Kesultanan Serdang: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baskoro Aji (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
(110 revisi perantara oleh 36 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Infobox Former Country
| conventional_long_name = Negeri Kesultanan Serdang Darul Arif▼
| native_name =
▲|conventional_long_name = Negeri Kesultanan Serdang
| common_name = Kesultanan Serdang
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
| image_map = Petasumateratimur.jpg
| image_map_caption = Wilayah Kesultanan Serdang dan beberapa kerajaan Melayu di Sumatra Timur pada 1930
|caption = ▼
| capital = {{unbulleted list|[[Rantau Panjang, Pantai Labu, Deli Serdang|Rantau Panjang]]|[[Perbaungan, Serdang Bedagai|Perbaungan]]}}
| common_languages = [[Bahasa Melayu|Melayu]]
| government_type = [[Monarki]] [[Kesultanan]]
| title_leader = [[Sultan]]
|
|
| leader2 = Sultan Sulaiman Syariful Alam Shah
| year_leader2 = 1881–1946
| leader3 = [[Tengku Lukman Sinar|Sultan Luckman Sinar Bashar Shah II]]
| year_leader3 = 2002–2011
| leader4 = Sultan Achmad Thalaa Shariful Alam Shah
| year_leader4 = 2011–Sekarang
| year_leader5 =
| title_deputy =
| deputy1 =
| year_deputy1 =
| deputy2 =
| year_deputy2 =
| currency =
| footnotes =
}}
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Portret van de Sultan van Serdang vermoedelijk Oost-Sumatra TMnr 10001871.jpg|thumb|300px|Potret [[Sultan Sulaiman Syariful Alam Syah]] (1879-1946)]]▼
'''Kesultanan Serdang''' berdiri tahun [[1723]] dan bergabung dengan [[Indonesia|Republik Indonesia]] tahun [[1946]]. Kesultanan ini berpisah dari [[Kesultanan Deli|Deli]] setelah sengketa tahta kerajaan pada tahun [[1720]]. Seperti kerajaan-kerajaan lain di pantai timur Sumatera, Serdang menjadi makmur karena dibukanya perkebunan [[tembakau]], [[karet]], dan [[kelapa sawit]].▼
▲'''Kesultanan Serdang'''
Serdang ditaklukkan tentara [[Hindia Belanda]] pada tahun 1865. Berdasarkan perjanjian yang ditandatangani tahun 1907, Serdang mengakui kedaulatan Belanda, dan tidak berhak melakukan hubungan luar negeri dengan negara lain. Dalam [[Revolusi Sosial Sumatra Timur]] tahun 1946, Sultan Serdang saat itu menyerahkan kekuasaannya pada aparat Republik. Namun, berbeda dengan yang terjadi di beberapa kesultanan Sumatra Timur, karena Sultan dan pejabat kesultanan ketika itu merupakan pendukung Republik, maka tidak terjadi kerusuhan yang mengakibatkan korban jiwa di Serdang, dan istana Kesultanan Serdang tidak menjadi sasaran penjarahan massa.<ref name="sejarah">[https://www.youtube.com/watch?v=A_UbMGVeoqY Tengku Mira Sinar: Inilah Fakta Sejarah Kesultanan Serdang (Produksi Deli Geist TV, 2019)]</ref>
=== Wilayah kekuasaan ===▼
Wilayah kekuasaan Kesultanan Serdang meliputi Batang Kuis, Padang, Bedagai, Percut, Senembah, Araskabu dan Ramunia. Kemudian wilayah [[Perbaungan, Serdang Bedagai|Perbaungan]] juga masuk dalam Kesultanan Serdang karena adanya ikatan perkawinan.<ref name="melayu">[http://history.melayuonline.com/?a=Tm8va0xRL1lYcXRCeDdraQ%3D%3D=#top Sejarah Kerajaan Serdang di MelayuOnline.com]</ref>▼
Institusi Kesultanan Serdang masih berdiri sampai sekarang, serta masih melestarikan adat istiadatnya secara turun temurun, meski sudah tidak memiliki kekuasaan dalam politik dan pemerintahan. Namun, dalam hal-hal tertentu, pemerintah juga mengambil keputusan bersama dengan pihak kesultanan, khususnya mengenai masalah sosial dan kebudayaan. Wilayah Kesultanan Serdang kini menjadi [[Kabupaten Serdang Bedagai]], [[Kota Tebing Tinggi]], serta sebagian [[Kabupaten Deli Serdang]], [[Provinsi Sumatera Utara]].
▲Wilayah kekuasaan Kesultanan Serdang meliputi Batang Kuis, Padang, Bedagai, Percut, Senembah, Araskabu, dan Ramunia. Kemudian wilayah [[Perbaungan, Serdang Bedagai|Perbaungan]] juga masuk dalam Kesultanan Serdang karena adanya ikatan perkawinan.<ref name="melayu">
== Sejarah ==
Menurut riwayat, seorang [[Laksamana]] dari [[Sultan Iskandar Muda]] [[Kesultanan Aceh|Aceh]] bernama Sri Paduka Gocah Pahlawan, bergelar Laksamana Khoja Bintan, menikah dengan adik Raja Urung (negeri) Sunggal, sebuah daerah Batak Karo yang sudah masuk [[Melayu]] (sudah masuk Islam). Kemudian, oleh 4 Raja-Raja Urung Batak Karo yang sudah Islam tersebut, Laksamana ini diangkat menjadi raja di [[Kesultanan Deli|Deli]] pada tahun [[1630]]. Dengan peristiwa itu, Kerajaan Deli telah resmi berdiri, dan Laksamana menjadi Raja Deli pertama. Dalam proses penobatan Raja Deli tersebut, Raja Urung Sunggal bertugas selaku Ulon Janji, yaitu mengucapkan taat setia dari Orang-Orang Besar dan rakyat kepada raja. Kemudian, terbentuk pula Lembaga Datuk Berempat, dan Raja Urung Sunggal merupakan salah seorang anggota Lembaga Datuk Berempat tersebut.<ref name="melayu"/>▼
===
▲Menurut riwayat, seorang [[Laksamana]] dari [[Sultan Iskandar Muda]] [[Kesultanan Aceh|Aceh]] bernama [[Gocah Pahlawan|Sri Paduka Gocah Pahlawan]], bergelar Laksamana Khoja Bintan, menikah dengan adik Raja Urung (negeri) Sunggal, sebuah daerah
Dalam perkembangannya, pada tahun [[1723]] terjadi kemelut ketika Tuanku Panglima Paderap, Raja Deli ke-3 mangkat. Kemelut ini terjadi karena putera tertua Raja yang seharusnya menggantikannya memiliki cacat di matanya, sehingga tidak bisa menjadi raja. Putera nomor 2, Tuanku Pasutan yang sangat berambisi menjadi raja kemudian mengambil alih tahta dan mengusir adiknya, Tuanku Umar bersama ibundanya Permaisuri Tuanku Puan Sampali ke wilayah [[Serdang]].<ref name="melayu"/>▼
Menurut naskah kuno di Minangkabau, Kitab Salisilah Rajo-Rajo di Minangkabau, Gocah Pahlawan ini nama kecilnya adalah Yamtuan Laut (Yamtuan Lawik) gelarnya Tuanku Sri Paduka Gocah - Pahlawan Laksamana [Khoja] Bintan. Ibu beliau bernama Putri Reno Awan Tasingik yang menikah dengan Paduka Sri Muhammad Deli Khan, Panglima Perang asal Aceh turunan dari Punjab, Hindustan <ref>Emral Djamal Dt Rajo Mudo, Zera Permana, Ghio Vani D Soares, Hendri Aldrat, Sutan Kurnia, Khudri. Kitab Salisilah Rajo-Rajo di Minangkabau. Yayasan Arsari Djojohadikusomo dan Salimbado. Jakarta. 2023 </ref>.
Menurut adat Melayu, sebenarnya Tuanku Umar yang seharusnya menggantikan ayahnya menjadi Raja Deli, karena ia putera garaha (permaisuri), sementara Tuanku Pasutan hanya dari selir. Tetapi, karena masih di bawah umur, Tuanku Umar akhirnya tersingkir dari Deli. Untuk menghindari agar tidak terjadi perang saudara, maka 2 Orang Besar Deli, yaitu Raja Urung Sunggal dan Raja Urung Senembal, bersama seorang Raja Urung Batak Timur di wilayah Serdang bagian hulu (Tanjong Merawa), dan seorang pembesar dari Aceh (Kejeruan Lumu), lalu merajakan Tuanku Umar sebagai Raja Serdang pertama tahun [[1723]]. Sejak saat itu, berdiri Kerajaan Serdang sebagai pecahan dari [[Kesultanan Deli|Kerajaan Deli]].<ref name="melayu"/>▼
=== Kemelut di tubuh Kesultanan Deli ===
== Periode pemerintahan ==▼
▲Dalam perkembangannya, pada tahun [[1723]] terjadi kemelut ketika [[Paderap|Tuanku Panglima Paderap]], Raja Deli ke-3 mangkat. Kemelut ini terjadi karena
=== Penggabungan dengan [[Perbaungan, Serdang Bedagai|Perbaungan]] ===▼
Kerajaan Serdang berdiri lebih dari dua abad, dari [[1723]] hingga [[1946]]. Selama periode itu, telah berkuasa 5 orang Sultan. Sultan Serdang I adalah Tuanku Umar, kemudian ia digantikan oleh Tuanku Sultan Ainan Johan Almashah (1767-1817). Tuanku Sultan Ainan Johan Almashah beristerikan Tuangku Sri Alam, puteri Raja [[Perbaungan, Serdang Bedagai|Perbaungan]]. Di masa Sultan Ainan Johan ini, terjadi penyatuan Kerajaan Serdang dan [[Perbaungan, Serdang Bedagai|Perbaungan]]. Ceritanya, sewaktu Raja [[Perbaungan, Serdang Bedagai|Perbaungan]] meninggal dunia, tidak ada orang yang berhak menggantikannya, sebab ia tidak memiliki anak laki-laki. Oleh karena anak perempuan Raja [[Perbaungan, Serdang Bedagai|Perbaungan]] menikah dengan Sultan Serdang, maka akhirnya, Kerajaan [[Perbaungan, Serdang Bedagai|Perbaungan]] digabung dengan Serdang. Jadi, penggabungan ini berlangsung semata-mata karena adanya hubungan kekerabatan, bukan karena peperangan.<ref name="melayu"/>▼
▲Menurut adat Melayu, sebenarnya Tuanku Umar yang seharusnya menggantikan ayahnya menjadi Raja Deli, karena ia
Putera Ainan Johan Almashah yang tertua, Tuangku Zainal Abidin, diangkat menjadi Tengku Besar. Suatu ketika ia pergi berperang membantu mertuanya yang sedang terlibat perang saudara merebut tahta Langkat. Dalam peperangan membela mertuanya tersebut, ia terbunuh di Pungai (Langkat) dan digelar Marhom Mangkat di Pungai (1815). Untuk menggantikan putera mahkota (di Serdang disebut Tengku Besar) yang tewas, maka, adik putera mahkota, yaitu Tuanku Thaf Sinar Basyarshah kemudian diangkat sebagai penggantinya, dengan gelar yang sama: Tengku Besar.<ref name="melayu"/>▼
=== Sultan Thaf Sinar Basyar Syah ===▼
[[Berkas:Istana+sultan+serdang.jpg|ka|jmpl|300px|[[Istana Darul Arif Serdang Bedagai|Istana Darul Arif]] di [[Kota Galuh, Perbaungan, Serdang Bedagai]] pada tahun [[1930]]-an. Istana tersebut hancur pada saat [[Agresi Militer Belanda I]] tahun [[1947]].<ref name="sejarah"/>]]
Ketika Sultan Johan Alamshah mangkat tahun 1817, adik Tuangku Zainal Abidin, yaitu Tuanku Sultan Thaf Sinar Basarsyah (memerintah 1817-1850) diangkat oleh Dewan Orang Besar menjadi raja menggantikan ayahnya. Ketika itu, sebenarnya Tuanku Zainal Abidin, Tengku Besar yang sudah tewas, memiliki putera, namun puteranya ini tidak berhak menjadi raja, sebab, ketika ayahnya meninggal dunia, statusnya masih sebagai Tengku Besar, bukan raja. Jadi, menurut adat Melayu Serdang, keturunan putera tertua tidak otomatis menjadi raja, karena sebab-sebab tertentu.<ref name="melayu"/>▼
▲
▲
▲Ketika Sultan Johan
=== Dikuasai Belanda dan bergabung dengan Indonesia ===
Demikianlah, pemerintahan baru berganti dan keadaan terus berubah. Pada tahun 1865, Serdang ditaklukkan oleh [[Belanda]]. Selanjutnya, pada tahun 1907, Serdang menandatangani perjanjian dengan [[Belanda]] yang melarang Serdang berhubungan dengan negeri luar. Setelah bertahun-tahun dalam pengaruh Belanda dan selama tiga setengah tahun berada di bawah pendudukan Jepang, akhirnya,
== Struktur
▲[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Portret van de Sultan van Serdang vermoedelijk Oost-Sumatra TMnr 10001871.jpg|
=== Raja pertama ===▼
[[Berkas:Sultan-Lukman.jpg|jmpl|210px|ka|[[Tengku Lukman Sinar|Sultan Luckman Sinar Bashar Shah II]] (memerintah [[2002]]-[[2011]]).]]
Struktur tertinggi di Kerajaan Serdang dipimpin oleh seorang Raja. Pada masa itu, peranan seorang raja adalah:<ref name="melayu"/>▼
[[Berkas:Sultan Tuanku Achmad Thalaa Shariful Alam Shah.jpg|jmpl|210px|ka|Sultan Achmad Thalaa Shariful Alam Shah (memerintah sejak tahun [[2011]]).]]
# Sebagai Kepala Pemerintahan Kerajaan Serdang.▼
▲Struktur tertinggi di
# Sebagai Kepala Agama Islam (Khalifatullah fi’l ardh)
# Sebagai Kepala Adat Melayu
=== Lembaga Orang Besar Berempat ===
Pada masa pemerintahan raja yang ke-2, Tuanku Sultan Ainan Johan
# Raja Muda (gelar ini kemudian berubah menjadi Bendahara)
# Datok Maha Menteri (wilayahnya di Araskabu)
# Datok Paduka Raja (wilayahnya di Batangkuwis) keturunan Kejeruan Lumu
# Sri Maharaja (wilayahnya di Ramunia)
Pembentukan Lembaga Orang Besar Berempat di Serdang ini, disebabkan Raja Urung Sunggal kembali ke [[Deli]], sementara Raja Urung Senembah dan Raja Urung Tg. Merawa tetap menjadi raja di wilayah taklukan Serdang.
Sultan Ainan Johan Almashah
=== Jabatan
Selain para pejabat istana di atas, Sultan juga dibantu oleh [[Syahbandar]] (perdagangan) dan [[Temenggong]] (Kepala polisi dan keamanan). Sultan Serdang menjalankan hukum kepada rakyat berdasarkan [[syariah|Hukum Syariah Islam]] dan [[Hukum Adat]] seperti kata pepatah, “''Adat bersendikan Hukum Syara, Hukum Syara’ bersendikan Kitabullah''”.<ref name="melayu"/>
== Penguasa/Sultan ==
=== Penguasa Kejuruan Junjungan (Ujong) ===
* [[
* [[1782]]-[[1822]]
* [[1822]]-[[1851]] [[Sultan Thaf Sinar Basyar Syah]] ibni al-Marhum Tuanku Ainan Johan Pahlawan Alam Shah [Al-Marhum Besar], Sultan dan Yang di-Pertuan Besar Serdang ▼
* [[1851]]-[[1879]] [[Sultan Basyaruddin Syaiful Alam Syah|Sri Sultan Muhammad Bashar ud-din Saif ul-'Alam Shah]] ibni al-Marhum Sultan Thaf Sinar Bashar Shah [Al-Marhum Kota Batu], Sultan dan Yang di-Pertuan Besar Serdang▼
===
* [[
▲* [[
▲* [[
=== [[Sultan]] ===▼
* [[
* [[2001]] Sri Sultan Tuanku Lukman Sinar Bashar Shah II ibni al-Marhum Sultan Sulaiman Sharif ul-'Alam Shah, Sultan dan Kepala Rumah Tangga Istana Serdang.▼
=== Pemangku / Kepala Adat Kesultanan Serdang ===
* [[1960]]-[[2001]] Tuanku Abu Nawar Sharifullah Alam Shah al-Haj ibni al-Marhum Sultan Sulaiman Shariful Alam Shah, Pemangku Adat Kesultanan Serdang
▲* [[
* [[2011]] Sultan Achmad Thalaa Shariful Alam Shah ibni al-Marhum Tuanku Abunawar Shariful Alam, Kepala Adat Kesultanan Serdang
== Kehidupan Sosial-Budaya ==
[[Berkas:Replika Istana Sultan Serdang.jpg|ka|jmpl|300px|Istana Kesultanan Serdang yang baru di [[Melati Kebun, Pegajahan, Serdang Bedagai]]. Pembangunan replika istana ini diprakarsai oleh Sultan Luckman Sinar Bashar Shah II serta pemerintah [[Kabupaten Serdang Bedagai]], dan diresmikan pada [[7 Januari]] [[2012]].]]
Berikut ini gambaran kehidupan sosial budaya di Kerajaan Serdang pada periode pemerintahan Sultan Thaf Sinar Basyar Shah.<ref name="melayu"/>
=== Catatan
# Perdagangan antara Serdang dengan [[Pulau Pinang]] sangat ramai (terutama [[lada]] dan [[hasil hutan]]).
# Sultan Thaf Sinar Basyar
# Industri rakyat dimajukan dan banyak pedagang dari pantai barat
# Baginda sangat toleran dan suka bermusyawarah dengan negeri-negeri yang tunduk kepada Serdang, termasuk orang-orang [[Batak]] dari Pedalaman.
# [[Cukai]] di Serdang cukup [[moderat]].
=== Pepatah Melayu ===
Baris 116 ⟶ 142:
* hati Gajah sama dilapah, hati kuman sama dicecah (melaksanakan kerja pembangunan dengan berhasil baik bersama-sama).
Dalam perkembangannya, karena Sultan Thaf Sinar Basyar
==
* [[Kesultanan Deli]]
* [[Kesultanan Langkat]]
* [[Kesultanan Asahan]]
* [[Kesultanan Kota Pinang]]
* [[Kabupaten Serdang Bedagai]]
== Rujukan ==
{{reflist}}
* {{en}} [http://www.4dw.net/royalark/Indonesia/serdang.htm Royal Ark: Serdang]
* {{id}} [http://www.kongresbud.budpar.go.id/tuanku_luckman_b.htm Reinterpretasi dan Reposisi terhadap Adat dan Tradisi: Kasus Melayu Islam beraja di Serdang] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20070311013516/http://www.kongresbud.budpar.go.id/tuanku_luckman_b.htm |date=2007-03-11 }}
* {{id}} [http://history.melayuonline.com/?a=Tm8va0xRL1lYcXRCeDdraQ%3D%3D=#top Sejarah Kerajaan Serdang di MelayuOnline.com] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20070927221857/http://history.melayuonline.com/?a=Tm8va0xRL1lYcXRCeDdraQ===#top |date=2007-09-27 }}
{{commonscat|Sultans of Serdang}}
{{Kerajaan di
[[Kategori:Kesultanan Serdang| ]]
[[Kategori:Kerajaan di Nusantara|Serdang]]
[[Kategori:Kerajaan di Sumatera Utara|Serdang]]
[[Kategori:Kabupaten Deli Serdang]]
▲[[Kategori:Kesultanan Serdang| ]]
▲[[fr:Sultanat de Serdang]]
|