Sabelianisme: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
|||
(44 revisi perantara oleh pengguna yang sama tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
Di ranah [[teologi Kristen]], '''Sabelianisme''' adalah keyakinan bahwa hanya ada satu Oknum (''[[Hipostasis (filsafat dan agama)|hipostasis]]'', istilah Yunani yang dipakai dalam kontroversi
== Monarkianisme ==
Sabelianisme pertama kali muncul pada abad ke-2 dalam
Monarkianisme bertentangan dengan teologi-Logos. Lantaran sejak akhir abad ke-2, Kekristenan non-Yahudi didominasi oleh teologi-Logos yang mengajarkan dua-tahap kewujudan Logos, yaitu Logos senantiasa wujud di dalam diri Allah tetapi menjadi suatu wujud terpisah - suatu Kenyataan tedas - tatka Allah memutuskan untuk mencipta, kaum Monarkian pun menyatakan “bahwa teologi para Apolog menyiratkan adanya keterbelahan dalam kewujudan dan kemahaesaan Allah sehingga tidak dapat dibenarkan”, dan bahwa teologi-Logos mengajarkan kewujudan dua khalik dan dua Allah (biteisme) sehingga “tidak sejalan dengan monoteisme”.
Menurut Monarkianisme, “Bapa dan Putra adalah pengungkapan yang berlainan dari satu kewujudan yang sama, tanpa pembedaan pribadi di antara keduanya. Dengan kata lain, '''Bapa jualah Putra itu''', dan oleh karena itu mengalami kelemahan-kelemahan insani Putra.” “Jika mengutip kata-kata Noetos, … Bapa … sendiri menjadi Putra-Nya.” “Itulah sebabnya Allah terlahir dari rahim seorang perawan dan
Tertulianus adalah salah seorang teolog Logos yang menentang keras Monarkianisme. “Risalah ''Melawan Prakseas'' diakui di mana-mana karya sastra terbesar mengenai Tritunggal yang dihasilkan Tertulianus. Pandangan yang diduga diajarkan oleh Prakseas pada akhirnya disebut ‘'''modalisme'''’, mengikuti istilah yang digunakan oleh Adolf von Harnack di dalam bukunya, ''History of Dogma'' (terbit tahun 1897). Tertulianus hanya menyebut lawannya itu sebagai seorang ‘'''monarkian'''’.”
Baris 21:
"Sabelius mengimani kemahaesaan sederhana dari oknum dan hakikat Allah."<ref>{{Cite book |last=VON MOSHEIM |first=JOHN LAURENCE |url=https://play.google.com/books/reader?id=0l9M6PLRNcQC&pg=GBS.PA220&hl=en |title=HISTORICAL COMMENTARIES ON THE STATE OF CHRISTIANITY |date=1854 |publisher=S. Converse |language=en}}</ref> Meskipun demikian, ragam Sabelianisme yang diajarkan Sabelius tidak sama dengan Monarkianisme. Ia tidak percaya bahwa Bapa, Putra, dan Roh Kudus hanya sekadar tiga nama bagi satu Kenyataan. [https://books.google.com/books?id=0l9M6PLRNcQC&pg=PA216&lpg=PA216&dq=sabellius&source=web&ots=tdh6SBBohv&sig=An9W_gIKSxHAMTh2VCFGtF4T1m8#PPA218,M1 Von Mosheim], teolog Lutheran Jerman pencetus aliran pragmatis di kalangan ahli sejarah Gereja,<ref>{{Cite web |title=Johann Lorenz von Mosheim {{!}} German theologian {{!}} Britannica |url=https://www.britannica.com/biography/Johann-Lorenz-von-Mosheim |access-08 Desember 2021 |website=www.britannica.com |language=en}}</ref> berpandangan bahwa dari satu segi Sabelius memang menyifatkan Allah itu tiga, tetapi dari segi lain menyifatkan-Nya satu. Ia "mengimani perbedaan Bapa, Putra, dan Roh Kudus, seperti yang dijabarkan di dalam Kitab Suci, sebagai suatu perbedaan yang nyata, bukan sekadar perbedaan penyebutan atau perbedaan nama belaka."<ref>{{Cite book |last=VON MOSHEIM |first=JOHN LAURENCE |url=https://play.google.com/books/reader?id=0l9M6PLRNcQC&pg=GBS.PA221&hl=en |title=HISTORICAL COMMENTARIES ON THE STATE OF CHRISTIANITY |date=1854 |publisher=S. Converse |language=en}}</ref> Ia berpendirian bahwa, sama seperti manusia itu satu oknum, tetapi memiliki raga, jiwa, dan roh, demikian pula Allah itu satu Oknum, tetapi di dalam Oknum yang satu itu, Bapa,Putra, dan Roh Kudus dapat dibedakan satu sama lain.
[[Hipolitus dari Roma]], yang kenal dengan Sabelius secara pribadi, menulis di dalam risalahnya, ''[[
== Yesus Kristus ==
Baris 30:
== Pandangan bersaingan ==
Simonetti memandang Arianisme "sebagai reaksi ekstrem terhadap Sabelianisme yang sedang marak di Timur pada masa itu.”<ref name=":0">{{Cite book |last=Hanson |first=Richard Patrick Crosland |title=The Search for the Christian Doctrine of God: The Arian Controversy, 318-381 |publisher=T. & T. Clark |year=1988 |isbn=978-0-567-09485-8}}</ref>{{rp|95}} Arianisme mengajarkan kewujudan tiga hipostasis.
== Tokoh Sabelian abad ke-4 ==
[https://revelationbyjesuschrist.com/sabellians/ Tiga orang tokoh utama kaum Sabelian] pada abad ke-4 adalah
* “Kemungkinan besar '''
* “'''Marselus''' dicopot dari jabatannya karena condong ke arah Sabelianisme.”<ref name=":0" />{{rp|228}} Bagi Eusebius, "doktrin Marselus nyata-nyata adalah Sabelianisme, yakni kegagalan untuk membedakan Bapa dan Putra.”<ref name=":0" />{{rp|224}}
* “Paulinus adalah salah seirang lawan dari Meletius, sabahat sekaligus sekutu Basilius. … Basilius curiga jangan-jangan Paulinus diam-diam di lubuk hatinya berpaham Sabelianisme, percaya akan kewujudan satu Oknum ''(hipostasi)'' saja di dalam Ke-Allah-an. Kedekatan Paulinus dengan sisa-sisa pengikut Marselus, dan kesukaannya yang berterusan terhadap ungkapan 'satu ''hipostasi''' … membuat dirinya dicurigai seperti itu.”<ref name=":0" />{{rp|801}}
Baris 50:
<blockquote>Demikian pula Noetus, orang Smirna menurut tempat lahirnya ... menyiarkan (di tengah-tengah kita) bidat yang bersumber dari si Epigonus ini. Bidat ini sampai ke Roma, lalu dianut Kleomenes sehingga terus bercokol sampai sekarang di kalangan para penerusnya.<ref name="Bantahan Terhadap Segala Bidat, Parwa 10">{{cite web|last1=Hippolytus|first1=of Rome|title=Bantahan Terhadap Segala Bidat, Parwa 10|url=http://www.earlychristianwritings.com/text/hippolytus10.html|website=EarlyChristianWritings|access-date=29 Mei 2017}}</ref></blockquote>
Tertulianus juga memandang modalisme sebagai gagasan baru dari luar yang menyusup masuk ke dalam Gereja, dan bertentangan dengan ajaran yang diterima melalui suksesi. Sesudah memaparkan pemahamannya tentang iman seperti apa yang sudah diterima Gereja, ia selanjutnya menjelaskan betapa "orang lugu", yang senantiasa menjadi golongan mayoritas di antara umat beriman itu, sering kali
<blockquote>Akan tetapi kami, sebagaimana yang sudah senantiasa kami perbuat (wabilkhusus lantaran kami sudah dididik baik-baik oleh Sang Paraklitus, yang menuntun manusia kepada segala kebenaran), percaya bahwa hanya ada satu Allah, tetapi di dalam kerangka '''penatalaksanaan
Tertulianus juga memandang modalisme sebagai gagasan baru dari luar yang menyusup masuk ke dalam Gereja, dan bertentangan dengan ajaran yang diterima melalui suksesi. Sesudah memaparkan pemahamannya tentang iman seperti apa yang sudah diterima Gereja, ia selanjutnya menjelaskan betapa "orang lugu", yang senantiasa menjadi golongan mayoritas di antara umat beriman itu, sering kali terperangah mendengar gagasan bahwa Allah Yang Mahaesa itu ada wujud dalam tiga dan menentang pemahamannya akan "kaidah iman." Para pendukung Tertulianus menegaskan bahwa yang disifatkan Tertulianus sebagai golongan mayoritas di antara umat beriman adalah "orang lugu", bukan para penentangnya. Penegasan ini dikukuhkan oleh argumen Tertulianus bahwa mereka mengemukakan gagasan-gagasan mereka sendiri, yang tidak pernah diajarkan kepada mereka oleh para tetua mereka:
<blockquote>Memang orang lugu, (saya tidak akan menyebut mereka tidak berhikmat dan tidak terpelajar,) yang senantiasa merupakan golongan mayoritas di antara umat beriman, terperangah akan '''penatalaksanaan istimewa''' (dari Yang Tiga di dalam Yang Satu), dengan alasan bahwa '''kaidah iman''' mereka menarik mereka dari kejamakan ilah duniawi kepada satu-satunya Allah sejati; tanpa paham bahwa, sekalipun Dia adalah satu-satunya Allah, Dia harus diiman di dalam οἰκονομία-Nya sendiri. Urutan angka dan perincian Tritunggal mereka sangka sebagai pemecah-belahan Kemahaesaan; padahal Kemahaesaan yang menurunkan Tritunggal dari dirinya sendiri itu sangatlah jauh dari keterpecahbelahan, malah sesungguhnya ditopang olehnya. Mereka terus-menerus menuding kami sebagai orang-orang yang mengkhotbahkan ajaran dua ilah dan tiga ilah, sementara mereka membanggakan diri sebagai orang-orang yang menyembah Allah Yang Mahaesa; seolah-olah Kemahaesaan itu sendiri jika disertai penarikan-penarikan kesimpulan dengan penalaran yang keliru tidak melahirkan bidat, dan Tritunggal jika dinalar dengan baik barulah merupakan kebenaran.<ref name="Against Praxeas, Chapter 3">{{cite web|last1=Tertulianus|first1=dari Kartago|title=Melawan Prakseas, Bab 3|url=http://www.ccel.org/ccel/schaff/anf03.v.ix.iii.html|website=ChristianClassicsEtherealLibrary|access-date=29 Mei 2017}}</ref></blockquote><!-- ▼
▲<blockquote>Memang orang lugu, (saya tidak akan menyebut mereka tidak berhikmat dan tidak terpelajar,) yang senantiasa merupakan golongan mayoritas di antara umat beriman, terperangah
According to modalism and Sabellianism, God is said to be only one person who reveals himself in different ways called ''modes'', ''faces'', ''aspects'', ''roles'' or ''masks'' (Greek πρόσωπα ''[[Prosopon|prosopa]]''; Latin ''[[personae]]'') of the [[YHWH|One God]], as perceived by ''the believer'', rather than ''[[Trinity|three co-eternal persons]]'' within ''the Godhead'', or a "co-equal Trinity".<ref>pgs 51-55[[Vladimir Lossky]] The Mystical Theology of the Eastern Church, SVS Press, 1997. ({{ISBN|0-913836-31-1}}) James Clarke & Co Ltd, 1991. ({{ISBN|0-227-67919-9}})[https://books.google.com/books?id=dxqvWwPSCSwC&q=The+Mystical+Theology+of+the+Eastern+Church]</ref> Modalists note that the only number expressly and repeatedly ascribed to God in the Old Testament is ''One,'' do not accept interpreting this number as denoting union (i.e. Gen 2:24) when it is applied to God, and dispute the meaning or validity of related New Testament passages cited by Trinitarians.<ref>{{cite web| url = http://www.katapi.org.uk/ChristianFaith/master.html?http://www.katapi.org.uk/ChristianFaith/VIII.htm| title = Moss, C. B., ''The Christian Faith: An Introduction to Dogmatic Theology'', The Chaucer Press, London, 1943}}</ref> The [[Comma Johanneum]], which is generally regarded as a spurious text in [[First John]] (1 John 5:7) known primarily from the [[King James Version]] and some versions of the [[Textus Receptus]], but not included in modern critical texts, is an instance (the only one expressly stated) of the word ''Three'' describing God.<ref>See, for example, Metzger, Bruce M., ''A Textual Commentary on the Greek New Testament'' [TCGNT] (2nd Edition), Stuttgart: Deutsche Bibelgesellschaft, 1994, pages 647-649.</ref> Many modalists point out the lack of the word "Trinity" in any canonical scripture.<ref name=ab270703>{{cite web |url= http://www.focusonthekingdom.org/articles/elohim.htm|title=Trinity, or not? |author=Anthony Buzzard |date= July 2003|work=Elohim and Other Terms |publisher=focusonthekingdom.org |access-date=2 March 2011}}</ref>▼
▲
Nas-nas seperti {{Alkitab|Ulangan 6:4-5}}, {{Alkitab|Ulangan 32:12}}, {{Alkitab|2 Raja-Raja 19:15-19}}, {{Alkitab|Ayub 6:10}}, {{Alkitab|Ayub 31:13-15}}, {{Alkitab|Mazmur 71:22}}, {{Alkitab|Mazmur 83:16}}, {{Alkitab|Mazmur 83:18}}, {{Alkitab|Yesaya 42:8}}, {{Alkitab|Yesaya 45:5-7}}, {{Alkitab|Yesaya 48:2}}, {{Alkitab|Yesaya 48:9}}, {{Alkitab|Yesaya 48:11-13}}, {{Alkitab|Maleakhi 2:8}}, {{Alkitab|Maleakhi 2:10}}, {{Alkitab|Matius 19:17}}, {{Alkitab|Roma 3:30}}, {{Alkitab|2 Korintus 11:2-3}}, {{Alkitab|Galatia 3:20}}, dan {{Alkitab|Yudas 1:25}} adalah nas-nas yang dirujuk kaum Modalis sebagai nas-nas yang mengukuhkan bahwa kemahaesaan Allah itu adalah satu mutlak, dan sekalipun dikenal dalam beberapa moda, memustahilkan segala macam konsep kewujudan-bersama. Hipolitus memaparkan penalaran yang sama dari Noetus dan para pengikutnya sebagai berikut:
[[Oneness Pentecostals]], an identifier used by some modern modalists,<ref name=oneness>{{cite web| url = http://www.apostolic-voice.org/wp-content/uploads/2012/09/the-oneness-of-god.pdf| title = The Oneness of God}}</ref><ref name="rebuttal to oneness">{{cite web| url = http://thereforegodexists.com/oneness-god-david-k-bernard/| title = A rebuttal to Bernard| date = 6 July 2022}}</ref> claim that Colossians 1:12-20 refers to Christ's relationship with the Father in the sense of different roles of God:▼
<blockquote>Sekarang mereka berusaha memperlihatkan landasan dogma mereka dengan mengutip ayat di dalam hukum, “Akulah Allah nenek moyangmu: jangan ada padamu ilah selain Aku;” juga di dalam ayat lain, “Akulah yang awal,” Firmannya, “dan yang akhir; dan tidak ada ilah selain Aku.” Demikianlah katanya mereka membuktikan bahwa Allah itu satu.... Dan mustahillah kami mengungkapkan keimanan kami selain yang demikian, katanya; lantaran rasul-rasul juga mengamini satu Allah, ketika ia berkata, “Mereka adalah keturunan bapa-bapa leluhur, yang menurunkan Mesias dalam keadaan-Nya sebagai manusia, yang ada di atas segala sesuatu. Ia adalah Allah yang harus dipuji sampai selama-lamanya.”<ref name="Against the Heresy of Noetus"/></blockquote>
▲
<blockquote>dan mengucap syukur dengan sukacita kepada Bapa, yang melayakkan kamu untuk mendapat bagian dalam apa yang ditentukan untuk orang-orang kudus di dalam kerajaan terang. Ia telah melepaskan kita dari kuasa kegelapan dan memindahkan kita ke dalam Kerajaan Anak-Nya yang kekasih; di dalam Dia kita memiliki penebusan kita, yaitu pengampunan dosa. Ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan, karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia. Ia ada terlebih dahulu dari segala sesuatu dan segala sesuatu ada di dalam Dia. Ialah kepala tubuh, yaitu jemaat. Ialah yang sulung, yang pertama bangkit dari antara orang mati, sehingga Ia yang lebih utama dalam segala sesuatu. Karena seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia, dan oleh Dialah Ia memperdamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya, baik yang ada di bumi, maupun yang ada di sorga, sesudah Ia mengadakan pendamaian oleh darah salib Kristus.<ref>{{cite web| url = https://alkitab.sabda.org/passage.php?passage=kolose%201:12-20&tab=text| title = Kolose 1:12-20 (TB)}}</ref></blockquote>
Golongan Pentakosta Keesaan juga mengutip tanggapan Kristus terhadap keingintahuan [[Filipus]] akan Bapa ({{Alkitab|Yohanes 14:10}}) untuk mendukung pernyataan mereka tersebut:
<blockquote>Kata Yesus kepadanya: "Telah sekian lama Aku bersama-sama kamu, Filipus, namun engkau tidak mengenal Aku? Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa; bagaimana engkau berkata: Tunjukkanlah Bapa itu kepada kami?"</blockquote>
Umat Kristen Tritunggalis berpendirian bahwa nas-nas semacam {{Alkitab|Kolose 1:12-20}} menghilangkan segala keragu-raguan mantiki bahwa Kitab Suci memang mengajarkan tentang Putra, yang adalah Firman Allah ({{Alkitab|Yohanes 1:1-3}}), secara harfiah "hidup," dan secara harfiah adalah Sang Khalik sarwa sekalian alam bersama-sama dengan Allah Bapa dan Roh Allah. Menurut pemahaman kaum Tritunggalis, pernyataan golongan Pentakosta Keesaan di atas tidak hanya menceraikan nas Yohanes 14:10 dari konteks langsungnya, tetapi juga benar-benar bertolak belakang dengan keselarasan Injil Yohanes secara keseluruhan, dan diduga kuat mengandung sesat pikir [[meminta pertanyaan|''petītiō principiī'']] di dalam penafsirannya. Kaum Tritunggalis memahami nas Yohanes 14:10 tidak lepas dari pokok pikiran nas-nas paralel seperti {{Alkitab|Yohanes 1:14}} dan {{Alkitab|Yohanes 1:18}}, dan sebagai nas-nas yang mengukuhkan persatuan kekal Putra dengan Bapa-Nya:
<blockquote>Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran... Tidak seorangpun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya.</blockquote>
Banyak pertukaran pandangan doktrinal antara kaum Modalis dan kaum Tritunggalis yang mirip dengan di atas. Nas-nas semacam {{Alkitab|Kejadian 1:26-27}}, {{Alkitab|Kejadian 16:11-13}}, {{Alkitab|Kejadian 32:24}}, {{Alkitab|Kejadian 32:30}}, {{Alkitab|Hakim-Hakim 6:11-16}}, {{Alkitab|Yesaya 48:16}}, {{Alkitab|Zakharia 2:8-9}}, {{Alkitab|Matius 3:16-17}}, {{Alkitab|Markus 13:32}}, {{Alkitab|Lukas 12:10}}, {{Alkitab|Yohanes 5:18-27}}, {{Alkitab|Yohanes 14:26-28}}, {{Alkitab|Yohanes 15:26}}, {{Alkitab|Yohanes 16:13-16}}, {{Alkitab|Yohanes 17:5}}, {{Alkitab|Yohanes 17ː20-24}}, {{Alkitab|Kisah Para Rasul 1:6-9}}, {{Alkitab|Ibrani 1:1-3}}, dan {{Alkitab|Ibrani 1ː8-10}} dirujuk kaum Tritunggalis sebagai nas-nas yang membenarkan pandangan bahwa kewujudan Allah yang Mahaesa itu bersifat kekal, pribadi, dan merupakan '''persekutuan''' Bapa [Allah], Putra [Firman Allah], dan Roh Kudus [Roh Allah] yang saling bersemayam satu di dalam yang lain. Untuk menanggapi kenyataan bahwa kata ''Tritunggal'' tidak muncul di dalam Kitab Suci, kaum Tritunggalis membuktikan bahwa bahasa doktrinal di luar Alkitab sering kali merangkum pemahaman Kitab Suci secara singkat dan jelas—sama saja dengan kata ''modalisme'', ''modus'', dan ''peran''—dan penggunaan bahasa semacam itu pada hakikatnya tidak mencerminkan keakuratan maupun ketidakakuratan. Selain itu, implikasi akusatif bahwa kata ''Tritunggal'' menjadi lazim dipakai di luar dari kesetiaan yang prayitna lagi saleh kepada Kitab Suci dapat dikaitkan dengan argumentasi [[ad hominem]]. Hipolitus menyifatkan tanggapannya sendiri terhadap doktrin Noetus, dengan mengklaim bahwa kebenaran lebih terbukti ketimbang [[Arianisme]] dan Sabelianisme yang saling bertentangan itu, sebagai berikut:
<blockquote>Jadi beginilah cara mereka memaparkan perkara-perkara itu, dan mereka hanya memakai satu golongan nas, setali tiga uang dengan cara sepihak yang dipakai Teodotus manakala berikhtiar membuktikan bahwa Kristus hanyalah manusia biasa. Namun baik pihak yang satu maupun pihak yang lain tidak memahami duduk perkaranya dengan benar, sebab Kita Suci sendiri membantah ketidakberakalan mereka, dan bersaksi membela kebenaran. Lihatlah, saudara-saudara sekalian, betapa gegabah dan lancangnya dogma yang sudah mereka kemukakan... Sebab siapakah yang tidak akan bersaksi bahwa Allah itu esa adanya? Tetapi dengan bersaksi demikian tidaklah akan dipungkirinya oikonomia Allah [yakni angka dan kedudukan pribadi-pribadi di dalam Tritunggal]. Oleh sebab itu, cara yang pantas untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah pertama-tama membantah penafsiran orang-orang itu atas nas-nas tersebut, barulah kemudian menjelaskan maknanya yang sejati.<ref name="Against the Heresy of Noetus"/></blockquote>
A comparison of the above statement by Tertullian with the following example statement made by Oneness Pentecostals today is striking: "Jesus is the Son of God according to the flesh... and the very God Himself according to the Spirit...."<ref name="The God Head">{{cite web|title=The God Head|url=http://www.theapostolicwayupcff.com/page/the_god_head|website=theapostolicwayupcff.com|access-date=29 May 2017}}</ref><ref>{{cite web|last1=Skynner|first1=Robert|title=Answering Oneness Pentecostals: Colossians 2:9|url=https://www.youtube.com/watch?v=zl2OqOsYLUc| archive-url=https://web.archive.org/web/20200524034505/https://www.youtube.com/watch?v=zl2OqOsYLUc&gl=US&hl=en| archive-date=2020-05-24 | url-status=dead|website=YouTube|access-date=29 May 2017}}</ref>▼
Tertulianus membeberkan sikap para pengikut Prakseas sebagai berikut:
<blockquote>Lantaran dibantah dari semua sisi dalam ihwal perbedaan antara Bapa dan Putra, yang kita pegang teguh tanpa mencederai kesatuannya yang tak terceraikan... mereka pun berusaha menafsirkan perbedaan itu dengan cara yang bagaimana pun juga akan selaras dengan pendapat mereka sendiri, yaitu sehingga semuanya di dalam satu Oknum. Mereka membedakan keduanya, Bapa dan Putra, dengan memaknai Putra sebagai daging, yakni manusia, yaitu Yesus; dan memaknai Bapa sebagai roh, yakni Allah, yaitu Kritus. Oleh sebab itu, sekalipun menyimpulkan bahwa Bapa dan Putra adalah satu dan sama, pada kenyataannya kesimpulan tersebut mereka awali dengan memecah-belah alih-alih menyatukan Bapa dan Putra.”<ref name="Against Praxeas">{{cite web|last1=Tertullian|first1=of Carthage|title=Against Praxeas|url=https://www.ccel.org/ccel/schaff/anf03.v.ix.xxvii.html |website=Christian Classics Ethereal Library |access-date=29 Mei 2017}}</ref></blockquote>
▲
Bentuk Nama Tuhan yang muncul di dalam ayat ke-19 [[Amanat Agung]] ({{Alkitab|Matius 28:16-20}}) juga secara historis dilisankan dalam upacara pembaptisan Kristen, umat Kristen Tritunggalis mengimani kewujudan tiga Oknum berlainan Tritunggal Mahakudus, sekalipun saling bersemayam satu di dalam yang lain, kewujudan Oknum-Oknum Tritunggal dipermaklumkan oleh baptisan Yesus. Banyak modalis tidak menggunakan rumusan ini sebagai Nama Tuhan. Sejumlah kritikus dari pihak Pentakosta Keesaan modern juga mengemukakan bahwa nas {{Alkitab|Matius 28:19}} bukanlah bagian dari karya tulis aslinya, karena [[Eusebius dari Kaisarea|Esebius dari Kaisarea]] menyitir nas tersebut dengan menggunakan frasa "di dalam nama-Ku", dan di dalam sumber pustaka tersebut tidak disinggung baptisan pada ayat itu. Meskipun demikian, Eusebius juga menyitir rumusan "tritunggal" di dalam risalah-risalahnya yang terkemudian. (Conybeare (''Hibbert Journal'' i (1902-3), halaman 102). Nas Matius 28:19 juga dikutip di dalam [[Didakhe]] (Didakhe 7:1) yang diperkirakan berasal dari akhir abad pertama atau awal abad ke-2 Masehi), dan di dalam [[Diateseron]] (Diateseron 55:5-7), penyejajaran ayat Injil-Injil Sinoptis yang diperkirakan berasal dari pertengahan abad ke-2 Masehi. ''Injil Matius Ibrani Syem-Tob'' (George Howard), yang ditulis pada abad ke-14, juga tidak menyebutkan baptisan maupun rumusan "tritunggalis" di dalam nas {{Alkitab|Matius 28:19}}. Meskipun demikian, juga benar bahwa tidak ada satu pun naskah Yunani dari Injil Matius yang sudah ditemukan yang tidak memuat nas Matius 28:19. Naskah-naskah salinan tertua Injil Matius yang masih ada saat ini diperkirakan berasal dari abad ke-3, dan semuanya memuat nas {{Alkitab|Matius 28:19}}. Oleh sebab itu para sarjana pada umumnya sepakat bahwa kemungkinan besar nas Matius 28:19 memang merupakan bagian dari Injil Matius yang asli, kendati segelintir segelintir sarjana menyanggahnya.
Nas-nas Kitab Suci seperti {{Alkitab|Matius 3:16-17}}, yang memisahkan Bapa, Putra, dan Roh Kudus dalam teks maupun kesaksian, dipandang kaum modalis sebagai nas-nas yang mengukuhkan as ke[[mahahadir]]an Allah, dan kemampuan Allah untuk [[kemahakuasaan|sesuka hati memanifestasikan diri]]. Kaum Pentakosta Keesaan dan kaum Modalis berusaha membantah doktrin tradisional tentang kesatuan kewujudan bersama yang kekal, sembari mengamini doktrin tentang Allah yang menjadi manusia sebagai Yesus Kristus. Seperti kaum Tritunggalis, para penganut doktrin Keesaan percaya bahwa yesus Kristus adalah sepenuhnya Allah sekaligus sepenuhnya manusia. Meskipun demikian, kaum Tritunggalis percaya bahwa "Sabda Allah," Oknum kekal yang kedua dari Tritunggal,<ref name="Contra Gentes Part III">{{cite web|last1=St. Athanasius|first1=of Alexandria|title=Contra Gentes Part III|url=https://www.ccel.org/ccel/schaff/npnf204.vi.ii.iii.xii.html|website=Christian Classics Ethereal Library|access-date=28 May 2017}}</ref> bermanifestasi sebagai Putra Allah dengan memasukkan kemanusiaan ke dalam diri-Nya sendiri dan dengan mengangkat kemanusiaan tersebut ke taraf setara dengan Allah melalui kebangkitan-Nya, dalam kesatuan kekal dengan keilahian-Nya sendiri.<ref name="The Incarnation of the Word">{{cite web|last1=St. Athanasius|first1=of Alexandria|title=The Incarnation of the Word|url=https://www.ccel.org/ccel/schaff/npnf204.vii.ii.viii.html|website=Christian Classics Ethereal Library|access-date=28 May 2017}}</ref> Para penganut doktrin Keesaan sebaliknya percaya bahwa Allah yang Esa dan satu-satunya yang sejati berkuasa memanifestasikan diri-Nya dengan cara apa saja yang Ia pilih, termasuk memanifestasikan diri sebagai Bapa, sebagai Putra, maupun sebagai Roh Kudus (kendati tidak memilih untuk melakukannya secara serentak dan kekal), dan Allah yang Esa dan satu-satunya yang sejati itulah yang menjadi manusia untuk menjalani peran sementara sebagai Putra.<ref>{{cite web|title=The End of the "Son"|url=http://www.christiandefense.com/one_introduction.htm#theend|website=ChristianDefense.com|access-date=28 Mei 2017}}</ref> Banyak pihak Pentakosta Keesaan juga sudah mengemukakan pandangan tentang perbedaan antara kemanusiaan dan keilahian Yesus yang sangat berbau [[Nestorianisme|Nestorian]]<ref>{{cite web|last1=Dulle|first1=Jason|title=Avoiding the Achilles Heels...|url=http://www.onenesspentecostal.com/ugstsymposium.htm|website=OnenessPentecostal.com|access-date=28 May 2017}}</ref> seperti pada contoh yang dibandingkan dengan pernyataan Tertulianus di atas.
Golongan Pentakosta Keesaan dan golongan-golongan [[modalisme|modalis]] lainnya dicap sebagai ahli bidat oleh umat Kristen Katolik, Kristen Ortodoks, dan golongan-golongan umat Kristen arus utama lainnya, lantaran mendustakan kewujudan harfiah Putra terkasih Allah yang turun dari Surga, termasuk kewujudan-Nya yang kekal; menolak suksesi langsung karunia-karunia dan wewenang rasuli melalui pentahbisan uskup; mendustakan jati diri umat Kristen arus utama sebagai Tubuh yang diperanakkan Allah dan Gereja yang didirikan Kristus; serta menolak ketetapan konsili-[[konsili oikumenis|konsili oikumene]] seperti [[Syahadat Nikea|Konsili Nikea dan Konsili Konstantinopel]], termasuk keimanan kepada Tritunggal Mahakudus. Jika banyak kaum Tunggalis adalah penganut Arianisme, maka kaum modalis justru membedakan dirinya dari kaum Tunggalis-[[Arianisme|Arian]] maupun kaum Tunggalis-[[Semi-Arianisme|Semiarian]] dengan mengamini [[Ke-Allah-an menurut Kekristenan|Ke-Allah-an]] paripurna Kristus, sementara pandangan Arian maupun Semiarian menyatakan bahwa Kristus tidak sehakikat ({{lang-el|οὐσία}}, ''ousia'') dengan Allah Bapa, dan oleh karena itu tidak setara dengan Allah Bapa. Dionisius, Uskup Roma, memaparkan pemahaman Kristen tradisional tentang Arianisme maupun Sabelianisme di dalam risalah ''Melawan Kaum Sabelian'', sekitar tahun 262. Sama seperti Hipolitus, ia juga menyifatkan kedua bidat itu sebagai dua kutub ekstrem yang saling berseberangan dalam usaha memahami Putra Allah, karena Arianisme menyalahartikan ketidaksamaan Putra dengan Bapa, sementara Sabelianisme menyalahartikan kesetaraan Putra dengan Bapa. Ia juga menolak gagasan tentang tiga Allah sebagai gagasan yang keliru.<ref name="Against Sabellians"/> Meskipun Arianisme dan Sabelianisme tampak betul-betul saling berseberangan, lantaran Arianisme menyifatkan Kristus sebagai ciptaan sementara Sabelianisme menyifatkan Kristus sebagai Allah, kedua-duanya sama-sama mendustakan keimanan Tritunggalis bahwa Kristus adalah Allah Yang Kekal '''di dalam Kemanusiaan-Nya''', dan bahwa inilah dasar hakiki pengharapan manusia akan keselamatan. "Satu, bukan dengan mengalihwujudkan Ke-Allah-an ke dalam daging, melainkan dengan memasukkan kemanusiaan ke dalam Allah."<ref>{{cite web|title=Athanasian Creed|url=http://www.reformed.org/documents/index.html?mainframe=http://www.reformed.org/documents/athanasian.html|website=Reformed.org|access-date=29 May 2017}}</ref>
Today's Oneness Pentecostal organisations left their original organization when a council of Pentecostal leaders officially adopted Trinitarianism,<ref>{{cite web|last1=Gill|first1=Kenneth|title=Dividing Over Oness|url=http://www.christianitytoday.com/history/issues/issue-58/dividing-over-oneness.html|website=ChristianityToday|access-date=29 May 2017}}</ref> and have since established [[Urshan Graduate School of Theology|schools]].▼
Hipolitus meriwayatkan peng[[ekskomunikasi]]an Noetus sebagai berikut:
[[Epiphanius of Salamis|Epiphanius]] (Haeres 62) about 375 notes that the adherents of Sabellius were still to be found in great numbers, both in Mesopotamia and at Rome.<ref name="BRCE">{{cite web| url = https://books.google.com/books?id=XKo3AAAAMAAJ&dq=epiphanius+haeres&pg=RA1-PA38| title = ''Views of Sabellius'', The Biblical Repository and Classical Review, American Biblical Repository| year = 1835}}</ref> The [[First Council of Constantinople]] in 381 in canon VII and the [[Third Council of Constantinople]] in 680 in canon XCV declared the baptism of Sabellius to be invalid, which indicates that Sabellianism was still extant.<ref name="BRCE"/>▼
<blockquote>Tatkala para presbiter mubarak mendengarnya, mereka memanggil dia ke hadapan Gereja, lalu menguji dia. Mula-mula dia menyangkal berpandangan seperti itu, tetapi belakangan, sesudah berlindung kepada beberapa orang, dan menghimpun di sekelilingnya beberapa orang lain yang sudah menganut kekeliruan yang sama, dengan terang-terangan dia menghendaki ajarannya dianggap benar. Maka para presbiter mubarak sekali lagi memanggil dia menghadap mereka, lalu menguji dia. Namun dia tegak menentang mereka, katanya, “jadi apa jahatnya yang aku lakukan dalam memuliakan Kristus?” Para presbiter menjawab, “kami pun tahu kebenaran akan satu Allah; kami tahu Kristus; kami tahu bahwa Putra menderita sengsara pada saat Ia menderita sengsara, dan mati pada saat Ia mati, dan bangkit kembali pada hari yang ketiga, dan sekarang berada di sebelah kanan Bapa, dan datang untuk mengadili orang yang hidup dan yang mati, dan semua perkara yang sudah kami pelajari ini kami persaksikan.” Lalu, sesudah menguji dia, mereka mengusir dia dari Gereja. Dan dia terjerumus ke dalam kesombongan yang sedemikian tingginya, sampai-sampai dia mendirikan sebuah perguruan.<ref name="Against the Heresy of Noetus"/></blockquote>
▲
▲Kira-kira pada tahun 375, [[
== Patripasianisme ==
Baris 100 ⟶ 106:
Saat berlangsungnya Rapat Perkemahan Sedunia II di Arroyo Seco pada tahun 1913, pendeta Injili asal Kanada, [[R.E. McAlister]], dalam suatu kebaktian pembaptisan, berkhotbah bahwa para rasul hanya membaptis dalam nama Yesus saja, bukan dalam Nama Bapa, Putra, dan Roh Kudus. Malam itu juga, John G. Schaeppe, seorang imigran asal Jerman, mengaku menyaksikan penampakan diri Yesus, lantas membangunkan seisi perkemahan dengan teriakan lantang, bahwasanya nama Yesus harus dimuliakan. Mulai dari saat itu, Frank J. Ewart mulai mewajibkan orang-orang yang sudah pernah dibaptis dengan rumusan Tritunggal untuk dibaptis ulang dalam nama Yesus “saja.” Dukungan terhadap pendirian semacam ini mulai merebak, bersamaan dengan keyakinan akan satu Oknum di dalam Ke-Allah-an, yang bertindak dalam modus atau kedudukan yang berbeda-beda.<ref>{{cite web |title=The Arroyo Seco Camp Meeting - 1913 |url=https://www.apostolicarchives.com/articles/article/8801925/173376.htm |website=Apostolic Archives International |publisher=The M. E. Golder Library and Research Center |access-date=7 November 2020}}</ref>
Pada bulan Oktober 1916, Sidang Raya [[Gereja Sidang-Sidang Jemaat Allah|gereja-gereja Sidang Jemaat Allah]] diselenggarakan di St. Louis, Missouri, untuk mengukuhkan keimanan mereka kepada ortodoksi Tritunggal. Kubu Keesaan harus menghadapi kubu mayoritas yang mewajibkan penerimaan rumusan baptis Tritunggal dan doktrin ortodoks Tritunggal kalau tidak mau dianggap sudah sukarela keluar dari denominasi Sidang Jemaat Allah. Pada akhirnya sekitar seperempat dari pendeta Sidang Jemaat Allah
[[Pentakosta Keesaan]] mengajarkan bahwa Allah adalah satu oknum, dan Bapa (roh) manunggal dengan Yesus (daging) menjadi Putra Allah. Meskipun demikian, Pentakosta Keesaan sedikit tampil beda dengan menolak Modalisme Sekuensial, dan dengan sepenuhnya mengamini kelahiran insani Putra, yang tidak khadim sifatnya, yakni insan Yesus yang dilahirkan, wafat di salib, lalu bangkit, dan bukan ilah. Kepercayaan semacam ini secara langsung bertentangan dengan keprawujudan Putra selaku salah satu modus prawujud, yang secara umum tidak ditentang Sabelianisme.
Baris 106 ⟶ 112:
Golongan Pentakosta Keesaan percaya bahwa Yesus adalah "Putra" hanya selama menjadi manusia di muka bumi, tetapi adalah "Bapa" sebelum menjadi manusia. Mereka menyebut Bapa sebagai "Roh" dan menyebut Putra sebagai "Daging", tetapi mereka percaya bahwa Yesus dan Bapa pada hakikatnya adalah satu Oknum, kendati berkiprah dalam beragam "perwujudan" atau "modus". Golongan Pentakosta Keesaan mendustakan doktrin Tritunggal, karena menganggapnya bersifat pagan dan tidak Alkitabiah, serta menganut [[doktrin Nama Yesus]] terkait pembaptisan. Mereka sering dijuluki golongan "Modalis" atau [[doktrin Nama Yesus|golongan "Yesus Saja"]]. Pentakosta Keesaan dapat diperbandingkan dengan Sabelianisme, dan dapat pula disifatkan sebagai keimanan kepada salah satu ragam dari Sabelianisme, karena sama-sama [[anti-tritunggal|Awatritunggal]] dan sama-sama mengimani Yesus sebagai "Allah Yang Mahaperkasa dalam Wujud Manusia", meskipun kedua-duanya tidak persis sama.
Tidak dapat dipastikan apakah Sabelius memang mengajarkan [[Monarkianisme Modalistis|Modalisme]] seperti yang diajarkan dewasa ini dengan nama doktrin Keesaan, karena hanya segelintir fragmen karya tulisnya yang masih ada, dan oleh karena itu segala sesuatu yang diketahui tentang ajaran-ajarannya bersumber dari karya-karya tulis para penentangnya.<ref>Louis Berkhof, The History of Christian Doctrines (Grand Rapids, MI: WM. B. Eerdmans Publishing Company, 1949), 83.</ref>
Kutipan-kutipan yang memperlihatkan beberapa ciri khas Sabelianisme purba di bawah ini dapat dicermati untuk dibandingkan dengan doktrin-doktrin gerakan Keesaan pada zaman modern:
|