Silodosin: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Muhammad Anas Sidik (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: halaman dengan galat kutipan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Muhammad Anas Sidik (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
(4 revisi perantara oleh pengguna yang sama tidak ditampilkan)
Baris 92:
}}
 
'''Silodosin''' adalah obat untuk pengobatan simtomatik [[hiperplasia prostat jinak]]. Obat ini bertindak sebagai antagonis reseptor adrenergik alfa-1.<ref name="Rapaflo FDA label">{{cite web | title=Rapaflo- silodosin capsule | website=DailyMed | date=1 December 2020 | url=https://dailymed.nlm.nih.gov/dailymed/drugInfo.cfm?setid=da0314f6-b1d6-44ee-8b1e-f763dbb8613f | access-date=5 March 2023}}</ref><ref name="Silodyx EPAR" /> Efek samping yang paling umum adalah pengurangan jumlah air mani yang dikeluarkan saat ejakulasi.<ref name="Silodyx EPAR">{{cite web|url=https://www.ema.europa.eu/en/medicines/human/EPAR/silodyx|title=Silodyx EPAR |publisher=[[European Medicines Agency]] (EMA) |date=2010-01-10}} Text was copied from this source which is copyright European Medicines Agency. Reproduction is authorized provided the source is acknowledged.</ref>
 
==Sejarah==
Baris 108:
 
==Efek samping==
Efek samping yang paling umum adalah hilangnya emisi [[air mani]]. Hal ini tampaknya disebabkan oleh selektivitas silodosin yang tinggi terhadap reseptor α<sub>1A</sub>.<ref name="AC" /><ref name="pmid19536124" />
 
Sindrom iris ''floppy'' intraoperatif terjadi pada beberapa orang yang mengonsumsi antagonis adrenoreseptor alfa dan dapat menyebabkan komplikasi selama operasi katarak. Sindrom iris ''floppy'' intraoperatif adalah suatu kondisi yang membuat iris ''floppy''.<ref name="Silodyx EPAR" />
 
Efek samping umum lainnya (pada lebih dari 1% pasien) adalah pusing, [[hipotensi ortostatik]], diare, dan hidung tersumbat. Yang kurang umum (0,1–1%) adalah [[takikardia]] (detak jantung cepat), [[xerostomia|mulut kering]], mual, reaksi kulit, dan [[disfungsi ereksi]]. Reaksi hipersensitivitas terjadi pada kurang dari 0,01% pasien. Ada laporan tentang sindrom iris ''floppy'' intraoperatif selama ekstraksi katarak.<ref name="AC" /><ref name="EMA" /> Efek samping ini mirip dengan antagonis α<sub>1</sub> lainnya.
 
==Interaksi==
Menggabungkan silodosin dengan penghambat kuat enzim hati CYP3A4, seperti [[ketokonazol]], secara signifikan meningkatkan konsentrasinya dalam [[plasma darah]] dan [[area di bawah kurva]] (AUC). Penghambat CYP3A4 yang kurang kuat seperti [[diltiazem]] memiliki efek yang kurang jelas pada parameter ini, yang tidak dianggap signifikan secara klinis. Penghambat dan induksi enzim UGT2B7, [[alkohol dehidrogenase]], dan aldehida dehidrogenase, serta transporter P-glikoprotein (P-gp), juga dapat memengaruhi konsentrasi silodosin dalam tubuh. [[Digoksin]], yang diangkut oleh P-gp, tidak terpengaruh oleh silodosin; ini berarti bahwa silodosin tidak secara signifikan menghambat atau menginduksi P-gp.<ref name="AC" /><ref name="EMA" />
 
Tidak ada interaksi yang relevan dengan obat [[antihipertensi]] atau dengan [[penghambat fosfodiesterase tipe 5]] yang ditemukan dalam penelitian; meskipun kombinasi dengan antagonis α<sub>1</sub> lainnya belum diteliti dengan baik.<ref name="AC" /><ref name="EMA" />
 
==Farmakologi==
===Mekanisme kerja===
Silodosin adalah antagonis adrenoreseptor alfa. Obat ini bekerja dengan cara memblokir reseptor yang disebut adrenoreseptor alfa1A di kelenjar prostat, kandung kemih, dan [[uretra]] (saluran yang menghubungkan kandung kemih ke bagian luar tubuh). Ketika reseptor ini diaktifkan, otot-otot yang mengendalikan aliran urin akan berkontraksi. Dengan memblokir reseptor ini, silodosin memungkinkan otot-otot ini untuk rileks, sehingga memudahkan pengeluaran urin dan meredakan gejala BPH.<ref name="Silodyx EPAR" />
 
Silodosin memiliki afinitas tinggi terhadap reseptor adrenergik α<sub>1A</sub> di [[prostat]], [[kandung kemih]], dan uretra prostat. Melalui mekanisme ini, obat ini merelaksasi [[otot polos]] di organ-organ ini, sehingga aliran urin dan gejala hiperplasia prostat jinak lainnya menjadi lancar.<ref name="Rapaflo FDA label" />
 
===Farmakokinetik===
[[Bioavailabilitas]] absolut setelah konsumsi oral adalah 32%. Makanan memiliki sedikit efek pada AUC. Ketika berada di aliran darah; 96,6% zat tersebut terikat pada protein plasma darah. Metabolit utamanya adalah silodosin glukuronida, yang menghambat reseptor α<sub>1A</sub> dengan afinitas 1/8 dari zat induknya. 91% glukuronida terikat pada [[protein plasma]]. Enzim yang terutama bertanggung jawab atas pembentukan glukuronida adalah UGT2B7. Enzim lain yang terlibat dalam metabolisme adalah alkohol dehidrogenase, aldehida dehidrogenase, dan CYP3A4.<ref name="Silodyx EPAR" /><ref name="AC" />
 
Silodosin hampir seluruhnya diekskresikan dalam bentuk metabolit; 33,5% melalui urin dan 54,9% melalui feses. [[Waktu paruh biologis]] silodosin rata-rata 11 jam, dan glukuronida adalah 18 jam atau 24 jam. (Sumber-sumber saling bertentangan mengenai hal ini.)<ref name="AC" /><ref name="EMA" />
 
<gallery>
File:Silodosin glucuronide.svg|Glukuronida silodosin
File:Silodosin acid.svg|KMD-3293, metabolit utama lainnya
</gallery>
 
==Penelitian==
Antagonis reseptor adrenergik alfa-1 sedang diselidiki sebagai sarana pengendalian kelahiran pria karena kemampuannya untuk menghambat ejakulasi tetapi tidak orgasme. Sementara silodosin sepenuhnya berkhasiat dalam mencegah pelepasan air mani pada semua subjek, 12 dari 15 peserta melaporkan ketidaknyamanan ringan saat orgasme. Para pria juga melaporkan efek samping psikoseksual karena sangat tidak puas dengan kurangnya ejakulasi mereka.<ref name="pmid19536124">{{cite journal |vauthors=Kobayashi K, Masumori N, Kato R, Hisasue S, Furuya R, Tsukamoto T |title=Orgasm is preserved regardless of ejaculatory dysfunction with selective alpha1A-blocker administration |journal=Int J Impot Res |volume=21 |issue=5 |pages=306–10 |date=December 2009 |pmid=19536124 |pmc=2834370 | doi = 10.1038/ijir.2009.27 | doi-access = free | title-link = doi }}</ref>