I Gusti Ngurah Rai: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Angayubagia (bicara | kontrib) kTidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan visualeditor-wikitext |
||
(31 revisi perantara oleh 19 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Other uses|Ngurah Rai (disambiguasi)}}
{{Infobox military person |name = I Gusti Ngurah Rai
|image = Lukisan I Gusti Ngurah.jpg
Baris 12 ⟶ 13:
| serviceyears = 1938-1946
| rank = Letnan Kolonel
|battles = [[Pertempuran Margarana]]{{KIA}}
|awards = [[Pahlawan Nasional Indonesia]]
|spouse = Desak Putu Kari
Baris 18 ⟶ 19:
I Gusti Ngurah Tantra
I Gusti Ngurah Alit Yudha
|relations = [[I Gusti Ayu Agung Inda Trimafo Yudha]] (cucu)
|religion = [[Hindu]]
}}
[[Brigadir Jenderal]] [[TNI]] ([[Anumerta]]) '''I Gusti Ngurah Rai''' ({{lahirmati|[[Carangsari, Petang, Badung|Carangsari]], [[Petang, Badung|Petang]], [[Kabupaten Badung|Badung]]|30|1|1917|[[Marga, Tabanan]]|20|11|1946}}) adalah seorang [[Militer|tokoh militer]] [[Indonesia]], yang berjasa dalam [[Sejarah Indonesia (1945–1949)|Perang Kemerdekaan]]. Ia merupakan pendiri dan panglima pertama satuan angkatan bersenjata Republik Indonesia di [[Kepulauan Nusa Tenggara|Kepulauan Sunda Kecil]], yang memimpin langsung perlawanan bersenjata anti-[[Hindia Belanda|Belanda]] di Bali. Ia gugur pada bulan November 1946 dalam pertempuran dengan pasukan Belanda di dekat [[Marga, Marga, Tabanan|desa Marga]], Bali tengah.
Sebagai [[pahlawan nasional Indonesia]], ia secara [[anumerta]] dianugerahi salah satu penghargaan militer tertinggi negara
== Kehidupan awal dan pendidikan ==
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Den Passar straatbeeld. TMnr 60008142.jpg|thumb|left|260px|Kota Denpasar selama hari-hari sekolah Ngurah Rai]]
I Gusti Ngurah Rai lahir pada 30 Januari 1917 di desa [[Carangsari, Petang, Badung|Carangsari]], [[Petang, Badung|kecamatan Petang]], Kabupaten Badung di Bali selatan. Ia berasal dari sebuah keluarga yang cukup makmur berdarah [[bangsawan]]. Ia adalah anak kedua dari tiga bersaudara pasangan I Gusti Ngurah Palung dan I Gusti Ayu Kompyang.<ref name="Mengenal" /> Pada saat Rai lahir, ayahnya menjabat sebagai [[camat
Kedudukan resmi dan kekayaan materi sang ayah memungkinkan untuk mengirimkannya untuk belajar di [[Kota Denpasar|Denpasar]], di sekolah dasar [[Hindia Belanda|Belanda]] untuk pribumi ({{lang-nl|[[Hollandsch-Inlandsche School]]}}, HIS), dan kemudian ke [[kota Malang]], [[Jawa Timur]] untuk melanjutkan pendidikan di sekolah menengah Belanda ({{lang-nl|[[Meer Uitgebreid Lager Onderwijs]]}}, MULO). Namun, Ngurah Rai tak merampungkan pendidikan terakhirnya setelah kematian ayahnya pada tahun 1935. Peristiwa tersebut membuat Ngurah Rai harus kembali ke Bali.<ref name="Mengenal" />
Sesampai di kampung halaman, Ngurah Rai tidak menempuh pendidikan selama lebih dari dua tahun dan tidak memiliki pekerjaan tetap. Pada 1 Desember 1936, ia masuk sekolah perwira [[Korps Prajoda]] yang terletak di [[Kabupaten Gianyar]].<ref name="A dan B" /> Setelah lulus dari sekolah militer dengan pangkat [[letnan dua]] pada tahun 1940, Ngurah Rai dikirim ke [[Corps Opleiding Voor Reserve Officieren]] (CORO) di [[Kota Magelang|Magelang]] dan kemudian Pendidikan Artileri di [[Kota Malang|Malang]].<ref name="Merdeka" />
== Kegiatan selama Perang Dunia II ==
Baris 35 ⟶ 39:
Pada 19 Februari 1942, pasukan [[Kekaisaran Jepang|Jepang]] mendarat di dekat kota [[Sanur]], [[Bali]]. Korps Prajoda yang terdiri dari sekitar 600 pejuang ini tetap menjadi satu-satunya formasi bersenjata yang ditempatkan di Bali dan tidak ada unit [[Koninklijk Nederlandsch-Indische Leger|Tentara Kerajaan Hindia Belanda]] ({{lang-nl|Koninklijk Nederlandsch-Indische Leger}}, KNIL) reguler di pulau itu. Secara formal, komando korps dipercayakan kepada [[Mayor Jenderal]] G.A. Ilgen, komandan divisi infanteri ketiga KNIL, tetapi komandan sebenarnya adalah Letnan Kolonel W.P. Roodenburg yang berlokasi di Pulau Bali.<ref name="Capture" />
Meskipun langkah-langkah mobilisasi telah diambil, Korps Prajoda tidak mampu melakukan perlawanan sepenuhnya terhadap Jepang. Satuan korps menghindari bentrokan dengan musuh, [[pembelotan]] massal dimulai, dan perintah komando untuk menghancurkan infrastruktur lapangan terbang Denpasar agar tidak digunakan oleh musuh ternyata tidak terpenuhi. Dengan kondisi tersebut,
Setelah Jepang menguasai Bali, seperti seluruh Kepulauan Sunda Kecil, pulau tersebut ditempatkan pada zona pendudukan [[Armada Kedua (Angkatan Laut Kekaisaran Jepang)|Armada Kedua]]. Seperti banyak orang Indonesia, Ngurah Rai awalnya cukup setia kepada Jepang
Namun, lama kelamaan, Ngurah Rai semakin yakin bahwa pendudukan Jepang hanya memperburuk keadaan penduduk Bali. Pada tahun 1944, Ngurah Rai makin mengecam penjajah. Ia bergabung dengan gerakan bawah tanah anti-Jepang yang mulai terbentuk di Bali selama periode ini dan mulai bekerja sama dengan dinas [[intelijen]] [[Sekutu Perang Dunia II|Sekutu]]. Dinas tersebut masih punya sejumlah [[Spionase|agen rahasia]] di Hindia Belanda pada masa pendudukan Jepang. Ia menyamar sebagai kepala sel. Sel tersebut terdiri dari sebagian besar temannya dan mantan bawahannya dari Korps Prajoda. Banyak di antaranya juga bekerja di cabang lokal Mitsui Busan Kaisa. Ngurah Rai menyuplai sekutu dengan informasi tentang jadwal dan sifat muatan kapal transportasi Jepang. Pada suatu saat, dia dicurigai dan ditahan oleh polisi [[Angkatan Laut Jepang|angkatan laut Jepang]]. Namun, karena kurangnya bukti, dia dibebaskan setelah tiga hari ditahan.{{sfn|Robinson|1998|p=90}}{{sfn|Santosa et al.|2012|p=34—35}}
== Berpihak pada Pemerintah Republik Indonesia ==
Setelah pengumuman resmi oleh [[Kaisar Jepang]] [[Hirohito]] tentang penerimaan syarat penyerahan diri pada tanggal 15 Agustus 1945 dan disusul [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia]] pada dua hari kemudian, pada tanggal 17 Agustus, Ngurah Rai segera mendukung kemerdekaan secara terbuka. Datang ke [[Bali]] pada 1 Januari 1946, [[I Gusti Ketut Pudja]] diangkat oleh [[Soekarno|Presiden Soekarno]] menjadi gubernur [[Kepulauan Nusa Tenggara|Kepulauan Sunda Kecil]] dengan ibu kota di [[Singaraja (kota)|Singaraja]]. Setelah menjalin kerjasama yang erat dengan Ketut Pudja, Ngurah Rai mulai membentuk angkatan militer dan polisi di pulau itu, yang dirancang untuk melawan pengembalian kekuasaan Belanda
[[Berkas:Lesser Sunda in Indonesia.png|thumb|left|260px|Kepulauan Sunda Kecil, Indonesia - wilayah tanggung jawab angkatan bersenjata Ngurah Rai.]]
Pada rapat khusus dengan partisipasi gubernur serta kepala semua kelompok politik utama dan perwakilan dari sebagian besar pangeran Bali, Ngurah Rai dengan suara bulat terpilih sebagai komandan "pasukan TKR di Kepulauan Sunda Kecil", yang markas besarnya berada di [[Kota Denpasar|Denpasar]]. Pada bulan November 1945, wewenang Ngurah Rai dikonfirmasikan resmi oleh delegasi komando militer tertinggi republik yang mengunjungi Bali dan ia dianugerahi pangkat mayor TKR. Untuk memastikan komunikasi antara struktur militer provinsi dan pusat, seorang perwira dari Staf Umum TKR diperbantukan di markas besar Ngurah Rai, dan salah satu perwira bawahan Rai, pada gilirannya, dikirim ke Staf Umum. Pada saat itu, walau sebagian besar kelompok bersenjata pendukung kemerdekaan yang ada di Bali telah dikonsentrasikan di bawah komando Ngurah Rai, tapi tetap ada
Pasukan [[Jepang]] yang masih bertahan di Bali pada masa itu, yang jumlah personelnya saat itu berjumlah 3.136 orang (meliputi 1.900 personel [[Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat|militer angkatan darat]] dan 1.146 [[Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut|pelaut]]){{sfn|Santosa et al.|2012|p=42}}, pada awalnya tidak mengganggu aktivitas Ngurah Rai dan pasukannya. Selain itu, sebagian besar [[Bangsa Jepang|orang Jepang]] bersimpati dengan orang Bali yang anti-Belanda: ada kasus pemindahan senjata dan aset material secara sukarela oleh militer Jepang kepada pendukung kemerdekaan setempat, dan bahkan pemindahan mereka dengan senjata di tangan ke pihak Jepang.{{sfn|Robinson|1998|p=118}} Pada akhir November 1945, komando pasukan Jepang di Bali mengadakan negosiasi dengan utusan pemerintah Soekarno mengenai pengalihan sebagian besar senjata mereka kepada yang terakhir.{{sfn|Santosa et al.|2012|p=43—45}}
Baris 53 ⟶ 57:
Namun, pada awal Desember 1945, di bawah tekanan komando [[Inggris|Pasukan Ekspedisi Inggris]], yang mulai melucuti senjata dan menarik unit-unit Jepang dari Indonesia, Jepang menuntut agar pimpinan republik Bali mengembalikan aset-aset keuangan yang disita. Gubernur Ketut Pudja menilai tuntutan itu provokatif dan tidak dapat diterima. Pada saat yang sama, pimpinan kelompok pemuda setempat, yang mengetahui jalannya perundingan antara perwakilan pemerintah pusat dan Jepang, mendukung penyitaan senjata Jepang agar senjata itu tetap berada di Bali dan tidak diangkut ke [[Jawa|Pulau Jawa]].{{sfn|Robinson|1998|p=118}}{{sfn|Santosa et al.|2012|p=43—45}}
Pada tanggal 13 Desember, sebuah detasemen Republik menyerang [[garnisun]] Jepang di Denpasar. Namun dalam bentrokan singkat, mereka menderita kerugian dan dibubarkan. Peran Ngurah Rai dalam peristiwa tersebut masih menjadi bahan perdebatan.
Bagaimanapun, setelah peristiwa 13 Desember, sikap Jepang terhadap para pejuang Bali dan secara pribadi terhadap Ngurah Rai berubah secara dramatis menjadi bermusuhan. Mereka menangkap gubernur Ketut Pudja serta beberapa aktivis republik, dan juga melanjutkan patroli di wilayah, yang dulu dihentikan setelah pengumuman tindakan penyerahan Jepang. [[Negosiasi]] tentang transfer senjata ke utusan [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]] terganggu.{{sfn|Robinson|1998|p=118}}
Baris 70 ⟶ 74:
Sementara itu, selama perjalanan Rai di Pulau Jawa, situasi di Bali berubah dengan cepat. Pada bulan Januari saja, perwakilan dari otoritas [[Kolonialisme|kolonial]] [[Hindia Belanda|Belanda]] mulai tiba di pulau Bali, ditemani oleh militer [[Inggris]]. Dibawah tekanan dari Inggris dan golongan pro-Belanda dari elit lokal, Gubernur Ketut Pudja terpaksa menyerahkan sebagian besar kekuasaannya kepada Dewan Pangeran. Pada awal Maret 1946, pasukan ekspedisi berkekuatan 2.000 orang mendarat di pulau Bali, sebagian besar terdiri dari prajurit [[Koninklijk Nederlandsch-Indische Leger|KNIL]] yang dibebaskan dari penangkaran [[Jepang]], yang disebut "Gajah Merah". Dalam seminggu kemudian, pemerintahan kolonial didirikan kembali di Bali dan otoritas republik setempat digulingkan.{{sfn|Robinson|1998|p=133—134}}
Awalnya, keberadaan Belanda dengan pendukung kemerdekaan di Bali terbebas dari [[konflik]]. Para pemimpin republik secara resmi meninggalkan kegiatan subversif, berkat itu mereka lolos dari penganiayaan oleh penjajah. [[Resimen]] Ngurah Rai, dibiarkan tanpa komandan, tidak dibubarkan secara resmi, tetapi unit-unitnya terpaksa meninggalkan pemukiman dan para pejuang mendirikan sejumlah kamp di hutan serta sebagian lagi pulang. Namun, pada pertengahan bulan Maret, mulai terjadi bentrokan reguler antara militer Belanda dan penduduk setempat di pulau itu. Bahkan Komandan Gajah Merah, [[Letnan Kolonel]] Frederik Hendrik ter Meulen, mengakui bahwa dalam banyak kasus penyebab kekerasan adalah kecurigaan yang berlebihan dari personel militer pasukan Belanda dan
Dengan kondisi tersebut, pimpinan [[Angkatan Bersenjata Republik Indonesia|ABRI]] mempercepat penyiapan satuan-satuan untuk diterjunkan ke Bali. Pada awal April, pembentukan "Pasukan M" selesai dan Ngurah Rai ditugaskan untuk memimpin pendaratan unit depan. Pada malam 4 April, tiga rombongan pejuang dengan jumlah seluruhnya sekitar 160 orang di [[kapal tunda]] dan [[Kapal penangkap ikan|kapal nelayan]] keluar dari [[Pelabuhan Ketapang|pelabuhan Banyuwangi]] menuju Bali. Dua rombongan, termasuk yang dipimpin langsung oleh Ngurah Rai, berhasil mendarat tanpa hambatan di pantai barat laut Bali keesokan paginya.{{sfn|Santosa et al.|2012|p=104}} Rombongan ketiga yang dipimpin oleh Komandan Pasukan M yaitu Kapten Markadi, dicegat di [[Selat Bali]] oleh kapal pendarat Belanda tipe LCM-6 dan mengalami pertempuran, yang tercatat dalam sejarah sebagai pertempuran laut pertama Indonesia. Pada akhirnya, kelompok Kapten Markadi yang menderita kerugian juga mendarat di Bali.{{sfn|Santosa et al.|2012|p=110—112}}
Baris 81 ⟶ 85:
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Berglandschap bij Moendoek TMnr 60017242.jpg|thumb|left|260px|Daerah di wilayah [[Munduk, Banjar, Buleleng|Munduk, Buleleng]] yang menjadi markas utama milisi Ngurah Rai pada bulan April-Mei 1946]]
Pada saat Ngurah Rai kembali ke Bali, sebagian besar pejuang resimennya yang tersisa berkemah di daerah pegunungan dekat desa [[Munduk, Banjar, Buleleng|Munduk, Buleleng]] yang terletak di tengah pulau atau berbatasan dengan [[kabupaten Tabanan
Pergerakan Rai dan pasukannya dilakukan secara sembunyi-sembunyi, dengan sangat hati-hati, sehingga perjalanan ke Munduk memakan waktu hampir 2 minggu. Selama ini situasi di pulau itu semakin mencekam, terjadi serangkaian bentrokan antara pendukung kemerdekaan dengan militer [[Hindia Belanda|Belanda]]. Bentrokan paling signifikan terjadi pada 10 April di [[Kota Denpasar|Denpasar]] dekat barak garnisun Belanda dan pada 15 April di desa [[Penebel, Penebel, Tabanan|Penebel]] di Kabupaten Tabanan. Di sana, sekelompok republikan menyerang sebuah pos polisi.{{sfn|Agung|1996|p=9}}
Baris 87 ⟶ 91:
Setibanya di desa Munduk pada 16 April, Ngurah Rai memerintahkan para pejuangnya untuk menahan diri dari bentrokan dengan Belanda. Mengikuti arahan dari [[komando]] tinggi, ia memusatkan upayanya untuk menyatukan kekuatan pendukung kemerdekaan. Pada hari pertama setibanya, ia bertemu dengan para pemimpin dua kelompok republik utama yang beroperasi di pulau itu, yang tiba disana - cabang-cabang lokal Pemuda Republik Indonesia dan [[Pemuda Sosialis Indonesia]], yang masing-masing memiliki regu tempurnya sendiri. Sebagai hasil dari pertemuan Ngurah Rai dengan para pemimpin kelompok pemuda, suatu struktur politik tunggal "Dewan Perjuangan Rakyat Indonesia Sunda Kecil" dibentuk yang juga dikenal di Bali dengan kependekan "Dewan Perjuangan". Markas Besar Umum dibentuk sebagai badan kontrol militer di bawah Dewan itu. Ngurah Rai terpilih sebagai Ketua Dewan dan pada saat yang sama menjabat sebagai Kepala Staf Umum. Kombinasi jabatan seperti itu memungkinkannya untuk berkonsentrasi dalam memimpin semua formasi militer dan sipil Provinsi Bali.{{sfn|Sejarah Kebangkitan Nasional|1984|p=157}}
Mengambil keuntungan dari kekuatan yang diperluas, Ngurah Rai memerintahkan untuk menarik hampir semua kekuatan di bawah kendalinya ke Munduk. Di wilayah pulau lainnya, diputuskan untuk meninggalkan hanya 6 kelompok pejuang yang sangat kecil. Selain itu, sebagian besar pejuang "Pasukan M" yang datang dari Jawa terus beroperasi di luar markas utama. Pada akhir Mei 1946, Ngurah Rai berhasil mengumpulkan sekitar
Sejalan dengan itu, Ngurah Rai terus menjalin kontak aktif dengan para bangsawan Bali, berkoordinasi dengan mereka tentang taktik aksi melawan Belanda. Diketahui bahwa ia membujuk beberapa kenalannya yang bersimpati dengan gerakan republik untuk menerima posisi dalam struktur administrasi yang dibuat oleh penjajah untuk kemudian memberikan bantuan rahasia kepada para pejuang kemerdekaan.{{sfn|Robinson|1998|p=102}}
Baris 97 ⟶ 101:
<blockquote>'''[[Ejaan Van Ophuijsen]]'''
Denpasar, 13 Mei 1946
Rai Jang Budiman,
Baris 103 ⟶ 107:
J. B. T. Konig
Kapten Infanteri{{sfn|Nyoman|1979|p=212}}</blockquote>
</div>
<div style="float:left; width:45%;">
<blockquote>'''[[Ejaan yang Disempurnakan]]'''
Denpasar, 13 Mei 1946
Rai Yang Budiman,
Baris 114 ⟶ 118:
J. B. T. Konig
Kapten Infanteri</blockquote>
</div>
{{Clear}}
Baris 132 ⟶ 136:
Soerat telah kami terima dengan selamat. Dengan singkat kami sampaikan djawaban sebagai berikoet:
Tentang keamanan di Bali adalah oeroesan kami. Semendjak pendaratan tentera toean, poelau mendjadi tidak aman. Boekti telah njata, tidak dapat dipoengkiri lagi. Lihatlah, penderitaan rakjat menghebat. Mengantjam keselamatan rakjat bersama. Tambah2 kekatjauan ekonomi
Keamanan terganggoe, karena toean memperkosa kehendak rakjat jang telah menjatakan kemerdekaannja.
Soal peroendingan kami serahkan kepada kebijaksanaan pemimpin2 kita di Djawa. Bali boekan tempatnja peroendingan
Selama Toean tinggal di Bali, poelau Bali tetap mendjadi belanga pertoempahan darah, antara kita dan pihak toean. Sekian, harap mendjadikan makloem adanja.
Sekali merdeka, tetap merdeka
Baris 157 ⟶ 161:
Surat telah kami terima dengan selamat. Dengan singkat kami sampaikan jawaban sebagai berikut:
Tentang keamanan di Bali adalah urusan kami. Semenjak pendaratan tentara tuan, pulau menjadi tidak aman. Bukti telah nyata, tidak dapat dipungkiri lagi. Lihatlah, penderitaan rakyat menghebat. Mengancam keselamatan rakyat bersama. Tambah-tambah kekacauan ekonomi menjerat leher rakyat.
Keamanan terganggu, karena tuan memperkosa kehendak rakyat yang telah menyatakan kemerdekaannya.
Baris 188 ⟶ 192:
=== Pertempuran terakhir dan kematian ===
Kecewa dengan syarat-syarat perjanjian Linggarjati, Ngurah Rai atas inisiatifnya sendiri memutuskan untuk melanjutkan perjuangan, dengan harapan dapat mengusir Belanda dari Bali dan
<blockquote>Jangan gentar, Sunda kecil harus mampu berdiri sendiri. Lanjutkan perjuangan dengan apa yang ada walaupun perhatian dari pusat kurang...<ref name="Pahlawan" /></blockquote>
Baris 254 ⟶ 258:
Pada tanggal 10 Januari 2018, bertepatan dengan peringatan 101 tahun kelahiran Rai di Teluk Benoa di Bali selatan, kapal dengan nama Ngurah Rai secara resmi diperkenalkan ke Angkatan Laut Indonesia. Kapal ini dibangun bersama-sama dengan bantuan organisasi perkapalan Belanda yaitu [[Damen Schelde Naval Shipbuilding]].<ref name="Detik-KRI" /><ref name="NR-KRI" />
Ngurah Rai dihormati sebagai Pahlawan Nasional pada tahun 1973 dan namanya diabadikan dalam Bandara Internasional Ngurah Rai di Bali. Pahlawan ini tidak hanya dikenal karena keberaniannya di medan perang, tetapi juga sebagai sosok pemimpin militer yang menginspirasi, dengan warisannya yang terus dihargai dalam sejarah dan budaya Indonesia.<ref>{{Cite web|title=Taman Edukasi Kebangsaan - Universitas Jember - I Gusti Ngurah Rai|url=https://tamankebangsaan.unej.ac.id/igr|website=tamankebangsaan.unej.ac.id|language=id|access-date=2024-02-05}}</ref>
== Lihat pula ==
Baris 265 ⟶ 271:
;Referensi-->
{{reflist|27em|refs=
<ref name="Merdeka">{{
<ref name="Kolomb">{{cite web|url=http://www.kolombiografi.com/2013/10/biografi-i-gusti-ngurah-rai-pahlawan.html|title=Biografi I Gusti Ngurah Rai - Pahlawan Nasional Dari Bali|author=|publisher=|datepublished=|accessdate=2013-12-09|lang=id|description=|archiveurl=https://web.archive.org/web/20131212021354/http://www.kolombiografi.com/2013/10/biografi-i-gusti-ngurah-rai-pahlawan.html|archivedate=2013-12-12|deadlink=yes}}</ref>
Baris 289 ⟶ 295:
<ref name="Mengenal">{{cite web|url=http://www.penginapanonline.com/informasi-umum/mengenal-lebih-jauh-sosok-i-gusti-ngurah-rai.html|title=Mengenal Lebih Jauh Sosok I Gusti Ngurah Rai|author=|publisher=|datepublished=|accessdate=2014-09-18|lang=id|description=|deadlink=yes|archiveurl=https://web.archive.org/web/20140906123943/http://www.penginapanonline.com/informasi-umum/mengenal-lebih-jauh-sosok-i-gusti-ngurah-rai.html|archivedate=2014-09-06}}</ref>
<ref name="Meangkai">{{
<ref name="Pahlawan">{{cite web|url=http://pahlawancenter.com/kolonel-tni-anm-gusti-ngurah-rai/|title=Kolonel.TNI. ANM. I Gusti Ngurah Rai|author=|publisher=Pusat Pahlawan Nasional Kementerian Sosial Republik Indonesia|datepublished=|accessdate=2014-09-18|lang=id|description=Сайт Департамента по вопросам увековечения памяти национальных героев и борцов за независимость Министерства социального развития Республики Индонезии|archiveurl=https://web.archive.org/web/20160328080300/http://pahlawancenter.com/kolonel-tni-anm-gusti-ngurah-rai/|archivedate=2016-03-28|deadlink=yes}}</ref>
Baris 297 ⟶ 303:
<ref name="Ziarah">{{cite web|url=http://tni-au.mil.id/berita/ziarah-ke-tmp-dalam-rangka-peringatan-hut-tni-au-ke-64|title=Ziarah ke Tmp Dalam rangka peringatan HUT TNI AU ke-64|author=|publisher=|datepublished=2010-04-09|accessdate=2014-09-25|lang=id|description=Официальный сайт командования Военно-морских сил Республики Индонезии}}</ref>
<ref name="Detik">{{
<ref name="Liputan">{{
<ref name="Capture">{{cite web|url=http://dutcheastindies.webs.com/bali.html|title=The capture of Bali Island, February 1942|author=|publisher=Dutch East Indies 1941-1942 Website|datepublished=|accessdate=2017-12-15|lang=en|description=|archive-date=2017-12-15|archive-url=https://web.archive.org/web/20171215221348/http://dutcheastindies.webs.com/bali.html|deadlink=no}}</ref>
<ref name="RIP">{{
<ref name="RIP-BP">{{cite web|url=http://www.balipost.com/news/2017/12/14/31414/Janda-I-Gusti-Ngurah-Rai...html|title=Janda I Gusti Ngurah Rai akan Dimakamkan 28 Desember|author=|publisher=Bali Pos|datepublished=2017-12-14|accessdate=2017-12-18|lang=id|description=Электронная версия газеты «Бали пос»|archive-date=2017-12-16|archive-url=https://web.archive.org/web/20171216221329/http://www.balipost.com/news/2017/12/14/31414/Janda-I-Gusti-Ngurah-Rai...html|deadlink=no}}</ref>
<ref name="A dan B">{{
<ref name="Operasi Tabanan">{{
<ref name="B-Post">{{
<ref name="HUT-100">{{
<ref name="Detik-KRI">{{
<ref name="NR-KRI">{{cite web|url=https://navyrecognition.com/index.php/news/defence-news/2017/november-2017-navy-naval-forces-defense-industry-technology-maritime-security-global-news/5675-pt-pal-delivers-2nd-sigma-10514-pkr-frigate-to-indonesia-tni-al-kri-i-gusti-ngurah-rai.html|title=PT Pal Delivers 2nd SIGMA 10514 PKR Frigate to Indonesia (TNI AL) KRI I Gusti Ngurah Rai|author=|publisher=Navy Recognition|datepublished=2017-11-02|accessdate=2018-01-15|lang=id|description=|archive-date=2017-12-25|archive-url=https://web.archive.org/web/20171225203202/https://navyrecognition.com/index.php/news/defence-news/2017/november-2017-navy-naval-forces-defense-industry-technology-maritime-security-global-news/5675-pt-pal-delivers-2nd-sigma-10514-pkr-frigate-to-indonesia-tni-al-kri-i-gusti-ngurah-rai.html|deadlink=no}}</ref>
Baris 325 ⟶ 331:
| title = История Индонезии: В 2 ч
| location = М.
| edition =
| year = 1992—1993
| allpages =
| publisher =
| isbn =
| ref = {{sfnref|Бандиленко и др.|1992—1993}}
}}
Baris 336 ⟶ 342:
| title = Остров Бали
| location = М.
| edition =
| year = 1964
| allpages = 303
| publisher = Наука
| isbn =
| ref = {{sfnref|Дёмин|1964}}
}}
Baris 346 ⟶ 352:
| author = Ricklefs, Merle Calvin.
| title = A History of Modern Indonesia since c. 1200
| location =
| edition = 3
| year = 2002
| allpages = 495
| publisher = Stanford University Press
| isbn = 978-0804744805
| ref = {{sfnref|Ricklefs|2002}}
}}
* {{cite book
|
|
|
|
|
|
|
|
|
}}
* {{cite book
| author = Ide Anak Agung Gde Agung
| author-link = Ide Anak Agung Gde Agung
| title = From the Formation of the State of East Indonesia Towards the Establishment of the United States of Indonesia
| url = https://www.google.co.id/books/edition/From%20the%20Formation%20of%20the%20State%20of%20East/s4j3TROSWVoC?hl=id&gbpv=1&dq=From+the+Formation+of+the+State+of+East+Indonesia+Towards+the+Establishment&pg=PA148&printsec=frontcover
Baris 389 ⟶ 396:
| title = Bali Berjuang
| location = Denpasar
| edition =
| year = 1979
| allpages = 397
Baris 416 ⟶ 423:
}}
* {{cite book
| author =
| title = Sejarah Kebangkitan Nasional Daerah Bali
| url = http://repositori.kemdikbud.go.id/7427/1/SEJARAH%20KEBANGKITAN%20NASIONAL%20DAERAH%20BALI.pdf
Baris 423 ⟶ 430:
| allpages = 198
| publisher = Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
| isbn =
| ref = {{sfnref|Sejarah Kebangkitan Nasional|1984}}
}}
Baris 430 ⟶ 437:
| title = Sejarah Perlawanan Terhadap Imperialisme dan Kolonialisme di Daerah Bali
| location = Jakarta
| edition =
| year = 1983
| allpages = 238
| publisher = Direktorat Jenderal Kebudayaan
| isbn =
| ref = {{sfnref|Made Sutaba et al.|1983}}
}}
Baris 441 ⟶ 448:
{{DEFAULTSORT:Ngurah Rai, I Gusti}}
[[Kategori:Tokoh dari Badung]]▼
[[Kategori:Pahlawan nasional Indonesia]]
[[Kategori:Kematian akibat perang]]
[[Kategori:Tokoh Bali]]
▲[[Kategori:Tokoh dari Badung]]
[[Kategori:Tokoh Hindu Indonesia]]
|