Francisca Casparina Fanggidaej: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Keluarga: Kéluarga'
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Tidak ada ringkasan suntingan
 
(47 revisi perantara oleh 19 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Infobox person
'''Francisca C. Fanggidaej''' (lahir [[1925]] di [[Noël Mina]], [[Timor]]) adalah seorang guru [[bahasa Inggris]] dan penerjemah. Ia juga bekerja sebagai wartawan untuk [[Radio Gelora Pemuda Indonesia]]. Francisca dilahirkan dari keluarga Gottlieb Fanggidaej, seorang pegawai tinggi di [[Hindia Belanda]] dan Magda Maël, ibu rumah tangga dari Timor.
| name = Francisca Fanggidaej
| birth_name = Francisca Casparina Fanggidaej
| birth_date = {{birth date|1925|8|16|df=y}}
| birth_place = [[Kabupaten Kupang|Kupang]], [[Timor Barat]], [[Hindia Belanda]]
| death_date = {{death date and age|2013|11|13|1925|8|16|df=y}}
| death_place = [[Zeist]], [[Utrecht (provinsi)|Utrecht]], [[Belanda]]
| nationality = [[Indonesia]]
| citizenship = [[Belanda]]
| occupation = {{hlist|Revolusioner|penyiar radio|guru|penerjemah}}
| spouse = Sukarno (meninggal)<br>Supriyo
| children = 1 (dari Sukarno)<br>6 (dari Supriyo)
| family = [[Reza Rahadian]] (cucu)
}}
 
'''Francisca Casparina Fanggidaej'''<ref name=":1">{{Cite web|last=Diananto|first=Wayan|date=22 Desember 2013|title=Reza Rahadian dan Oma-nya yang Tak Bisa Pulang ke Indonesia Karena Peristiwa Tahun 1965|url=https://www.tabloidbintang.com/berita/polah/read/1520/Reza-Rahadian-dan-Oma-nya-yang-Tak-Bisa-Pulang-ke-Indonesia-Karena-Peristiwa-Tahun-1965|website=Tabloidbintang.com|access-date=30 Agustus 2020|archive-date=2023-07-25|archive-url=https://web.archive.org/web/20230725062553/https://www.tabloidbintang.com/berita/polah/read/1520/Reza-Rahadian-dan-Oma-nya-yang-Tak-Bisa-Pulang-ke-Indonesia-Karena-Peristiwa-Tahun-1965|dead-url=no}}</ref><ref>{{Cite news|last=Setiawan|first=Aristo|date=07 Juli 2020|title=Tentang PKI, Ribka Tjiptaning, Reza Rahadian dan Okky Asokawati|url=https://www.jpnn.com/news/tentang-pki-ribka-tjiptaning-reza-rahadian-dan-okky-asokawati|work=[[Jawa Pos|JPNN.com]]|language=id|access-date=30 Agustus 2020|archive-date=2022-05-25|archive-url=https://web.archive.org/web/20220525024806/https://www.jpnn.com/news/tentang-pki-ribka-tjiptaning-reza-rahadian-dan-okky-asokawati|dead-url=no}}</ref> ({{lahirmati|[[Noël Mina]], [[Timor]]|16|8|1925|[[Utrecht]], [[Belanda]]|13|11|2013}}){{Sfn|Setiawan|2006|p=13 - 22}} adalah tokoh revolusioner Indonesia yang juga seorang guru [[bahasa Inggris]] dan penerjemah. Ia juga bekerja sebagai wartawan untuk Radio Gelora Pemuda. Francisca dilahirkan dari keluarga Gottlieb Fanggidaej, seorang pegawai tinggi di [[Hindia Belanda]] dan Magda Maël, ibu rumah tangga dari [[Timor Timur]].
== Masa kecil ==
Francisca belajar di [[Europeesche Lagere School]] (ELS) dan kemudian melanjutkan ke [[MULO]]. Di rumah, ia hanya diizinkan berbahasa [[bahasa Belanda|Belanda]]. Hal ini menyebabkan ia bertumbuh merasakan dirinya sebagai seorang bangsa Belanda.
 
== Ikut perjuangan pemudaBiografi ==
=== Masa kecil ===
Pada [[6 November|6]]-[[10 November]] [[1945]] ia menjadi seorang delegasi [[Pemuda Republik Indonesia]] dalam [[Kongres Pemuda Indonesia I]] di [[Yogyakarta]]. Setelah Kongres berakhir, ia tidak bisa kembal ke Surabaya karena meletusnya pertempuran antara rakyat dan pemuda Surabaya melawan pasukan NICA. Ia memutuskan untuk bergabung dengan delegasi [[Pemuda Sosialis Indonesia]] (Pesindo) dan kemudian menjadi anggotanya. Ia aktif dalam perjuangan untuk kemerdekaan, dengan mengadakan kampanye penerangan kepada rakyat tentang arti kemerdekaan dan kolonialisme.
Francisca dilahirkan di [[Noelmina, Takari, Kupang|Noelmina]], [[Takari, Kupang|Takari]], [[Kabupaten Kupang]], [[Timor Barat]], sebagai anak ke-4 dengan Ibu bernama Magda Maël dari [[Timor Timur]] dan ayahnya bernama Gottlieb Fanggidaej berasal dari [[Pulau Rote]] yang bekerja di ''Burgerlijke Openware Werken'' (BOW) atau sekarang dikenal sebagai [[Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia|Dinas Pekerjaan Umum]] (DPU), pemerintahan [[Hindia Belanda]] dengan posisi ''hoofdopzichter'' atau kepala pengawas (setara dengan pejabat eselon 3 untuk zaman sekarang) dan bekerja di bagian bendungan dan irigasi. Karena kedudukannya yang tinggi tersebut, maka keluarganya termasuk golongan "Belanda Hitam" dan berada pada posisi "''gelijkgesteld''" yang berarti mereka adalah golongan masyarakat yang dipersamakan dengan [[Belanda]]/[[Eropa]]. Hal ini karena mereka secara lahirnya bukan bangsa [[Belanda]] (nonpribumi), tapi dimasukkan di dalam golongan masyarakat Belanda dan dibawah kewenangan hukum Belanda. Kakek Francisca, turut serta menerjemahkan edisi pertama [[Kitab Injil]] berbahasa [[Bahasa Melayu|Melayu]], tepatnya Injil Protestan.{{Sfn|Setiawan|2006|p=13 - 22}}
 
Ayahnya mendapatkan pendidikan sekolah pangreh-praja, ''[[Opleiding School Voor Inlandsche Ambtenaren]]'' (OSVIA), yang tidak diselesaikannya karena dikeluarkan ketika turut aksi pernyataan ketidakpuasan para mahasiswa Indonesia terhadap pemerintahan Hindia Belanda.{{Sfn|Setiawan|2006|p=13 - 22}}
Francisca aktif dalam [[Badan Kongres Pemuda Republik Indonesia]] (BPKRI) yang salah satu kegiatannya adalah melakukan siaran [[Radio Gelora Pemuda]] di [[Madiun]] dengan menggunakan bahasa Belanda dan Inggris. Program ini terutama ditujukan kepada pasukan-pasukan Belanda dan Inggris dengan maksud memberikan gambaran kepada mereka bagaimana pendapat orang Indonesia sendiri tentang kemerdekaan dan kolonialisme.
 
Masa kecilnya dihabiskan di [[Kota Surabaya|Surabaya]], [[Jawa Timur]]. Ia tinggal di dekat rumah [[G.A. Siwabessy]] yang sering menjadi tempat berkumpulnya para pemuda [[Orang Maluku|Maluku]]. Dari G.A. Siwabessy dan Sam Malessy, ia banyak mendapatkan pemahaman dan penghayatan akan nilai-nilai kebangsaan.<ref name=":0">{{Cite news|last=Warman Adam|first=Asvi|date=02 Oktober 2016|title=Urgensi Pelurusan Sejarah dan Kisah Perempuan Revolusioner|url=https://www.cnnindonesia.com/nasional/20161001172753-21-162596/urgensi-pelurusan-sejarah-dan-kisah-perempuan-revolusioner|work=[[CNN Indonesia]]|access-date=29 Agustus 2020|archive-date=2023-07-25|archive-url=https://web.archive.org/web/20230725062558/https://www.cnnindonesia.com/nasional/20161001172753-21-162596/urgensi-pelurusan-sejarah-dan-kisah-perempuan-revolusioner|dead-url=no}}</ref>
Pada [[21 Juli]] [[1947]], ia berangkat ke India untuk kemudian lanjut ke [[Festival Pemuda Sedunia Pertama]] di [[Praha]], [[Cekoslowakia]].
 
Francisca belajar di [[Europeesche Lagere School|''Europeesche Lagere School'']] (ELS) dan kemudian melanjutkan ke [[MULOMeer Uitgebreid Lager Onderwijs|''Meer Uitgebreid Lager Onderwijs'']] (MULO). Di rumah, ia hanya diizinkan berbahasa [[bahasa Belanda|Belanda]]. Hal ini menyebabkan ia bertumbuh merasakan dirinya sebagai seorang bangsa Belanda.
Dari Praha ia pergi [[London]] dan di sana ia menerima kawat dari BKPRI agar selesai Festival ia pergi ke [[Kolkata]] untuk mewakili BKPRI dalam Panitia Persiapan South East Asian Youth & Students Conference yang akan diselenggarakan [[21 Februari|21]]-–[[26 Februari]] [[1948]] di kota tersebut.
 
=== MenjadiHidup ketuadi Pemuda Rakyatpengasingan ===
Pada [[1964]], ia menjadi penasihat [[Presiden Indonesia|Presiden]] [[Soekarno]] dalam kunjungannya ke Aljaziar. Pada tahun [[1965]] ia berkunjung ke Chili sebagai anggota delegasi Indonesia dalam kongres Organisasi Wartawan Internasional di sana. Pada waktu itulah meletus tragedi [[G30SGerakan 30 September]], sehingga ia tidak dapat kembali ke Indonesia. Sejak itu ia tinggal selama dua puluh tahun di [[Republik Rakyat Tiongkok]]. Sejak [[1985]] ia menetap di [[Belanda]].
Setelah Kongres Pesindo pada [[1950]], organisasi ini berafiliasi dengan [[Partai Komunis Indonesia]], dan mengubah namanya menjadi [[Pemuda Rakyat]]. Francisca terpilih menjadi ketua organisasi ini.
 
=== Aktivitas sekarang ===
Pada [[1957]], ia terpilih sebagai anggota [[Dewan Perwakilan Rakyat]] mewakili wartawan. Sebagai anggota delegasi parlemen, ia berkunjung ke Kuba pada 1960 dan 1953, serta berjumpa dengan [[Fidel Castro]] di sana.
Di Belanda, Francisca menjadi anggota [[Komite Indonesia-Belanda]], dan ikut mendirikan [[''Stichting Azië Studies]]'' (Yayasan Studi Asia). Pada tahun 2003 untuk pertama kalinya ia dapat kembali ke Indonesia untuk menemui keluarganya, setelah hampir empat puluh tahun hidup di pengasingan.
 
=== Hidup di pengasinganKeluarga ===
Pada [[1948]] Francisca menikah dengan Sukarno, seorang anggota dewan dari Pesindo. Dari Sukarno, Francisca memperoleh seorang anak perempuan, Nilakandi Sri Luntowati. Dari pernikahannya yang kedua dengan sesama wartawan, SoepriyoSupriyo, ia memperoleh enam orang anak yaitu Dien Rieny Saraswati,Alm alm. Godam Ratamtama, Nusa Eka Indriya, Savitri Sasanti Rini, Pratiwi Widiantini, dan Mayanti Trikarini. [[Reza Rahardian]] adalah cucunyaanak dari Pratiwi Widianti.<ref name=":1" />
Pada [[1964]], ia menjadi penasihat Presiden [[Soekarno]] dalam kunjungannya ke Aljaziar. Pada tahun [[1965]] ia berkunjung ke Chili sebagai anggota delegasi Indonesia dalam kongres Organisasi Wartawan Internasional di sana. Pada waktu itulah meletus tragedi [[G30S]], sehingga ia tidak dapat kembali ke Indonesia. Sejak itu ia tinggal selama dua puluh tahun di [[Republik Rakyat Tiongkok]]. Sejak [[1985]] ia menetap di [[Belanda]].
 
== Aktivitas sekarangOrganisasi ==
=== Perjuangan pemuda ===
Di Belanda, Francisca menjadi anggota [[Komite Indonesia-Belanda]], dan ikut mendirikan [[Stichting Azië Studies]] (Yayasan Studi Asia). Pada tahun 2003 untuk pertama kalinya ia dapat kembali ke Indonesia untuk menemui keluarganya, setelah hampir empat puluh tahun hidup di pengasingan.
Pada [[6 November|6]]-[[10 November]] [[1945]] ia menjadi seorang delegasi [[Pemuda Republik Indonesia]] dalam [[Kongres Pemuda Indonesia I]] di [[Daerah Istimewa Yogyakarta|Yogyakarta]]. Setelah Kongres berakhir, ia tidak bisa kembal ke Surabaya karena meletusnya pertempuran antara rakyat dan pemuda Surabaya melawan pasukan [[Pemerintahan Sipil Hindia Belanda|NICA]]. Ia memutuskan untuk bergabung dengan delegasi [[Pemuda Sosialis Indonesia]] (Pesindo) dan kemudian menjadi anggotanya. Ia aktif dalam perjuangan untuk kemerdekaan, dengan mengadakan kampanye penerangan kepada rakyat tentang arti [[kemerdekaan]] dan [[kolonialisme]].
 
Francisca aktif dalam [[Badan Kongres Pemuda Republik Indonesia]] (BPKRI) yang salah satu kegiatannya adalah melakukan siaran [[Radio Gelora Pemuda]] di [[Kabupaten Madiun|Madiun]] dengan menggunakan bahasa Belanda dan Inggris. Program ini terutama ditujukan kepada pasukan-pasukan Belanda dan [[Inggris]] dengan maksud memberikan gambaran kepada mereka bagaimana pendapat orang Indonesia sendiri tentang kemerdekaan dan kolonialisme.
== Keluarga ==
 
Pada [[1948]] Francisca menikah dengan Sukarno, seorang anggota dewan dari Pesindo. Dari Sukarno, Francisca memperoleh seorang anak perempuan, Nilakandi Sri Luntowati. Dari pernikahannya yang kedua dengan sesama wartawan, Soepriyo, ia memperoleh enam orang anak yaitu Dien Rieny Saraswati,Alm.Godam Ratamtama,Nusa Eka Indriya,Savitri Sasanti Rini,Pratiwi Widiantini,dan Mayanti Trikarini. Reza Rahardian adalah cucunya.
Pada 21 Juli 1947, ia berangkat ke India dan ke beberapa negara Eropa, dari lapangan terbang [[Bandar Udara Adisutjipto|Lanud Maguwo]], untuk kemudian lanjut ke Festival Pemuda Sedunia Pertama di [[Praha]], [[Cekoslowakia]]. Dari Praha ia pergi [[London]] dan di sana ia menerima kawat dari BKPRI agar selesai Festival ia pergi ke [[Kolkata]] untuk mewakili BKPRI dalam Panitia Persiapan South East Asian Youth & Students Conference yang akan diselenggarakan [[21 Februari|21]]-–[[26 Februari]] [[1948]] di kota tersebut.<ref name=":0" />
 
=== DPRGR/MPRS ===
PadaSetelah Kongres Pesindo pada 1950, organisasi ini berafiliasi dengan [[1957Partai Komunis Indonesia]] (PKI), dan mengubah namanya menjadi [[Pemuda Rakyat]], dan Francisca memilih mengundurkan diri dari organisasi ini. Pada 1957, ia terpilih sebagai anggota DPRGR/MPRS atau dikenal sebagai [[Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia]] sekarang, mewakili wartawan. Sebagai anggota delegasi parlemen, ia berkunjung ke [[Kuba]] pada 1960 dan 1953, serta berjumpa dengan [[Fidel Castro]] di sana.<ref name=":0" />
 
== Referensi ==
=== Catatan kaki ===
{{reflist}}
 
=== Daftar pustaka ===
* {{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=41obMMory-gC&pg=PA7&source=gbs_toc_r&cad=4#v=onepage&q&f=false|title=Memoar Perempuan Revolusioner|last=Setiawan|first=Hersri|publisher=Galangpress|isbn=979-3627-67-0|pages=|date=|year=2006|location=Yogyakarta|ref=harv|url-status=live|access-date=2020-08-29|archive-date=2023-07-25|archive-url=https://web.archive.org/web/20230725062558/https://books.google.co.id/books?id=41obMMory-gC&pg=PA7&source=gbs_toc_r&cad=4#v=onepage&q&f=false|dead-url=no}}
 
== Pranala luar ==
* [http://www.iisg.nl/collections/silencedvoices/fanggidaej-ba.php Mencari suara yang dibungkam Wawancara dengan Francisca C. Fanggidaej] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20230611004709/https://iisg.nl/collections/silencedvoices/fanggidaej-ba.php |date=2023-06-11 }}
* [http://www.mail-archive.com/jaker@yahoogroups.com/msg00736.html Penilaian terhadap Masakini atas Dasar Pengalamanku Masalampau] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20220927113442/https://www.mail-archive.com/jaker@yahoogroups.com/msg00736.html |date=2022-09-27 }}
 
[[Kategori{{DEFAULTSORT:Kelahiran 1925|Fanggidaej, Francisca C.]]}}
[[Kategori:Tokoh NusaIndonesia Tenggaradi Timur|Fanggidaej, Francisca C.pengasingan]]
[[Kategori:TokohAktivis sosialisperempuan Indonesia|Fanggidaej, Francisca C.]]
[[Kategori:Tokoh komunisGuru Indonesia|Fanggidaej, Francisca C.]]
[[Kategori:TokohWartawan Indonesia di pengasingan|Fanggidaej, Francisca C.]]
[[Kategori:Sejarah Indonesia|Fanggidaej, Francisca C.-Belanda]]
[[Kategori:OrangTokoh hidup|Fanggidaej, Francisca C.Rote]]
[[Kategori:AnggotaTokoh DPR|Fanggidaej,dari Francisca C.Kupang]]
[[Kategori:Politikus Indonesia]]
[[Kategori:Politikus perempuan Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh sosialis Indonesia]]
[[Kategori:Anggota DPR RI 1956–1959]]
[[Kategori:Anggota DPR-GR 1960–1965]]