Kesultanan Serdang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(114 revisi perantara oleh 38 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Infobox Former Country
{{pemastian}}
| conventional_long_name = Negeri Kesultanan Serdang Darul Arif
{{refimprove}}
| native_name = ﻛﺴﻠﺘﺎﻧﻦ سردڠ
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Portret van de Sultan van Serdang vermoedelijk Oost-Sumatra TMnr 10001871.jpg|thumb|300px|Potret [[Sultan Sulaiman Syariful Alam Syah]] (1879-1946)]]
| common_name = Kesultanan Serdang
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Oude woning van de sultan van Serdang Rantau Pandjang TMnr 60022954.jpg|thumb|300px|Kediaman [[kesultanan Serdang|Sultan Serdang]] di [[Rantau Panjang, Pantai Labu, Deli Serdang]] (1881-1882)]]
| religion = [[Islam]] (Resmi)
| year_start = 1723
'''Kesultanan Serdang''' berdiri tahun [[1723]] dan bergabung dengan [[Indonesia|Republik Indonesia]] tahun [[1946]]. Kesultanan ini berpisah dari [[Kesultanan Deli|Deli]] setelah sengketa tahta kerajaan pada tahun [[1720]]. Seperti kerajaan-kerajaan lain di pantai timur Sumatera, Serdang menjadi makmur karena dibukanya perkebunan [[tembakau]], [[karet]], dan [[kelapa sawit]].
| year_end = Sekarang
| date_start =
| date_end = 1946
| date_post =
| event_start = Pendirian
| event_end = [[Revolusi Sosial Sumatra Timur]]
| event_post =
| p1 = Kesultanan Deli
| p2 =
| s1 = Negara Sumatra Timur
| s2 = Provinsi Sumatera Utara
| flag_p1 = Flag of the Sultanate of Deli.svg
| flag_s1 = Flag of East Sumatra.svg
| flag_s2 = Flag of Indonesia.svg
| image_flag = Bendera Kesultanan Serdang.jpg
| symbol_type =
| image_coat = Kesultanan serdang.jpg
| royal_anthem =
| image_map = Petasumateratimur.jpg
| image_map_caption = Wilayah Kesultanan Serdang dan beberapa kerajaan Melayu di Sumatra Timur pada 1930
| capital = {{unbulleted list|[[Rantau Panjang, Pantai Labu, Deli Serdang|Rantau Panjang]]|[[Perbaungan, Serdang Bedagai|Perbaungan]]}}
| common_languages = [[Bahasa Melayu|Melayu]]
| government_type = [[Monarki]] [[Kesultanan]]
| title_leader = [[Sultan]]
| leader1 = Tuanku Umar Johan Pahlawan Alam Shah
| year_leader1 = 1723–1782
| leader2 = Sultan Sulaiman Syariful Alam Shah
| year_leader2 = 1881–1946
| leader3 = [[Tengku Lukman Sinar|Sultan Luckman Sinar Bashar Shah II]]
| year_leader3 = 2002–2011
| leader4 = Sultan Achmad Thalaa Shariful Alam Shah
| year_leader4 = 2011–Sekarang
| leader5 =
| year_leader5 =
| title_deputy =
| deputy1 =
| year_deputy1 =
| deputy2 =
| year_deputy2 =
| currency =
| footnotes =
}}
 
'''Kesultanan Serdang''' (nama resminya '''Negeri Kesultanan Serdang Darul Arif''') adalah sebuah [[kesultanan]] yang berdiri pada tahun 1723 dan kemudian bergabung dengan [[Indonesia|Republik Indonesia]] tahun 1945.<ref name="sejarah"/> Kesultanan ini berpisah dari [[Kesultanan Deli|Deli]] dan menjadi subjek [[Federasi|negara]] baru setelah Raja Urung Kedatukan Sunggal menobatkan raja pertama akibat sengketa takhta kerajaan pada tahun 1720. Seperti kerajaan-kerajaan lain di [[Sumatra Timur]], Serdang menjadi makmur karena dibukanya perkebunan [[tembakau]], [[karet]], dan [[kelapa sawit]].
Serdang ditaklukkan tentara [[Hindia Belanda]] pada tahun [[1865]]. Berdasarkan perjanjian yang ditandatangani tahun [[1907]], Serdang mengakui kedaulatan Belanda, dan tidak berhak melakukan hubungan luar negeri dengan negara lain. Dalam peristiwa revolusi sosial di Sumatra Timur tahun [[1946]], [[Sultan]] Serdang saat itu menyerahkan kekuasaannya pada aparat Republik.
 
Serdang ditaklukkan tentara [[Hindia Belanda]] pada tahun 1865. Berdasarkan perjanjian yang ditandatangani tahun 1907, Serdang mengakui kedaulatan Belanda, dan tidak berhak melakukan hubungan luar negeri dengan negara lain. Dalam [[Revolusi Sosial Sumatra Timur]] tahun 1946, Sultan Serdang saat itu menyerahkan kekuasaannya pada aparat Republik. Namun, berbeda dengan yang terjadi di beberapa kesultanan Sumatra Timur, karena Sultan dan pejabat kesultanan ketika itu merupakan pendukung Republik, maka tidak terjadi kerusuhan yang mengakibatkan korban jiwa di Serdang, dan istana Kesultanan Serdang tidak menjadi sasaran penjarahan massa.<ref name="sejarah">[https://www.youtube.com/watch?v=A_UbMGVeoqY Tengku Mira Sinar: Inilah Fakta Sejarah Kesultanan Serdang (Produksi Deli Geist TV, 2019)]</ref>
=== Wilayah kekuasaan ===
 
Wilayah kekuasaan Kesultanan Serdang meliputi Batang Kuis, Padang, Bedagai, Percut, Senembah, Araskabu dan Ramunia,selanjutnya ke hulu daerah Galang,Bangun Purba dan Gunung Meriah.
Institusi Kesultanan Serdang masih berdiri sampai sekarang, serta masih melestarikan adat istiadatnya secara turun temurun, meski sudah tidak memiliki kekuasaan dalam politik dan pemerintahan. Namun, dalam hal-hal tertentu, pemerintah juga mengambil keputusan bersama dengan pihak kesultanan, khususnya mengenai masalah sosial dan kebudayaan. Wilayah Kesultanan Serdang kini menjadi [[Kabupaten Serdang Bedagai]], [[Kota Tebing Tinggi]], serta sebagian [[Kabupaten Deli Serdang]], [[Provinsi Sumatera Utara]].
Kemudian wilayah [[Perbaungan, Serdang Bedagai|Perbaungan]] juga masuk dalam Kesultanan Serdang karena adanya ikatan perkawinan.<ref name="melayu">[http://history.melayuonline.com/?a=Tm8va0xRL1lYcXRCeDdraQ%3D%3D=#top Sejarah Kerajaan Serdang di MelayuOnline.com]</ref>
 
== Wilayah kekuasaan ==
Wilayah kekuasaan Kesultanan Serdang meliputi Batang Kuis, Padang, Bedagai, Percut, Senembah, Araskabu, dan Ramunia. Kemudian wilayah [[Perbaungan, Serdang Bedagai|Perbaungan]] juga masuk dalam Kesultanan Serdang karena adanya ikatan perkawinan.<ref name="melayu">{{Cite web |url=http://history.melayuonline.com/?a=Tm8va0xRL1lYcXRCeDdraQ%3D%3D=#top |title=Sejarah Kerajaan Serdang di MelayuOnline.com |access-date=2007-06-01 |archive-date=2007-09-27 |archive-url=https://web.archive.org/web/20070927221857/http://history.melayuonline.com/?a=Tm8va0xRL1lYcXRCeDdraQ===#top |dead-url=yes }}</ref>
 
== Sejarah ==
=== Pendirian kerajaan Deli ===
Menurut riwayat, seorang [[Laksamana]] dari [[Sultan Iskandar Muda]] [[Kesultanan Aceh|Aceh]] bernama Sri Paduka Gocah Pahlawan, bergelar Laksamana Khoja Bintan, menikah dengan adik Raja Urung (negeri) Sunggal, sebuah daerah Batak Karo yang sudah masuk [[Melayu]] (sudah masuk Islam). Kemudian, oleh 4 Raja-Raja Urung Batak Karo yang sudah Islam tersebut, Laksamana ini diangkat menjadi raja di [[Kesultanan Deli|Deli]] pada tahun [[1630]]. Dengan peristiwa itu, Kerajaan Deli telah resmi berdiri, dan Laksamana menjadi Raja Deli pertama. Dalam proses penobatan Raja Deli tersebut, Raja Urung Sunggal bertugas selaku Ulon Janji, yaitu mengucapkan taat setia dari Orang-Orang Besar dan rakyat kepada raja. Kemudian, terbentuk pula Lembaga Datuk Berempat, dan Raja Urung Sunggal merupakan salah seorang anggota Lembaga Datuk Berempat tersebut.<ref name="melayu"/>
 
=== KemelutPendirian di tubuh kerajaanKesultanan Deli ===
Menurut riwayat, seorang [[Laksamana]] dari [[Sultan Iskandar Muda]] [[Kesultanan Aceh|Aceh]] bernama [[Gocah Pahlawan|Sri Paduka Gocah Pahlawan]], bergelar Laksamana Khoja Bintan, menikah dengan adik Raja Urung (negeri) Sunggal, sebuah daerah [[Suku Karo]] yang sudah sudah memeluk agama Islam. Kemudian, oleh 4 Raja-Raja Urung Suku Karo yang sudah Islam tersebut, Laksamana ini diangkat menjadi raja di [[Kesultanan Deli|Deli]] pada tahun [[1630]]. Dengan peristiwa itu, Kerajaan Deli telah resmi berdiri, dan Laksamana menjadi Raja Deli pertama. Dalam proses penobatan Raja Deli tersebut, Raja Urung Sunggal bertugas selaku Ulun Jandi, yaitu mengucapkan taat setia dari Orang-Orang Besar dan rakyat kepada raja. Kemudian, terbentuk pula Lembaga Datuk Berempat, dan Raja Urung Sunggal merupakan salah seorang anggota Lembaga Datuk Berempat tersebut.<ref name="melayu"/>
Dalam perkembangannya, pada tahun [[1723]] terjadi kemelut ketika Tuanku Panglima Paderap, Raja Deli ke-3 mangkat. Kemelut ini terjadi karena putera tertua Raja yang seharusnya menggantikannya memiliki cacat di matanya, sehingga tidak bisa menjadi raja. Putera nomor 2, Tuanku Pasutan yang sangat berambisi menjadi raja kemudian mengambil alih tahta dan mengusir adiknya, Tuanku Umar bersama ibundanya Permaisuri Tuanku Puan Sampali ke wilayah [[Serdang]].<ref name="melayu"/>
 
Menurut naskah kuno di Minangkabau, Kitab Salisilah Rajo-Rajo di Minangkabau, Gocah Pahlawan ini nama kecilnya adalah Yamtuan Laut (Yamtuan Lawik) gelarnya Tuanku Sri Paduka Gocah - Pahlawan Laksamana [Khoja] Bintan. Ibu beliau bernama Putri Reno Awan Tasingik yang menikah dengan Paduka Sri Muhammad Deli Khan, Panglima Perang asal Aceh turunan dari Punjab, Hindustan <ref>Emral Djamal Dt Rajo Mudo, Zera Permana, Ghio Vani D Soares, Hendri Aldrat, Sutan Kurnia, Khudri. Kitab Salisilah Rajo-Rajo di Minangkabau. Yayasan Arsari Djojohadikusomo dan Salimbado. Jakarta. 2023 </ref>.
Menurut adat Melayu, sebenarnya Tuanku Umar yang seharusnya menggantikan ayahnya menjadi Raja Deli, karena ia putera gahara
(permaisuri), sementara Tuanku Pasutan hanya dari selir. Tetapi, karena masih di bawah umur, Tuanku Umar akhirnya tersingkir dari Deli. Untuk menghindari agar tidak terjadi perang saudara, maka 2 Orang Besar Deli, yaitu Raja Urung Sunggal dan Raja Urung Senembal, bersama seorang Raja Urung Batak Timur di wilayah Serdang bagian hulu (Tanjong Merawa), dan seorang pembesar dari Aceh (Kejeruan Lumu), lalu merajakan Tuanku Umar sebagai Raja Serdang pertama tahun [[1723]]. Sejak saat itu, berdiri Kerajaan Serdang sebagai pecahan dari [[Kesultanan Deli|Kerajaan Deli]].<ref name="melayu"/>
 
=== Kemelut di tubuh Kesultanan Deli ===
== Periode pemerintahan ==
Dalam perkembangannya, pada tahun [[1723]] terjadi kemelut ketika [[Paderap|Tuanku Panglima Paderap]], Raja Deli ke-3 mangkat. Kemelut ini terjadi karena putra tertua Raja yang seharusnya menggantikannya memiliki cacat di matanya, sehingga tidak bisa menjadi raja. Putra kedua, Tuanku Pasutan yang sangat berambisi menjadi raja kemudian mengambil alih takhta dan mengusir adiknya, Tuanku Umar bersama ibundanya Permaisuri Tuanku Puan Sampali ke wilayah [[Serdang]].<ref name="melayu"/>
=== Penggabungan dengan [[Perbaungan, Serdang Bedagai|Perbaungan]] ===
Kerajaan Serdang berdiri lebih dari dua abad, dari [[1723]] hingga [[1946]]. Selama periode itu, telah berkuasa 5 orang Sultan. Sultan Serdang I adalah Tuanku Umar, kemudian ia digantikan oleh Tuanku Sultan Ainan Johan Almashah (1767-1817). Tuanku Sultan Ainan Johan Almashah beristerikan Tuangku Sri Alam, puteri Raja [[Perbaungan, Serdang Bedagai|Perbaungan]]. Di masa Sultan Ainan Johan ini, terjadi penyatuan Kerajaan Serdang dan [[Perbaungan, Serdang Bedagai|Perbaungan]]. Ceritanya, sewaktu Raja [[Perbaungan, Serdang Bedagai|Perbaungan]] meninggal dunia, tidak ada orang yang berhak menggantikannya, sebab ia tidak memiliki anak laki-laki. Oleh karena anak perempuan Raja [[Perbaungan, Serdang Bedagai|Perbaungan]] menikah dengan Sultan Serdang, maka akhirnya, Kerajaan [[Perbaungan, Serdang Bedagai|Perbaungan]] digabung dengan Serdang. Jadi, penggabungan ini berlangsung semata-mata karena adanya hubungan kekerabatan, bukan karena peperangan.<ref name="melayu"/>
 
Menurut adat Melayu, sebenarnya Tuanku Umar yang seharusnya menggantikan ayahnya menjadi Raja Deli, karena ia putra garaha (permaisuri), sementara Tuanku Pasutan hanya dari selir. Tetapi, karena masih di bawah umur, Tuanku Umar akhirnya tersingkir dari Deli. Untuk menghindari agar tidak terjadi perang saudara, maka dua Orang Besar Deli, yaitu Raja Urung Sunggal dan Raja Urung Senembal, bersama seorang Raja Urung Batak Timur di wilayah Serdang bagian hulu (Tanjong Merawa), dan seorang pembesar dari Aceh (Kejeruan Lumu), lalu merajakan Tuanku Umar sebagai Raja Serdang pertama tahun [[1723]]. Sejak saat itu, berdiri Kerajaan Serdang sebagai pecahan dari [[Kesultanan Deli|Kerajaan Deli]].<ref name="melayu"/>
Putera Ainan Johan Almashah yang tertua, Tuangku Zainal Abidin, diangkat menjadi Tengku Besar. Suatu ketika ia pergi berperang membantu mertuanya yang sedang terlibat perang saudara merebut tahta Langkat. Dalam peperangan membela mertuanya tersebut, ia terbunuh di Pungai (Langkat) dan digelar Marhom Mangkat di Pungai (1815). Untuk menggantikan putera mahkota (di Serdang disebut Tengku Besar) yang tewas, maka, adik putera mahkota, yaitu Tuanku Thaf Sinar Basyarshah kemudian diangkat sebagai penggantinya, dengan gelar yang sama: Tengku Besar.<ref name="melayu"/>
 
== Periode Pemerintahan ==
=== Sultan Thaf Sinar Basyar Syah ===
[[Berkas:Istana+sultan+serdang.jpg|ka|jmpl|300px|[[Istana Darul Arif Serdang Bedagai|Istana Darul Arif]] di [[Kota Galuh, Perbaungan, Serdang Bedagai]] pada tahun [[1930]]-an. Istana tersebut hancur pada saat [[Agresi Militer Belanda I]] tahun [[1947]].<ref name="sejarah"/>]]
Ketika Sultan Johan Alamshah mangkat tahun 1817, adik Tuangku Zainal Abidin, yaitu Tuanku Sultan Thaf Sinar Basarsyah (memerintah 1817-1850) diangkat oleh Dewan Orang Besar menjadi raja menggantikan ayahnya. Ketika itu, sebenarnya Tuanku Zainal Abidin, Tengku Besar yang sudah tewas, memiliki putera, namun puteranya ini tidak berhak menjadi raja, sebab, ketika ayahnya meninggal dunia, statusnya masih sebagai Tengku Besar, bukan raja. Jadi, menurut adat Melayu Serdang, keturunan putera tertua tidak otomatis menjadi raja, karena sebab-sebab tertentu.<ref name="melayu"/>
=== Penggabungan dengan Perbaungan ===
Pemerintahan Kesultanan Serdang berlangsung selama lebih dari dua abad, sejak tahun [[1723]] hingga [[1946]]. Selama periode itu, telah berkuasa lima orang Sultan. Sultan Serdang I adalah Tuanku Umar, kemudian ia digantikan oleh Tuanku Sultan Ainan Johan Alma Shah (1767-1817). Tuanku Sultan Ainan Johan Alam Shah beristerikan Tuangku Sri Alam, puteri Raja [[Perbaungan, Serdang Bedagai|Perbaungan]]. Pada masa Sultan Ainan Johan ini, terjadi penyatuan Kesultanan Serdang dan [[Perbaungan, Serdang Bedagai|Perbaungan]]. Dikisahkan, sewaktu Raja [[Perbaungan, Serdang Bedagai|Perbaungan]] meninggal dunia, tidak ada orang yang berhak menggantikannya, sebab ia tidak memiliki anak laki-laki. Oleh karena anak perempuan Raja [[Perbaungan, Serdang Bedagai|Perbaungan]] menikah dengan Sultan Serdang, maka akhirnya, [[Perbaungan, Serdang Bedagai|Perbaungan]] digabung dengan Serdang. Jadi, penggabungan ini berlangsung semata-mata karena adanya hubungan kekerabatan, bukan karena peperangan.<ref name="melayu"/>
 
Putra Ainan Johan Alam Shah yang tertua, Tuangku Zainal Abidin, diangkat menjadi [[putra mahkota|Tengku Besar]]. Suatu ketika ia pergi berperang membantu mertuanya yang sedang terlibat perang saudara merebut takhta [[Langkat]]. Dalam peperangan membela mertuanya tersebut, ia terbunuh di Pungai ([[Langkat]]), dan kemudian diberi gelar Marhom Mangkat di Pungai (1815). Untuk menggantikan putra mahkota (di Serdang disebut Tengku Besar) yang tewas, maka, adik putra mahkota, yaitu Tuanku Thaf Sinar Basyar Shah kemudian diangkat sebagai penggantinya, dengan gelar yang sama, yaitu Tengku Besar.<ref name="melayu"/>
 
=== Sultan Thaf Sinar Basyar Shah ===
Ketika Sultan Johan Alam Shah mangkat tahun 1817, adik Tuangku Zainal Abidin, yaitu Tuanku Sultan Thaf Sinar Basar Shah (memerintah 1817-1850) diangkat oleh Dewan Orang Besar menjadi raja menggantikan ayahnya. Ketika itu, sebenarnya Tuanku Zainal Abidin, Tengku Besar yang sudah tewas, memiliki putra, namun putranya ini tidak berhak menjadi raja, sebab, ketika ayahnya meninggal dunia, statusnya masih sebagai Tengku Besar, bukan raja. Jadi, menurut [[Suku Melayu|adat Melayu Serdang]], keturunan putra tertua tidak otomatis menjadi raja, karena sebab-sebab tertentu.<ref name="melayu"/>
 
=== Dikuasai Belanda dan bergabung dengan Indonesia ===
Demikianlah, pemerintahan baru berganti dan keadaan terus berubah. Pada tahun 1865, Serdang ditaklukkan oleh [[Belanda]]. Selanjutnya, pada tahun 1907, Serdang menandatangani perjanjian dengan [[Belanda]] yang melarang Serdang berhubungan dengan negeri luar. Setelah bertahun-tahun dalam pengaruh Belanda dan selama tiga setengah tahun berada di bawah pendudukan Jepang, akhirnya, pada tahunpasca [[1946Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia]], pada masabulan pemerintahan[[Oktober]] [[1945]] putra mahkota Tengku Rajih Anwar dan Sultan Sulaiman Syariful Alamshah,Alam Shah yang ketika itu sudah berusia lanjut menyatakan bahwa Kesultanan Serdang bergabung dengan [[Negara Kesatuan Republik Indonesia]], disusul dengan mengirimkan telegram pernyataan bergabungnya Serdang kepada pemerintah pusat pada bulan [[Desember]] [[1945]].<ref name="sejarah"/><ref name="melayu"/>
 
== Struktur pemerintahanPemerintahan ==
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Portret van de Sultan van Serdang vermoedelijk Oost-Sumatra TMnr 10001871.jpg|jmpl|210px|ka|Sultan Sulaiman Syariful Alam Shah (memerintah [[1881]]-[[1946]]).]]
=== Raja pertama ===
[[Berkas:Sultan-Lukman.jpg|jmpl|210px|ka|[[Tengku Lukman Sinar|Sultan Luckman Sinar Bashar Shah II]] (memerintah [[2002]]-[[2011]]).]]
Struktur tertinggi di Kerajaan Serdang dipimpin oleh seorang Raja. Pada masa itu, peranan seorang raja adalah:<ref name="melayu"/>
[[Berkas:Sultan Tuanku Achmad Thalaa Shariful Alam Shah.jpg|jmpl|210px|ka|Sultan Achmad Thalaa Shariful Alam Shah (memerintah sejak tahun [[2011]]).]]
# Sebagai Kepala Pemerintahan Kerajaan Serdang.
=== Raja Pertama ===
Struktur tertinggi di Kesultanan Serdang dipimpin oleh seorang Raja. Pada masa itu, peranan seorang raja adalah:<ref name="melayu"/>
# Sebagai Kepala Pemerintahan Kesultanan Serdang.
# Sebagai Kepala Agama Islam (Khalifatullah fi’l ardh)
# Sebagai Kepala Adat Melayu.
 
=== Lembaga Orang Besar Berempat ===
Pada masa pemerintahan raja yang ke-2, Tuanku Sultan Ainan Johan AlmashahAlma Shah (1767-1817), tersusunlah Lembaga Orang Besar Berempat di Serdang yang berpangkat Wazir Sultan, yaitu:<ref name="melayu"/>
# Raja Muda (gelar ini kemudian berubah menjadi Bendahara)
# Datok Maha Menteri (wilayahnya di Araskabu)
# Datok Paduka Raja (wilayahnya di Batangkuwis) keturunan Kejeruan Lumu
# Sri Maharaja (wilayahnya di Ramunia).
Pembentukan Lembaga Orang Besar Berempat di Serdang ini, disebabkan Raja Urung Sunggal kembali ke [[Deli]], sementara Raja Urung Senembah dan Raja Urung Tg. Merawa tetap menjadi raja di wilayah taklukan Serdang.
 
Sultan Ainan Johan Almashah memperkokohmemperkukuh Lembaga Empat Orang Besar di atas berdasarkan fenomena alam dan hewan yang melambangkan kekuatan, seperti 4 penjuru mata angin (barat, timur, selatan, utara), kokohnyakukuhnya 4 kaki binatang dan azasasas Tungku Sejarangan (4 batu penyangga untuk masak makanan). Lembaga itu juga melambangkan sendi kekeluargaan pada masyarakat [[Melayu Sumatera Timur]], yaitu: suami, isteriistri, anak beru (menantu), dan Puang (mertua). Demikianlah, pembentukan lembaga di atas didasarkan pada akar budaya masyarakat Serdang sendiri. Selanjutnya, lembaga inilah yang berperan dalam upacara perkawinan maupun perhelatan besar.<ref name="melayu"/>
 
=== Jabatan lainnyaLainnya ===
Selain para pejabat istana di atas, Sultan juga dibantu oleh [[Syahbandar]] (perdagangan) dan [[Temenggong]] (Kepala polisi dan keamanan). Sultan Serdang menjalankan hukum kepada rakyat berdasarkan [[syariah|Hukum Syariah Islam]] dan [[Hukum Adat]] seperti kata pepatah, “''Adat bersendikan Hukum Syara, Hukum Syara’ bersendikan Kitabullah''”.<ref name="melayu"/>
 
== Penguasa/Sultan ==
=== Penguasa Kejuruan Junjungan (Ujong) ===
* [[17281723]]-[[1782]] [[Tuanku Umar|Tuanku Umar Johan Pahlawan Alam Syah]]Shah bin Tuanku Panglima Paderap [(Kejeruan Junjungan]), Raja SerdangKejuruan Junjungan Ke - I
* [[1782]]-[[1822]] [[Tuanku Ainan Johan Pahlawan Alam Syah]]Shah ibni al-Marhum Tuanku Umar [(Al-Marhum Kacapuri]), Raja Serdang.Kejuruan Junjungan Ke - II
* [[1822]]-[[1851]] [[Sultan Thaf Sinar Basyar Syah]] ibni al-Marhum Tuanku Ainan Johan Pahlawan Alam Shah [Al-Marhum Besar], Sultan dan Yang di-Pertuan Besar Serdang
* [[1851]]-[[1879]] [[Sultan Basyaruddin Syaiful Alam Syah|Sri Sultan Muhammad Bashar ud-din Saif ul-'Alam Shah]] ibni al-Marhum Sultan Thaf Sinar Bashar Shah [Al-Marhum Kota Batu], Sultan dan Yang di-Pertuan Besar Serdang
* [[1879]]-[[1946]] [[Sultan Sulaiman Syariful Alam Syah|Sri Sultan Tuanku Sulaiman Sharif ul-'Alam Shah]] ibni al-Marhum Sultan Bashar un-din [Al-Marhum Perbaungan], Sultan dan Yang di-Pertuan Besar Serdang
 
=== KepalaSultan Rumah TanggaSerdang ===
* [[19461822]]-[[19601851]] TuankuSultan RajihThaf AnwarSinar Basyar Shah ibni al-Marhum SultanTuanku SulaimanAinan SharifJohan Pahlawan ul-'Alam Shah, Tengku Putra(Al-Marhum MahkotaBesar), KepalaSultan Rumahdan TanggaYang Istanadi-Pertuan Besar Serdang Ke- I
* [[1851]]-[[1881]] Sultan Basyaruddin Syaiful Alam Shah ibni al-Marhum Sultan Thaf Sinar Bashar Shah (Al-Marhum Kota Batu), Sultan dan Yang di-Pertuan Besar Serdang Ke-II
* [[1881]]-[[1946]] Sultan Sulaiman Syariful Alam Shah ibni al-Marhum Sultan Bashar un-din (Al-Marhum Perbaungan), Sultan dan Yang di-Pertuan Besar Serdang Ke-III
 
=== Kepala Rumah Tangga Kesultanan Serdang ===
=== [[Sultan]] ===
* [[19601946]]-[[20011960]] Sri Sultan Tuanku AbuRajih Nawar Sharifu'llah Alam Shah al-HajAnwar ibni al-Marhum Sultan Sulaiman SharifShariful ul-'Alam Shah, SultanTengku danPutra Mahkota, Kepala Rumah Tangga Istana Serdang
 
* [[2001]] Sri Sultan Tuanku Lukman Sinar Bashar Shah II ibni al-Marhum Sultan Sulaiman Sharif ul-'Alam Shah, Sultan dan Kepala Rumah Tangga Istana Serdang.
=== Pemangku / Kepala Adat Kesultanan Serdang ===
* [[1960]]-[[2001]] Tuanku Abu Nawar Sharifullah Alam Shah al-Haj ibni al-Marhum Sultan Sulaiman Shariful Alam Shah, Pemangku Adat Kesultanan Serdang
* [[2002]]-[[2011]] [[Tengku Lukman Sinar|Sultan Luckman Sinar Bashar Shah II]] ibni al-Marhum Sultan Sulaiman Shariful Alam Shah, Kepala Adat Kesultanan Serdang
* [[2011]] Sultan Achmad Thalaa Shariful Alam Shah ibni al-Marhum Tuanku Abunawar Shariful Alam, Kepala Adat Kesultanan Serdang
 
== Kehidupan Sosial-Budaya ==
[[Berkas:Replika Istana Sultan Serdang.jpg|ka|jmpl|300px|Istana Kesultanan Serdang yang baru di [[Melati Kebun, Pegajahan, Serdang Bedagai]]. Pembangunan replika istana ini diprakarsai oleh Sultan Luckman Sinar Bashar Shah II serta pemerintah [[Kabupaten Serdang Bedagai]], dan diresmikan pada [[7 Januari]] [[2012]].]]
Penulisan sejarah yang terlalu berorientasi politik, dengan titik fokus raja, keluarganya dan para pembesar istana menyebabkan sisi kehidupan sosial masyarakat awam jadi terlupakan. Oleh karena itu, bukanlah pekerjaan yang mudah untuk mendapatkan data mengenai kehidupan sosial-budaya pada suatu kerajaan secara lengkap. Berikut ini, sedikit gambaran mengenai kehidupan sosial budaya di Kerajaan Serdang pada periode pemerintahan Sultan Thaf Sinar Basyar Syah.<ref name="melayu"/>
Berikut ini gambaran kehidupan sosial budaya di Kerajaan Serdang pada periode pemerintahan Sultan Thaf Sinar Basyar Shah.<ref name="melayu"/>
 
=== Catatan utusanUtusan Kerajaan Inggris ===
DiPada masa pemerintahannya, Serdang menjadi aman tenteram dan makmur karena perdagangan yang ramai. Ketika utusan [[Kerajaan Inggris]] dari [[Penang]], Johan Anderson, mengunjungi Serdang tahun [[1823]], ia mencatat:<ref name="melayu"/>
# Perdagangan antara Serdang dengan [[Pulau Pinang]] sangat ramai (terutama [[lada]] dan [[hasil hutan]]).
# Sultan Thaf Sinar Basyar SyahShah (juga bergelar Sultan Besar) memerintah dengan lemah lembut, suka memajukan ilmu pengetahuan dan mempunyai sendiri kapal dagang pribadi.
# Industri rakyat dimajukan dan banyak pedagang dari pantai barat SumateraSumatra (orang Alas) yang melintasi pegunungan [[Bukit Barisan]] menjual dagangannya ke luar negeri melalui Serdang.
# Baginda sangat toleran dan suka bermusyawarah dengan negeri-negeri yang tunduk kepada Serdang, termasuk orang-orang [[Batak]] dari Pedalaman.
# [[Cukai]] di Serdang cukup [[moderat]].
 
=== Pepatah Melayu ===
Baris 87 ⟶ 142:
* hati Gajah sama dilapah, hati kuman sama dicecah (melaksanakan kerja pembangunan dengan berhasil baik bersama-sama).
 
Dalam perkembangannya, karena Sultan Thaf Sinar Basyar SyahShah ini amat berpegang teguh pada adat Melayu disertai sikap lemah lembut dan sopan, akhirnya banyak rakyat [[Batak]] di pedalaman yang masuk [[Melayu]] (agama [[Islam]]). Atas dasar jasa-jasanya, maka, ketika Sultan Thaf Sinar Basarshah mangkat pada tahun [[1850]], para Orang Besar dan rakyat Serdang memberikan penghormatan untuknya dengan [[gelar]] '''Marhom Besar'''.<ref name="melayu"/>
 
== ReferensiLihat Pula ==
 
=== Sumber ===
* [[Kesultanan Deli]]
* [[Kesultanan Langkat]]
* [[Kesultanan Asahan]]
* [[Kesultanan Kota Pinang]]
* [[Kabupaten Serdang Bedagai]]
* [[Kabupaten Deli Serdang]]
 
== Rujukan ==
=== Referensi ===
{{reflist}}
 
=== Pranala luar ===
* {{en}} [http://www.4dw.net/royalark/Indonesia/serdang.htm Royal Ark: Serdang]
* {{id}} [http://www.kongresbud.budpar.go.id/tuanku_luckman_b.htm Reinterpretasi dan Reposisi terhadap Adat dan Tradisi: Kasus Melayu Islam beraja di Serdang] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20070311013516/http://www.kongresbud.budpar.go.id/tuanku_luckman_b.htm |date=2007-03-11 }}
* {{id}} [http://history.melayuonline.com/?a=Tm8va0xRL1lYcXRCeDdraQ%3D%3D=#top Sejarah Kerajaan Serdang di MelayuOnline.com] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20070927221857/http://history.melayuonline.com/?a=Tm8va0xRL1lYcXRCeDdraQ===#top |date=2007-09-27 }}
 
{{commonscat|Sultans of Serdang}}
{{Kerajaan di SumateraSumatra}}
 
[[Kategori:Kesultanan Serdang| ]]
[[Kategori:Kerajaan di Nusantara|Serdang]]
[[Kategori:Kerajaan di Sumatera Utara|Serdang]]
[[Kategori:Kabupaten Deli Serdang]]
[[Kategori:Kesultanan Serdang| ]]
 
[[en:Sultanate of Serdang]]
[[fr:Sultanat de Serdang]]