Mas Asmaoen: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
(43 revisi perantara oleh 7 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Infobox person
| name =
| image = Mas Asmaoen.jpg
| image_size =
| alt =
| caption =
| birth_name = Raden Mas Asmaun
| birth_date = {{Birth date|1880|5|16}}
| birth_place =
| death_date = {{Death date and age|1917|6|11|1880|5|16}}
| death_place =
| nationality = [[
| alma_mater = {{unbulleted list|School tot Opleiding van Inlandsche Artsen ([[STOVIA]])|[[Universiteit van Amsterdam]]}}
| Other-Name =
| occupation = Dokter
| years_active =
| known_for =
| spouse = Adriana Punt<ref>The Life Summary of Adriana Punt.[https://ancestors.familysearch.org/en/LLMB-9KZ/adriana-punt-1888-1975].</ref>
| notable_works =
}}
'''Raden Mas Asmaoen''' ({{lahirmati|[[Malang, Jawa Timur]]|16|5|1880|[[Batavia]]|11|6|1917}}) adalah seorang dokter asal [[kota Malang]], dan Bumiputra pertama yang menerima gelar dokter Belanda dari [[Universiteit van Amsterdam]]. Ia juga menerima gelar dokter Jawa dari School Tot Opleiding Van Indische Artsen ([[STOVIA]])-gelar ini diberikan untuk orang-orang bumiputra setelah lulus dari STOVIA.
==Riwayat hidup==
Raden Mas Asmaoen adalah putra dari pasangan Raden Mas Soemodiprodjo, kelahiran [[Surakarta]] dan Nyi Mas Arliah Soemodiprodjo. Ia mempunyai saudara perempuan bernama Raden Ayu Siti Sarina. Asmaoen sempat mengenyam pendidikan di School tot Opleiding van Inlandsche Artsen [[STOVIA]] (sekolah dokter untuk bumiputra) sebelum akhirnya diizinkan menempuh pendidikan di [[Belanda]] untuk mendapatkan gelar dokter penuh.
Menurut [[de Vries]] dalam buku "Jaarboek van Batavia en Omstreken", ada seorang dokter pribumi pertama di Indonesia. Ia adalah Mas Asmaoen, lulusan dokter dari STOVIA. Ia lulus dari STOVIA setelah mengemban pendidikan selama 3 tahun. Ia pun bergelar Dokter Jawa-gelar ini diberikan untuk orang-orang pribumi setelah lulus dari STOVIA.<ref>Vries, JJ De. "Jarboek van Batavia en Omstreken 1927." Weltevreden: G. koleff & Co., Batavia., 1927. [https://www.abebooks.com/servlet/BookDetailsPL?bi=30960808868&cm_sp=snippet-_-srp1-_-tile2&searchurl=ds%3D10%26sortby%3D17%26tn%3Djaarboek%2Bvan%2Bbatavia%2Bomstreken%2B1927].</ref><ref>Hakim, Abdul. 1989. Jakarta Tempo Doeloe. Pustaka Antarkota: Jakarta. Terjemahan dari Jaarboek van Batavia en Omstreken oleh J.J. de Vries.
[https://kumparan.com/potongan-nostalgia/siapa-dokter-pribumi-pertama-di-indonesia-zaman-kolonial-belanda-1tljVd2iH8K].</ref>
▲Mas Asmaun menikah pada 2 Desember 1908 (usia 28 tahun) di Surabaya dengan Adriana Punt perempuan berdarah Belanda kelahiran Surabaya, 20 Oktober 1888. Dari pernikahannya mereka memiliki 3 anak bernama Mathilda Pustelnik Asmaoen, Maximiliaan Cornelis Asmaoen, Rudolf Alexander Asmaoen.
==Pendidikan==
Pada [[1904]], Menteri urusan daerah Jajahan [[Dirk Fock]] mengeluarkan izin studi kedokteran di Belanda bagi lulusan STOVIA. [[Abdul Rivai]] menjadi yang pertama mendapatkannya. Kesempatan untuk melanjutkan studi di Belanda tidaklah mudah. Hanya para siswa yang benar-benar pintar yang mampu mendapat akses terbatas tersebut. Asmaoen juga menggunakan kesempatan itu untuk mendaftar. Bersama Mas Boenjamin, Asmaoen mencatatkan namanya di fakultas kedokteran [[Universitas Amsterdam]] pada [[1908]]. Keduanya merupakan mahasiswa yang cemerlang sejak di STOVIA.<ref>HESSELINK, LIESBETH. “The STOVIA, Dokter Djawa 1875-1915.” In Healers on the Colonial Market: Native Doctors and Midwives in the Dutch East Indies, 163–224. Brill, 2011. [http://www.jstor.org/stable/10.1163/j.ctt1w8h2db.10].</ref>
Menurut [[Hans Pols]] dalam Nurturing Indonesia: Medicine and Decolonisation in the Dutch East Indies, kendati Abdul Rivai yang pertama masuk Universitas Amsterdam, tetapi Mas Asmaoen yang pertama lulus. “Karena Rivai sibuk menulis untuk majalah [[Bintang Hindia]], Asmaoen menjadi bumiputra pertama yang menerima gelar dokter Belanda”. Rivai lulus pada Juli [[1908]], sedangkan [[Boenjamin]] pada Oktober [[1908]]. Rivai kemudian menjadi orang Indonesia pertama yang menjadi dokter dari [[Universitas Gent]]. Boenjamin mengikuti langkah Rivai dengan mengambil gelar doktor bidang ilmu kedokteran di Universitas Gent, pada 9 Oktober [[1909]]. “Dengan demikian, Boenjamin menjadi orang [[Indonesia]] kedua dan orang [[Jawa]] pertama yang meraih gelar itu".<ref>Pols, H. (2018). Nurturing Indonesia: Medicine and Decolonisation in the Dutch East Indies (Global Health Histories). Cambridge: Cambridge University Press. doi:10.1017/9781108341035.[https://www.cambridge.org/core/books/nurturing-indonesia/8C16BB6264BD4156A540844EADBE2B5C]</ref><ref>Hans Pols. "Nurturing Indonesia: Medicine and Decolonisation in the Dutch East Indies". Brill. [https://brill.com/view/journals/bki/175/4/article-p589_13.xml?language=en].</ref><ref>Harry A. Poeze, Cornelis Dijk, Inge van der Meulen. "Di Negeri Penjajah: Orang Indonesia di Negeri Belanda, 1600-1950. Kepustakaan Populer Gramedia, 2008. Vol: 412. [https://books.google.com/books/about/Di_negeri_penjajah.html?hl=id&id=7aEpLKpCfz8C].</ref>
==Karir==
==
*[[Abdoel Rivai]]
*[[Boenjamin]]
==Referensi==
{{Reflist}}
{{lifetime|1880|1917}}
|