Bukit Seguntang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Gunkarta (bicara | kontrib)
pengayaan
Losstreak (bicara | kontrib)
k Menambah Kategori:Sejarah menggunakan HotCat
 
(50 revisi perantara oleh 21 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
[[Berkas:Buddha Seguntang Palembang.jpg|uprightlurus|thumbjmpl|rightka|Arca buddha yang ditemukan di situs Bukit Seguntang, kini disimpan di Museum Sultan Mahmud Badaruddin II, Palembang.]]
'''Bukit Seguntang''' atau kadang disebut juga '''Bukit Siguntang''' adalah sebuah [[bukit]] kecil setinggi 29—30 meter dari permukaan laut yang terletak sekitar 3 kilometer dari tepian utara [[Sungai Musi]] dan masuk dalam wilayah kota [[Palembang]], [[Sumatera Selatan]]. Secara administratif situs ini termasuk kelurahan Bukit Lama, Kecamatan [[Ilir Barat I, Palembang]]. Bukit ini berjarak sekitar 4 kilometer di sebelah barat daya pusat kota Palembang, dapat dicapai dengan menggunakan [[angkutan umum]] menuju jurusan Bukit Besar.
 
'''BukitDi Seguntang'''lingkungan adalah sebuahsekitar [[bukit]] kecilini setinggiditemukan 29—30beberapa metertemuan purbakala yang terletakdikaitkan didengan tepian utarakerajaan [[Sungai MusiSriwijaya]] danyang masuk dalam wilayah kota [[Palembang]], [[Sumatera Selatan]]. Bukit ini berjarakberjaya sekitar 4kurun kilometerabad dike-6 sebelahsampai baratke-13 pusat kota Palembang, dapat dituju dengan menggunakan angkutan umum menuju jurusan Bukit Besarmasehi. Di puncak bukit ini terdapat beberapa makam yang dipercaya sebagai leluhur warga Palembang. Oleh masyarakat setempat, komplekkompleks ini dianggap keramat dan menjadi tempat tujuan [[ziarah]] dan dikaitkan dengan kerajaan [[Sriwijaya]] yang berjaya sekitar kurun abad ke-6 sampai ke-13 masehi. Kini Kawasan ini sekarang menjadi Taman Purbakala untuk menjaga artefak-artefak yang mungkin masih belum terungkap.
 
Nama Bukit Siguntang dipakai sebagai nama salah satu kapal laut milik [[Pelayaran Nasional Indonesia|PELNI]], yaitu KM Bukit Siguntang.<ref>{{Cite news|url=https://www.jadwalpelni.com/2018/07/jadwal-kapal-pelni-bukit-siguntang.html|title=Jadwal Kapal Pelni Bukit Siguntang Agustus 2018 [UPDATE]|last=Permana|first=Budi|newspaper=Jadwal Pelni|access-date=2018-08-27}}{{Pranala mati|date=Februari 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref>
== Nilai sejarah ==
Bukit Seguntang tampaknya telah dianggap sebagai tempat penting sejak masa [[Kerajaan Sriwijaya]]. Pada tahun 1920-an di bukit ini ditemukan arca Buddha bergaya Amarawati. Arca ini ditemukan dalam beberapa pecahan. Bagian yang pertama kali ditemukan adalah bagian kepalanya, beberapa bulan kemudian bagian tubuhnya ditemukan, hanya bagian kakinya yang kini masih hilang. Arca setinggi 277 cm ini dibuat dari batu granit yang banyak ditemukan di pulau Bangka. Arca ini mengikuti langgam Amarawati yang berkembang di India Selatan abad II sampai V masehi. Langgam Amarawati sampai Kerajaan Sriwijaya melalui hubungan dagang dan keagamaan dengan India, diperkirakan arca ini berasal dari abad VII sampai VIII masehi. Arca ini kini dipamerkan di halaman Museum Sultan Mahmud Badaruddin II, dekat Benteng Kuto Besak, Palembang.
 
== Temuan purbakala ==
Di sisi selatan terdapat situs Karanganyar, yang menunjukkan bekas pemukiman. Dua prasasti dari abad ke-7 ditemukan di dekatnya pada tahun 1920, berangka tahun 682 ([[Prasasti Kedukan Bukit]]) dan 684 ([[Prasasti Talang Tuwo]]). Di dekade yang sama ditemukan arca [[Buddha]] berukuran besar di lereng selatan bukit ini, yang diduga berasal dari abad ke-7 atau ke-8 Masehi. Pada tahun 1978, 1980, dan 1982 berbagai peninggalan [[keramik]] dari masa [[dinasti T'ang]] dan [[Dinasti Sung|Sung]] awal diangkat dari area di lereng dan sekitar Bukit Seguntang.<ref>Wolters, O.W. 1986. Restudying Some Chinese Writings on Sriwijaya. ''Indonesia'' 42:1-41.</ref>
Bukit Seguntang sebagai bukit paling tinggi di dataran Palembang tampaknya telah dianggap sebagai tempat penting sejak masa [[Kerajaan Sriwijaya]], beberapa temuan artefak yang bersifat buddhisme menunjukkan tempat bahwa ini adalah salah satu kawasan pemujaan dan keagamaan kerajaan. Pada tahun 1920-an di lereng selatan bukit ini ditemukan arca Buddha bergaya Amarawati. Arca berukuran cukup besar ini ditemukan dalam beberapa pecahan. Bagian yang pertama kali ditemukan adalah bagian kepalanya, beberapayang langsung dibawa ke Museum Nasional di Batavia. Beberapa bulan kemudian bagian tubuhnya ditemukan, hanyakemudian bagian kakinyakepala yangdan kini masihtubuhnya hilangdisatukan. ArcaAkan setinggitetapi 277hanya cmbagian ini dibuat dari batu granitkakinya yang banyakkini ditemukanmasih dibelum pulau Bangkaditemukan. Arca ini mengikuti langgam Amarawati yang berkembang di India Selatan abad II sampai V masehi. LanggamPengaruh langgam Amarawati berkembang sampai ke Kerajaan Sriwijaya melalui hubungan dagang dan keagamaan dengan India. Arca setinggi 277 cm ini dibuat dari batu granit yang banyak ditemukan di pulau [[Bangka]], diperkirakanmaka disimpulkan bahwa arca ini berasaladalah buatan setempat, bukan didatangkan dari India. Diperkirakan arca ini dibuat sekitar abad VII sampai VIII masehi. ArcaKini arca ini kini dipamerkan di halaman [[Museum Sultan Mahmud Badaruddin II]], dekat [[Benteng Kuto Besak]], Palembang.
 
Di daerah Bukit Seguntang juga ditemukan fragmen arca [[Bodhisattwa]]. Kepala arca digambarkan dengan rambut yang tersisir rapi dengan ikatan seutas pita yang berhiaskan kuntum bunga. Di bukit ini juga ditemukan reruntuhan stupa dari bahan batu pasir dan bata, fragmen prasasti, arca Bodhisattwa batu, arca [[Kuwera]], dan arca Buddha [[Wairocana]] dalam posisi duduk lengkap dengan prabha dan chattra. Di daerah Bukit Seguntang ditemukan pula fragmen prasasti batu yang ditulis dalam aksara Pallawa dan Bahasa Melayu Kuno. Prasasti yang terdiri dari 21 baris ini menceritakan tentang hebatnya sebuah peperangan yang mengakibatkan banyaknya darah tertumpah, disamping itu juga menyebutkan kutukan bagi mereka yang berbuat salah.
Bukit seguntang adalah gundukan tanah yang paling menonjol di kota Palembang. Bukit ini dipenuhi taman dan pepohonan besar. Pada bagian puncak bukit terdapat beberapa makam yang menurut penduduk lokal dikaitkan dengan tokoh-tokoh raja, bangsawan dan pahlawan Sriwijaya. Terdapat tujuh makam di bukit ini, yaitu makam:
 
DiSekitar sisi3 selatankilometer di sebelah tenggara dekat tepi sungai Musi terdapat [[situs Karanganyar]], yang menunjukkan bekas pemukiman. Dua prasasti dari abad ke-7 ditemukan di dekatnya pada tahun 1920, berangka tahun 682 ([[Prasasti Kedukan Bukit]]) dan 684 ([[Prasasti Talang Tuwo]]). Di dekade yang sama ditemukan arca [[Buddha]] berukuran besar di lereng selatan bukit ini, yang diduga berasal dari abad ke-7 atau ke-8 Masehi. Pada tahun 1978, 1980, dan 1982 berbagai peninggalan [[keramik]] dari masa [[dinasti T'ang]] dan [[Dinasti Sung|Sung]] awal diangkat dari area di lereng dan sekitar Bukit Seguntang.<ref>Wolters, [[O. W. Wolters]], 1986. Restudying Some Chinese Writings on Sriwijaya. ''Indonesia'' 42:1-41.</ref>
 
== Kompleks makam ==
[[Berkas:Bukit Seguntang Tombs.jpg|jmpl|ka|Kompleks makam di Bukit Seguntang, di tengah adalah makam Panglima Tuan Junjungan.]]
Bukit seguntangSeguntang adalah gundukan tanah yang paling menonjol di dataran kota Palembang. Bukit iniyang dipenuhi taman dan pepohonan besar ini dipercaya sebagai kompleks pemakaman raja-raja Melayu. Pada bagian puncak bukit terdapat beberapa makam yang menurut penduduk lokal dikaitkan dengan tokoh-tokoh raja, bangsawan dan pahlawan Melayu-Sriwijaya. Terdapat tujuh makam di bukit ini, yaitu makam:
* Raja Sigentar Alam
* Pangeran Raja Batu Api
Baris 17 ⟶ 24:
* Panglima Bagus Karang
 
Menurut kitab [[Sulalatus Salatin]], Bukit Seguntang merupakan tempat datangnya [[Sang Sapurba]], keturunan [[Iskandar Zulkarnain]], yang dikemudian hari menurunkan raja-raja Melayu di Sumatra, Kalimantan Barat, dan Semenanjung Malaya. Bukit Seguntang diibaratkan sebagai potongan Gunung [[Mahameru]] dalam kepercayaan Hindu-Buddha, dan dianggap suci karena merupakan cikal bakal orang-orang Melayu. Raja yang memerintah di [[Kerajaan Malaka|Malaka]] dikatakan sebagai keturunan Sang Sapurba.
== Referensi ==
 
== Catatan kaki ==
{{reflist}}
 
== Referensi ==
[[Kategori:Sriwijaya]]
* Ahmad Rapanie, Cahyo Sulistianingsih, Ribuan Nata, "Kerajaan Sriwijaya, Beberapa Situs dan Temuannya", Museum Negeri Sumatera Selatan, Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Selatan.
[[Kategori:Kota Palembang]]
 
{{coord|2|59|50|S|104|43|32|E|display=title}}
[[en:{{Commonscat|Bukit Seguntang]]}}
 
[[Kategori:Kerajaan Sriwijaya]]
[[Kategori:Kota Palembang]]
[[Kategori:Bukit di Indonesia]]
[[Kategori:Sejarah]]