I Gusti Ngurah Rai: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Angayubagia (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan visualeditor-wikitext
(14 revisi perantara oleh 12 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Other uses|Ngurah Rai (disambiguasi)}}
{{Infobox military person
|name = I Gusti Ngurah Rai
|image = Lukisan I Gusti Ngurah.jpg
Baris 12 ⟶ 13:
| serviceyears = 1938-1946
| rank = Letnan Kolonel
|battles = [[Pertempuran Margarana]]{{KIA}}
|awards = [[Pahlawan Nasional Indonesia]]
|spouse = Desak Putu Kari
Baris 18 ⟶ 19:
I Gusti Ngurah Tantra
I Gusti Ngurah Alit Yudha
|relations = [[I Gusti Ayu Agung Inda Trimafo Yudha]] (cucu)
|religion = [[Hindu]]}}
}}
 
[[Brigadir Jenderal]] [[TNI]] ([[Anumerta]]) '''I Gusti Ngurah Rai''' ({{lahirmati|[[Carangsari, Petang, Badung|Carangsari]], [[Petang, Badung|Petang]], [[Kabupaten Badung|Badung]]|30|1|1917|[[Marga, Tabanan]]|20|11|1946}}) adalah seorang [[Militer|tokoh militer]] [[Indonesia]], yang berjasa dalam [[Sejarah Indonesia (1945–1949)|Perang Kemerdekaan]]. Ia merupakan pendiri dan panglima pertama satuan angkatan bersenjata Republik Indonesia di [[Kepulauan Nusa Tenggara|Kepulauan Sunda Kecil]], yang memimpin langsung perlawanan bersenjata anti-[[Hindia Belanda|Belanda]] di Bali. Ia gugur pada bulan November 1946 dalam pertempuran dengan pasukan Belanda di dekat [[Marga, Marga, Tabanan|desa Marga]], Bali tengah.
 
Baris 35 ⟶ 39:
Pada 19 Februari 1942, pasukan [[Kekaisaran Jepang|Jepang]] mendarat di dekat kota [[Sanur]], [[Bali]]. Korps Prajoda yang terdiri dari sekitar 600 pejuang ini tetap menjadi satu-satunya formasi bersenjata yang ditempatkan di Bali dan tidak ada unit [[Koninklijk Nederlandsch-Indische Leger|Tentara Kerajaan Hindia Belanda]] ({{lang-nl|Koninklijk Nederlandsch-Indische Leger}}, KNIL) reguler di pulau itu. Secara formal, komando korps dipercayakan kepada [[Mayor Jenderal]] G.A. Ilgen, komandan divisi infanteri ketiga KNIL, tetapi komandan sebenarnya adalah Letnan Kolonel W.P. Roodenburg yang berlokasi di Pulau Bali.<ref name="Capture" />
 
Meskipun langkah-langkah mobilisasi telah diambil, Korps Prajoda tidak mampu melakukan perlawanan sepenuhnya terhadap Jepang. Satuan korps menghindari bentrokan dengan musuh, [[pembelotan]] massal dimulai, dan perintah komando untuk menghancurkan infrastruktur lapangan terbang Denpasar agar tidak digunakan oleh musuh ternyata tidak terpenuhi. Dengan kondisi tersebut, Roodenburg terpaksa menarik mundur para pejuang Prajoda yang tersisa di barisan dari daerah pendaratan Jepang dan secara resmi membubarkan [[korps]] itu.<ref name="Capture" /> Para perwira dan prajurit yang berasal dari Bali pulang kampung, sedangkan perwira Belanda melarikan diri ke wilayah tetangga Jawa, yang saat itu masih di bawah kendali [[Tentara Kerajaan Hindia Belanda|KNIL]]. Diketahui bahwa Ngurah Rai membantu dua rekannya yang berkebangsaan Belanda untuk pindah ke Jawa.<ref name="A dan B" />
 
Setelah Jepang menguasai Bali, seperti seluruh Kepulauan Sunda Kecil, pulau tersebut ditempatkan pada zona pendudukan [[Armada Kedua (Angkatan Laut Kekaisaran Jepang)|Armada Kedua]]. Seperti banyak orang Indonesia, Ngurah Rai awalnya cukup setia kepada Jepang dengan harapan bahwa invasinya, yang mengganggu pemerintahan kolonial Belanda, akan memberi peluang untuk pembangunan negara yang lebih makmur dan menentukan nasib sendiri secara politik. Ia bergabung dengan cabang perusahaan transportasi Jepang [[Mitsui O.S.K. Lines|Mitsui Busan Kaisa]], yang dibuka di Bali. Di sana, ia mengatur pasokan beras dan barang-barang lainnya ke Jepang.{{sfn|Robinson|1998|p=90}}
Baris 81 ⟶ 85:
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Berglandschap bij Moendoek TMnr 60017242.jpg|thumb|left|260px|Daerah di wilayah [[Munduk, Banjar, Buleleng|Munduk, Buleleng]] yang menjadi markas utama milisi Ngurah Rai pada bulan April-Mei 1946]]
 
Pada saat Ngurah Rai kembali ke Bali, sebagian besar pejuang resimennya yang tersisa berkemah di daerah pegunungan dekat desa [[Munduk, Banjar, Buleleng|Munduk, Buleleng]] yang terletak di tengah pulau atau berbatasan dengan [[kabupaten Tabanan]] dan [[Kabupaten Gianyar|Gianyar]]. Dia pergi ke sana setelah turun, ditemani oleh sebagian kecil dari Pasukan M. Dari sisa pejuang "Pasukan M", terbentuk beberapa kelompok yang pindah ke daerah lain di pulau itu untuk melakukan pengintaian dan mengorganisir gerakan gerilya.{{sfn|Santosa et al.|2012|p=135}}
 
Pergerakan Rai dan pasukannya dilakukan secara sembunyi-sembunyi, dengan sangat hati-hati, sehingga perjalanan ke Munduk memakan waktu hampir 2 minggu. Selama ini situasi di pulau itu semakin mencekam, terjadi serangkaian bentrokan antara pendukung kemerdekaan dengan militer [[Hindia Belanda|Belanda]]. Bentrokan paling signifikan terjadi pada 10 April di [[Kota Denpasar|Denpasar]] dekat barak garnisun Belanda dan pada 15 April di desa [[Penebel, Penebel, Tabanan|Penebel]] di Kabupaten Tabanan. Di sana, sekelompok republikan menyerang sebuah pos polisi.{{sfn|Agung|1996|p=9}}
Baris 87 ⟶ 91:
Setibanya di desa Munduk pada 16 April, Ngurah Rai memerintahkan para pejuangnya untuk menahan diri dari bentrokan dengan Belanda. Mengikuti arahan dari [[komando]] tinggi, ia memusatkan upayanya untuk menyatukan kekuatan pendukung kemerdekaan. Pada hari pertama setibanya, ia bertemu dengan para pemimpin dua kelompok republik utama yang beroperasi di pulau itu, yang tiba disana - cabang-cabang lokal Pemuda Republik Indonesia dan [[Pemuda Sosialis Indonesia]], yang masing-masing memiliki regu tempurnya sendiri. Sebagai hasil dari pertemuan Ngurah Rai dengan para pemimpin kelompok pemuda, suatu struktur politik tunggal "Dewan Perjuangan Rakyat Indonesia Sunda Kecil" dibentuk yang juga dikenal di Bali dengan kependekan "Dewan Perjuangan". Markas Besar Umum dibentuk sebagai badan kontrol militer di bawah Dewan itu. Ngurah Rai terpilih sebagai Ketua Dewan dan pada saat yang sama menjabat sebagai Kepala Staf Umum. Kombinasi jabatan seperti itu memungkinkannya untuk berkonsentrasi dalam memimpin semua formasi militer dan sipil Provinsi Bali.{{sfn|Sejarah Kebangkitan Nasional|1984|p=157}}
 
Mengambil keuntungan dari kekuatan yang diperluas, Ngurah Rai memerintahkan untuk menarik hampir semua kekuatan di bawah kendalinya ke Munduk. Di wilayah pulau lainnya, diputuskan untuk meninggalkan hanya 6 kelompok pejuang yang sangat kecil. Selain itu, sebagian besar pejuang "Pasukan M" yang datang dari Jawa terus beroperasi di luar markas utama. Pada akhir Mei 1946, Ngurah Rai berhasil mengumpulkan sekitar satu setengah ribu1500 orang di kamp dekat Munduk, beberapa di antaranya adalah perempuan dan remaja. Sebagian besar tidak memiliki pengalaman tempur atau pelatihan militer; tidak lebih dari setengah dari para pejuang dilengkapi dengan senjata api. Ada beberapa [[mortir]] Jepang dan [[senapan mesin berat]], tetapi amunisinya kecil. Tidak semua anggota Staf Umum mendukung gagasan Ngurah Rai untuk menciptakan satu-satunya formasi pejuang yang jumlahnya begitu besar: ada banyak yang menyarankan untuk membagi pasukan menjadi sejumlah regu kecil yang dapat beroperasi secara diam-diam dalam rangka perjuangan. Namun, tidak ada yang menentangnya, karena kekuasaan pemerintahan Ngurah Rai diakui tanpa syarat dan perintahnya dilaksanakan secara saksama.{{sfn|Robinson|1998|p=148—149}}<ref name="Munduk" />
 
Sejalan dengan itu, Ngurah Rai terus menjalin kontak aktif dengan para bangsawan Bali, berkoordinasi dengan mereka tentang taktik aksi melawan Belanda. Diketahui bahwa ia membujuk beberapa kenalannya yang bersimpati dengan gerakan republik untuk menerima posisi dalam struktur administrasi yang dibuat oleh penjajah untuk kemudian memberikan bantuan rahasia kepada para pejuang kemerdekaan.{{sfn|Robinson|1998|p=102}}
Baris 97 ⟶ 101:
<blockquote>'''[[Ejaan Van Ophuijsen]]'''
 
Denpasar, 13 Mei 1946
Rai Jang Budiman,
 
Baris 103 ⟶ 107:
 
J. B. T. Konig
Kapten Infanteri{{sfn|Nyoman|1979|p=212}}</blockquote>
</div>
<div style="float:left; width:45%;">
<blockquote>'''[[Ejaan yang Disempurnakan]]'''
 
Denpasar, 13 Mei 1946
Rai Yang Budiman,
 
Baris 114 ⟶ 118:
 
J. B. T. Konig
Kapten Infanteri</blockquote>
</div>
{{Clear}}
Baris 132 ⟶ 136:
Soerat telah kami terima dengan selamat. Dengan singkat kami sampaikan djawaban sebagai berikoet:
 
Tentang keamanan di Bali adalah oeroesan kami. Semendjak pendaratan tentera toean, poelau mendjadi tidak aman. Boekti telah njata, tidak dapat dipoengkiri lagi. Lihatlah, penderitaan rakjat menghebat. Mengantjam keselamatan rakjat bersama. Tambah2 kekatjauan ekonomi mendjiratmendjerat leher rakjat.
 
Keamanan terganggoe, karena toean memperkosa kehendak rakjat jang telah menjatakan kemerdekaannja.
 
Soal peroendingan kami serahkan kepada kebijaksanaan pemimpin2 kita di Djawa. Bali boekan tempatnja peroendingan diplomaticdiplomatik. Dan saja boekan kompromis. Saja atas nama rakjat hanja menghendaki lenjapnja Belanda dari poelau Bali atau kami sanggoep dan berdjandji bertempoer teroes sampai tjita2 kita tertjapai.
 
Selama Toean tinggal di Bali, poelau Bali tetap mendjadi belanga pertoempahan darah, antara kita dan pihak toean. Sekian, harap mendjadikan makloem adanja.
 
Sekali merdeka, tetap merdeka
Baris 254 ⟶ 258:
 
Pada tanggal 10 Januari 2018, bertepatan dengan peringatan 101 tahun kelahiran Rai di Teluk Benoa di Bali selatan, kapal dengan nama Ngurah Rai secara resmi diperkenalkan ke Angkatan Laut Indonesia. Kapal ini dibangun bersama-sama dengan bantuan organisasi perkapalan Belanda yaitu [[Damen Schelde Naval Shipbuilding]].<ref name="Detik-KRI" /><ref name="NR-KRI" />
 
Ngurah Rai dihormati sebagai Pahlawan Nasional pada tahun 1973 dan namanya diabadikan dalam Bandara Internasional Ngurah Rai di Bali. Pahlawan ini tidak hanya dikenal karena keberaniannya di medan perang, tetapi juga sebagai sosok pemimpin militer yang menginspirasi, dengan warisannya yang terus dihargai dalam sejarah dan budaya Indonesia.<ref>{{Cite web|title=Taman Edukasi Kebangsaan - Universitas Jember - I Gusti Ngurah Rai|url=https://tamankebangsaan.unej.ac.id/igr|website=tamankebangsaan.unej.ac.id|language=id|access-date=2024-02-05}}</ref>
 
== Lihat pula ==
Baris 325 ⟶ 331:
| title = История Индонезии: В 2 ч
| location = М.
| edition =
| year = 1992—1993
| allpages =
| publisher =
| isbn =
| ref = {{sfnref|Бандиленко и др.|1992—1993}}
}}
Baris 336 ⟶ 342:
| title = Остров Бали
| location = М.
| edition =
| year = 1964
| allpages = 303
| publisher = Наука
| isbn =
| ref = {{sfnref|Дёмин|1964}}
}}
Baris 346 ⟶ 352:
| author = Ricklefs, Merle Calvin.
| title = A History of Modern Indonesia since c. 1200
| location =
| edition = 3
| year = 2002
| allpages = 495
| publisher = Stanford University Press
| isbn = 978-0804744805
| ref = {{sfnref|Ricklefs|2002}}
}}
* {{cite book
| author = Robinson, Geoffrey.
| title = The Dark Side of Paradise: Political Violence in Bali
| url = https://id.b-ok.asia/ireader/22270241
| location = Ithaca, NY
| year = 1998
| allpages = 345
| publisher = Cornell University Press
| isbn = 978-0801481727
| ref = {{sfnref|Robinson|1998}}
}}
* {{cite book
Baris 390 ⟶ 396:
| title = Bali Berjuang
| location = Denpasar
| edition =
| year = 1979
| allpages = 397
Baris 417 ⟶ 423:
}}
* {{cite book
| author =
| title = Sejarah Kebangkitan Nasional Daerah Bali
| url = http://repositori.kemdikbud.go.id/7427/1/SEJARAH%20KEBANGKITAN%20NASIONAL%20DAERAH%20BALI.pdf
Baris 424 ⟶ 430:
| allpages = 198
| publisher = Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
| isbn =
| ref = {{sfnref|Sejarah Kebangkitan Nasional|1984}}
}}
Baris 431 ⟶ 437:
| title = Sejarah Perlawanan Terhadap Imperialisme dan Kolonialisme di Daerah Bali
| location = Jakarta
| edition =
| year = 1983
| allpages = 238
| publisher = Direktorat Jenderal Kebudayaan
| isbn =
| ref = {{sfnref|Made Sutaba et al.|1983}}
}}
Baris 442 ⟶ 448:
 
{{DEFAULTSORT:Ngurah Rai, I Gusti}}
[[Kategori:Tokoh dari Badung]]
[[Kategori:Pahlawan nasional Indonesia]]
[[Kategori:Kematian akibat perang]]
[[Kategori:Tokoh Bali]]
[[Kategori:Tokoh dari Badung]]
[[Kategori:Tokoh Hindu Indonesia]]