Suku Balik: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Rider.chat (bicara | kontrib) kTidak ada ringkasan suntingan |
||
(34 revisi perantara oleh 7 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 4:
|image=
|pop=1.000 (2023)<ref name=":1"/>
|popplace=[[Kalimantan Timur]] ([[
|langs=[[Bahasa Lawangan|Lawangan]] (dialek Balik)
|rels=[[Islam]]<ref name=":3"/>
|related=[[Suku Paser|Paser]]{{•}}[[Suku Kutai|Kutai]]{{•}}[[Suku
}}
'''Suku Balik'''
Nama [[Kota Balikpapan]] diambil dari nama suku ini, yakni pada kata "Balik", dan kata "Papan" berasal dari masyarakat suku Balik yang dahulu dikenal sebagai penyuplai papan untuk [[Kerajaan Kutai Kartanegara]].<ref name=":3">{{cite web|url=https://kaltim.idntimes.com/life/inspiration/melani-indra-hapsari/kisah-paser-balik-suku-asli-balikpapan-minoritas-di-kota-sendiri|title=Kisah Paser Balik, Suku Asli Balikpapan Minoritas di Kota Sendiri|website=kaltim.idntimes.com|language=id|access-date=26-05-2023}}</ref><ref name="Mongabay"/> Saat ini, suku Balik merupakan minoritas di Balikpapan dan Penajam Paser Utara. Di Penajam Paser Utara, tepatnya di kecamatan Sepaku, jumlahnya tidak lebih dari 1.000 jiwa atau 200 KK pada tahun 2023, yang tersebar di tiga wilayah, yakni di [[Bumi Harapan, Sepaku, Penajam Paser Utara|Bumi Harapan]], [[Sepaku, Sepaku, Penajam Paser Utara|Sepaku]], dan [[Pemaluan, Sepaku, Penajam Paser Utara|Pemaluan]].<ref name=":1">{{cite web|url=https://kaltim.antaranews.com/berita/170917/melindungi-suku-balik-di-ibu-kota-negara-indonesia-baru|title=Melindungi Suku Balik di Ibu Kota Negara Indonesia baru|website=kaltim.antaranews.com|language=id|access-date=26-05-2023}}</ref>
Wilayah adat suku Balik juga termasuk kedalam proyek pembangunan [[Nusantara (ibu kota terencana)|IKN Nusantara]], yakni pemindahan ibukota negara [[Indonesia]] dari [[Jakarta]] ke [[Nusantara (ibu kota terencana)|Nusantara]]. Dalam proyek ini, ratusan rumah warga suku Balik terancam direlokasi akibat proyek penanganan banjir [[Sungai Sepaku]].<ref name="Mongabay">{{cite web|url=https://www.mongabay.co.id/2023/05/24/cerita-sedih-suku-balik-terasing-ditengah-hadirnya-ikn-nusantara/|title=Cerita Sedih Suku Balik, Terasing Ditengah Hadirnya IKN Nusantara|website=www.mongabay.co.id|language=id|access-date=26-05-2023}}</ref><ref>{{cite web|url=https://www.cnnindonesia.com/nasional/20230315053702-20-925153/warga-adat-suku-balik-tolak-relokasi-dari-proyek-pembangunan-ikn|title=Warga Adat Suku Balik Tolak Relokasi dari Proyek Pembangunan IKN|website=www.cnnindonesia.com|language=id|access-date=26-05-2023}}</ref> Sedangkan menurut pengakuan Gubernur [[Kalimantan Timur]], [[Isran Noor]], tidak ada suku asli di kawasan IKN, karena awalnya merupakan hutan alam dan berubah menjadi hutan produksi. Seiring pengembangan itu mulainya datang penduduk yang menempati daerah tersebut termasuk para transmigran.<ref name="viva2023">{{cite web |last1=Hidayat |first1=Arief |title=Gubernur Isran Noor:IKN Tak Akan Rusak Hutan Kalimantan, Saya Jaminnya! THE INTERVIEW|url=https://youtube.com/watch?v=ZmMVXRAbqd0& |website=youtube.com |publisher=viva.co.id|language=id |format=video |date=2022-01-27}}</ref>
==Sejarah==
Menurut Sibukdin, pada zaman kerajaan, suku Balik mengabdi kepada [[Kerajaan Kutai Kartanegara]]. Kata Sibukdin, “Saat itu, sudah ada batas-batas wilayah yang ditempati suku Balik dengan suku lainnya”. Wilayah suku Balik berbatasan dengan wilayah [[suku Kutai]] disebuah tempat bernama [[Gunung Parung]]. Kemudian berbatasan dengan suku Paser di [[Sungai Tunan]].<ref name=":0"/>▼
[[Berkas:1943 World War II Japanese Aeronautical Map of Borneo - Geographicus - Borneo12-wwii-1943.jpg|jmpl|ka|Peta [[pendudukan Borneo Britania oleh Jepang|pendudukan Borneo]] pada 1943 oleh Jepang pada [[Perang Dunia II]] dengan label ditulis dalam [[karakter Jepang]], dimana pemukiman suku Balik termasuk dalam wilayah Kutai.]]
Dahulu suku Balik hidup di hutan, ada lima gua yang menjadi tempat penghidupan bagi mereka, yakni Gua Tembinus, Bekayas, Belatat, Parung, dan Liang Tulus. Di gua-gua itulah, suku Balik mengambil sarang burung walet hitam dan kemudian ditukar dengan beras. Suku Balik juga tidak mengenal sayur-sayuran, seperti wortel, dan sebagainya. Semua sayuran merupakan tanaman liar di hutan. Dagingnya hasil berburu kijang (dalam [[bahasa Balik]] disebut ''payau''), rusa, atau kelinci.<ref name=":0"/>▼
▲
Pada tahun 1942, ketika itu terjadi [[Pertempuran Balikpapan|pertempuran besar]] di wilayah adat suku Balik di Balikpapan. Saat itu, suku Balik hidup di pesisir Kota Balikpapan, daerah kekuasaan Kerajaan Kutai Kartanegara dibawah Sultan Adji Muhammad Sulaiman. Ketika terjadi perang, warga yang ketakutan bersembunyi di pedalaman hutan. Mereka berada di batas terakhir wilayah adat yang kini menjadi kecamatan Sepaku.<ref name="Mongabay"/>▼
▲Dahulu suku Balik hidup di hutan, ada lima gua yang menjadi tempat penghidupan bagi mereka, yakni Gua Tembinus, Bekayas, Belatat, Parung, dan Liang Tulus. Di gua-gua itulah, suku Balik mengambil sarang burung walet hitam dan kemudian ditukar dengan beras. Suku Balik juga tidak mengenal sayur-sayuran, seperti wortel, dan sebagainya. Semua sayuran merupakan tanaman liar di hutan.
▲Pada tahun 1942, ketika itu terjadi [[Pertempuran Balikpapan|pertempuran besar]] di wilayah adat suku Balik di Balikpapan. Saat itu, suku Balik hidup di pesisir Kota Balikpapan, daerah kekuasaan Kerajaan Kutai Kartanegara dibawah kepemimpinan [[Sultan Adji Muhammad Sulaiman]]. Ketika terjadi perang, warga yang ketakutan bersembunyi di pedalaman hutan. Mereka berada di batas terakhir wilayah adat yang kini menjadi kecamatan Sepaku.<ref name="Mongabay"/> Pada masa penjajahan Jepang (1940-an) inilah awal mula pemukiman suku Balik di wilayah tersebut, walau ada yang mengklaim lebih awal seperti sejak zaman penjajahan Belanda.<ref name="Jumaidi 2023">{{cite web | last=Jumaidi | first=Susanto | title=Sejarah Suku Balik, Penduduk Asli yang Terdampak IKN | website=KOMPAS.com | date=2023-03-20 | url=https://www.kompas.com/stori/read/2023/03/20/210000279/sejarah-suku-balik-penduduk-asli-yang-terdampak-ikn?page=all&_gl=1*1pfhenc*_ga*YW1wLW5MTWkwS3p4Y0JoT3N0d3ExQTNqemc.#page2 | language=id | access-date=2023-06-06}}</ref>
Sekitar tahun 1970-an,
▲Sekitar tahun 1970-an, untuk pertama kalinya masyarakat suku Balik kedatangan pendatang dari luar. [[Pemerintah Indonesia]] saat itu membuat program [[transmigrasi]] dari [[Pulau Jawa]] ke wilayah yang jarang penduduknya di luar Jawa, salah satu wilayah tersebut adalah wilayah Sepaku-Semoi. Para transmigran ini kemudian diberi sebidang tanah yang luasnya satu hektar, lengkap dengan legalitas dari pemerintah. Seiring datangnya transmigran, Sepaku juga kedatangan perusahaan hutan tanaman industri dan [[daftar perusahaan kelapa sawit Indonesia|perkebunan sawit]]. Tanah-tanah milik suku Balik mulai dijualbelikan. Saat itu, masyarakat suku Balik tidak mengerti tentang pentingnya legalitas tanah. Ladang-ladang yang mereka miliki bisa dijual dengan harga murah, sesuai kebutuhan.<ref name="Mongabay"/>
==Budaya==
===Ritual belian===
Ritual belian atau disebut juga ''belian bawo'' adalah salah satu ritual adat yang ada pada masyarakat suku Balik, ritual belian ini berbeda dengan ritual belian pada suku Paser. Perbedaan pada ritual belian suku Balik ini adalah adanya ritual potong lidah. Saat ini, ritual ini sudah hampir punah, karena dinilai bertentangan dengan ajaran [[Islam]]. Pada prosesi ini, dijelaskan bahwa lidah yang dipotong sebagai pertanda 'orang dari atas' ([[roh]]) sudah datang. Tetapi setelah ritual, lidah orang tersebut akan kembali normal.<ref name=":3"/>
===Tari ronggeng===
Tari ronggeng atau ''ronggeng Balik'' adalah [[tari tradisional|tarian tradisional]] yang dipentaskan oleh kaum perempuan suku Balik. Saat ini, sudah banyak ronggeng Balik yang dipentaskan dengan hanya menampilkan tarian dan musik. Tetapi sejatinya, ronggeng Balik tradisional juga ditampilkan oleh penari yang berdendang dengan bahasa daerah suku Balik.<ref name=":4">{{cite web|url=https://www.kompas.id/baca/sosok/2022/03/29/yati-dahlia-tak-ingin-ronggeng-balik-tercekik|title=Yati Dahlia Tak Ingin Ronggeng Balik Tercekik|website=www.kompas.id|access-date=26-05-2023|language=id}}</ref>
Pada zaman dahulu oleh masyarakat suku Balik, ronggeng digunakan salah satu ritual penyembuhan bagi orang yang terkena penyakit. Orang yang dituakan oleh masyarakat suku Balik kemudian akan memimpin doa dan memberi ramuan obat tradisional. Dengan tujuh penari perempuan ronggeng Balik yang diiringi oleh [[kendang]] dan musik gambus. Dahulu, masyarakat suku Balik percaya bahwa rangkaian prosesi itu bisa membantu penyembuhan dengan melibatkan roh leluhur.<ref name=":4"/>
Dalam pementasan ronggeng Balik, sang penari juga kerap mengajak penonton untuk menari di atas panggung. Dengan cara selendang yang digunakan penari dikalungkan ke leher penonton kemudian si penonton digiring ke panggung. Tak hanya itu, sang penonton diajak berbalas pantun oleh sang penari.<ref name=":4"/>
Berikut contoh pantun berbahasa Balik yang diucapkan oleh penari ronggeng Balik:<ref name=":4"/>
<blockquote>Erai babun ke duo babun
Babun ku ido do atok bias
Erai pantun ke duo pantun
Pantun ku ido maning benales</blockquote>
Terjemahan dalam [[bahasa Indonesia]]: "satu bakul atau dua bakul, bakulku ini berisi nasi<br>satu pantun atau dua pantun, pantunku ini minta dibalasi".
Sang penonton yang diajak menari kemudian harus membalas pantunnya sampai selesai tarian. Meski sederhana, setidaknya hal itu bisa digunakan untuk melestarikan bahasa Balik.<ref name=":4"/>
==Lihat juga==
*[[Suku Paser]]
*[[Suku Kutai]]
*[[Suku Benuaq]]
*[[Suku Dayak Basap]]
*[[Suku Tidung]]
==Referensi==
Baris 37 ⟶ 63:
{{Suku bangsa di Indonesia}}
[[Kategori:
[[Kategori:Suku bangsa di Kalimantan Timur]]
|