Gunung Ceremai: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Wie146 (bicara | kontrib)
 
(149 revisi perantara oleh 94 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{distinguish|Ceremai|Buah Ceremai}}
[[Gambar:Ciremai 040906 021_resize.jpg|thumb|300px|Gunung Ciremai dari arah Cigugur, Kuningan]]
{{untuk|layanan [[kereta api]] milik [[Kereta Api Indonesia|PT KAI]]|Kereta api Ciremai}}
'''Gunung Ciremai''' (atau Ceremai, Cereme, Cerme, Careme) secara administratif termasuk dalam wilayah tiga kabupaten, yakni [[Kabupaten Cirebon]], [[Kabupaten Kuningan]] dan [[Kabupaten Majalengka]], Provinsi [[Jawa Barat]]. [[Posisi geografis]] puncaknya terletak pada 6° 53' 30" LS dan 108° 24' 00" BT, dengan ketinggian 3.078 m di atas permukaan laut.
{{untuk|layanan [[kapal penumpang]] milik [[Pelayaran Nasional Indonesia|PT Pelni]]|KM Ciremai}}
{{Infobox mountain
| name = Gunung Ceremai
| other_name = ''Mount Ceremai''
| photo = Gunung Ciremai sfw2503.jpg
| elevation_m = 3078
| elevation_ref = <ref name="gvp">{{cite gvp|vnum=0603-17=|name=Cereme}}</ref>
| prominence_m =
| prominence_ft =
| prominence_ref =
| parent_peak =
| listing = [[Ultra prominent peak|Ultra]]<br />[[Ribu]]
| location = [[Jawa Barat]], [[Indonesia]]
| coordinates = {{coord|6.53|S|108.24|E|type:mountain}}
| map = Indonesia Java#Jawa Barat
| map_alt =
| map_caption =
| map_size =
| type = [[Stratovolcano]]
| volcanic_arc/belt = [[Busur Sunda]] / [[Sabuk alpida]]
| age =
| last_eruption = Maret [[1951]]
| first_ascent =
| easiest_route = Apuy
| normal_route = Palutungan<br />Linggarjati<br />Linggasana
<br />Sadarehe
}}
 
'''Gunung Ceremai''' (sering kali secara salah kaprah dinamakan '''Ciremai''', Latin: ''Gunung Ceremé'') adalah [[gunung berapi kerucut]] yang secara administratif termasuk dalam wilayah dua kabupaten, yakni [[Kabupaten Kuningan]] dan [[Kabupaten Majalengka]], Provinsi [[Jawa Barat]]. Posisi geografis puncaknya terletak pada kordinat 6° 53' 30" LS dan 108° 24' 00" BT, dengan ketinggian 3.078 meter di atas permukaan laut. Gunung Ceremai merupakan gunung tertinggi di Jawa Barat.
Gunung ini memiliki [[kawah]] ganda. Kawah barat yang beradius 400 m terpotong oleh kawah timur yang beradius 600 m. Pada ketinggian sekitar 2.900 m dpl di lereng selatan terdapat bekas titik letusan yang dinamakan Gowa Walet.
 
Gunung ini memiliki [[kawah]] ganda. Kawah barat yang beradius 400 m terpotong oleh kawah timur yang beradius 600 m. Pada ketinggian sekitar 2.900 mdpl di lereng selatan, terdapat bekas titik letusan yang dinamakan Gowa Walet.
Kini G. Ciremai termasuk ke dalam kawasan (calon) Taman Nasional Gunung Ciremai, yang memiliki luas total sekitar 15.000 hektare.
 
Kini, Gunung Ceremai termasuk ke dalam kawasan [[Taman Nasional Gunung Ciremai]] (TNGC), yang memiliki luas total sekitar 15.000 hektar.
==Vulkanologi dan geologi==
Gunung Ciremai termasuk gunungapi Kuarter aktif, tipe A (yakni, [[gunung berapi|gunungapi]] magmatik yang masih aktif semenjak tahun 1600), dan berbentuk [[Stratovolcano|strato]]. Gunung ini merupakan gunungapi soliter, yang dipisahkan oleh Zona Sesar Cilacap – Kuningan dari kelompok gunungapi Jawa Barat bagian timur (yakni deretan [[Gunung Galunggung]], [[Gunung Guntur]], [[Papandayan|Gunung Papandayan]], [[Gunung Patuha]] hingga [[Tangkuban Perahu|Gunung Tangkuban Perahu]]) yang terletak pada Zona Bandung.
 
Nama gunung ini berasal dari kata [[cereme]] (''Phyllanthus acidus'', sejenis tumbuhan perdu berbuah kecil dengan rasa masam), namun sering kali disebut '''Ciremai''', suatu gejala [[hiperkorek]] akibat banyaknya nama tempat di wilayah [[Pasundan]] yang menggunakan awalan 'ci-' untuk penamaan tempat.
Ciremai merupakan gunungapi generasi ketiga. Generasi pertama ialah suatu gunungapi Plistosen yang terletak di sebelah G. Ciremai, sebagai lanjutan vulkanisma Plio-Plistosen di atas batuan Tersier. Vulkanisma generasi kedua adalah Gunung Gegerhalang, yang sebelum runtuh membentuk [[Gunung berapi|Kaldera]] Gegerhalang. Dan vulkanisma generasi ketiga pada kala Holosen berupa G. Ciremai yang tumbuh di sisi utara Kaldera Gegerhalang, yang diperkirakan terjadi pada sekitar 7.000 tahun yang lalu (Situmorang 1991).
 
== Vulkanologi dan geologi ==
Letusan G. Ciremai tercatat sejak 1698 dan terakhir kali terjadi tahun 1937 dengan selang waktu istirahat terpendek 3 tahun dan terpanjang 112 tahun. Tiga letusan 1772, 1775 dan 1805 terjadi di kawah pusat tetapi tidak menimbulkan kerusakan yang berarti. Letusan uap belerang serta tembusan [[fumarola]] baru di dinding kawah pusat terjadi tahun 1917 dan 1924. Pada 24 Juni 1937 – 7 Januari 1938 terjadi letusan freatik di kawah pusat dan celah radial. Sebaran abu mencapai daerah seluas 52,500 km bujursangkar (Kusumadinata, 1971). Pada tahun 1947, 1955 dan 1973 terjadi gempa tektonik yang melanda daerah baratdaya G. Ciremai, yang diduga berkaitan dengan struktur sesar berarah tenggara – barat laut. Kejadian gempa yang merusak sejumlah bangunan di daerah Maja dan Talaga sebelah barat G. Ciremai terjadi tahun 1990 dan tahun 2001. Getarannya terasa hingga Desa Cilimus di timur G. Ciremai.
Gunung Ceremai termasuk gunungapi Kuarter aktif, tipe A (yakni, [[gunung berapi|gunungapi]] magmatik yang masih aktif semenjak tahun 1600), dan berbentuk [[Stratovolcano|strato]]. Gunung ini merupakan gunungapi soliter, yang dipisahkan oleh Zona Sesar Cilacap – Kuningan dari kelompok gunungapi Jawa Barat bagian timur (yakni deretan [[Gunung Galunggung]], [[Gunung Guntur]], [[Papandayan|Gunung Papandayan]], [[Gunung Patuha]] hingga [[Tangkuban Perahu|Gunung Tangkuban Perahu]]) yang terletak pada Zona Bandung.
 
Ceremai merupakan gunungapi generasi ketiga. Generasi pertama ialah suatu gunungapi Plistosen yang terletak di sebelah G. Ceremai, sebagai lanjutan vulkanisma Plio-Plistosen di atas batuan Tersier. Vulkanisma generasi kedua adalah Gunung Gegerhalang, yang sebelum runtuh membentuk [[Gunung berapi|Kaldera]] Gegerhalang. Dan vulkanisma generasi ketiga pada kala Holosen berupa G. Ceremai yang tumbuh di sisi utara Kaldera Gegerhalang, yang diperkirakan terjadi pada sekitar 7.000 tahun yang lalu (Situmorang 1991).
==Jalur pendakian==
Puncak gunung Ciremai dapat dicapai melalui banyak jalur pendakian. Akan tetapi yang populer dan mudah diakses adalah melalui Desa Palutungan dan Desa Linggarjati di Kab. Kuningan, dan Desa Apuy di Kab. Majalengka. Satu lagi jalur pendakian yang jarang digunakan ialah melalui Desa Padabeunghar di perbatasan Kuningan dengan Majalengka di utara. Di kota Kuningan terdapat kelompok pecinta alam "Akar" yang dapat membantu menyediakan berbagai informasi dan pemanduan mengenai pendakian Gunung Ciremai.
 
Letusan G. Ceremai tercatat sejak 1698 dan terakhir kali terjadi tahun 1937 dengan selang waktu istirahat terpendek 3 tahun dan terpanjang 112 tahun. Tiga letusan 1772, 1775 dan 1805 terjadi di kawah pusat tetapi tidak menimbulkan kerusakan yang berarti. Letusan uap belerang serta tembusan [[fumarola]] baru di dinding kawah pusat terjadi tahun 1917 dan 1924. Pada 24 Juni 1937 – 7 Januari 1938 terjadi letusan freatik di kawah pusat dan celah radial. Sebaran abu mencapai daerah seluas 52,500&nbsp;km bujursangkar (Kusumadinata, 1971). Pada tahun 1947, 1955 dan 1973 terjadi gempa tektonik yang melanda daerah barat daya G. Ciremai, yang diduga berkaitan dengan struktur sesar berarah tenggara – barat laut. Kejadian gempa yang merusak sejumlah bangunan di daerah Maja dan Talaga sebelah barat G. Ceremai terjadi tahun 1990 dan tahun 2001. Getarannya terasa hingga Desa Cilimus di timur G. Ceremai.
==Keanekaragaman hayati==
===Vegetasi===
[[Hutan]]-hutan yang masih alami di Gunung Ciremai tinggal lagi di bagian atas. Di sebelah bawah, terutama di wilayah yang pada masa lalu dikelola sebagai kawasan [[hutan produksi]] Perum Perhutani, hutan-hutan ini telah diubah menjadi hutan pinus (''Pinus merkusii''), atau [[semak belukar]], yang terbentuk akibat kebakaran berulang-ulang dan penggembalaan. Kini, sebagian besar hutan-hutan di bawah ketinggian … m dpl. dikelola dalam bentuk [[wanatani]] (''agroforest'') oleh masyarakat setempat.
 
== Jalur pendakian ==
Sebagaimana lazimnya di pegunungan di Jawa, semakin seseorang mendaki ke atas di Gunung Ciremai ini dijumpai berturut-turut tipe-tipe [[hutan pegunungan bawah]] (''submontane forest''), [[hutan pegunungan atas]] (''montane forest'') dan [[hutan subalpin]] (''subalpine forest''), dan kemudian wilayah-wilayah terbuka tak berpohon di sekitar puncak dan kawah.
Puncak gunung Ceremai dapat dicapai melalui banyak jalur pendakian. Jalur pendakian tersebut meliputi Desa Palutungan dan Desa Linggarjati di Kab. Kuningan, dan Desa Apuy di Kab. Majalengka. Ada satu jalur pendakian baru yaitu melalui Desa Linggasana di Kec. Cilimus, Kab. Kuningan. Jalur di Desa Linggasana yang dibuka tahun 2010 juga mudah diakses karena masih satu trayek jalan raya dengan jalur di Desa Linggarjati. Jalur pendakian lain ialah melalui Desa Padabeunghar di perbatasan Kuningan dengan Majalengka di utara. Di kota Kuningan terdapat kelompok pecinta alam "AKAR" (Anak Kuningan Alam Rimba) dan Gema Jabar Hejo (Gerakan Masyarakat Jawa Barat Hejo) yang dapat membantu menyediakan berbagai informasi dan pemanduan mengenai pendakian Gunung Ceremai.
 
== Keanekaragaman hayati ==
Lebih jauh, berdasarkan keadaan iklim mikronya, LIPI (2001) membedakan lingkungan Ciremai atas dataran tinggi basah dan dataran tinggi kering. Sebagai contoh, hutan di wilayah Resort Cigugur (jalur Palutungan, bagian selatan gunung) termasuk beriklim mikro basah, dan di Resort Setianegara (sebelah utara jalur Linggarjati) beriklim mikro kering.
=== Vegetasi ===
[[Hutan]]-hutan yang masih alami di Gunung Ceremai tinggal lagi di bagian atas. Di sebelah bawah, terutama di wilayah yang pada masa lalu dikelola sebagai kawasan [[hutan produksi]] Perum Perhutani, hutan-hutan ini telah diubah menjadi hutan pinus (''Pinus merkusii''), atau [[semak belukar]], yang terbentuk akibat kebakaran berulang-ulang dan penggembalaan. Kini, sebagian besar hutan-hutan di bawah ketinggian 500 mdpl. dikelola dalam bentuk [[wanatani]] (''agroforest'') oleh masyarakat setempat.
 
Sebagaimana lazimnya di pegunungan di Jawa, semakin seseorang mendaki ke atas di Gunung Ciremai ini dijumpai berturut-turut tipe-tipe [[hutan pegunungan bawah]] (''submontane forest''), [[hutan pegunungan atas]] (''montane forest'') dan [[hutan subalpin]] (''subalpine forest''), dan kemudian wilayah-wilayah terbuka tak berpohon di sekitar puncak dan kawah.
Secara umum, jalur-jalur pendakian Palutungan (di bagian selatan Gunung Ciremai), Apuy (barat), dan Linggarjati (timur) berturut-turut dari bawah ke atas akan melalui lahan-lahan pemukiman, ladang dan kebun milik penduduk, hutan tanaman pinus bercampur dengan ladang garapan dalam wilayah hutan ([[tumpangsari]]), dan terakhir hutan hujan pegunungan. Sedangkan di jalur Padabeunghar (utara) vegetasi itu ditambah dengan semak belukar yang berasosiasi dengan padang ilalang. Pada keempat jalur pendakian, hutan hujan pegunungannya dapat dibedakan lagi atas tiga tipe yaitu hutan pegunungan bawah, hutan pegunungan atas dan vegetasi subalpin di sekitar kawah. Kecuali vegetasi subalpin yang diduga telah terganggu oleh kebakaran, hutan-hutan hujan pegunungan ini kondisinya masih relatif utuh, hijau dan menampakkan stratifikasi tajuk yang cukup jelas.
 
Lebih jauh, berdasarkan keadaan iklim mikronya, LIPI (2001) membedakan lingkungan Ciremai atas dataran tinggi basah dan dataran tinggi kering. Sebagai contoh, hutan di wilayah Resort Cigugur (jalur Palutungan, bagian selatan gunung) termasuk beriklim mikro basah, dan di Resort Setianegara (sebelah utara jalur Linggarjati) beriklim mikro kering.
===Margasatwa===
Keanekaragaman satwa di Ciremai cukup tinggi. Penelitian kelompok [[pecinta alam]] [[Lawalata IPB]] di bulan April 2005 mendapatkan 12 spesies [[amfibia]] ([[kodok|kodok dan katak]]), berbagai jenis [[reptil]] seperti [[bunglon]], [[cecak]], [[kadal]] dan [[ular]], lebih dari 95 spesies [[burung]], dan lebih dari 20 spesies [[mamalia]].
 
Secara umum, jalur-jalur pendakian Palutungan (di bagian selatan Gunung Ciremai), Apuy (barat), Linggasana dan Linggarjati (timur) berturut-turut dari bawah ke atas akan melalui lahan-lahan permukiman, ladang dan kebun milik penduduk, hutan tanaman pinus bercampur dengan ladang garapan dalam wilayah hutan ([[tumpangsari]]), dan terakhir hutan hujan pegunungan. Sedangkan di jalur Padabeunghar (utara) vegetasi itu ditambah dengan semak belukar yang berasosiasi dengan padang ilalang. Pada keempat jalur pendakian, hutan hujan pegunungannya dapat dibedakan lagi atas tiga tipe yaitu hutan pegunungan bawah, hutan pegunungan atas dan vegetasi subalpin di sekitar kawah. Kecuali vegetasi subalpin yang diduga telah terganggu oleh kebakaran, hutan-hutan hujan pegunungan ini kondisinya masih relatif utuh, hijau dan menampakkan stratifikasi tajuk yang cukup jelas.
Beberapa jenis satwa itu, di antaranya:
** [[bangkong bertanduk]] (''Megophrys montana'')
** [[percil jawa]] (''Microhyla achatina'')
** [[kongkang jangkrik]] (''Rana nicobariensis'')
** [[kongkang kolam]] (''Rana chalconota'')
** [[katak pohon emas]] (''Philautus aurifasciatus'')
 
=== Margasatwa ===
** [[bunglon hutan]] (''Gonocephalus chamaeleontinus'')
Keanekaragaman satwa di Ceremai cukup tinggi. Penelitian kelompok [[pecinta alam]] [[Lawalata IPB]] di bulan April 2005 mendapatkan 12 spesies [[amfibia]] ([[kodok|kodok dan katak]]), berbagai jenis [[reptil]] seperti [[bunglon]], [[cecak]], [[kadal]] dan [[ular]], lebih dari 95 spesies [[burung]], dan lebih dari 20 spesies [[mamalia]].
** [[cecak batu]] (''Cyrtodactylus'' sp.)
 
Beberapa jenis satwa tersebut, di antaranya:
** burung [[elang hitam]] (''Ictinaetus malayensis'')
** burung[[Bangkong elang brontokbertanduk]] (''SpizaetusMegophrys cirrhatusmontana'')
** burung[[Percil elang jawaJawa]] (''SpizaetusMicrohyla bartelsiachatina'')
* [[Kongkang Jangkrik]] (''Rana Nicobariensis'')
** burung puyuh-gonggong jawa (''Arborophila javanica'')
* [[Kongkang kolam]] (''Rana chalconota'')
** burung walet gunung (''Collocalia vulcanorum'') [masih perlu dikonfirmasi]
* [[Katak-pohon Emas]] (''Philautus aurifasciatus'')
** burung takur bultok (''Megalaima lineata'')
* [[Bunglon Hutan]] (''Gonocephalus chamaeleontinus'')
** burung takur tulung-tumpuk (''Megalaima javensis'')
* [[Cecak Batu]] (''Cyrtodactylus'' sp.)
** burung berencet kerdil (''Pnoepyga pusilla'')
** burung[[Elang anis gununghitam]] (''TurdusIctinaetus poliochepalusmalayensis'')
** burung[[Elang tesia jawaBrontok]] (''TesiaSpizaetus superciliariscirrhatus'')
** burung[[Elang ceret gunungJawa]] (''CettiaSpizaetus vulcaniabartelsi'')
* [[Puyuh-gonggong Jawa]] (''Arborophila javanica'')
** burung kipasan ekor merah (''Rhipidura phoenicura'')
* [[Walet Gunung]] (''Collocalia vulcanorum'') [masih perlu dikonfirmasi]
** burung madu gunung (''Aethopyga eximia'')
** burung[[Takur madu jawaBultok]] (''AethopygaMegalaima mystacalislineata'')
** burung[[Takur kacamata gunungTulung-tumpuk]] (''ZosteropsMegalaima montanusjavensis'')
* [[Berencet Kerdil]] (''Pnoepyga pusilla'')
* [[Anis Gunung]] (''Turdus poliochepalus'')
* [[Tesia Jawa]] (''Tesia superciliaris'')
* [[Ceret Gunung]] (''Cettia vulcania'')
* [[Kipasan Ekor-merah]] (''Rhipidura phoenicura'')
* [[Burung-madu Gunung]] (''Aethopyga eximia'')
* [[Burung-madu Jawa]] (''Aethopyga mystacalis'')
* [[Kacamata Gunung]] (''Zosterops montanus'')
* [[Trenggiling biasa]] (''Manis javanica'')
* [[Tupai kekes]] (''Tupaia javanica'')
* [[Kukang]] (''Nycticebus coucang'')
* [[Surili jawa]] (''Presbytis comata'')
* [[Lutung budeng]] (''Trachypithecus auratus'')
* [[Ajag]] (''Cuon alpinus'')
* [[Telegu]] (''Mydaus javanensis'')
* [[Kucing Hutan]] (''Prionailurus bengalensis'')
* [[Macan Tutul]] (''Panthera pardus'')
* [[Kancil]] (''Tragulus javanicus'')
* [[Kijang]] (''Muntiacus muntjak'')
* [[Jelarang Hitam]] (''Ratufa bicolor'')
* [[Landak Jawa]] (''Hystrix javanica'')
 
== Galeri ==
** tenggiling (''Manis javanica'')
<gallery>
** [[tupai kekes]] (''Tupaia javanica'')
Berkas:Mount Cereme, Jatiwangi - Majalengka.jpg|Gunung Ceremai dari [[Loji, Jatiwangi, Majalengka|Desa Loji]], [[Jatiwangi, Majalengka|Kecamatan Jatiwangi]], [[Kabupaten Majalengka]]
** kukang (''Nycticebus coucang'')
Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Gezicht op een meer en de vulkaan Cereme oftewel Ciremai TMnr 60005195.jpg|Gunung Ceremai di awal abad ke-20. Foto koleksi Tropenmuseum Amsterdam.
** lutung surili (''Presbytis comata'')
Berkas:Kaki Gunung Ciremai.jpg|jmpl|200px|Gunung Ceremai dari [[Beber, Beber, Cirebon|Desa Beber]], [[Beber, Cirebon|Kecamatan Beber]], [[Kabupaten Cirebon]]
** lutung budeng (''Trachypithecus auratus'')
Berkas:Reynan-gunung cerme waryo.jpg|jmpl|200px|Gunung Ceremai dikala senja, diambil dari [[Banjarwangunan, Mundu, Cirebon|Banjar Wangunan]], [[kabupaten Cirebon]] pada 12 September 2019
** ajag/anjing hutan (''Cuon alpinus'')
Berkas:Shadow of Mount Ceremai.jpg|
** teledu sigung (''Mydaus javanensis'')
Berkas:Gunung ceremai yang menjulang tinggi.jpg|
** kucing hutan (''Prionailurus bengalensis'')
Berkas:Gunung Ceremai difoto ketika sore hari.jpg|
** macan tutul (''Panthera pardus'')
Berkas:Gunung Ceremai difoto sesudah turun hujan.jpg|
** kancil (''Tragulus javanicus'')
</gallery>
** kijang (''Muntiacus muntjak'')
** jelarang hitam (''Ratufa bicolor'')
** landak jawa (''Hystrix javanica'')
 
== Rujukan ==
{{Indo-geo-stub}}
{{reflist}}
 
[[Kategori:{{Gunung di Indonesia|Ciremai]]}}
 
{{DEFAULTSORT:Ceremai, Gunung}}
[[ms:Gunung Cereme]]
[[Kategori:Gunung berapi di Jawa Barat]]
[[pl:Cereme]]
[[Kategori:DAS Cisanggarung]]
[[Kategori:DAS Cimanuk]]
[[Kategori:Gunung berapi di Indonesia]]
[[Kategori:Gunung berapi aktif di Indonesia]]
[[Kategori:Gunung di Indonesia]]
[[Kategori:Gunung di Jawa Barat]]