Tradisi Dhammakaya: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
k -bekerjasama +bekerja sama |
||
(42 revisi perantara oleh pengguna yang sama tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Bedakan|Mahā Nikāya}}
{{Bedakan|Mahā Nikāya}}{{Buddhisme|aliran}}'''Tradisi Dhammakaya''' atau '''Gerakan Dhammakaya''' (juga disebut '''Thammakaai'''{{sfn|Taylor|2016|pp=37{{en dash}}9}}), dikenal sebagai '''Majelis Agama Buddha Mahanikaya Indonesia''' meskipun tidak mewakili seluruh ordo [[Mahā Nikāya]] Thai,<ref>{{Cite web|last=RI|first=Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha-Kementerian Agama|title=Waisak Mahanikaya Indonesia, Nyoman Jadi Baik Bangun Bangsa {{!}} Ditjen Bimas Buddha Kemenag RI|url=https://bimasbuddha.kemenag.go.id/waisak-mahanikaya-indonesia-nyoman-jadi-baik-bangun-bangsa-berita-443.html|website=Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha - Kementerian Agama RI|language=ID|access-date=2024-09-16}}</ref> adalah tradisi kontroversial dalam Buddhisme Thailand yang didirikan oleh Luang Pu Sodh Candasaro pada awal abad ke-20. Tradisi ini dikaitkan dengan beberapa kuil yang merupakan turunan dari Wat Paknam Bhasicharoen di Bangkok.▼
{{Untuk|kuil utama tradisi ini|Wat Phra Dhammakaya}}
[[Berkas:Dhammakaya logo.png|jmpl|Logo dan simbol yang digunakan oleh tradisi Dhammakaya yang menggambarkan posisi ''dhammakaya'' ("tubuh Dharma") dan kuil [[Wat Phra Dhammakaya]].]]
{{Buddhisme|aliran}}
{{Buddhisme Theravada|tradisi}}
▲
[[Berkas:Golden image of Luang Pu Sodh Candasaro.jpg|jmpl|Patung yang menggambarkan Luang Pu Sodh Candasaro, pendiri utama tradisi Dhammakaya.]]
[[Berkas:The Dhammakaya Cetiya Earth Day 2022.jpg|jmpl|250x250px|Kuil [[Wat Phra Dhammakaya]], kuil utama tradisi ini.]]Tradisi ini dibedakan dari tradisi Buddhisme [[Theravāda]] di [[Buddhisme di Thailand|Thailand]] lainnya melalui ajarannya tentang konsep Dhammakaya dan praktik meditasi Dhammakaya (Vijja Dhammakaya), sebuah metode yang oleh para ahli dikaitkan dengan tradisi [[Yogavacara]] (dalam aliran [[Vajrayana]]), yang sudah ada sejak sebelum masa reformasi Buddhisme Thailand pada abad ke-19. Tradisi Dhammakaya dikenal karena mengajarkan bahwa ada "Diri Sejati" (''atta'') yang terhubung dengan [[Nirwana]], yang secara khusus dikritik pada tahun 1990-an sebagai dugaan kontradiksi terhadap ajaran tradisional Buddhisme Theravāda tentang [[Tanpa atma|''anatta'' (bukan-Diri)]].▼
[[Berkas:Wat Phra Dhammakaya monks meet soldiers.jpg|jmpl|250x250px|Para biksu tradisi Dhammakaya bertemu dengan para tentara yang sedang melakukan pemeriksaan di [[Wat Phra Dhammakaya]].]]
Beberapa ahli Theravāda, seperti Bhante Payutto, para ahli agama, para biksu, dan akademisi Thailand, telah mengkritik pandangan yang dipegang oleh gerakan ini. Di Indonesia, biksu-biksu Theravāda arus utama, seperti Bhikkhu Jotidhammo, Bhikkhu Dhammakaro, dan Bhikkhu Dhammadhiro, juga telah menyatakan bahwa ajaran tradisi ini kontroversial dan menyimpang dari ajaran Theravāda. [[Saṅgha Theravāda Indonesia]] juga telah memberikan pernyataan resmi bahwa mereka tidak
Tradisi Dhammakaya dipandang oleh para pengikutnya sebagai bentuk kebangkitan kembali Buddhisme yang dipelopori oleh Luang Pu Sodh Candasaro. Para sarjana Studi Buddhisme telah menggambarkan aspek-aspek praktiknya sebagai sesuatu yang memiliki karakteristik apologetika agama dan [[modernisme Buddhis]]. Ciri-ciri tradisi tersebut meliputi pengajaran meditasi dalam kelompok, pengajaran meditasi secara bersamaan kepada para
▲Tradisi ini dibedakan dari tradisi Buddhisme [[Theravāda]] di [[Buddhisme di Thailand|Thailand]] lainnya melalui ajarannya tentang konsep Dhammakaya dan praktik meditasi Dhammakaya (Vijja Dhammakaya), sebuah metode yang oleh para ahli dikaitkan dengan tradisi [[Yogavacara]] (dalam aliran [[Vajrayana]]), yang sudah ada sejak sebelum masa reformasi Buddhisme Thailand pada abad ke-19. Tradisi Dhammakaya dikenal karena mengajarkan bahwa ada "Diri Sejati" (''atta'') yang terhubung dengan [[Nirwana]], yang secara khusus dikritik pada tahun 1990-an sebagai dugaan kontradiksi terhadap ajaran tradisional Buddhisme Theravāda tentang [[Tanpa atma|''anatta'' (bukan-Diri)]].
▲Beberapa ahli Theravāda, seperti Bhante Payutto, para ahli agama, para biksu, dan akademisi Thailand, telah mengkritik pandangan yang dipegang oleh gerakan ini. Di Indonesia, biksu-biksu Theravāda arus utama, seperti Bhikkhu Jotidhammo, Bhikkhu Dhammakaro, dan Bhikkhu Dhammadhiro, juga telah menyatakan bahwa ajaran tradisi ini kontroversial dan menyimpang dari ajaran Theravāda. [[Saṅgha Theravāda Indonesia]] juga telah memberikan pernyataan resmi bahwa mereka tidak bekerjasama dengan tradisi ini.
▲Tradisi Dhammakaya dipandang oleh para pengikutnya sebagai bentuk kebangkitan kembali Buddhisme yang dipelopori oleh Luang Pu Sodh Candasaro. Para sarjana Studi Buddhisme telah menggambarkan aspek-aspek praktiknya sebagai sesuatu yang memiliki karakteristik apologetika agama dan modernisme Buddhis. Ciri-ciri tradisi tersebut meliputi pengajaran meditasi dalam kelompok, pengajaran meditasi secara bersamaan kepada para biarawan dan umat awam, dan penekanan pada penahbisan seumur hidup.
== Sejarah ==
Baris 12 ⟶ 17:
{{Main|Tantric Theravada}}
Para sarjana berteori bahwa Tradisi Dhammakaya berakar pada tradisi Yogavacara (juga dikenal sebagai [[Theravāda
Menurut teolog Rory Mackenzie, gagasan Yogavacara kemungkinan besar memberikan pengaruh pada sistem meditasi Dhammakaya, meskipun hal ini belum terbukti secara pasti.{{sfn|Mackenzie|2007|pp=112–113, 224n15}} Menurut sarjana Studi Buddhis Catherine Newell, "tidak diragukan lagi bahwa meditasi Dhammakaya didasarkan pada tradisi Yogavacara yang lebih luas." Dia menyajikan bukti kesamaan sistem Dhammakaya Luang Pu Sodh dengan sistem meditasi Somdet Suk.{{sfn|Newell|2008|pp=256–7}} Dia dan sarjana studi Asia Phibul Choompolpaisal meyakini bahwa
Teori alternatif
Ada kemungkinan lain bahwa Luang Pu Sodh mengembangkan pendekatannya berdasarkan pengalaman cenayangnya sendiri.{{sfn|Mackenzie|2007|pp=112–113, 224n15}}
Baris 24 ⟶ 29:
=== Meditasi Dhammakaya ===
{{See also|Meditasi Dhammakaya}}
[[Berkas:Buddha topview.jpg|jmpl|Ilustrasi meditasi Dhammakaya yang menggambarkan pusat tubuh sebagai posisi tubuh Dharma (''dhammakay''a).]]
Meditasi merupakan praktik terpenting dari semua kuil utama dalam gerakan Dhammakaya. Sistem meditasi dalam tradisi ini membedakannya dari Buddhisme [[Theravāda]] arus utama.{{sfn|Newell|2008|p=235, Quote: "What sets the Dhammakaya temples apart from mainstream Thai Buddhism and what gives them their name is their meditation system, famously "rediscovered" by Sot Chandassaro Bhikkhu in 1916."}} Menurut Suwanna Satha-Anand, tradisi ini percaya bahwa meditasi dan pencapaian Dhammakaya adalah satu-satunya jalan menuju Nirwana.<ref name="Satha-Anand 1990">{{cite journal|last1=Satha-Anand|first1=Suwanna|date=1 January 1990|title=Religious Movements in Contemporary Thailand: Buddhist Struggles for Modern Relevance|journal=Asian Survey|volume=30|issue=4|pages=395–408|doi=10.2307/2644715|jstor=2644715}}</ref> Selain itu, teknik ini diklaim dalam tahap lanjutannya dapat menghasilkan ''
Hal yang dianggap penting dalam proses ini adalah "pusat tubuh", yang dijelaskan dengan tepat oleh Luang Pu Sodh sebagai titik yang berjarak dua jari di atas pusar setiap orang: teknik apa pun yang digunakan seseorang untuk bermeditasi, pikiran hanya dapat mencapai tingkat
▲Meditasi merupakan praktik terpenting dari semua kuil utama dalam gerakan Dhammakaya. Sistem meditasi dalam tradisi ini membedakannya dari Buddhisme [[Theravāda]] arus utama.{{sfn|Newell|2008|p=235, Quote: "What sets the Dhammakaya temples apart from mainstream Thai Buddhism and what gives them their name is their meditation system, famously "rediscovered" by Sot Chandassaro Bhikkhu in 1916."}} Menurut Suwanna Satha-Anand, tradisi ini percaya bahwa meditasi dan pencapaian Dhammakaya adalah satu-satunya jalan menuju Nirwana.<ref name="Satha-Anand 1990">{{cite journal|last1=Satha-Anand|first1=Suwanna|date=1 January 1990|title=Religious Movements in Contemporary Thailand: Buddhist Struggles for Modern Relevance|journal=Asian Survey|volume=30|issue=4|pages=395–408|doi=10.2307/2644715|jstor=2644715}}</ref> Selain itu, teknik ini diklaim dalam tahap lanjutannya dapat menghasilkan ''abhiñña'', atau kekuatan mental, dan memungkinkan meditator untuk mengunjungi kehidupan lampau dan alam eksistensi alternatif, di mana seseorang dapat mempengaruhi keadaan kehidupan saat ini.{{sfn|Newell|2008|p=241}}{{sfn|Zehner|1990|pp=406–407}}
▲Hal yang dianggap penting dalam proses ini adalah "pusat tubuh", yang dijelaskan dengan tepat oleh Luang Pu Sodh sebagai titik yang berjarak dua jari di atas pusar setiap orang: teknik apa pun yang digunakan seseorang untuk bermeditasi, pikiran hanya dapat mencapai tingkat wawasan yang lebih tinggi melalui pusat ini. Pusat ini juga diyakini memainkan peran mendasar dalam kelahiran dan kematian seseorang.{{sfn|Fuengfusakul|1998|p=84}} Bagian tengah tubuh juga digambarkan sebagai "ujung napas", titik terdalam di perut tempat napas bergerak maju mundur.{{sfn|Cholvijarn|2019|pp=149, 268, 388}}
==== Tahap ''samatha'' ====
Ada beberapa teknik yang dapat digunakan oleh praktisi dalam memfokuskan perhatian pada bagian tengah tubuh.{{sfn|Fuengfusakul|1998|pp=82–4}}{{sfn|Zehner|2005|p=2325}}{{sfn|Harvey|2013|p=389}}
Para praktisi dapat memvisualisasikan sebuah gambaran mental di pusat tubuh–biasanya berupa bola kristal atau gambar Buddha yang bening.{{sfn|Tanabe|2016|p=127}} Pendekatan ini telah dibandingkan dengan teknik meditasi pada objek terang, seperti yang dijelaskan dalam kitab [[Visuddhimagga]].{{sfn|Fuengfusakul|1998|p=84}}{{sfn|Newell|2008|p=238}} Para praktisi kemudian memvisualisasikan gambar ini di depan mereka, dan kemudian menggerakkan gambar mental tersebut ke dalam melalui tujuh landasan pikiran hingga mencapai pusat. Setelah rintangan mental diatasi, gambar visual yang dibayangkan diubah.{{sfn|Scott|2009|p=80}}
Para praktisi juga dapat menggunakan mantra (bahasa Thai: บริกรรมภาวนา, translit. borikam-phavana), secara tradisional ''Sammā-Arahaṃ'',<ref name="Hutter 2016">{{Cite encyclopedia|editor-last1=Hutter|editor-first1=M.|editor-last2=Loseries|editor-first2=A.|editor-last3=Linder|editor-first3=J.|last1=Hutter|first1=M.|encyclopedia=Theravāda-Buddhismus und Tibetischer Buddhismus|title=Buddhismus in Thailand und Laos|trans-title=Buddhism in Thailand and Laos|date=2016|publisher=Kohlhammer|isbn=978-3-17-028499-9|url=https://books.google.com/books?id=717EDQAAQBAJ|language=de|access-date=16 June 2021|archive-date=29 May 2021|archive-url=https://web.archive.org/web/20210529161047/https://books.google.com/books?id=717EDQAAQBAJ|url-status=live}}</ref>{{sfn|Newell|2008|p=238}} yang mengacu pada Buddha yang telah 'dengan sempurna' (''sammā'') mencapai 'kesempurnaan dalam pengertian Buddhis' (''arahaṃ''),{{sfn|Rhys Davids|Stede|1921|loc=entries on ''Sammā'' and ''Arahant''|pp=76, 695}}{{sfn|Harvey|2013|p=389}} seperti yang dapat ditemukan dalam ''chanting'' tradisional Tiratanavanda. Bacaan ini adalah varian dari bacaan Buddhanussati, yaitu mengingat kembali sifat-sifat Buddha. Mantra ini juga telah digunakan oleh para biksu dari Thailand Utara.{{sfn|Newell|2008|p=238}} Sebagai alternatif, praktisi juga dapat menempatkan perhatian mereka langsung pada pusat tubuh,{{sfn|Mackenzie|2007|p=113}} dan bahkan dapat melakukan hal tersebut tanpa memvisualisasikan atau menggunakan mantra, menurut publikasi Dhammakaya.<ref>{{cite book|year=2016|url=http://interhq.org/download/book/english/start_meditation_today%20_en.pdf|title=Start Meditation Today|publisher=[[Dhammakaya Foundation]]|isbn=978-974-87855-4-7|edition=3rd|pages=53–4|access-date=29 December 2018|archive-url=https://web.archive.org/web/20180727114832/http://interhq.org/download/book/english/start_meditation_today%20_en.pdf|archive-date=27 July 2018|url-status=live}}</ref>
Baris 38 ⟶ 43:
Tahap pertama dari jalan ini disebut oleh Luang Pu Sodh sebagai 'awal dari jalan' ({{lang-th|ปฐมมรรค|translit=pathommamak}}).{{sfn|Fuengfusakul|1998|p=84}}{{sfn|Zehner|2005|p=2325}}{{sfn|Mackenzie|2007|p=102}} Setelah itu, Luang Pu Sodh biasanya akan menjelaskan tingkat pencapaian dalam hal tubuh bagian dalam ({{lang-pi|''kāya''}}) di dalam setiap manusia,{{sfn|Newell|2008|p=83}} yang semakin halus, dan muncul berpasangan.{{sfn|Mackenzie|2007|pp=103, 107, 113}} Secara keseluruhan, setiap manusia diyakini terdiri dari sembilan jenis tubuh,{{sfn|Fuengfusakul|1998|p=87|loc=Diagram 4}}{{sfn|Newell|2008|pp=240–1}} yang masing-masing memiliki bentuk normal dan halus.<ref>{{harvnb|Mackenzie|2007|p=103}}: <q>... as with the previous bodies, these bodies have both a normal and refined form.</q></ref>
Empat pasang tubuh pertama ini disamakan dengan pencapaian meditasi ''jhāna'' sebagaimana dalam pandangan ortodoks.{{sfn|Mackenzie|2007|pp=102–3}} Berikutnya adalah keadaan Dhammakaya perantara ‘perubahan garis keturunan’ ({{lang-pi|gotrabhū|italic=yes}}):{{sfn|Mackenzie|2007|p=103}}{{sfn|Newell|2008|p=240}} keadaan ini adalah keadaan peralihan antara belum tercerahkan dan [[empat tahap kemuliaan]].{{sfn|Fuengfusakul|1998|pp=85, 87|loc=Diagram 4}} Empat pasangan batin terakhir ini disebut ''Dhammakaya'', dan disamakan dengan empat tahap kemuliaan, yang mengarah ke tahap pencerahan akhir (arahat).{{sfn|Newell|2008|pp=240–1}}{{sfn|Harvey|2013|p=390}}
==== Tahap ''vipassanā'' ====
Dalam meditasi Dhammakaya, tahap ''vipassanā'' (kebijaksanaan) dilakukan setelah praktisi mencapai Dhammakaya dan mereka dapat memperoleh
=== Diri Sejati ===
{{See also|
==== Nirwana sebagai Diri Sejati ====
Menurut tradisi Dhammakaya, Sang Buddha telah menemukan bahwa Nirwana adalah Diri Sejati ({{lang-pi|
==== Penafsiran kontroversial ====
[[Berkas:Alms offering at Wat Phra Dhammakaya during lockdown.jpg|jmpl|250x250px|Para biksu sedang melakukan [[pindapata]] ketika kuil utama mereka sedang dalam pemeriksaan atas dugaan pelanggaran ''Article 44'' terkait kejahatan keamanan nasional.]]
Beberapa kepercayaan dan praktik tradisi Dhammakaya–seperti tentang Nirwana, “Diri Sejati”, dan meditasi–telah dikritik karena dianggap menentang atau menolak ajaran dan praktik [[Theravāda]] arus utama oleh lembaga dan cendekiawan Buddhis tradisional Thailand.{{refn|See {{harvnb |Scott |2009 |pp=3, 82, 129–130, 140}}: "... critique of the Dhammakaya Temple's wealth and alleged heretical teachings and practices ..." (p. 3); "... high ranking monastic officials who alleged that Phra Dhammachayo had violated the monastic code of conduct by teaching heretical views on nirvana". (pp. 129–130); ff.; {{harvtxt|Scott |2008 |pages=231, 248}}; {{harvtxt|Taylor|2016|pp=55–57}} ; and {{harvnb|Mackenzie|2007|pp=16{{en dash}}7, 50{{en dash}}2, 175–9}}: "Thailand's highly regarded scholar monk, Phra Dhammapitaka [Prayudh Payutto] sought to identify Wat Phra Dhammakaya's position as heretical by commenting, 'In all Buddhist scriptures, both the Tipitaka and the commentaries, there is no evidence that nibbana is atta. But there is much evidence that nibbana is anatta ...'" (p. 51); "... his understanding of the Pali scriptures clearly demonstrates to the Thai that the movement is heretical in its beliefs" (p. 16)}}<ref name="Hackett2008p231">{{cite book|year=2008|url=https://books.google.com/books?id=ZHHXAAAAMAAJ|title=Proselytization Revisited: Rights Talk, Free Markets and Culture Wars|publisher=Equinox|isbn=978-1-84553-227-7|editor=Rosalind I. J. Hackett|pages=231, 248|access-date=15 December 2018}}</ref><ref name="Malikhao2017p18">{{cite book|author=Patchanee Malikhao|year=2017|url=https://books.google.com/books?id=zLXHDgAAQBAJ&pg=PA18|title=Culture and Communication in Thailand|publisher=Springer|isbn=978-981-10-4125-9|pages=18–19|access-date=7 December 2018|archive-url=https://web.archive.org/web/20220506230601/https://books.google.com/books?id=zLXHDgAAQBAJ&pg=PA18|archive-date=6 May 2022|url-status=live}}</ref> Sebagian besar ajaran Buddhisme Theravāda Thailand menolak ajaran Dhammakaya yang menyatakan bahwa Diri Sejati adalah diri yang tidak ada dan bersikeras bahwa bukan diri yang absolut adalah ajaran sejati Sang Buddha.{{sfn|Seeger|2010|p=71, n.39–40|ps=, at the height of the controversy the spiritual leader of this movement, with regard to Phra Thammachayo, it was claimed that he was "spreading teachings that have been regarded as unorthodox from a Theravāda doctrinal point of view. Severe criticism has particularly been directed against the movement's wide use of miracles ([[Pali|P.]] ''pāṭihāriya'') and their teaching that ''nirvāṇa'' ([[Pali|P.]] ''nibbāna''), the [[soteriological]] goal of Buddhism, has the characteristic of a Higher Self ([[Pali|P.]] attā), which is in conflict with traditional Theravāda's view that "all and everything is no-self" ([[Pali|P.]] ''sabbe dhammā anattā''), including ''nibbāna''." ... (These teachings have been) "criticized heavily by a number of acknowledged Thai scholars, academics, monks and social critics who are concerned about the integrity and longevity of original Buddhism".}} Kontroversi mengenai hakikat sejati ''anatta'' sudah ada sejak tahun 1939, ketika Patriark Tertinggi ke-12 Thailand menerbitkan sebuah buku yang menyatakan bahwa Nirwana adalah "Diri Sejati".{{sfn|Williams|2008|p=126}} Perselisihan ini muncul lagi pada tahun 1990-an ketika seorang biksu sarjana monastik bernama Phra Prayudh Payutto menerbitkan sebuah buku yang mengkritik ajaran tradisi Dhammakaya tentang Nirwana.{{sfn|Scott|2009|p=138}}<ref>พระธรรมปิฎก (ป. อ. ปยุตฺโต) (1996). กรณีธรรมกาย : เอกสารเพื่อพระธรรมวินัย. กรุงเทพฯ: มูลนิธิพุทธธรรม. {{ISBN|974-575-455-2}}. (in Thai)</ref>{{sfn|Mackenzie|2007|p=51}}{{sfn|Fuengfusakul|1998|p=88}} Phra Payutto menyatakan, dalam bukunya ''The Dhammakaya Case'', bahwa ajaran "Nibbāna [Nirwana] adalah Diri yang Lebih Tinggi atau Diri Sejati (''atta'')" dari Dhammakaya "menghina" ajaran kanonis dan pasca-kanonis Buddhisme. Ia melanjutkan bahwa ajaran Theravāda yang historis menekankan Nirwana dalam konteks ''anatta'' (seperti dalam "''sabbe dhamma anatta"''), dan "Nirwana sebagai ''atta''" bukanlah penafsiran yang dapat diterima.{{sfn|Seeger|2009|pp=13–15 with footnotes, context: 1–31}} Namun, Phra Payutto juga dikritik oleh sejumlah akademisi dan jurnalis Thailand karena dianggap "dogmatis" dan mempromosikan intoleransi agama.{{sfn|Seeger|2010|page=72|ps=, "For his criticism of Wat Phra Thammakai and Santi Asok, Phra Payutto has himself repeatedly been criticized not only by proponents of these movements but also by a number of Thai academics. He was accused of 'being narrow-minded' (Thai: ''mi naeu khwamkhit khapkhaep''), 'attached to the scriptures', 'a dogmatist' and 'a purist' who tries 'to prevent religious freedom and thus promot[es] religious intolerance'."}} Meskipun beberapa cendekiawan mengkritik ajaran Dhammakaya tentang Nirwana di masa lalu, kritik-kritik ini hampir tidak menarik perhatian publik hingga tahun 1990-an ketika Phra Payutto menerbitkan bukunya. Menurut cendekiawan agama Rachelle Scott, perkataan Phra Payutto secara luas dianggap berwibawa dalam Buddhisme Theravāda Thailand, dan dengan demikian melegitimasi interpretasi Dhammakaya tentang Nirwana sebagai kontroversial.{{sfn|Scott|2009|p=146-149}}
Baris 60 ⟶ 66:
== Kontroversi di Indonesia ==
===
Aliran [[Theravāda]] arus utama di [[Indonesia]], seperti [[Saṅgha Theravāda Indonesia]] dan Majelis Agama Buddha Theravāda Indonesia, sudah menyatakan bahwa tradisi Dhammakaya kontroversial.<ref name=":0">{{Cite web|last=Magabudhi|first=PP|date=2013-12-24|title=Ajaran Dhammakaya yang Kontroversial|url=https://magabudhi.or.id/ajaran-dhammakaya-yang-kontroversial|website=Majelis Agama Buddha Theravada Indonesia|access-date=2024-09-17}}</ref><ref name=":1">{{Cite web|last=Soemitro|first=Sutar|date=2013-12-24|title=
Biksu yang memegang jabatan Ketua Umum Saṅgha Theravāda Indonesia tahun 2013, Bhikkhu Jotidhammo, menganggap adanya [[kultus]] individu terhadap pimpinan Wat Phra Dhammakaya. Ia berharap agar Dhammakaya tidak merekrut umat-umat yang sudah bernaung di bawah binaan [[Sangha]] yang ada:<ref name=":0" />
Baris 84 ⟶ 90:
=== Tahun-tahun berikutnya ===
Pada tahun 2017, Bhikkhu Dhammadhiro, salah satu [[biksu]] senior [[Saṅgha Theravāda Indonesia]], juga telah menerjemahkan buku "''Korani Thammakay''" yang ditulis oleh Phra Phromkhunabhorn (Bhante Payutto) dengan judul ''"Kasus Dharmakaya''"<ref>{{Cite book|last=Phromkhunabhorn|first=Phra|last2=Dhammadhiro Mahāthera|first2=Bhikkhu|date=2017|url=https://pustaka.dhammacitta.org/ebook/theravada/Kasus%20Dharmakaya.pdf|title=Kasus Dharmakaya: Kajian untuk Mempelajari Agama Buddha dan Membangun Masyarakat Thai|location=Tangerang Selatan|publisher=Yayasan Sammasayambhu|isbn=978-602-60452-0-1|url-status=live}}</ref> terkait tradisi ini. Pada bagian pengantar penerjemah, Bhikkhu Dhammadhiro menyatakan:
Baris 89 ⟶ 97:
Kalaupun peradilan atas ajaran lembaga ini tidak dapat dituntaskan oleh pihak yang berwenang, lembaga Dharmakāya dengan ajaran menyimpangnya tidak lagi berkembang di tengah-tengah masyarakat dengan mudah karena hebohnya berita tentang kasus ini menjadikan masyarakat luas sadar akan keberadaannya sebenarnya dan lambat laun menghentikan dukungan mereka.<br/><br/>Bagaimanapun, lembaga ini memiliki sumber pendanaan yang kuat terkait dengan propaganda persembahan dana yang dilakukan sebelumnya dan hasil keuntungan yang didapat dari pengelolaan dana ke dunia bisnis tertentu."}}
Kendati demikian, pada tahun 2022, Majelis Agama Buddha Mahanikaya Indonesia yang secara resmi menaungi tradisi Dhammakaya mengadakan acara pelantikan kepengurusan yang dihadiri oleh [[Kementerian Agama Republik Indonesia]].<ref>{{Cite web|last=RI|first=Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha-Kementerian Agama|title=Hadiri Pelantikan MBMI, Nyoman Organisasi Harus Dipandang Sebuah Milik nan Menjadi Panggilan Hati {{!}} Ditjen Bimas Buddha Kemenag RI|url=https://bimasbuddha.kemenag.go.id/hadiri-pelantikan-mbmi-nyoman-organisasi-harus-dipandang-sebuah-milik-nan-menjadi-panggilan-hati-berita-862.html|website=Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha - Kementerian Agama RI|language=ID|access-date=2024-09-16}}</ref> Majelis ini juga sudah diakui oleh [[Perwakilan Umat Buddha Indonesia]] (Walubi).<ref>{{Cite web|last=WALUBI|title=Majelis|url=https://www.walubi.or.id/majelis-2/majelis/|website=WALUBI - Perwakilan Umat Buddha Indonesia}}</ref><ref>{{Cite web|last=WALUBI|title=MBMI (Majelis Agama Buddha Mahanikaya Indonesia)|url=https://www.walubi.or.id/majelis-2/majelis/13-mbmi/|website=WALUBI - Perwakilan Umat Buddha Indonesia}}</ref> Berbagai kegiatan keagamaan tradisi ini juga diadakan dari tahun ke tahun, seperti penanaman pohon di kawasan [[Borobudur|Candi Borobudur
== Catatan ==
|