Suku Balik: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Rider.chat (bicara | kontrib) kTidak ada ringkasan suntingan |
||
(13 revisi perantara oleh 6 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 5:
|pop=1.000 (2023)<ref name=":1"/>
|popplace=[[Kalimantan Timur]] ([[Penajam Paser Utara]] dan [[Kota Balikpapan]])
|langs=[[Bahasa Lawangan|Lawangan]] (dialek Balik)
|rels=[[Islam]]<ref name=":3"/>
|related=[[Suku Paser|Paser]]{{•}}[[Suku Kutai|Kutai]]{{•}}[[Suku Benuaq|Benuaq]]{{•}}[[Suku Dayak Basap|Basap]]
}}
'''Suku Balik''' ({{aka}} '''
Nama [[Kota Balikpapan]] diambil dari nama suku ini, yakni pada kata "Balik", dan kata "Papan" berasal dari masyarakat suku Balik yang dahulu dikenal sebagai penyuplai papan untuk [[Kerajaan Kutai Kartanegara]].<ref name=":3">{{cite web|url=https://kaltim.idntimes.com/life/inspiration/melani-indra-hapsari/kisah-paser-balik-suku-asli-balikpapan-minoritas-di-kota-sendiri|title=Kisah Paser Balik, Suku Asli Balikpapan Minoritas di Kota Sendiri|website=kaltim.idntimes.com|language=id|access-date=26-05-2023}}</ref><ref name="Mongabay"/> Saat ini, suku Balik merupakan minoritas di Balikpapan dan Penajam Paser Utara. Di Penajam Paser Utara, tepatnya di kecamatan Sepaku, jumlahnya tidak lebih dari 1.000 jiwa atau 200 KK pada tahun 2023, yang tersebar di tiga wilayah, yakni di [[Bumi Harapan, Sepaku, Penajam Paser Utara|Bumi Harapan]], [[Sepaku, Sepaku, Penajam Paser Utara|Sepaku]], dan [[Pemaluan, Sepaku, Penajam Paser Utara|Pemaluan]].<ref name=":1">{{cite web|url=https://kaltim.antaranews.com/berita/170917/melindungi-suku-balik-di-ibu-kota-negara-indonesia-baru|title=Melindungi Suku Balik di Ibu Kota Negara Indonesia baru|website=kaltim.antaranews.com|language=id|access-date=26-05-2023}}</ref>
Wilayah adat suku Balik juga termasuk kedalam proyek pembangunan [[Nusantara (ibu kota terencana)|IKN Nusantara]], yakni pemindahan ibukota negara [[Indonesia]] dari [[Jakarta]] ke [[Nusantara (ibu kota terencana)|Nusantara]]. Dalam proyek ini, ratusan rumah warga suku Balik terancam direlokasi akibat proyek penanganan banjir [[Sungai Sepaku]].<ref name="Mongabay">{{cite web|url=https://www.mongabay.co.id/2023/05/24/cerita-sedih-suku-balik-terasing-ditengah-hadirnya-ikn-nusantara/|title=Cerita Sedih Suku Balik, Terasing Ditengah Hadirnya IKN Nusantara|website=www.mongabay.co.id|language=id|access-date=26-05-2023}}</ref><ref>{{cite web|url=https://www.cnnindonesia.com/nasional/20230315053702-20-925153/warga-adat-suku-balik-tolak-relokasi-dari-proyek-pembangunan-ikn|title=Warga Adat Suku Balik Tolak Relokasi dari Proyek Pembangunan IKN|website=www.cnnindonesia.com|language=id|access-date=26-05-2023}}</ref> Sedangkan menurut pengakuan Gubernur [[Kalimantan Timur]], [[Isran Noor]], tidak ada suku asli di kawasan IKN, karena awalnya merupakan hutan alam dan berubah menjadi hutan produksi. Seiring pengembangan itu mulainya datang penduduk yang menempati daerah tersebut termasuk para transmigran.<ref name="viva2023">{{cite web |last1=Hidayat |first1=Arief |title=Gubernur Isran Noor:IKN Tak Akan Rusak Hutan Kalimantan, Saya Jaminnya! THE INTERVIEW|url=https://youtube.com/watch?v=ZmMVXRAbqd0& |website=youtube.com |publisher=viva.co.id|language=id |format=video |date=2022-01-27}}</ref>
==Sejarah==
[[Berkas:1943 World War II Japanese Aeronautical Map of Borneo - Geographicus - Borneo12-wwii-1943.jpg|jmpl|ka|Peta [[pendudukan Borneo Britania oleh Jepang|pendudukan Borneo]] pada 1943 oleh Jepang pada [[Perang Dunia II]] dengan label ditulis dalam [[karakter Jepang]], dimana pemukiman suku Balik termasuk dalam wilayah Kutai.]]
Dahulu suku Balik hidup di hutan, ada lima gua yang menjadi tempat penghidupan bagi mereka, yakni Gua Tembinus, Bekayas, Belatat, Parung, dan Liang Tulus. Di gua-gua itulah, suku Balik mengambil sarang burung walet hitam dan kemudian ditukar dengan beras. Suku Balik juga tidak mengenal sayur-sayuran, seperti wortel, dan sebagainya. Semua sayuran merupakan tanaman liar di hutan. Untuk daging, merupakan hasil berburu kijang (dalam [[bahasa Balik]] disebut ''payau''), rusa, atau kelinci.<ref name=":0"/>
Baris 26:
Pada tahun 1942, ketika itu terjadi [[Pertempuran Balikpapan|pertempuran besar]] di wilayah adat suku Balik di Balikpapan. Saat itu, suku Balik hidup di pesisir Kota Balikpapan, daerah kekuasaan Kerajaan Kutai Kartanegara dibawah kepemimpinan [[Sultan Adji Muhammad Sulaiman]]. Ketika terjadi perang, warga yang ketakutan bersembunyi di pedalaman hutan. Mereka berada di batas terakhir wilayah adat yang kini menjadi kecamatan Sepaku.<ref name="Mongabay"/> Pada masa penjajahan Jepang (1940-an) inilah awal mula pemukiman suku Balik di wilayah tersebut, walau ada yang mengklaim lebih awal seperti sejak zaman penjajahan Belanda.<ref name="Jumaidi 2023">{{cite web | last=Jumaidi | first=Susanto | title=Sejarah Suku Balik, Penduduk Asli yang Terdampak IKN | website=KOMPAS.com | date=2023-03-20 | url=https://www.kompas.com/stori/read/2023/03/20/210000279/sejarah-suku-balik-penduduk-asli-yang-terdampak-ikn?page=all&_gl=1*1pfhenc*_ga*YW1wLW5MTWkwS3p4Y0JoT3N0d3ExQTNqemc.#page2 | language=id | access-date=2023-06-06}}</ref>
Sekitar tahun 1970-an, [[Pemerintah Indonesia]] membuat program [[transmigrasi]] dari [[Pulau Jawa]] ke wilayah yang jarang penduduknya di luar Jawa, salah satu wilayah tersebut adalah wilayah Sepaku-Semoi. Para transmigran ini kemudian diberi sebidang tanah yang luasnya satu hektar, lengkap dengan legalitas dari pemerintah. Seiring datangnya transmigran, Sepaku juga kedatangan perusahaan hutan tanaman industri dan [[daftar perusahaan kelapa sawit Indonesia|perkebunan sawit]]. Tanah-tanah milik suku Balik mulai dijualbelikan. Saat itu, masyarakat suku Balik tidak mengerti tentang pentingnya legalitas tanah. Ladang-ladang yang mereka miliki bisa dijual dengan harga murah, sesuai kebutuhan. Hal inilah yang kemudian mereka lama-kelamaan kehilangan tanahnya.<ref name="Mongabay"/>
==Budaya==
Baris 63:
{{Suku bangsa di Indonesia}}
[[Kategori:
[[Kategori:Suku bangsa di Kalimantan Timur]]
|