Suku Bugis: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k →Budaya |
kTidak ada ringkasan suntingan |
||
(15 revisi perantara oleh 2 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 4:
| caption = Sepasang pengantin berjalan di bawah Lellu' (kanopi lipat tradisional) pada pernikahan mereka
| total = ± '''7.000.000'''
| total_year = 2010
| region1 = '''{{Flagcountry|Indonesia}}'''
| pop1 = 6.359.700
Baris 57:
| native_name_lang =
}}
'''Suku Bugis''' merupakan kelompok etnis [[Austronesia]] terbesar di antara tiga kelompok etnolinguistik utama di [[Sulawesi Selatan]], bersama dengan [[suku Makassar]] dan [[Toraja]]. Sulawesi Selatan terletak di bagian barat daya pulau [[Sulawesi]], pulau terbesar ketiga di [[Indonesia]]. Pada tahun 1605, suku Bugis beralih dari kepercayaan animisme ke Islam. Meskipun mayoritas masyarakat Bugis menganut agama Islam, sebagian kecil dari mereka memeluk agama Kristen serta kepercayaan pra-Islam yang dikenal sebagai [[Tolotang]].<ref>{{cite book|first=Keat Gin|last=Ooi|title=Southeast Asia: A Historical Encyclopedia, From Angkor Wat to East Timor|publisher=[[ABC-CLIO]]|year=2004|isbn=1576077705|page=286}}</ref><ref name=":0">{{cite journal | url=http://www.sabrizain.org/malaya/library/bugisreligion.pdf | title=Religion and Cultural Identity Among the Bugis (A Preliminary Remark) | author=Said, Nurman | journal=[[Inter-Religio (journal)|Inter-Religio]] |date=Summer 2004 | issue=45 | pages=12–20}}</ref>
Suku Bugis, yang populasinya diperkirakan sekitar enam juta jiwa dan mencakup 2,5% dari [[Demografi Indonesia|total penduduk Indonesia]].<ref name=":Andaya">{{Cite book|last=Andaya|first=Leonard Y.|url=http://worldcat.org/oclc/906499076|title=The kingdom of Johor, 1641-1728|date=1975|publisher=Oxford University Press|isbn=0-19-580262-4|oclc=906499076}}</ref> Secara historis, Suku Bugis dikenal sebagai pelaut dan perantau yang ulung. Selama beberapa abad terakhir, mereka
|url=https://www.cnbcindonesia.com/news/20200301151910-4-141543/ini-muhyiddin-yasin-pm-baru-malaysia-berdarah-bugis-jawa |work=CNBC Indonesia |agency=CNBC Indonesia|date=2020-03-01|access-date=2022-09-13}}</ref><ref>{{cite news |author=Cantika Adinda Putri|title=Sultan Johor: Saya pun Bugis, terasa juga|url=https://www.malaysiakini.com/news/403156 |work=Malaysiakini|date=2017-11-27|access-date=2024-01-31}}</ref>
Baris 80:
Tanah leluhur suku Bugis terletak di sekitar [[Danau Tempe]] dan [[Danau Sidenreng]] di Depresi [[Walanae, Tanete Riattang, Bone|Walannae]] di semenanjung barat daya Sulawesi. Di sinilah nenek moyang suku Bugis saat ini menetap, kemungkinan pada pertengahan hingga akhir milenium kedua SM. Wilayah ini kaya akan [[ikan]] dan [[satwa liar]], dan fluktuasi tahunan Danau Tempe (yang merupakan danau penampung untuk sungai Bila dan Walannae) memungkinkan penanaman [[padi]] secara spekulatif, sementara perbukitan dapat digunakan untuk bercocok tanam dengan sistem ladang, penanaman padi sawah, serta berburu dan mengumpulkan hasil hutan.
Sekitar tahun 1200 M, ketersediaan barang-barang impor bergengsi, termasuk keramik Cina dan Asia Tenggara serta tekstil blok cetak dari Gujarat, ditambah dengan penemuan sumber bijih besi baru di [[Luwu]], memicu [[Reformasi agraria|revolusi agraria]]. Revolusi ini meluas dari kawasan danau besar ke dataran rendah di timur, selatan, dan barat Depresi Walannae. Proses ini mendorong perkembangan kerajaan-kerajaan utama di Sulawesi Selatan dan transformasi masyarakat adat menjadi proto-kerajaan yang bersifat hierarkis dalam kurun waktu empat ratus tahun berikutnya.<ref>{{cite journal|last=Caldwell|first=Ian|year=1995|title=Power, state and society among the pre-Islamic Bugis|journal=Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde|volume=151|issue=3|pages=394–421|doi=10.1163/22134379-90003038 |doi-access=free}}</ref><ref>{{cite book|last1=Bulbeck|first1= David|first2=Ian|last2=Caldwell 2000|title=Land of iron; The historical archaeology of Luwu and the Cenrana valley|publisher=Hull: Centre for South-East Asian Studies, University of Hull}}</ref>
== Sejarah ==
Baris 109:
===Kemunculan Kekuatan Politik Baru di Semenanjung===
[[File:South Sulawesi (1590) ID.svg|thumb|
Pada abad ke-1500, [[Luwu]] merupakan kekuatan politik utama
Dampak dari kebangkitan Malaka lebih terlihat di pesisir barat Sulawesi Selatan, wilayah dengan konsentrasi tinggi [[orang Melayu|Melayu]] dan [[pedagang Minangkabau|pedagang Minangkabau]] yang datang dari barat.<ref>Timothy P. Barnard, Contesting Malayness: Malay Identity Across Boundaries, 2004</ref> Hal ini secara perlahan menarik perhatian kerajaan-kerajaan Soppeng dan Sindereng, yang berusaha memasukkan wilayah tersebut dalam ekspansi teritorial mereka. Kerajaan-kerajaan Bugis ini telah [[Negara terkurung daratan|kehilangan akses]] langsung ke laut di pesisir barat akibat kekuasaan Luwu.{{sfn|Pelras|1996|p=111}}
Baris 290:
Masakan Bugis merupakan bagian penting dari warisan mereka, meliputi berbagai gaya kuliner dan resep yang sering diasosiasikan dengan masyarakat Bugis. Masakan ini memiliki banyak kesamaan dengan tradisi gastronomi yang ada di sekitar Makassar, Mandar, dan Toraja. Banyak hidangan yang berkembang secara lokal di pulau Sulawesi, dengan fokus pada bahan-bahan asli; sementara yang lainnya menunjukkan pengaruh [[Hidangan campuran|luar]] yang lebih kuat dan disesuaikan dengan selera lokal.
Teknik memasak asing dalam masakan Sulawesi Selatan dapat dilihat dari adopsi ''[[Jalangkote]]'', pai kecil yang digoreng yang diadopsi dari Portugis ''[[papeda]]''. Isian ''Jalangkote'' biasanya terdiri dari [[bihun]] (menunjukkan [[Hidangan Tionghoa|pengaruh Tiongkok]]) dikombinasikan dengan irisan [[sayuran]], [[telur rebus]] dan [[daging cincang]]. Sementara itu, elemen [[Hidangan India|India]] terlihat dan ditunjukkan dalam hidangan lokal, seperti ''Gagape''
Ada juga berbagai jenis hidangan yang menandakan asal usul lokal: [[Kue beras]] sangat populer dengan hidangan seperti ''[[Burasa]]''' dan ''Tumbu/Lapa-lapa/Langka''.{{sfn|Umrahwati|2018|p=6}}{{sfn|Uli Wahyuliana|2017|p=2}} Kue beras ini dikukus dan dibungkus dalam wadah daun dengan [[santan]], memberikan rasa yang kaya dan
[[File:Burasa.jpg|thumb|left|Beberapa hidangan klasik Bugis yang dimasak di rumah selama perayaan ''[[
Panjang garis pantai di semenanjung telah berkontribusi pada [[industri perikanan]] yang besar di wilayah tersebut, menjadikan [[Seafood|produk laut]] sebagai bagian penting dari makanan.{{sfn|Umrahwati|2018|p=5}} Hidangan seperti ''Pa’Deme'' (sambal ikan teri), ''Bajabu'' (''[[serundeng]]''), ''Lawa Bale'' (ikan mentah yang dimarinasi) dan sup kaldu jernih dari ''Nasu Bale'' dan ''Nassu Meti'' mencerminkan koneksi maritim yang luas.
Baris 367:
=== Tradisi Padi dan Pertanian ===
{{blockquote|text= ''
[[File:Hamparan Sawah Penerima Dampak Longsonran Bawakaraeng 2014 dekat Manimbahoi di Kec Parigi.jpg|thumb|Sawah terasering yang tersebar di lanskap pertanian di wilayah Bugis-Makassar]]
Sebagai pergeseran nyata dari budaya [[maritim]] dan [[navigasi]] yang didominasi oleh kerabat pesisir mereka, masyarakat Bugis-Makassar yang berada di pedalaman menunjukkan warisan [[pertanian]]nya yang kuat.{{sfn|Rahmatia, et al.|2020}} Padi dianggap sebagai salah satu hasil [[tanaman]] terpenting dalam masyarakat mereka, dan telah dibudidayakan di semenanjung selama berabad-abad. Biji-bijian ini telah tertanam dalam cara hidup pertanian mereka selama beberapa generasi. Padi tidak hanya dihargai sebagai sumber [[makanan]] utama dalam [[diet]], tetapi juga terjalin dalam jalinan sosial, legenda, teori, ekonomi, [[politik]], dan [[ideologi]]. Dalam arti tertentu, identitas tradisional mereka juga didampingi oleh budaya pertanian.
Baris 384:
Islamisasi kerajaan-kerajaan Bugis-Makassar yang dipelopori oleh Luwu dan Gowa pada abad ke-17 telah mengubah secara signifikan lanskap keagamaan di seluruh semenanjung.{{sfn|Pelras|1996|p=137}} Akibatnya, sebagian besar festival liturgi orang Bugis terutama diatur sesuai dengan kalender Islam, meskipun tetap mempertahankan orientasi budaya lokal yang kuat.
Perayaan
Sehari sebelum eid, banyak keluarga Bugis menyiapkan kue nasi ''Burasa'' dan ''Tumbu'' dalam tradisi yang dikenal sebagai ''Ma’burasa'' dan ''Ma’tumbu''.{{sfn|Ona Mariani|2019}} Tradisi mengunjungi teman, kerabat, dan mengadakan pesta besar untuk pengunjung juga menjadi pusat perhatian — dikenal sebagai [[Lebaran#Halal bi-halal|Massiara]], kunjungan biasanya dimulai setelah shalat eid.<ref name="Massiara, Tradisi Damai Orang Bugis" />
Baris 395:
Elemen Islam juga terwujud selama perayaan pada tingkat individu. Sebagai komunitas Muslim yang mayoritas, tindakan ''Mabbarazanji/Barzanji'' ([[Berzanji]]), doa dan pujian kepada Muhammad dianggap sebagai salah satu titik fokus selama upacara semacam itu. Orang Bugis biasanya mengadakan pesta ''selamatan'' untuk meminta berkah ilahi, perlindungan, syukur, dan rasa terima kasih — termasuk [[pernikahan]], perayaan kelahiran anak, [[aqiqah]], upacara pembangunan rumah, mengirim jamaah untuk [[umrah]] dan [[haji]], serta [[upacara pemakaman]].
Pentingnya upacara pribadi dan komunitas ini secara kolektif menjadi bukti karakter etnis utama mereka. Ini berfungsi sebagai ikatan
Secara historis, ada juga beberapa acara regional yang mendalam berakar pada kepercayaan kuno mereka, mencerminkan masa pra-Islam, lokasi geografis, demografi lokal, dan pekerjaan. Di beberapa komunitas Bugis agraris, festival panen besar seperti ''Mappangolo Datu Ase'', ''Mappadendang'', ''Manre Sipulung'', ''Maccerak Ase'', dan ''Maccerak Rakkapeng'' bertindak sebagai ungkapan syukur dan perayaan atas hasil panen yang melimpah. Sementara itu, di komunitas [[pesisir]] dan [[danau]] di mana industri perikanan dianggap sangat penting, mereka merayakan dengan ''Maccera Tappareng'' dan ''Maccerak Tasik''.{{sfn|Halilintar Lathief, et al.|1999|p=50}} Namun, dengan munculnya berbagai revolusi sosial-ekonomi dan pendidikan, bersama dengan [[industrialisasi]] dan pengenalan teknik [[pertanian]] dan perikanan modern sepanjang abad ke-19 dan ke-20, dampak kolektif dari festival-festival ini mulai memudar seiring dengan praktik yang lebih sesuai dengan pemahaman Islam di masyarakat Bugis yang mainstream. Meskipun demikian, perayaan regional tersebut menawarkan pandangan singkat tentang masa lalu, pada agama tradisional dari komunitas agraris yang pernah ada.
Baris 421:
*[[Daftar tokoh Bugis]]
==
{{Reflist}}
Baris 986:
}}
{{refend}}
{{Suku bangsa di Indonesia}}
[[Kategori:Suku bangsa di Asia Tenggara]]
[[Kategori:Sulawesi Selatan]]
[[Kategori:Kelompok etnik di Indonesia|Bugis]]
[[Kategori:Kelompok etnik di Malaysia|Bugis]]
|