Tanah partikelir: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Pembuatan laman baru, diterjemahkan secara manual dari artikel berjudul sama di en.wp
Tag: pranala ke halaman disambiguasi
 
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(7 revisi perantara oleh 6 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
'''Tanah partikelir''' ([[Bahasa Belanda]]: '''''particuliere landerijen''''' atau '''''particuliere landen''''') adalah bentuk [[kepemilikan tanah]] bersistem [[feodal]] yang diterapkan di sebagian [[Hindia Belanda]] (kini [[Indonesia]]).<ref name="Kropveld 1911">{{cite book |last1=Kropveld |first1=D. C. J. H. |title=The Laws of Netherland East India Relating to Land: Being a Short Exposition of Their Leading Principles and Chief Provisions, and an Explanation of Dutch Terms, with Chapters on Netherland East India and Its Laws in Gereral and on Dutch East Indian Mining Law |date=1911 |publisher=Stevens |url=https://books.google.com/books?id=qCxRAQAAMAAJ&q=tjoeke+estates |accessdate=15 July 2020 |language=en}}</ref><ref name="Anderson 2006">{{cite book |last1=Anderson |first1=Benedict Richard O'Gorman |title=Java in a Time of Revolution: Occupation and Resistance, 1944-1946 |date=2006 |publisher=Equinox Publishing |isbn=978-979-3780-14-6 |url=https://books.google.com/books?id=87totx4p3ZcC&q=%22particuliere+landerijen%22+estates&pg=PA168 |accessdate=15 July 2020 |language=en}}</ref><ref name="Cribb 2008">{{cite book |last1=Cribb |first1=Robert |title=Gangsters and Revolutionaries: The Jakarta People's Militia and the Indonesian Revolution, 1945-1949 |date=2008 |publisher=Equinox Publishing |location=Singapore |isbn=978-979-3780-71-9 |url=https://books.google.com/books?id=hcEYvqo4g6AC&q=kompenian+estates&pg=PA17 |accessdate=15 July 2020 |language=en}}</ref><ref name="Creutzberg 2012">{{cite book |last1=Creutzberg |first1=P. |title=Indonesia's Export Crops 1816–1940 |date=2012 |publisher=Springer Science & Business Media |isbn=978-94-011-6437-5 |url=https://books.google.com/books?id=ugfsCAAAQBAJ&q=%22particuliere+landen%22+domains&pg=PP24 |accessdate=15 July 2020 |language=en}}</ref><ref name="Nola 2013">{{cite journal |last1=Nola |first1=Luthvi Febryka |title=Sengketa Tanah Partikelir |journal=Jurnal DPR RI |date=November 2013 |volume=4 |issue=2 |pages=183–196 |url=jurnal.dpr.go.id |accessdate=15 July 2020}}</ref><ref name="Kahin 2015">{{cite book |last1=Kahin |first1=Audrey |title=Historical Dictionary of Indonesia |date=2015 |publisher=Rowman & Littlefield |isbn=978-0-8108-7456-5 |url=https://books.google.com/books?id=YcuhCgAAQBAJ&q=1620s+particuliere+landerijen&pg=PA361 |accessdate=15 July 2020 |language=en}}</ref> Hukum Belanda mendeskripsikan tanah partikelir sebagai ‘daulat’ dan status hukumnya mirip dengan ''[[Vorstenlanden]]'' yang berada di bawah [[Kerajaan Belanda]].<ref name="Cribb 2008" /> Pemilik tanah partikelir disebut sebagai "[[tuan tanah]]" (Bahasa Belanda: '''''landheer''''') dan memegang "hak-hak ketuanan" (Bahasa Belanda: '''''landsheerlijke rechten''''') atas penduduk di tanah tersebut, yang biasanya dipegang oleh pemerintah.<ref name="Nola 2013" /><ref name="Gautama & Harsono 1972">{{cite book |last1=Gautama |first1=Sudargo |last2=Harsono |first2=Budi |title=Agrarian Law |date=1972 |publisher=Lembaga Penelitian Hukum dan Kriminologi, Universitas Padjadjaran |url=https://books.google.com/books?id=5GE9AQAAIAAJ&q=landheerlijke+rechten+estates |accessdate=15 July 2020 |language=en}}</ref><ref name="Indonesia Circle 1996">{{cite book |title=Indonesia Circle |date=1996 |publisher=Indonesia Circle, School of Oriental and African Studies |url=https://books.google.com/books?id=tgBWAAAAYAAJ&q=landheer+particuliere+landerijen+estates |accessdate=15 July 2020 |language=en}}</ref><ref name="Nola 2013" />
 
==Sejarah==
[[VOC]], yang mengklaim telah menggantikan [[Daftar penguasa Jawa|kerajaan-kerajaan di Jawa]], mulai menjual tanah partikelir ke petinggi VOC, komprador, dan sekutunya antara dekade 1620-an hingga bangkrut pada tahun 1799.<ref name="Anderson 2006" /><ref name="Nola 2013" /><ref name="Kahin 2015" /> [[Herman Willem Daendels]], [[Gubernur Jenderal Hindia Belanda]] selama [[jeda kekuasaan Prancis dan Britania di Hindia Belanda]] dari tahun 1808 hingga 1811, dan suksesornya dari tahun 1811 hingga 1816, [[Sir Stamford Raffles]], mengawasi penjualan tanah milik pemerintah secara besar-besaran sebagai tanah partikelir.<ref name="Anderson 2006" /><ref name="Nola 2013" /> Penjualan tanah partikelir kemudian dihentikan pada tahun 1855.<ref name="Cribb 2008" /> Sebagian besar tanah partikelir terletak di sekitar [[Batavia, Hindia Belanda|Batavia]] (kini [[Jakarta]]), di ''Ommelanden'' dari Karesidenan Betawi, di [[Jawa Barat]], serta di bagian lain Pulau [[Jawa]] dan sekitarnya.<ref name="Creutzberg 2012" /><ref name="Kahin 2015" /> Seperti Vorstenlanden, tanah partikelir tidak dikendalikan secara langsung oleh pemerintah kolonial, sehingga tidak wajib menerapkan [[sistem tanam paksa]] yang diperkenalkan oleh Gubernur Jenderal [[Johannes van den Bosch]] pada tahun 1830.<ref name="Goh 1998">{{cite book |last1=Goh |first1=Taro |title=Communal Land Tenure in Nineteenth-century Java: The Formation of Western Images of the Eastern Village Community |date=1998 |publisher=Department of Anthropology, Research School of Pacific and Asian Studies, Australian National University |isbn=978-0-7315-3200-1 |url=https://books.google.com/books?id=vouBAAAAMAAJ&q=particuliere+landerijen+ |accessdate=17 July 2020 |language=en}}</ref>
 
Hingga tahun 1901, terdapat 304 tanah partikelir, yang 101 di antaranya dimiliki oleh orang-orang Eropa, sementara sisanya sebagian besar dimiliki oleh orang-orang Tionghoa, terutama dari [[Cabang Atas]].<ref name="Kahin 2015" /><ref name="Dick, Sullivan, Butcher 1993">{{cite book |last1=Dick |first1=Howard |last2=Sullivan |first2=Michael |last3=Butcher |first3=John |title=The Rise and Fall of Revenue Farming: Business Elites and the Emergence of the Modern State in Southeast Asia |date=1993 |publisher=Springer |isbn=978-1-349-22877-5 |url=https://books.google.com/books?id=xmSwCwAAQBAJ&q=cabang+atas+private+estates&pg=PA274 |accessdate=15 July 2020 |language=en}}</ref><ref name="Rush 2007">{{cite book |last1=Rush |first1=James R. |title=Opium to Java: Revenue Farming and Chinese Enterprise in Colonial Indonesia, 1860-1910 |date=2007 |publisher=Equinox Publishing |isbn=978-979-3780-49-8 |url=https://books.google.com/books?id=SE6EbKaCR2gC&q=cabang+atas+private+estates&pg=PA102 |accessdate=15 July 2020 |language=en}}</ref><ref name="Kahin 2015" />
Sekitar 800.000 petani hidup di ratusan tanah partikelir tersebut, dan secara administratif diatur oleh para tuan tanah masing-masing, bukannya pemerintah kolonial.<ref name="Cribb 2008" /><ref name="Nola 2013" /><ref name="Kahin 2015" /> Sehingga tanah partikelir juga terkenal akan kekejaman para tuan tanahnya.<ref name="Anderson 2006" /><ref name="Cribb 2008" /><ref name="Nola 2013" /> Serangkaian peraturan kemudian diterbitkan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk memperketat pengaturan tanah partikelir, yakni Staatsblad No. 19 tahun 1836 dan Staatsblad No. 422 tahun 1912.<ref name="Nola 2013" />
 
Sebagai bagian dari [[politik etis]] pada awal abad ke-20, pemerintah Hindia Belanda berencana membeli kembali tanah-tanah partikelir dari para tuan tanahnya.<ref name="Cribb 2008" /><ref name="Nola 2013" /><ref name="Kahin 2015" /> Motivasi pembelian tersebut adalah untuk menyetarakan para penduduk di tanah tersebut dengan penduduk lain di Hindia Belanda pada umumnya.<ref name="Cribb 2008" /> Pembelian tersebut dimulai pada tahun 1912, namun terhenti akibat [[Depresi Besar]] (1929-1939).<ref name="Cribb 2008" /> Pada tahun 1935, pemerintah Hindia Belanda mendirikan ''NV Javasche Particuliere Landerijen Maatschappij'' untuk membeli tanah partikelir.<ref name="Cribb 2008" />
 
Walaupun pembelian dilanjutkan, sejumlah tanah partikelir belum berhasil dibeli hingga [[Pendudukan Jepang di Indonesia|Jepang menduduki Indonesia]] selama [[Perang Dunia II]] (1942-1945) serta hingga [[Revolusi Indonesia]] (1945-1949).<ref name="Nola 2013" /> Pada tahun 1958, Pemerintah Indonesia menerbitkan Undang-Undang No. 1 tahun 1958, yang secara resmi menghapus semua tanah partikelir yang tersisa.<ref name="Nola 2013" />
 
==Administrasi dan struktur==
Tanah partikelir dibagi menjadi '''tanah kongsi''' yang digunakan sendiri oleh tuan tanahnya, dan '''tanah usaha''' yang digunakan oleh penduduk tanah tersebut.<ref name="Nola 2013" /> Selain itu, terdapat juga hutan yang tidak dapat diklaim atau digarap tanpa persetujuan tuan tanah.<ref name="Nola 2013" /> Rumah milik tuan tanah disebut sebagai '''[[rumah kongsi]]''' (Bahasa Belanda: '''''landhuis''''').<ref name="Milone 1967">{{cite journal |last1=Milone |first1=Pauline Dublin |title=Indische Culture, and Its Relationship to Urban Life |journal=Comparative Studies in Society and History |date=1967 |volume=9 |issue=4 |pages=407–426 |doi=10.1017/S0010417500004618 |jstor=177686 |issn=0010-4175}}</ref><ref name="Heuken 2007">{{cite book |last1=Heuken |first1=Adolf |title=Historical Sites of Jakarta |date=2007 |publisher=Cipta Loka Caraka |url=https://books.google.com/books?id=42pwAAAAMAAJ |accessdate=15 July 2020 |language=en}}</ref> Pada konteks ini, 'Kongsi' berarti 'Tuan' atau 'Ketuanan', dan merupakanadalah gelar yang digunakan oleh tuan tanah Tionghoa, yang biasanya merupakanadalah keturunan dari [[Cabang Atas]].<ref name="Salmon 2006">{{cite journal |last1=Salmon |first1=Claudine |title=Women's Social Status as Reflected in Chinese Epigraphs from Insulinde (16th-20th Centuries) |journal=Archipel |date=2006 |volume=72 |issue=1 |pages=157–194 |doi=10.3406/arch.2006.4030 |url=https://www.persee.fr/doc/arch_0044-8613_2006_num_72_1_4030}}</ref>
 
[[Birokrasi]] di dalam tanah partikelir juga diangkat dan digaji oleh tuan tanah masing-masing, bukan oleh pemerintah.<ref name="Staatsblad 1912 No. 422">{{cite book |title=Peratoeran baroe atas tanah-tanah particulier di tanah Djawa seblah Roelan Tjimanoek (Staatsblad 1912 No. 422) |date=1913 |publisher=Landsdrukkerij |location=Batavia |page=24}}</ref> Seorang ''administrateur'' diangkat oleh tuan tanah untuk mengawasi manajemen tanah partikelir.<ref name="Staatsblad 1912 No. 422" /> Tuan tanah juga mengangkat ''[[camat]]'', birokrat lain, serta [[kepala desa]] yang biasa disebut sebagai ''mandor''.<ref name="Staatsblad 1912 No. 422" /> Kejahatan ringan yang terjadi di dalam tanah partikelir biasanya diproses dan diadili oleh pengadilan yang dibentuk oleh tuan tanah.<ref name="Staatsblad 1912 No. 422" /> Tuan tanah juga bertanggung jawab menyediakan layanan pendidikan, layanan kesehatan, dan layanan sosial lainnya, serta infrastruktur untuk para penduduk tanahnya.<ref name="Anderson 2006" /><ref name="Cribb 2008" /><ref name="Nola 2013" />
 
Sebagai bagian dari hak-hak ketuanan, tuan tanah berhak memperoleh pendapatan dari para penduduk tanahnya, termasuk ''tjoekee'' atau ''contingent'', berupa 20% dari hasil panen penduduknya.<ref name="Kropveld 1911" /><ref name="Gautama & Harsono 1972" /><ref name="Indonesia Circle 1996" /> Tuan tanah juga dapat memungut ''padjeg'', yang berupa sebagian dari hasil panen penduduknya dalam jangka waktu tertentu.<ref name="Kropveld 1911" /><ref name="Gautama & Harsono 1972" /><ref name="Indonesia Circle 1996" /> Pungutan tersebut diawasi oleh pegawai yang disebut ''Potia'', dan dibantu oleh deputi yang disebut ''Komitier''.<ref name="Staatsblad 1912 No. 422" />
 
Sebagai bagian dari hak-hak ketuanan juga, tuan tanah berhak mengenakan ''kompenian'' atau [[corvée]] kepada para penduduknya, yang dapat berupa 60 hari kerja tanpa dibayar dalam satu tahun, sesuai kebijakan dari tuan tanah atau birokratnya.<ref name="Kropveld 1911" /><ref name="StaatsbladGautama 1912& No.Harsono 4221972" /><ref name="GautamaIndonesia &Circle Harsono 19721996" /><ref name="IndonesiaStaatsblad Circle1912 1996No. 422" /> Kompenian meliputi pengerjaan [[infrastruktur]], seperti jalan dan jembatan di dalam tanah partikelir, atau bekerja di dalam tanah kongsi milik tuan tanah.<ref name="Kropveld 1911" /><ref name="StaatsbladGautama 1912& No.Harsono 4221972" /><ref name="GautamaIndonesia & HarsonoCircle 19721996" /><ref name="IndonesiaStaatsblad Circle1912 1996No. 422" /> Di Ommelanden, para penduduk hanya boleh melakukan panen setelah mendapat izin dari tuan tanahnya.<ref name="Cribb 2008" />
 
==Contoh tanah partikelir==
* [[Jatinegara, Jakarta Timur|Jatinegara]]
* [[Museum Rumah Tanjung Timur|Tanjung Timur]] (sekarang [[Gedong, Pasar Rebo, Jakarta Timur|Gedong]], [[Pasar Rebo, Jakarta Timur|Pasar Rebo]])
* [[Tanjung Timur]]
* [[Tanjung Barat, Jagakarsa, Jakarta Selatan|Tanjung Barat]]
* [[PakuhajiKramat, TangerangSenen, Jakarta Pusat|Kramat]]
 
==Referensi==
Baris 31:
{{Authority control}}
 
[[CategoryKategori:Indonesia]]
[[CategoryKategori:Hindia Belanda]]
[[CategoryKategori:Sistem ekonomi]]
[[CategoryKategori:Kelas sosial]]