Kesultanan Deli: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Aldo samulo (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(103 revisi perantara oleh 44 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Infobox Former Country
{{pemastian}}
| conventional_long_name = Negeri Kesultanan Deli Darul Maimun
{{refimprove}}
| native_name = كسولتانن دلي
{{Infobox former country
|native_name common_name = Kesultanan Deli
| religion = [[Islam]] (Resmi)
|conventional_long_name = <!--- Full name in English --->
| year_start = 1632
|common_name = <!--- Used to resolve location within categories and name of flags and coat of arms --->
|continent year_end = AsiaSekarang
|region date_start = Asia Tenggara
|country date_end = Indonesia1946
|era date_post = <!--- Use: "Napoleonic Wars", "Cold War", etc. --->
| event_start = Pendirian
|status = <!--- Status: see Category list on template page --->
| event_end = [[Revolusi Sosial Sumatra Timur]]
|status_text = <!--- A free text to describe status the top of the infobox. Use sparingly. --->
| event_post =
|empire = <!--- The empire or country to which the entity was in a state of dependency --->
|government_type p1 = MonarkiKesultanan Aceh
|year_start flag_p1 = 1669Flag of Aceh Sultanate.svg
|year_end s1 = <!--- Year of disestablishment ---> = Negara Sumatra Timur
| flag_s1 = Flag of East Sumatra.svg
|year_exile_start = <!--- Year of start of exile (if dealing with exiled government - status="Exile") --->
|year_exile_end s2 = <!--- Year of end of exile (leave blank if still in exile) ---> = Provinsi Sumatera Utara
|event_start flag_s2 = Flag of Indonesia.svg
| image_flag = Flag of the Sultanate of Deli.svg
|date_start = <!--- Optional: Date of establishment, enter dates in this format 1 January 1801--->
| symbol_type =
|event_end = Bergabung ke [[Republik Indonesia]], Sultan hanya memiliki peran dalam budaya saja.
|date_end image_coat = Jata Kesultanan Deli Darul Maimoon.png
| royal_anthem =
|event1 = <!--- Optional: other events between "start" and "end" --->
|date_event1 image_map = Petasumateratimur.jpg
| image_map_caption = Wilayah Kesultanan Deli dan beberapa kerajaan Melayu di Sumatra Timur pada tahun 1930
|event2 =
| capital = {{unbulleted list|[[Deli Tua, Deli Tua, Deli Serdang|Deli Tua]]|[[Labuhan Deli, Deli Serdang|Labuhan Deli]]|[[Kota Medan]]}}
|date_event2 =
| common_languages = [[Bahasa Melayu|Melayu]], [[Bahasa Karo|Karo]]
|event3 =
| government_type = [[Monarki]] [[Kesultanan]] dibawah Kedatukan
|date_event3 =
|event4 title_leader = [[Sultan]]
| leader1 = [[Gocah Pahlawan|Tuanku Panglima Gocah Pahlawan]]
|date_event4 =
| year_leader1 = 1632–1669
|event_pre = <!--- Optional: A crucial event that took place before before "event_start"--->
| leader2 = [[Ma'moen Al Rasyid|Sultan Ma'mun Al Rasyid Perkasa Alamsyah]]
|date_pre =
| year_leader2 = 1873–1924
|event_post = <!--- Optional: A crucial event that took place before after "event_end"--->
|date_post leader3 = [[Sultan Osman Al Sani Perkasa Alamsyah]]
| year_leader3 = 1945–1967
<!--- Flag navigation: Preceding and succeeding entities p1 to p5 and s1 to s5 --->
|p1 leader4 = [[KesultananMahmud Arya Lamanjiji|Sultan Mahmud Lamanjiji Perkasa AcehAlamsyah]]
| year_leader4 = 2005–Sekarang
|flag_p1 = <!--- Default: "Flag of {{{p1}}}.svg" (size 30) --->
|image_p1 leader5 = <!--- Use: [[Image:Sin escudo.svg|20px|Image missing]]= --->
|p2 year_leader5 =
|flag_p2 title_deputy =
|p3 deputy1 =
|flag_p3 year_deputy1 =
|p4 deputy2 =
|flag_p4 year_deputy2 =
|p5 currency =
|flag_p5 footnotes =
|s1 = <!--- Name of the article for succeeding entity, numbered 1-5 --->
|flag_s1 = <!--- Default: "Flag of {{{s1}}}.svg" (size 30) --->
|image_s1 = <!--- Use: [[Image:Sin escudo.svg|20px|Image missing]] --->
|s2 =
|flag_s2 =
|s3 =
|flag_s3 =
|s4 =
|flag_s4 =
|s5 =
|flag_s5 =
|image_flag = <!--- Default: Flag of {{{common_name}}}.svg --->
|flag_alt = <!--- Alt text for flag -->
|flag = <!--- Link target under flag image. Default: Flag of {{{common_name}}} --->
|flag_type = <!--- Displayed text for link under flag. Default "Flag" --->
|image_coat = <!--- Default: Coat of arms of {{{common_name}}}.svg --->
|coat_alt = <!--- Alt text for coat of arms --->
|symbol = <!--- Link target under symbol image. Default: Coat of arms of {{{common_name}}} --->
|symbol_type = <!--- Displayed text for link under symbol. Default "Coat of arms" --->
|image_map =
|image_map_alt =
|image_map_caption =
|image_map2 = <!-- If second map is needed - does not appear by default -->
|image_map2_alt =
|image_map2_caption =
|capital = [[Labuhan]]
|capital_exile = <!-- If status="Exile" -->
|latd= |latm= |latNS= |longd= |longm= |longEW=
|national_motto =
|national_anthem =
|common_languages =
|religion =
|currency =
<!--- Titles and names of the first and last leaders and their deputies --->
|leader1 = <!--- Name of king or president --->
|leader2 =
|leader3 =
|leader4 =
|year_leader1 = <!--- Years served --->
|year_leader2 =
|year_leader3 =
|year_leader4 =
|title_leader = <!--- Default: "King" for monarchy, otherwise "President"--->
|representative1 = <!--- Name of representative of head of state (eg. colonial governor) --->
|representative2 =
|representative3 =
|representative4 =
|year_representative1 = <!--- Years served --->
|year_representative2 =
|year_representative3 =
|year_representative4 =
|title_representative = <!--- Default: "Governor"--->
|deputy1 = <!--- Name of prime minister --->
|deputy2 =
|deputy3 =
|deputy4 =
|year_deputy1 = <!--- Years served --->
|year_deputy2 =
|year_deputy3 =
|year_deputy4 =
|title_deputy = <!--- Default: "Prime minister" --->
<!--- Legislature --->
|legislature = <!--- Name of legislature --->
|house1 = <!--- Name of first chamber --->
|type_house1 = <!--- Default: "Upper house"--->
|house2 = <!--- Name of second chamber --->
|type_house2 = <!--- Default: "Lower house"--->
<!--- Area and population of a given year --->
|stat_year1 = <!--- year of the statistic, specify either area, population or both --->
|stat_area1 = <!--- area in square kílometres (w/o commas or spaces), area in square miles is calculated --->
|stat_pop1 = <!--- population (w/o commas or spaces), population density is calculated if area is also given --->
|stat_year2 =
|stat_area2 =
|stat_pop2 =
|stat_year3 =
|stat_area3 =
|stat_pop3 =
|stat_year4 =
|stat_area4 =
|stat_pop4 =
|stat_year5 =
|stat_area5 =
|stat_pop5 =
|footnotes = <!--- Accepts wikilinks --->
}}
 
'''Kesultanan Deli''' adalah sebuah [[kesultanan]] yang didirikan pada tahun [[1669]] oleh Tuanku Panglima Perunggit di wilayah bernama Tanah Deli (kini [[Medan]], [[Indonesia]]).
'''Kesultanan Deli''' adalah sebuah [[kesultanan]] yang didirikan pada tahun [[1632]] oleh [[Gocah Pahlawan|Tuanku Panglima Gocah Pahlawan]] di wilayah bernama Tanah Deli dan merupakan salah satu dari 4 subjek [[Federasi|Kerajaan]] yang mana Raja dinobatkan oleh Kedatukan Sunggal (kini [[Kota Medan]] dan [[Kabupaten Deli Serdang]], [[Indonesia]]). Kesultanan Deli masih tetap eksis hingga kini meski tidak lagi mempunyai kekuatan politik setelah berakhirnya [[Perang Dunia II]] dan diproklamasikannya [[kemerdekaan Indonesia]].
 
== Sejarah ==
Menurut ''Hikayat Deli'', seorang pemuka [[Aceh]] bernama [[Muhammad Dalik]] berhasil menjadi laksamana dalam [[Kesultanan Aceh]]. Muhammad Dalik, yang kemudian juga dikenal sebagai Gocah Pahlawan dan bergelar Laksamana Khuja Bintan (ada pula sumber yang mengeja Laksamana Kuda Bintan), adalah keturunan dari Amir Muhammad Badar ud-din Khan, seorang bangsawan dari [[Delhi]], [[India]] yang menikahi Putri Chandra Dewi, putri Sultan [[Samudra Pasai]]. Dia dipercaya Sultan Aceh untuk menjadi wakil bekas wilayah Kerajaan Haru yang berpusat di daerah sungai Lalang-Percut.
 
=== Pendirian ===
Dalik mendirikan Kesultanan Deli yang masih di bawah Kesultanan Aceh pada tahun [[1630]]. Setelah Dalik meninggal pada tahun 1653, putranya [[Tuanku Panglima Perunggit]] mengambil alih kekuasaan dan pada tahun 1669 mengumumkan memisahkan kerajaannya dari Aceh. Ibu kotanya berada di Labuhan, kira-kira 20 km dari Medan.
Menurut ''Hikayat Deli'', seorang pemuka [[Aceh]] bernama Muhammad Dalik berhasil menjadi laksamana dalam [[Kesultanan Aceh]]. Muhammad Dalik, yang kemudian juga dikenal sebagai [[Gocah Pahlawan]] dan bergelar Laksamana Khuja Bintan (ada pula sumber yang mengeja Laksamana Kuda Bintan), adalah keturunan dari Amir Muhammad Badar ud-din Khan, seorang bangsawan dari [[Delhi]], [[India]] yang menikahi Putri Chandra Dewi, putri Sultan [[Samudera Pasai]]. Dia dipercaya Sultan Aceh untuk menjadi wakil bekas wilayah Kerajaan Haru yang berpusat di daerah Sungai Lalang-Percut.
 
Dalik mendirikan Kesultanan Deli yang masih di bawah Kesultanan Aceh pada tahun [[1632]]. Setelah Dalik meninggal pada tahun [[1653]], putranya [[Perunggit|Tuanku Panglima Perunggit]] mengambil alih kekuasaan dan pada tahun [[1669]] mengumumkan memisahkan kerajaannya dari Aceh. Ibu kotanya berada di Labuhan, kira-kira 20&nbsp;km dari Medan.
Sebuah pertentangan dalam pergantian kekuasaan pada tahun [[1720]] menyebabkan pecahnya Deli dan dibentuknya [[Kesultanan Serdang]]. Setelah itu, Kesultanan Deli sempat direbut [[Kesultanan Siak Sri Indrapura]] dan Aceh.
 
Sebuah pertentangan dalam pergantian kekuasaan pada tahun [[1720]] menyebabkan pecahnya Deli dan dibentuknya [[Kesultanan Serdang]]. Setelah itu, Kesultanan Deli sempat direbut [[Kesultanan Siak]] dan Aceh.
Pada tahun [[1858]], Tanah Deli menjadi milik [[Belanda]] setelah Sultan Siak, [[Sultan Al-Sayyid Sharif Ismail|Sharif Ismail]], menyerahkan tanah kekuasaannya tersebut kepada mereka. Pada tahun [[1861]], Kesultanan Deli secara resmi diakui merdeka dari Siak maupun Aceh. Hal ini menyebabkan Sultan Deli bebas untuk memberikan hak-hak lahan kepada Belanda maupun perusahaan-perusahaan luar negeri lainnya. Pada masa ini Kesultanan Deli berkembang pesat. Perkembangannya dapat terlihat dari semakin kayanya pihak kesultanan berkat usaha perkebunan terutamanya [[tembakau]] dan lain-lain. Selain itu, beberapa bangunan peninggalan Kesultanan Deli juga menjadi bukti perkembangan daerah ini pada masa itu, misalnya [[Istana Maimun]].
 
=== Masa Kolonial ===
Kesultanan Deli masih tetap eksis hingga kini meski tidak lagi mempunyai kekuatan politik setelah berakhirnya [[Perang Dunia II]] dan diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia.
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Studioportret van Ma'amun Al Rashid Perkasa Alam Shah Sultan van Deli TMnr 60038052.jpg|jmpl|[[Sultan Ma'moen Al Rasyid|Sultan Ma'moen Al Rasyid Perkasa Alamsyah]], Sultan Deli IX ([[1873]]-[[1924]]).]]
Pada tahun [[1858]], Tanah Deli menjadi milik [[Belanda]] setelah Sultan Siak, Sultan Al-Sayyid Sharif Ismail, menyerahkan tanah kekuasaannya tersebut kepada mereka. Pada tahun [[1861]], Kesultanan Deli secara resmi diakui merdeka dari Siak maupun Aceh. Hal ini menyebabkan Sultan Deli bebas untuk memberikan hak-hak lahan kepada Belanda maupun perusahaan-perusahaan luar negeri lainnya.
 
Pada masa ini Kesultanan Deli berkembang pesat. Perkembangannya dapat terlihat dari semakin kayanya pihak kesultanan berkat usaha perkebunan, terutamanya [[tembakau]], dan lain-lain. Selain itu, beberapa bangunan peninggalan Kesultanan Deli juga menjadi bukti perkembangan daerah ini pada masa itu, misalnya [[Istana Maimun]] dan [[Masjid Raya Medan]].
 
Tembakau Deli merupakan komoditas unggul yang sangat bernilai jual di dunia internasional saat itu. Kemajuan perkebunan tembakau Deli berawal pada tahun [[1862]] ketika perusahaan [[Belanda]], JF van Leuween, mengirimkan ekspedisi ke Tanah Deli yang kala itu diwakili oleh Jacobus Nienhuys. Setiba di Deli, mereka menemukan lokasi yang masih perawan, Deli saat itu adalah dataran rendah berawa-rawa dan mayoritas ditutupi hutan-hutan primer.
 
Usaha awal ini gagal, JF van Leuween memutuskan mundur setelah membaca laporan tim perusahaan, tetapi Jacobus Neinhuys tidak putus asa. Setelah mendapat konsesi tanah dari [[Sultan Mahmud Al Rasyid]], Neinhuys menanam tembakau di Tanjung Spasi. Kali ini usahanya berasil, contoh daun tembakau hasil panen yang dikirim ke [[Rotterdam]] diakui sebagai tembakau bermutu tinggi. Sejak itulah, tembakau Deli yang bibitnya diperkirakan berasal dari Decatur County, [[Georgia]], [[Amerika Serikat]] menjadi terkenal.
 
Deli Maatschappij, perusahaan perkebunan yang didirikan oleh Jacobus Neinhuys, P.W. Jenssen, dan Jacob Theodore Cremer, pada tahun [[1870]] telah berhasil mengekspor tembakau sedikitnya 207 kilogram. Pada tahun [[1883]] perusahaan ini mengekspor tembakau Deli hampir 3,5 juta kilogram, dan ditaksir nilai kekayaan perusahaan ini mencapai 32 juta [[gulden]] pada tahun [[1890]]. Puncaknya pada awal abad ke-20 ketika Deli Maatschappij tampil sebagai "raja tembakau Deli". Diperkirakan lebih 92 % impor tembakau cerutu [[Amerika Serikat]] berasal dari Kesultanan Deli.
 
[[Sultan Ma'moen Al Rasyid]] ([[1873]]-[[1924]]) berusaha melakukan perubahan sistem pemerintahan dan perekonomian. Perubahan sistem ekonomi yang dilakukan adalah pengembangan pembangunan pertanian dan perkebunan dengan cara meningkatkan hubungan dengan pihak [[swasta]] yang menyewa tanah untuk dijadikan perkebunan internasional. Hubungan tersebut hanya sebatas antara pemilik dan penyewa. Hasil perkebunan yang meningkat dan hasil penjualan yang sangat menguntungkan membuat pihak [[Belanda]] semakin ingin memperluas lahan yang telah ada. Pihak [[Belanda]] kemudian melakukan negosiasi baru untuk mendapatkan lahan yang lebih luas dan lebih baik lagi. Keuntungan ini tidak hanya didapati oleh pihak [[swasta]] saja, pihak kesultanan juga mendapat hasil yang sangat signifikan. Dana melimpah kesultanan saat itu digunakan untuk meperbaiki fasilitas pemerintahan, pertanian, perkebunan, dan lainnya.
 
=== Masa Pendudukan Jepang ===
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Chinese erepoort op Kesawan tijdens de viering van het vijfentwintigjarig regeringsjubileum van Koningin Wilhelmina TMnr 60024750.jpg|jmpl|kiri|Kawasan [[Kesawan, Medan Barat, Medan]], sekitar tahun [[1923]].]]
Pada tanggal [[12 Maret]] [[1942]] mendarat pasukan "Imperial Guard" (pasukan penjaga kaisar yang sangat terlatih dan terpilih) di Perupuk Tanjung Tiram ([[Batubara]]) di bawah pimpinan Jenderal Kono dan dari sana mereka segera menuju [[Medan]]. Sementara itu pasukan [[KNIL]] dan Stadwacht [[Belanda]] berhasil melarikan diri menuju Tanah [[Karo]] untuk bertahan di Gunung Setan (Tanah Alas), tetapi di tengah jalan banyak orang-orang pribumi yang merampas pakaian seragam [[Belanda]] itu dan kembali ke kampung masing-masing. Karena sisa pasukan [[Belanda]] yang 3.000 orang itu tidak akan sanggup melawan pasukan [[Jepang]] sebanyak 30.000 orang yang terlatih dan berpengalaman perang, maka pada tanggal [[29 Maret]] [[1942]] Jenderal Overakker dan Kolonel Gosenson menyerah kepada [[Jepang]].
 
Sejak direbutnya [[Malaya]], [[Singapura]], dan [[Sumatra]] oleh Bala Tentara ke 25 Jepang, maka tanggung jawab pemerintahan dipikul oleh markas Bala Tentara ke 25 yang berkedudukan di [[Singapura]]. Sampai sekitar [[April]] [[1943]], kesatuan pemerintahan masih dipegang oleh Bala Tentara ke 25 sebelum akhirnya dipindahkan ke [[Bukittinggi]]. Sejak itu pemerintahan administrasi Sumatra dan Malaya/Singapura terpisah. Di Sumatra, [[Jepang]] hampir-hampir tidak melakukan perubahan sistem pemerintahan yang ada. Setiap Residen disebut ''syu'' dan di bawah pengawasan seorang pejabat militer yang disebut ''gunseibu''. Eksistensi kesultanan-kesultanan di [[Sumatra Timur]] masih tetap diakui. Bala Tentara ke 25 membagi [[Sumatra Timur]] menjadi 5 pusat konsentrasi militer [[Jepang]], yaitu sekitar Binjai (Padang Brarang), Sungai Karang (Galang), Dolok Merangir, [[Kisaran]], dan perkebunan Wingfoot.
 
=== Setelah Proklamasi Kemerdekaan ===
[[Berkas:Sultan Osman Al Sani Perkasa Alamsyah.jpg|jmpl|[[Sultan Osman Al Sani Perkasa Alamsyah]], Sultan Deli XI ([[1945]]-[[1967]]).]]
[[Berkas:Pembukaan festival melayu agung 2012.jpg|jmpl|ka|[[Mahmud Arya Lamanjiji|Sultan Mahmud Lamanjiji Perkasa Alamsyah]] (empat dari kiri), Sultan Deli XIV, saat menghadiri pembukaan Festival Melayu Agung tahun [[2012]] di [[Medan]].]]
:''Lihat: [[Revolusi Sosial Sumatra Timur]]''
Revolusi Sosial Sumatra Timur adalah gerakan sosial di [[Sumatra Timur]] oleh rakyat yang dihasut oleh kaum [[komunis]] terhadap penguasa kesultanan-kesultanan Melayu. Revolusi ini dipicu oleh gerakan kaum komunis yang hendak menghapuskan sistem [[monarki]] dengan alasan antifeodalisme.
 
Karena sulitnya komunikasi dan transportasi, berita proklamasi kemerdekaan [[17 Agustus]] baru dibawa oleh Mr. [[Teuku Mohammad Hasan|Teuku Muhammad Hasan]] selaku Gubernur Sumatra serta Mr. Amir selaku Wakil Gubernur Sumatra dan diumumkan di Lapangan Fukereido (sekarang Lapangan Merdeka), [[Medan]] pada tanggal [[6 Oktober]] [[1945]]. Pada tanggal [[9 Oktober]] [[1945]] pasukan AFNEI di bawah pimpinan Brigjen. T.E.D. Kelly mendarat di [[Belawan]]. Kedatangan pasukan AFNEI ini diboncengi oleh pasukan NICA yang dipersiapkan untuk mengambil alih pemerintahan dan membebaskan tawanan perang orang-orang [[Belanda]] di [[Medan]].
 
Meletusnya revolusi sosial tidak terlepas dari sikap beberapa kelompok bangsawan yang tidak segera mendukung [[republik]] setelah adanya [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia]]. Beberapa kelompok bangsawan tidak begitu antusias dengan pembentukan [[republik]], karena setelah [[Jepang]] masuk, [[Jepang]] mencabut semua hak istimewa kaum bangsawan dan lahan perkebunan diambil alih oleh para buruh. Beberapa bangsawan merasa dirugikan dan berharap untuk mendapatkan hak-haknya kembali dengan bekerja sama dengan NICA, sehingga semakin menjauhkan diri dari pihak pro-republik. Walaupun saat itu juga banyak kaum bangsawan dan sultan yang mendukung kelompok pro-republik, seperti [[Amir Hamzah]] dari [[Kesultanan Langkat]] dan Sultan Sulaiman Syariful Alamshah dari [[Kesultanan Serdang]].
 
Sementara itu, pihak pro-republik mendesak kepada komite nasional wilayah [[Sumatra Timur]] agar sistem pemerintahan [[swapraja]] dihapuskan dan menggantikannya dengan pemerintahan demokrasi rakyat sesuai dengan semangat perjuangan kemerdekaan. Namun pihak pro-repbulik sendiri terpecah menjadi dua kubu; kubu moderat yang menginginkan pendekatan secara kooperatif untuk membujuk beberapa bangsawan dan kubu radikal (yang didukung kaum [[komunis]]) yang menginginkan jalan kekerasan dengan penggalangan massa para buruh perkebunan.
 
Revolusi oleh kaum radikal akibat hasutan kaum [[komunis]] pecah pada [[Maret]] [[1946]]. Berawal di [[Kesultanan Asahan]], revolusi menjalar ke seluruh monarki [[Sumatra Timur]], termasuk Kesultanan Deli. Istana Sultan Deli ([[Istana Maimun]]) beserta Sultan dan para bangsawan berhasil terlindungi karena penjagaan TRI dan adanya benteng pertahanan tentara [[sekutu]] di [[Medan]].
 
== Sultan ==
:''Lihat: [[Daftar Sultan Deli]]''
Sultan Deli dipanggil dengan gelar ''Sri Paduka Tuanku Sultan''. Jika mangkat, sang Sultan akan digantikan oleh putranya. Sultan Deli saat ini adalah [[Mahmud Arya Lamanjiji|Sultan Mahmud Lamanjiji Perkasa Alamsyah]], Sultan Deli XIV, yang bertakhta sejak tahun [[2005]].
 
== Sistem Pemerintahan ==
Sultan Deli dipanggil dengan gelar ''Sri Paduka Tuanku Sultan''. Jika mangkat, sang Sultan akan digantikan oleh Putranya.
[[Berkas:Masjid Raya Medan.jpg|jmpl|ka|[[Masjid Raya Medan|Masjid Raya Al Mashun]] di [[Medan]].]]
[[Berkas:Istana maimoon.jpg|jmpl|ka|[[Istana Maimun]] di [[Medan]].]]
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Het paleis van de Tengku Besar (kroonprins) van Deli TMnr 10015275.jpg|jmpl|ka|Istana Tengku Besar, kediaman putra mahkota Kesultanan Deli di [[Medan]] (sekitar tahun 1900-1940).]]
Berlainan dengan Kerajaan-Kerajaan [[Melayu]] di [[Sumatra Timur]] lainnya, pemerintahan Kesultanan Deli merupakan bagian dari [[federasi]] Kedatukan Sunggal, dengan sistem [[federasi]] yang longgar sesuai dengan pepatah yang terdapat di Deli '''"Raja Datang, Orang Besar Menanti"'''. Tuanku Panglima Gocah Pahlawan sebagai Raja Pertama di Tanah Deli yang ditunjuk oleh [[Sultan]] [[Aceh]] sebagai wakilnya di [[Sumatra Timur]] atau Tanah Deli. Kemudian penunjukan Raja berikutnya dilakukan oleh Datuk Sunggal.
 
Pada masa pemerintahan Panglima Parunggit (Raja Deli II), Deli memproklamirkan kemerdekaannya dari [[Kesultanan Aceh]] pada tahun [[1669]] mengikuti jejak-jejak negeri pesisir, dan berhubungan dagang dengan [[VOC]] di [[Melaka]]. Pada masa pemerintahan [[Paderap|Panglima Paderap]] (Raja Deli III) terjadi perluasan wilayah di pesisir pantai hingga [[Serdang]] dan Denai.
 
Menurut laporan Jhon Anderson yang berkunjung ke Deli pada tahun [[1823]], bahwa [[Sultan Amaluddin Mangendar]] (Sultan Deli VI) adalah penguasa Deli pertama yang bergelar "Sultan" setelah Deli ditaklukan [[Kesultanan Siak]] pada tahun [[1814]]. Menurut laporan Jhon Anderson pula, Sultan Deli dalam memerintah dibantu oleh 8 orang [[menteri]] dimana Sultan berkonsultasi soal perang, mengatur pemerintahan sehari-hari, mengadili perkara pidana, dan lain-lain.
 
Mereka itu ialah:
 
* Nakhoda Ngah bergelar Timbal-Timbalu
* Wak-Wak
* Salim
* Tok Manis
* Dolah
* Wakil
* Penghulu Kampong
 
Di samping [[menteri]]–[[menteri]], masih ada lagi Syah Bandar (Hamad) yang mengurus hubungan perdagangan dan biasanya dibantu seorang mata-mata (seorang wanita yang pandai bernama Encek Laut) yang bertugas memungut cukai. Kemudian ada lagi para pamong praja, penghulu, para panglima, dan mata-mata yang melaksanakan tugas bila di kehendaki Sultan, serta kurir istana yang mengantar surat ke berbagai kerajaan.
 
Jika Sultan mangkat, apabila penggantinya masih belia, maka Tuan Haji Cut atau Kadi (ulama tertinggi) bertindak dan melaksanakan semua fungsi pemerintahan kerajaan. Di bidang agama [[Islam]] Tuan Haji Cut juga bertindak sebagai mufti kerajaan, kemudian di bawahnya ada bilal, imam, khalif, dan penghulu masjid. Merekalah yang menangani masalah yang berhubungan dengan keagamaan. Kehidupan mereka diperoleh dari sumbangan masyarakat.
 
== Lihat Pula ==
* [[Kesultanan Serdang]]
* [[Kesultanan Langkat]]
* [[Kesultanan Asahan]]
* [[Kesultanan Kota Pinang]]
* [[Kota Medan]]
* [[Kabupaten Deli Serdang]]
* [[Kabupaten Serdang Bedagai]]
 
== Rujukan ==
* {{en}} http://www.4dw.net/royalark/Indonesia/deli.htm - diakses [[23 Juli]] [[2005]]
* {{id}} http://students.ukdw.ac.id/~22992220/home.html {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20051202014806/http://students.ukdw.ac.id/~22992220/home.html |date=2005-12-02 }} - diakses [[23 Juli]] [[2005]]
* {{id}} http://www.waspada.co.id/portal/info_wisata/ {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20090621191840/http://www.waspada.co.id/portal/info_wisata |date=2009-06-21 }} - diakses [[21 Juli]] [[2005]]
* {{id}} http://www.istanamaimoon.com/ {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20140222163328/http://www.istanamaimoon.com/ |date=2014-02-22 }} - diakses [[16 Februari]] [[2014]]
 
== Pranala luar ==
* {{en}} [http://www.4dw.net/royalark/Indonesia/deli.htm Royal Ark - Informasi yang cukup lengkap mengenai Kesultanan Deli, gelar, serta silsilah kesultanan]
* {{en}} [https://web.archive.org/web/20030120160904/http://www.uq.net.au/~zzhsoszy/states/indonesia/deli.html Kesultanan Deli di University of Queensland]
{{Kerajaan di SumateraSumatra}}
 
[[Kategori:Kesultanan Deli| ]]
[[Kategori:Kerajaan di Nusantara|Deli]]
[[Kategori:Kerajaan di Sumatera Utara|Deli]]
[[Kategori:Kesultanan Deli| ]]
[[Kategori:Kabupaten Deli Serdang]]
 
[[ca:Deli]]
[[en:Sultanate of Deli]]
[[eo:Sultanlando Delio]]
[[fr:Sultanat de Deli]]
[[ms:Kesultanan Deli]]
[[nl:Sultanaat Deli]]
[[ru:Дели (султанат)]]
[[zh:哑鲁]]