Jipang, Cepu, Blora: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Menambah referensi penting Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Menambah referensi penting Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
(3 revisi perantara oleh satu pengguna lainnya tidak ditampilkan) | |||
Baris 13:
}}
'''Jipang''' adalah [[desa]] yang berada di [[kecamatan]] [[Cepu, Blora|Cepu]], [[Kabupaten Blora|Blora]], [[Jawa Tengah]], [[Indonesia]]. Jauh sebelum menjadi nama desa, Tlatah Jipang merupakan nama kuno dari [[Kabupaten Bojonegoro|Bojonegoro]], sebagian [[Kabupaten Blora|Blora]], dan
Secara ilmiah dan empiris, nama Jipang muncul pertamakali pada Prasasti Maribong (1248 M), sebagai tanah istimewa yang mampu menyatukan [[Kerajaan Janggala|Jenggala]] (peradaban pesisir) dan [[Kerajaan Kadiri|Panjalu]] (peradaban pegunungan). Peran penting Tlatah Jipang itu, bahkan membuat [[Wisnuwardhana|Raja Wisnuwardhana]] menasbihkan Jipang sebagai Tanah Para Brahmana.
Baris 45:
Pada abad 16 M, kawasan ini menjadi [[Kerajaan vazal]] (bawahan) dari [[Kerajaan Demak]], dan lebih di kenal dengan sebutan [[Kadipaten Jipang]]. Kadipaten [[Jipang (Cemilan)|Jipang]] adalah Kadipaten Agung dengan hak otonom penuh yaitu hak untuk mengurus Pemerintahan sendiri. Salah satu Raja/ adipati yang terkenal adalah Arya Penangsang atau Arya Jipang. Desa Jipang pernah pula menjadi Ibu kota Kerajaan/ Kesultanan Demak pada masa Raja Jipang Aya Penangsang menjadi Sultan Demak ke V pada th.1547 - 1554 dimana Ibu kota Kesultanan Demak yang sebelumnya berada di [[Prawoto]] (Pati) dipindahkan ke [[Jipang]]. Sehingga pada era itu dikenal dengan sebutan [[Demak Jipang]]. Di desa ini masih terdapat peninggalan sejarah dari Kerajaan ini antara lain seperti Petilasan makam Gedong Ageng dan Santri Sembilan yang sudah ditetapkan oleh Pemerintah sebagai Situs Cagar budaya. Daerah kekuasaan [[Jipang (Cemilan)|Jipang]] pada masa itu meliputi Bojonegoro, Pati, Lasem Rembang dan Blora, sendiri, sampai dengan pasukan utusan Jaka Tingkir (Hadiwijaya) merebut takhta Kesultanan Demak dari Arya Penangsang. Sejak itu hilanglah Kedaulatan Kesultanan Demak lalu berdiri Kerajaan Pajang. Tempat-tempat ini ramai didatangi peziarah khususnya pada hari Kamis.
== Menyisir Jejak
'''Nggawan Sore (Bengawan Sore):'''
Secara ilmiah, Bengawan Sore merupakan teknologi kanal air yang dibuat pada abad 11 M oleh Raja Airlangga, pemimpin [[Kerajaan Kahuripan|Kerajaan Medang Kahuripan]]. Bengawan Sore dibangun di era Raja Airlangga membangun Bendungan Waringin Sapta. Dalam konteks legenda, Bengawan Sore juga cukup populer karena menjadi latar cerita dalam Babad Tanah Jawa versi prosa, yang ditulis oleh JJ Meinsma pada 1847 M.
Tempat ini sangat bersejarah dimana dulu Adipati Jipang [[Arya Penangsang]] yang saat itu sebagai Penguasa terakhir Kerajaan Demak atau Sultan Demak kelima bertempur melawan pasukan pemberontak kiriman adipati Pajang Joko Tingkir. Saat ini Bengawan sore sudah di jadikan areal persawahan oleh penduduk sekitar, masih banyak batu bata bekas reruntuhan bangunan masa lampau di daerah ini ada beberapa versi batu bata yang sudah di teliti oleh team dari Universitas Indonesia ini adalah peninggalan dari kerajaan Wura Wuri.▼
▲
'''Mesigit Jipang: '''
atau dikenal dengan '''Mesigit''', secara literatur ilmiah, adalah lokasi dakwah Syekh Jimatdil Kubro dari Gunung Jali (Tegiri). Mesigit Jipang merupakan pusat dakwah. Data terkait lokasi ini tercatat di sejumlah literatur. Mulai ''Topographisch Bureau Leiden University'' (1866), hingga buku ''The Passing Over'' (1998) yang ditulis [[Abdurrahman Wahid|KH Abdurrahman Wahid]] (Gus Dur).
Menurut Gus Dur, Mesigit Jipang merupakan zawiyah (lokasi dakwah) yang dibangun Syekh Jimatdil Kubro sejak periode 1344 M. Gus Dur menyebut, Mesigit Jipang adalah bukti nyata keberadaan Islam di era keemasan Majapahit. Mesigit Jipang sudah ada jauh sebelum Raden Fattah dan [[Kesultanan Demak]] dilahirkan.
'''Makam Santri Songo''' Secara ilmiah, kawasan yang juga dikenal dengan nama '''Kramat Songo''' ini merupakan pemakaman sembilan santri Syekh Jimatdil Kubro dari Gunung Jali (Tegiri). Sembilan tokoh ini adalah para penerus dakwah Syekh Jimatdil Kubro, sekaligus penyebar islam di Jipang pada abad 14 M. Tepat di era keemasan Majapahit. Ini terbukti dari bentuk, tekstur, dan inskripsi di dalam nisannya.
Seperti yang ditulis Gus Dur dalam buku ''The Passing Over'', Kramat Songo adalah bukti ilmiah keberadaan dakwah Syekh Jimatdil Kubro di wilayah Jipang. Kramat Songo menjadi bukti penting Islam damai pada abad 14 M. Kramat Songo adalah bukti penegasan Gus Dur, bahwa ajaran Islam damai sudah berkembang di Jipang, sejak era keemasan Majapahit.
'''Gedong Ageng '''
Adalah sebuah Komplek Pemakaman di Jipang.
Di sinilah para petinggi Kerajaan DJipang di makamkan, di tempat ini terdapat petilasan Siti Hinggil, petilasan semayam keputren dan makam kerabat Kerajaan DJipang antara lain makam R Bagus Sumantri, R Bagus Sosro Kusumo, RA Sekar Winangkrong dan Tumenggung Ronggo Atmojo.
'''Kedung nDrojo '''
|