk penjelajah dan peziarah. Di dunia Muslim ia menjadi figur legendaris dalam keberanian militer, kesalehan, dan kesopanan.
Suatu hari, seorang Faqih yang bernama Qutbuddin Annisaburi berkata kepadanya
Ia punya komitmen yang tinggi untuk mewujudkan seluruh ajaran Islam. Ia menjadi teladan yang baik bagi para petinggi negara dan pimpinannya dalam berkomitmen kepada hukum yang ada. Sebagaimana ia juga berupaya keras untuk dapat mengembalikan hak-hak yang terampas kepada mereka yang teraniaya. Dan berkata
Kendati keterpaksaan yang mendorongnya untuk berhadapan dengan para pemimpin kota dan benteng muslim dalam upayanya untuk mewujudkan persatuan melaui aliansi dengan bangsa Eropa, namun darah seorang muslim baginya sangatlah berharga sekali meskipun ia tetap merebut wilayah muslim jika memang terpaksa dilakukan. Baik itu untuk dapat dipergunakan dalam pertempuran dengan kaum Salibiyah atau karena khawatir akan ancaman yang mungkin datang dari mereka. Dan ketika penguasa Damaskus beraliansi dengan Salibiyah pada tahun 544 H (1150 M), ia bertempur dengan mereka tanpa sedikitpun mencederai orang muslim dan melenyapkan nyawa mereka. Sebagaimana ia berkata
Dan ketika salah satu dari mereka (orang Damaskus) mengadukan persoalan kepada hakim, maka ia dipanggil dan berkata
Ia juga telah menghapuskan pajak-pajak yang melampaui batas syariah, walau itu adalah sumber aliran pendapatan yang besar bagi anggaran negara dan hal itu mungkin untuk disahkan menurut sebagian orang dengan kondisi negara yang serba sulit dan perang yang ada. Ia berkata
Ia menghidupkan perilaku untuk menghormati para ulama dan menghargai mereka, kendati para pemimpin dan petinggi tidak berani untuk duduk dalam suatu pertemuan tanpa perintah dan izinnya. Maka apabila ia kedatangan seorang faqih dan shaleh, ia berdiri terlebih dahulu dan mempersilahkan orang tersebut untuk duduk. Dan ia juga memperlihatkan penghormatan dan penghargaan kepadanya. Menurutnya para ulama adalah
Nuruddin memperhatikan kondisi umat Islam dan menghidupkan makna-makna kebersamaan, kerjasama dan solidaritas antara sesama serta meringankan penderitaan dan kondisi sulit mereka. Ia telah bekerja untuk menyantuni para anak yatim, mengawinkan para janda, memenuhi kebutuhan anak fakir, mendirikan rumah-rumah sakit, tempat pengungsi, panti asuhan, pasar-pasar, tempat buang air besar (WC) umum, jalan-jalan umum dan memberikan orang-orang badui tempat tinggal agar mereka tidak mengganggu para jemaah haji.
Baris 102 ⟶ 122:
Nuruddin mengatur kantor pemberian zakat, mengkoordinasikan pengumpulan dan pembagiannya sesuai dengan dasar-dasar syariah. Ia juga mendorong para konglomerat untuk mengamankan infrastruktur perhubungan dan menghapuskan pajak yang terlalu membebani roda pergerakan bisnis. Ia terus menerus mengerjakan apa saja yang memungkinkan untuk memperkuat negara yang telah ia bangun dan mendorong laju pembangunan ekonominya.
Nuruddin benar-benar berjuang dengan segala upaya untuk dapat merealisir persatuan Islam dengan segala kesabaran, bijaksana dan ketegaran serta dengan determinasi untuk tidak menyebabkan tumpahnya darah umat. Ia berupaya untuk dapat menarik simpati dan dukungan dari berbagai kekuatan Islam di wilayah utara Iraq dan memancing solidaritas mereka. Dan ia kemungkinan membeberkan
== Lihat pula ==
Baris 112 ⟶ 132:
* [[Fatimid]]
* [[Pertempuran Ascalon]]
* [[Perang Salib]]
== Daftar pustaka ==
|