Kecerdasan emosional: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Kepadalisna (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan |
|||
(30 revisi perantara oleh 12 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
'''Kecerdasan emosional''' ({{lang-en|emotional quotient, disingkat EQ}}) adalah [[kemampuan]] seseorang untuk menerima, menilai, mengelola, serta mengontrol [[emosi]] dirinya dan orang lain di sekitarnya.<ref>{{Cite web|last=Fadhil|first=Sahabat|date=2021|title=Quantum Quotient (Kecerdasan Emosional) Pada Manusia|url=https://pmiipakuan.or.id/quantum-quotient-kecerdasan-emosional-pada-manusia/|website=PMII Pakuan|access-date=2022-03-07}}</ref> Dalam hal ini, emosi mengacu pada [[perasaan]] terhadap [[informasi]] akan suatu [[hubungan]]. Sedangkan, kecerdasan
Menurut [[Howard Gardner]] (1983) terdapat lima pokok utama dari [[kecerdasan]] emosional seseorang, yakni mampu menyadari dan mengelola emosi diri sendiri, memiliki kepekaan terhadap emosi orang lain, mampu merespon dan ber[[negosiasi]] dengan orang lain secara emosional, serta dapat menggunakan emosi sebagai [[alat]] untuk memotivasi [[diri]].<ref>{{Cite web|last=Baktio|first=Hari|date=2013|title=Kecerdasan Emosi|url=https://www.pusdikmin.com/perpus/file/KECERDASAN%20EMOSI%20final.pdf|website=Pusdikmin|page=19}}</ref> Selain itu, seseorang yang memiliki kecerdasan emosional yang baik, lebih mudah dipercaya, bisa beradaptasi dengan baik, bisa bergaul dan bekerjasama dalam tim, memiliki rasa tahu yang tinggi, serta memiliki motivasi yang tinggi.<ref>{{Cite web|last=Misbach|first=Ifa Hanifah|date=2008|title=Antara IQ, EQ, dan SQ|url=http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI/197507292005012-IFA_HANIFAH_MISBACH/IQ%2CEQ%2CSQ.pdf|website=File UPI|page=5-6}}</ref>
== Sejarah ==
Konsep mengenai kekuatan emosional pertama kali diperkenalkan oleh [[Abraham Maslow]] pada tahun 1950-an.<ref>{{Cite journal|last=Priyam Dhani|first=Tanu Sharma|date=Juli 2016|title=Emotional Intelligence; History, Models and Measures|url=https://www.researchgate.net/publication/305815636_EMOTIONAL_INTELLIGENCE_HISTORY_MODELS_AND_MEASURES|journal=International Journal of Science Technology and Management|volume=5|issue=7|pages=189-201}}</ref> Istilah "kecerdasan emosional" kemudian muncul pertama kali dalam makalah tahun 1964 oleh Michael Beldoch<ref>{{Cite book|last=Argyle|url=https://books.google.co.id/books?id=LKqQM3CLAyQC&pg=PA121&redir_esc=y|title=Social Encounters|publisher=Transaction Publishers|isbn=978-0-202-36897-9|pages=121|language=en|url-status=live}}</ref> dan dalam makalah tahun 1966 oleh B. Leuner berjudul ''Emotional intelligence and emancipation'' yang muncul pada jurnal [[psikoterapi]] yang bernama ''Practice of child psychology and child psychiatry''.<ref>{{Cite journal|last=Edara|first=Inna Reddy|date=2021|title=Exploring the Relation between Emotional Intelligence, Subjective Wellness, and Psychological Distress: A Case Study of University Students in Taiwan|url=https://www.mdpi.com/2076-328X/11/9/124/pdf|journal=Behaviorial Sciences|volume=11|issue=124|pages=1-20}}</ref> Pada tahun [[1983]], [[Howard Gardner]] dalam bukunya yang berjudul ''Frames of Mind'': ''The Theory of Multiple Intelligences''<ref>{{Cite web|title=Gardner's Theory of Multiple Intelligences|url=https://www.verywellmind.com/gardners-theory-of-multiple-intelligences-2795161|website=Verywell Mind|language=en|access-date=2022-03-18}}</ref> memperkenalkan sebuah gagasan bahwa jenis kecerdasan yang umum digunakan seperti IQ, gagal dalam menjelaskan keseluruhan kemampuan kognitif. Dia kemudian memperkenalkan [[gagasan]] kecerdasan ganda yang mencakup kecerdasan interpersonal (kapasitas untuk memahami niat, motivasi dan keinginan orang lain) dan kecerdasan intrapersonal (kapasitas untuk memahami diri sendiri, untuk menghargai perasaan, ketakutan, dan motivasi seseorang).<ref>{{Cite web|date=2005-11-02|title=Howard Gardner, multiple intelligences and education|url=http://www.infed.org/thinkers/gardner.htm|website=web.archive.org|access-date=2022-03-18|archive-date=2005-11-02|archive-url=https://web.archive.org/web/20051102035039/http://www.infed.org/thinkers/gardner.htm|dead-url=unfit}}</ref>
Penggunaan istilah "EQ" (''Emotional Quotient'') atau kecerdasan sosial yang ada pada karya cetak yang tersebar secara publik baru pertama kali ada pada tahun 1987 dalam sebuah artikel oleh Keith Beasley di majalah British Mensa.<ref>{{cite journal|date=May 1987|title=The Emotional Quotient.|url=http://www.keithbeasley.co.uk/EQ/Original%20EQ%20article.pdf|journal=Mensa|page=25|vauthors=Beasley K}}</ref> Meski begitu, istilah kecerdasan emosional baru dipopulerkan pada tahun 1995 oleh [[psikolog]] dan [[Wartawan|jurnalis]] [[ilmu]] perilaku Dr. Daniel Goleman dalam bukunya yang berjudul ''Emotional Intelligence – Why it can matter more than IQ''.<ref>{{Cite web|title=What is emotional intelligence (EI)? - Definition from WhatIs.com|url=https://www.techtarget.com/searchcio/definition/emotional-intelligence|website=SearchCIO|language=en|access-date=2022-03-18}}</ref> Buku tersebut selanjutnya mendapatkan popularitas yang kemudian berakibat pada kepopuleran Daniel Goleman itu sendiri.<ref>{{Cite web|date=2012-11-04|title=Daniel Goleman on Leadership and The Power of Emotional Intelligence - Forbes|url=http://www.forbes.com/sites/danschawbel/2011/09/15/daniel-goleman-on-leadership-and-the-power-of-emotional-intelligence/|website=web.archive.org|access-date=2022-03-18|archive-date=2012-11-04|archive-url=https://web.archive.org/web/20121104185806/http://www.forbes.com/sites/danschawbel/2011/09/15/daniel-goleman-on-leadership-and-the-power-of-emotional-intelligence/|dead-url=unfit}}</ref> Akhir tahun 1998, artikel Goleman di [[Harvard Business Review]] berjudul "What Makes a Leader?"<ref>{{Cite journal|last=Goleman|first=Daniel|date=1998|title=What Makes a Leader?|url=http://fs.ncaa.org/Docs/DIII/What%20Makes%20a%20Leader.pdf|journal=Harvard Business Review|pages=82-91}}</ref> menarik perhatian manajemen senior di [[Johnson & Johnson]]'s Consumer Companies (JJCC). Artikel tersebut berbicara tentang pentingnya Kecerdasan Emosional (EI atau ''Emotional Intelligence'') untuk kesuksesan dalam hal kepemimpinan. Daniel mengutip beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa EI sering menjadi faktor pembeda antara pemimpin hebat dan pemimpin yang cenderung biasa saja. JJCC mendanai sebuah penelitian yang menyimpulkan bahwa ada hubungan yang kuat antara pemimpin berkinerja unggul dengan kompetensi emosional. Hal ini mendukung pendapat dari sebuah teori bahwa dalam kompetensi sosial, kemampuan emosional dan relasional yang biasa disebut sebagai Kecerdasan Emosional, merupakan faktor pembeda dalam kinerja kepemimpinan.<ref>{{Cite web|title=Emotional Competence and Leadership Excellence at Johnson & Johnson: The Emotional Intelligence and Leadership Study|url=https://www.eiconsortium.org/reports/jj_ei_study.html|website=www.eiconsortium.org|access-date=2022-03-18}}</ref> Tes pengukuran EI masih belum dapat menggantikan tes IQ sebagai standar metrik dari kecerdasan yang lebih umum di masyarakat<ref>{{Cite web|date=2018-11-14|title=What is Emotional Intelligence? +23 Ways To Improve It|url=https://positivepsychology.com/emotional-intelligence-eq/|website=PositivePsychology.com|language=en-US|access-date=2022-03-18}}</ref> dan Kecerdasan Emosional juga mendapatkan [[kritik]] mengenai peranan kecerdasan tersebut dalam [[kepemimpinan]] dan kesuksesan [[bisnis]].<ref>{{Cite web|date=2012-11-28|title=Why emotional intelligence is just a fad - CBS News|url=http://www.cbsnews.com/8301-505125_162-57376240/why-emotional-intelligence-is-just-a-fad/|website=web.archive.org|access-date=2022-03-18|archive-date=2012-11-28|archive-url=https://web.archive.org/web/20121128120307/http://www.cbsnews.com/8301-505125_162-57376240/why-emotional-intelligence-is-just-a-fad/|dead-url=unfit}}</ref>
== Definisi ==
Kecerdasan emosional didefinisikan oleh Peter Salovey dan John Mayer, sebagai "kemampuan untuk mengatur emosi diri sendiri dan orang lain yang mana kecerdasan ini bertujuan untuk membedakan antara emosi yang beragam dan memberi label secara tepat, serta menggunakan informasi emosional untuk mengatur pikiran dan perilaku".<ref>{{Cite web|title=Emotional Intelligence|url=https://nobaproject.com/modules/emotional-intelligence|website=Noba|language=en|access-date=2022-03-18}}</ref> Definisi ini kemudian diperdalam, disempurnakan, dan kemudian diusulkan untuk dibagi menjadi empat kemampuan, yaitu memahami, menggunakan, memahami, dan mengelola emosi.<ref>{{Cite journal|last=Salovey|first=Peter|last2=Grewal|first2=Daisy|date=2005|title=The Science of Emotional Intelligence|url=https://citeseerx.ist.psu.edu/viewdoc/download?doi=10.1.1.385.2439&rep=rep1&type=pdf|journal=Current Directions in Psychological Science|volume=14|issue=6|pages=281–285|issn=0963-7214}}</ref> Kemampuan ini sebenarnya berbeda-beda namun saling terkait.
Untuk lebih jelasnya Solovey menempatkan kecerdasan pribadi Gardner dalam definisi dasar tentang kecerdasan emosional yang dicetuskannya, seraya memperluas kemampuan ini menjadi lima wilayah utama:<ref>{{Cite book|last=Goleman|first=Daniel|date=1995|title=EMOTIONAL INTELLIGENCE Kecerdasan Emosional Mengapa EI lebih penting daripada IQ (bahasa indonesia)|location=Jakarta|publisher=Percetakan PT Gramedia|isbn=978-602-03-2313-8|pages=55, 56|url-status=live}}</ref>
* Mengenali emosi diri. Mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi merupakan dasar kecerdasan emosional. Kemampuan memantau perasaan dari waktu ke waktu merupakan hal penting bagi wawasan psikologi dan pemahaman diri. Ketidakmampuan dalam mencermati perasaan kita yang sesungguhnya membuat kita berada dalam kekuasaan perasaan.engelo
* Mengelola emosi. Menangani perasaan agar perasaan dapat terungkap dengan pas adalah kecakakapan yang bergantung pada kesadaran diri. Orang-orang yang buruk dalam keterampilan ini akan terus-menerus bertarung melawan perasaan murung, sementara mereka yang pintar dapat bangkit kembali dengan jauh lebih cepat dari kemerosotan dan kejatuhan dalam kehidupan.
* Memotivasi diri sendiri. Menata emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan adalah hal yang sangat penting dalam kaitan untuk memberi perhatian, untuk memotivasi diri sendiri dan menguasai diri sendiri, dan untuk berkreasi. Orang-orang yang memiliki kemampuan ini cenderung jauh lebih produktif dan efektif dalam hal apa pun yang mereka kerjakan.
* Mengenali emosi orang lain. Empati, kemampuan yang juga bergantung pada kesadaran diri emosional, merupakan keterampilan bergaul dasar. Orang yang empatik lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa-apa yang dibutuhkan atau dikehendaki orang lain.
* Membina hubungan. Seni membina hubungan, sebagian besar, merupakan keterampilan mengelola emosi orang lain. Ini merupakan keterampilan yang menunjang popularitas, kepemimpinan, dan keberhasilan antar pribadi. Orang-orang yang hebat dalam keterampilan ini akan sukses dalam bidang apa pun yang mengandalkan pergaulan yang mulus dengan orang lain.
== Kelompok Emosi ==
[[Berkas:Angry-2766265 960 720.jpg|jmpl|Gangguan [[kepribadian]] ambang adalah gangguan ketidakstabilan emosi. Sebagai cirinya sering mengalami rasa [[cemas]], [[Kesedihan|sedih]], [[takut]], dan mengalami tingkat kemarahan yang tinggi.<ref>{{Cite journal|last=Sari|first=Ni Luh Krishna Ratna|last2=Hamidah|first2=Hamidah|last3=Marheni|first3=Adijanti|date=2020|title=Dinamika Psikologis Individu dengan Gangguan Kepribadian Ambang|url=https://ojs.unud.ac.id/index.php/psikologi/article/view/59044/36515|journal=Jurnal Psikologi Udayana|language=en-US|volume=7|issue=2|pages=17|doi=10.24843/JPU.2020.v07.i02.p02|issn=2654-4024}}</ref>]]
[[Marah]] adalah ekspresi emosi yang bersifat agresif. Marah bisa dipicu akibat [[Frustrasi|frustasi]], merasa kecewa, dan rasa kesal terhadap suatu hal. Dampak positif dari marah, bisa meredakan rasa kesal dan bisa membuat emosi tenang. Selain itu, marah juga bisa berdampak buruk apabila tidak bisa mengendalikan emosi marah tersebut.<ref>{{Cite web|last=Samiadi|first=Lika Aprilia|date=2016|title=Masalah Dalam Pengendalian Amarah, Ini Tanda-tandanya|url=https://hellosehat.com/mental/gangguan-mood/tanda-tanda-anda-memiliki-masalah-dalam-mengendalikan-amarah/|website=Hello Sehat|language=id-ID|access-date=2022-03-06}}</ref> Emosi marah bisa diekspresikan dengan amukan, rasa benci dan marah yang besar, merasa jengkel terhadap suatu hal, merasa kesal dan terganggu, muncul karena singgungan, hingga menyebabkan [[kekerasan]] dan rasa [[Kebencian|benci]] secara [[Patologi sosial|patologis]].<ref name=":0">{{Cite journal|last=Daud|first=Firdaus|date=2012|title=Pengaruh Kecerdasan Emosional (EQ) dan Motivasi Belajar terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa SMA 3 Negeri Kota Palopo|url=http://journal.um.ac.id/index.php/pendidikan-dan-pembelajaran/article/view/3475/626|journal=Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran (JPP)|language=en|volume=19|issue=2|pages=245-246|issn=}}</ref>
Kesedihan merupakan reaksi [[emosi]] yang timbul karena suatu hal, bisa karena peristiwa, pengalaman, dan keadaan yang menyakitkan dan rasa kecewa.<ref>{{Cite web|last=Handayani|first=Verury Verona|date=2020|title=Pentingnya Memahami Perbedaan Sedih dan Depresi|url=https://www.halodoc.com/artikel/pentingnya-memahami-perbedaan-sedih-dan-depresi|website=Halodoc|access-date=2022-03-06}}</ref> Rasa sedih bisa dipicu oleh rasa kecewa terhadap suatu hal, dan merasa tidak berdaya hingga tidak muncul rasa minat untuk melakukan hal apapun. Rasa sedih yang berlarut-larut bisa mengakibatkan [[Depresi Besar|depresi]].<ref>{{Cite web|last=Trifiana|first=Azelia|date=2020|title=Marah, Sedih, Bahagia: Apa Saja Emosi Dasar Manusia?|url=https://www.sehatq.com/artikel/emosi-dasar-manusia-mana-yang-paling-dominan|website=SehatQ|language=id|access-date=2022-03-06}}</ref>
[[Berkas:ABA 1.png|jmpl|Rasa takut bisa menyebabkan stres gangguan emosional. Stres tersebut timbul karena adanya ancaman dan tekanan dan perubahan. Dampaknya akan menyebabkan respon tubuh, seperti napas dan detak jantung yang semakin cepat. Selain itu
Rasa [[takut]] bisa disebabkan oleh [[ancaman]] karena merasa diri dalam bahaya. Ancaman tersebut bisa ditimbulkan dengan ancaman fisik, psikologis, hal yang imajiner, serta emosional. Rasa takut dikategorikan sebagai emosi negatif, namun rasa takut juga berdampak positif karena bisa menjaga diri dari potensi yang menyebabkan bahaya.<ref>{{Cite web|last=Mardatila|first=Ani|date=2021|title=Mengenal Rasa Takut dan Prosesnya dalam Tubuh|url=https://www.merdeka.com/sumut/mengenal-rasa-takut-dan-prosesnya-dalam-tubuh-kln.html|website=merdeka.com|language=en|access-date=2022-03-06}}</ref> Rasa takut bisa diekspresikan dengan kondisi gugup, cemas, merasa khawatir, rasa waspada terhadap suatu hal, dan tidak merasa tenang.<ref name=":0" />
[[Kenikmatan]] bisa diekspresikan dengan rasa bahagia dan gembira. Selain itu, kenikmatan menunjukkan rasa senangm terpesona, hingga rasa takjub akan suatu hal.<ref name=":0" /> Kenikmatan pertama yaitu berupa nikmat sehat, yang diperoleh denga rasa kecukupan terhadap kebutuhan dasar, seperti makanan dan minum. Kenikmatan kedua yaitu kenikmatan sosial, yang bisa dipenuhi dengan rasa kebutuhan untuk hidup bersama dengan keluarga dan [[kelompok sosial]]. Kenikmatan ketiga yaitu kenikmatan [[spiritual]], yaitu pemenuhan [[Rohaniwan|rohani]] akan kebutuhan untuk menenangkan [[hati]] dan [[pikiran]].<ref>{{Cite web|last=Ruslan|first=Heri|date=2012|title=Inilah Tiga Tingkat Kenikmatan Manusia|url=https://republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/12/08/28/m9gmvf-inilah-tiga-tingkat-kenikmatan-manusia|website=Republika Online|language=id|access-date=2022-03-06}}</ref>
[[Cinta]] merupakan salah satu jenis [[emosi]] yang timbul karena rasa intim, menyebabkan gairah, dan komitmen. Cinta juga juga merupakan emosi yang dipengaruhi oleh kedekatan, rasa tertarik, juga rasa percaya terhadap satu sama lain. Selain itu, cinta juga bisa timbul karena reaksi biologis yang timbul pada diri [[manusia]].<ref>{{Cite web|last=Murniaseh|first=Endah|date=2021|title=Apa Itu Cinta dan Mengapa Perasaan Cinta Harus Diungkapkan?|url=https://tirto.id/apa-itu-cinta-dan-mengapa-perasaan-cinta-harus-diungkapkan-f9Qv|website=tirto.id|language=id|access-date=2022-03-06}}</ref> Rasa cinta bisa diekspresikan dengan bentuk persahabatan, rasa percaya, rasa hormat terhadap seseorang, hingga rasa kasih sayang antar manusia.<ref name=":0" />
[[Keterkejutan|Terkejut]] merupakan salah satu emosi yang bisa terjadi dalam waktu yang singkat. Rasa terkejut bisa muncul karena menemukan sesuatu hal yang baru.<ref>{{Cite web|last=Nanda|first=Salsabila|date=2021|title=Mengenal 6 Emosi Dasar Manusia Beserta Fungsi dan Cara Kerjanya|url=https://www.brainacademy.id/blog/jenis-jenis-emosi-dasar-manusia|website=www.brainacademy.id|language=id|access-date=2022-03-06}}</ref> Emosi terkejut bisa diekspresikan dengan rasa takjub, kejutan, muak, terpanam hingga rasa [[mual]] ingin [[muntah]].<ref name=":0" />
Beberapa sikap jengkel antara lain: hina, jijik, muak, mual, benci, tidak suka, mau muntah.<ref>{{Cite book|last=Goleman|first=Daniel|date=Oktober 1996|title=EMOTIONAL INTELLIGENCE Kecerdasan Emosional (bahasa indonesia)|location=Jakarta|publisher=Penerbit Gramedia Pustaka Utama|isbn=978-602-03-2313-8|pages=410|url-status=live}}</ref>
=== Malu ===
Malu merupakan rasa yang tidak nyaman yang muncul karena kondisi sosial dalam menghadapi orang baru, yang terjadi karena kondisi interaksi sosial yang buruk. Rasa malu merupakan hal yang normal, karena dapat terjadi dalam beberapa kondisi saja. Rasa malu bisa berdampak negatif apabila disertai dengan rasa sepi, cemas, hingga frustasi.<ref>{{Cite journal|last=Afandi|first=Nur Aziz|last2=Adhani|first2=Dwi Nurhayati|last3=Hasiana|first3=Isabella|date=2014|title=Perasaan Malu (Shyness) pada Mahasiswa Baru di Program Studi Psikologi Universitas Trunojoyo Madura|url=https://journal.trunojoyo.ac.id/personifikasi/article/view/6570/4138|journal=Personifikasi: Jurnal Ilmu Psikologi|language=en-US|volume=5|issue=1|pages=44-45|doi=10.21107/personifikasi.v5i1.6570|issn=2721-0626}}</ref> Rasa malu bisa diekspresikan dengan rasa bersalah, rasa hancur, kesal, hingga timbul karena adanya aib.<ref name=":0" />▼
▲[[Malu]] merupakan rasa yang tidak nyaman yang muncul karena kondisi [[Sosialisme|sosial]] dalam menghadapi orang baru, yang terjadi karena kondisi [[interaksi]] [[Sosialisme|sosial]] yang buruk. Rasa malu merupakan hal yang normal, karena dapat terjadi dalam beberapa kondisi saja. Rasa malu bisa berdampak negatif apabila disertai dengan rasa sepi, cemas, hingga frustasi.<ref>{{Cite journal|last=Afandi|first=Nur Aziz|last2=Adhani|first2=Dwi Nurhayati|last3=Hasiana|first3=Isabella|date=2014|title=Perasaan Malu (Shyness) pada Mahasiswa Baru di Program Studi Psikologi Universitas Trunojoyo Madura|url=https://journal.trunojoyo.ac.id/personifikasi/article/view/6570/4138|journal=Personifikasi: Jurnal Ilmu Psikologi|language=en-US|volume=5|issue=1|pages=44-45|doi=10.21107/personifikasi.v5i1.6570|issn=2721-0626}}</ref> Rasa malu bisa diekspresikan dengan rasa bersalah, rasa hancur, kesal, hingga timbul karena adanya aib.<ref name=":0" />
== Aspek ==
Salovey dan Mayer mengungkapkan aspek-aspek yang ada di dalam kecerdasan emosional yaitu mampu merasakan empati, berani mengungkapkan dan memahami perasaan, bisa mengendalikan
=== Goleman ===
Menurut Goleman, seseorang yang memiliki kecerdasan emosi memiliki aspek untuk memotivasi diri sendiri, apabila frustasi lebih siap untuk bertahan, bisa menghadapi sesuatu yang sulit dan tetap percaya diri, serta memiliki empati yang tinggi.<ref name=":1" />
=== W.T Grant Consortium ===
Menurut W.T Grant Consortium kecerdasan emosional bisa dilihat dari cara mengungkapkan perasaan dan bisa mengidentifikasi perasaan tersebut. Perasaan tersebut selain bisa diungkapkan, juga bisa dikelola juga dikendalika, serta bisa membedakan dan menyeimbangkan antara perasaan dan tindakan.<ref name=":1" />
== Memaksimalkan Kecerdasan Emosional ==
Dalam Kecerdasan Emosional karya Daniel Goleman, pendidikan emosi merupakan bagian penting untuk memaksimalkan kecerdasan emosional (EQ). Goleman menekankan pentingnya belajar mengelola emosi sejak dini dan secara berkelanjutan untuk mencapai keberhasilan dalam berbagai aspek kehidupan. Pokok bahasannya, pada dasarnya menuntut guru dan murid mau memusatkan perhatian pada jalinan emosi kehidupan seorang anak. Nama bagi pelajaran semacam ini beragam, mulai dari ''social development'' (pengembangan sosial), ''life skill'' (keterampilan hidup), sampai ''social and emotional learning'' (pembelajaran sosial dan emosi).
Konsorsium W.T Grant tentang promosi kompetensi berbasis sekolah mengidentifikasi beberapa unsur aktif keterampilan emosional dalam program pencegahannya, yang dirancang untuk meningkatkan kecerdasan emosional dan kompetensi sosial pada siswa. Komponen utama tersebut meliput:<ref>{{Cite book|last=Goleman|first=Daniel|date=1996|title=EMOTIONAL INTELLIGENCE Kecerdasan Emosional Mengapa EI Lebih Penting daripada IQ (bahasa Indonesia)|location=Jakarta|publisher=Gramedia Pustaka Utama|isbn=978-602-03-2313-8|pages=426|url-status=live}}</ref>
* Mengidentifikasi dan memberi nama perasaan: Kemampuan untuk mengenali dan memberi label pada emosi seorang adalah keterampilan dasar dalam kecerdasan emosional. ini membantu individu untuk menyadari keadaan emosinya yang penting untuk regulasi emosi lebih lanjut.
* Mengungkapkan perasaan: ini melibatkan pembelajaran tentang bagaimana mengkomunikasikan emosi secara tepat dan efektif kepada orang lain. Mengajarkan individu untuk mengekspresikan perasaannya dengan cara yang sehat.
* Menilai intensitas perasaan: memahami intensitas atau kekuatan emosi seseorang sangat penting untuk mengelolanya. Dengan menilai apakah emosi itu ringan, sedang, atau kutat, individu dapat lebih baik menilai respons yang tepat untuk situasi yang dihadapi.
* Mengelola perasaan: Ini merujuk pada pengembangan strategi pada pengembangan strateguntuk mengontrol atau menyesuaikan emosi agar sesuai dengan konteks, terutama ketika emosi yang kuat dapat menyebabkan reaksi yang tidak membantu. Keterampilan ini membantu individu tetap tenang dalam situasi sulit sekalipun.
* Menunda pemuasan: Kemampuan untuk menunda kepuasan segera demi tujuan jangka panjang adalah keterampilan regulasi diri yang penting. Keterampilan ini berkaitan dengan kecerdasan emosional karena memerlukan pengelolaan dorongan dan pengendalian emosi untk manfaat di masa depan.
* Mengendalikan dorongan hati: Berkaitan erat dengan menunda pemuasaan, mengendalikan dorongan hati melibatkan kemampuan untuk berpikir sebelum bertindak, terutama dalam situasi emosional. Ini membantu individu menghindari tindakan impulsif yang dapat memiliki konsekuensi negatif.
* Mengurangi stres:Teknik untuk mengelola dan mengurangi stres, seperti latihan relaksasi, ''mindfulness'', dan pemecahan masalah, sangat penting untuk menjag keseimbangan emosional dan kesehatan mental. Belajar mengelola stres berkontribusi pada kesejahteraan emosional dan mental yang lebih baik.
* Mengetahui perbedaan antara perasaan dan tindakan: Pemahaman penting ini membantu individu menyadari bahwa merasakan emosi tidak berarti harus bertindak berdasarkan emosi tersebut. dengan mengenali pemisahan ini, individu dapat memilih tindakan yang lebih bijaksana dan konstruktif, daripada bereaksi secara impulsif berdasarkan emosi mereka.
Unsur-unsur ini membentuk dasar kompetensi emosional dalam program pencegahan yang dikebangkan oleh konsorsium W.T.Grant, membantu siswa dan individu mengembangkan dan memaksimalkan kecerdasan emosional yang lebih kuat dan fungsi sosial yang lebih baik.
Mengenali emosi diri sendiri merupakan salah satu faktor untuk memaksimalkan kecerdasan emosi. Mengenali emosi adalah kemampuan dasar untuk mengetahui perasaan apa yang akan dan sedang terjadi. Kemampuan emosi diri adalah kemampuan dasar untuk menyadari akan emosinya sendiri. Hal tersebut bertujuan untuk mencegah terhadap keadaan suasana hati dan pikiran. Apabila tidak bisa mengetahui perasaan dan emosi sendiri akan terbawa akan emosi yang bisa menguasai diri.<ref>{{Cite web|last=Hajeriati|date=2014|title=Hubungan antara Kemampuan Mengenali Emosi Diri dan Kemampuan Mengelola Emosi dengan Perilaku Belajar Mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas Tarbiyah danKeguruan UIN Alauddin Makassar|url=https://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/PendidikanFisika/article/view/3023/2872|website=Journal UIN Alauddin|page=11}}</ref>
Mengelola emosi merupakan manajeman untuk mengendalikan emosi. Dengan mengelola emosi diharapkan mampu untuk memahami, menerima, serta memberikan kontrol ketika mengekspresikan emosi.<ref>{{Cite web|last=Adelia|first=Audra Levana|date=2021|title=Manajemen Emosi: Cara Mengendalikan Emosi dalam Diri|url=https://satupersen.net/blog/manajemen-emosi-cara-mengendalikan-emosi|website=Satu Persen|access-date=2022-03-06}}</ref> Emosi harus diekspresikan sesuai tujuan yang jelas, agar tercipta hubungan yang harmonis secara interpersonal. Selain mengelola emosi diri sendiri, juga belajar untuk memahami emosi yang ada pada diri orang lain.<ref>{{Cite web|last=kurniadi|date=2020-12-11|title=Manajemen Emosi|url=https://untan.ac.id/manajemen-emosi/|website=Universitas Tanjungpura|language=en-US|access-date=2022-03-06}}</ref>
[[Berkas:Signs of NPD.png|jmpl|254x254px|Narsistik bisa timbul karena kurang empati terhadap keadaan orang lain. Narsistik adalah keadaan mental seseorang yang selalu merasa ingin mementingkan diri sendiri. Kepribadian narsistik bisa dihubungkan dengan keadaan lingkungan, bisa juga disebabkan karena kondisi keluarga yang selalu memuji atau mengkritik sesuatu dengan cara berlebihan.<ref>{{Cite web|last=Marella|first=Vania Dinda|date=2021|title=Apa Itu Gangguan Kepribadian Narsistik? Pahami Pengertian Gejala dan Penyebabnya|url=https://www.liputan6.com/health/read/4708326/apa-itu-gangguan-kepribadian-narsistik-pahami-pengertian-gejala-dan-penyebabnya|website=liputan6.com|language=id|access-date=2022-03-07}}</ref>]]
Empati merupakan salah satu bentuk kecerdasan emosional. Empati merupakan suatu sikap untuk mendalami perasaan orang lain, meskipun tidak mengalami secara langsung apa yang dirasakan orang tersebut.<ref>{{Cite journal|last=Silfiasari|first=Silfiasari|date=2017|title=
Kecerdasan emosional untum membangun hubungan dengan orang lain merupakan seni untuk menunjang popularitas, dan melatih untuk meminpin diri. Hal tersebut ditunjang oleh kemampuan komunikasi untuk menjalin hubungan dengan orang lain, hingga bisa bekerjasama dalam suatu tim.<ref>{{Cite web|last=Husni|first=Desma|date=2012|title=
=== Komunikasi ===
Dengan berkomunikasi belajar untuk menyelesaikan masalah agar tidak timbul salah paham, juga berlatih membaca situasi sekitar agar lebih peka.<ref>{{Cite web|last=Sholichah|first=Fitria Nur|date=2015|title=Pengaruh EQ (Emotional Quotient) dan SQ (Spiritual Quotient) terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Plus Al-Kautsar Blimbing-Malang|url=http://etheses.uin-malang.ac.id/8518/1/13770037.pdf|website=Etheses UIN Malang|page=31}}</ref>
== Dampak ==
Dampak kecerdasan emosional yang terlalu tinggi, pertama sulit memberi dan menerima kritik yang negatif. Hal ini dikarenakan orang yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi memiliki empati yang tinggi pula. Oleh karena itu, ketika akan memberikan kritik yang tajam, mereka selalu memikirkan dampak terhadap orang lain, hingga enggan memberikan kritik. Begitu pun saat menerima kritik negatif, orang yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi tidak akan merasa sedang dikritik. Dampak kedua, orang yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi memiliki tingkat kreativitas yang rendah. Hal ini dikarenakan, mereka cenderung menyukai kerja secara kelompok dan tidak ingin menonjolkan diri. Dampak ketiga yaitu, selalu menghidari risiko. Hal ini dikarenakan orang yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi mereka memiliki kendali diri yang kuat, dan selalu menimbang dengan cermat atas apa yang mereka lakukan.<ref>{{Cite web|last=Efendi|first=Ahmad|date=2020|title=Dampak Negatif Kecerdasan Emosional yang Terlalu Tinggi|url=https://tirto.id/dampak-negatif-kecerdasan-emosional-yang-terlalu-tinggi-fZb3|website=tirto.id|language=id|access-date=2022-03-07}}</ref>
Dampak negatif dari rendahnya kecerdasan emosional bisa mempengaruhi kesehatan fisik. Hal ini dikarenakan ujung dari gangguan emosional salah satunya stres. Dampaknya bisa menjadi penyakit kurangnya imun, jantung, hingga tekanan darah tinggi. Selain kesehatan fisik, juga mempengaruhi kesehatan mental. Misalnya bisa membuat depresi, hingga susah bersosialisasi dengan orang lain.<ref>{{Cite web|last=Hary W|first=Yoseph|date=2019|title=Dampak EQ Lemah, Rendahnya Kecerdasan Emosional Bisa Bikin Beberapa Hal Ini Berantakan|url=https://jogja.tribunnews.com/2019/07/04/dampak-eq-lemah-rendahnya-kecerdasan-emosional-bisa-bikin-beberapa-hal-ini-berantakan|website=Tribunjogja.com|language=id-ID|access-date=2022-03-07}}</ref>
== Kritik ==
=== Korelasi dengan kepribadian ===
Beberapa peneliti pernah mengangkat korelasi antara pengukuran kecerdasan emosional dengan dimensi kepribadian yang sesungguhnya. Umumnya, pengukuran kecerdasan emosional dan aspek-aspek kepribadian dianggap sebagai satu hal yang sama karena keduanya memiliki tujuan untuk mengukur sifat dari suatu kepribadian.<ref>{{Cite journal|last=Flora Kokkinaki|first=Ria Pita, Flora Kokkinaki|date=2007|title=The location of trait emotional intelligence in personality factor space|url=http://citeseerx.ist.psu.edu/viewdoc/download?doi=10.1.1.476.8331&rep=rep1&type=pdf|journal=British Journal of Psychology|volume=98|pages=273-289|doi=10.1348/000712606x120618}}</ref> Secara spesifik, pengukuran kecerdasan emosional seringkali menonjolkan aspek neurotisisme dan ekstraversi dari [[Kepribadian Big Five|kepribadian ''Big Five'']]. Khususnya pada neurotisisme, ia dikatakan berhubungan dengan emosi negatif dan kecemasan. Secara konsisten, individu yang mencapai skor tinggi pada pengukuran neurotisisme cenderung memiliki skor rendah pada pengukuran kecerdasan emosional.
Interpretasi terhadap korelasi antara kuesioner kecerdasan emosional dengan kepribadian seringkali masih bervariasi. Akan tetapi, pandangan yang menonjol dalam literatur ilmiah merupakan pandangan mengenai Sifat Kecerdasan Emosional. Pandangan tersebut umumnya menafsirkan ulang Kecerdasan Emosional sebagai kumpulan dari berbagai sifat yang ada pada kepribadian.<ref name="Austin08">{{cite journal|year=2008|title=A reaction time study of responses to trait and ability emotional intelligence test items|url=https://www.pure.ed.ac.uk/ws/files/14842146/A_reaction_time_study_of_responses_to_trait_and_ability_emotional_intelligence_test_items.pdf|journal=Personality and Individual Differences|volume=46|issue=3|pages=381–383|doi=10.1016/j.paid.2008.10.025|vauthors=Austin EJ|hdl=20.500.11820/c3e59b2b-8367-4e8a-9d9c-9fb87c186fc1|hdl-access=free}}</ref>
Sebuah meta-analisis 2017 dari 142 sumber data menemukan adanya tumpang tindih yang sangat besar antara faktor umum kepribadian dengan sifat yang ada pada kecerdasan emosional. Karena besarnya tumpang tindih antara dua hal tersebut, peneliti dalam meta-analisis tersebut kemudian menyimpulkan bahwa "Temuan menunjukkan kalau faktor umum kepribadian sangat mirip dengan sifat kecerdasan emosional."<ref name=":5">{{Cite journal|last1=van der Linden|first1=Dimitri|last2=Pekaar|first2=Keri A.|last3=Bakker|first3=Arnold B.|last4=Schermer|first4=Julie Aitken|last5=Vernon|first5=Philip A.|last6=Dunkel|first6=Curtis S.|last7=Petrides|first7=K. V.|date=January 2017|title=Overlap between the general factor of personality and emotional intelligence: A meta-analysis.|url=https://www.researchgate.net/publication/321944918_Overlap_Between_the_General_Factor_of_Personality_and_Trait_Emotional_Intelligence_A_Genetic_Correlation_Study|journal=Psychological Bulletin|language=en|volume=143|issue=1|pages=36–52|doi=10.1037/bul0000078|issn=1939-1455|pmid=27841449|s2cid=29455205}}</ref> Namun, tumpang tindih antara faktor umum kepribadian dengan kemampuan yang ada pada kecerdasan emosional cenderung lebih moderat, dengan korelasi sekitar 0,28.<ref name=":5" />
== Referensi ==
|