I Gusti Ngurah Rai: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
satu cukup (creator/artist/age) | t=738 su=65 in=110 at=65 -- only 242 edits left of totally 308 possible edits | edr=000-0001(!!!) ovr=010-1111 aft=000-0001 |
Angayubagia (bicara | kontrib) kTidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan visualeditor-wikitext |
||
(5 revisi perantara oleh 5 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Other uses|Ngurah Rai (disambiguasi)}}
{{Infobox military person |name = I Gusti Ngurah Rai
|image = Lukisan I Gusti Ngurah.jpg
Baris 38 ⟶ 39:
Pada 19 Februari 1942, pasukan [[Kekaisaran Jepang|Jepang]] mendarat di dekat kota [[Sanur]], [[Bali]]. Korps Prajoda yang terdiri dari sekitar 600 pejuang ini tetap menjadi satu-satunya formasi bersenjata yang ditempatkan di Bali dan tidak ada unit [[Koninklijk Nederlandsch-Indische Leger|Tentara Kerajaan Hindia Belanda]] ({{lang-nl|Koninklijk Nederlandsch-Indische Leger}}, KNIL) reguler di pulau itu. Secara formal, komando korps dipercayakan kepada [[Mayor Jenderal]] G.A. Ilgen, komandan divisi infanteri ketiga KNIL, tetapi komandan sebenarnya adalah Letnan Kolonel W.P. Roodenburg yang berlokasi di Pulau Bali.<ref name="Capture" />
Meskipun langkah-langkah mobilisasi telah diambil, Korps Prajoda tidak mampu melakukan perlawanan sepenuhnya terhadap Jepang. Satuan korps menghindari bentrokan dengan musuh, [[pembelotan]] massal dimulai, dan perintah komando untuk menghancurkan infrastruktur lapangan terbang Denpasar agar tidak digunakan oleh musuh ternyata tidak terpenuhi. Dengan kondisi tersebut, Roodenburg terpaksa menarik mundur para pejuang Prajoda yang tersisa di barisan dari daerah pendaratan Jepang dan secara resmi membubarkan [[korps]] itu.<ref name="Capture" /> Para perwira dan prajurit yang berasal dari Bali pulang kampung, sedangkan perwira Belanda melarikan diri ke wilayah tetangga Jawa, yang saat itu masih di bawah kendali [[Tentara Kerajaan Hindia Belanda|KNIL]]. Diketahui bahwa Ngurah Rai membantu dua rekannya yang berkebangsaan Belanda untuk pindah ke Jawa.<ref name="A dan B" />
Setelah Jepang menguasai Bali, seperti seluruh Kepulauan Sunda Kecil, pulau tersebut ditempatkan pada zona pendudukan [[Armada Kedua (Angkatan Laut Kekaisaran Jepang)|Armada Kedua]]. Seperti banyak orang Indonesia, Ngurah Rai awalnya cukup setia kepada Jepang dengan harapan bahwa invasinya, yang mengganggu pemerintahan kolonial Belanda, akan memberi peluang untuk pembangunan negara yang lebih makmur dan menentukan nasib sendiri secara politik. Ia bergabung dengan cabang perusahaan transportasi Jepang [[Mitsui O.S.K. Lines|Mitsui Busan Kaisa]], yang dibuka di Bali. Di sana, ia mengatur pasokan beras dan barang-barang lainnya ke Jepang.{{sfn|Robinson|1998|p=90}}
Baris 84 ⟶ 85:
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Berglandschap bij Moendoek TMnr 60017242.jpg|thumb|left|260px|Daerah di wilayah [[Munduk, Banjar, Buleleng|Munduk, Buleleng]] yang menjadi markas utama milisi Ngurah Rai pada bulan April-Mei 1946]]
Pada saat Ngurah Rai kembali ke Bali, sebagian besar pejuang resimennya yang tersisa berkemah di daerah pegunungan dekat desa [[Munduk, Banjar, Buleleng|Munduk, Buleleng]] yang terletak di tengah pulau atau berbatasan dengan [[kabupaten Tabanan
Pergerakan Rai dan pasukannya dilakukan secara sembunyi-sembunyi, dengan sangat hati-hati, sehingga perjalanan ke Munduk memakan waktu hampir 2 minggu. Selama ini situasi di pulau itu semakin mencekam, terjadi serangkaian bentrokan antara pendukung kemerdekaan dengan militer [[Hindia Belanda|Belanda]]. Bentrokan paling signifikan terjadi pada 10 April di [[Kota Denpasar|Denpasar]] dekat barak garnisun Belanda dan pada 15 April di desa [[Penebel, Penebel, Tabanan|Penebel]] di Kabupaten Tabanan. Di sana, sekelompok republikan menyerang sebuah pos polisi.{{sfn|Agung|1996|p=9}}
Baris 135 ⟶ 136:
Soerat telah kami terima dengan selamat. Dengan singkat kami sampaikan djawaban sebagai berikoet:
Tentang keamanan di Bali adalah oeroesan kami. Semendjak pendaratan tentera toean, poelau mendjadi tidak aman. Boekti telah njata, tidak dapat dipoengkiri lagi. Lihatlah, penderitaan rakjat menghebat. Mengantjam keselamatan rakjat bersama. Tambah2 kekatjauan ekonomi
Keamanan terganggoe, karena toean memperkosa kehendak rakjat jang telah menjatakan kemerdekaannja.
Soal peroendingan kami serahkan kepada kebijaksanaan pemimpin2 kita di Djawa. Bali boekan tempatnja peroendingan
Selama Toean tinggal di Bali, poelau Bali tetap mendjadi belanga pertoempahan darah, antara kita dan pihak toean. Sekian, harap mendjadikan makloem adanja.
Sekali merdeka, tetap merdeka
Baris 257 ⟶ 258:
Pada tanggal 10 Januari 2018, bertepatan dengan peringatan 101 tahun kelahiran Rai di Teluk Benoa di Bali selatan, kapal dengan nama Ngurah Rai secara resmi diperkenalkan ke Angkatan Laut Indonesia. Kapal ini dibangun bersama-sama dengan bantuan organisasi perkapalan Belanda yaitu [[Damen Schelde Naval Shipbuilding]].<ref name="Detik-KRI" /><ref name="NR-KRI" />
Ngurah Rai dihormati sebagai Pahlawan Nasional pada tahun 1973 dan namanya diabadikan dalam Bandara Internasional Ngurah Rai di Bali. Pahlawan ini tidak hanya dikenal karena keberaniannya di medan perang, tetapi juga sebagai sosok pemimpin militer yang menginspirasi, dengan warisannya yang terus dihargai dalam sejarah dan budaya Indonesia.<ref>{{Cite web|title=Taman Edukasi Kebangsaan - Universitas Jember - I Gusti Ngurah Rai|url=https://tamankebangsaan.unej.ac.id/igr|website=tamankebangsaan.unej.ac.id|language=id|access-date=2024-02-05}}</ref>
== Lihat pula ==
Baris 360 ⟶ 363:
|author = Robinson, Geoffrey.
|title = The Dark Side of Paradise: Political Violence in Bali
|url =
|location = Ithaca, NY
|year = 1998
Baris 367 ⟶ 370:
|isbn = 978-0801481727
|ref = {{sfnref|Robinson|1998}}
}}
* {{cite book
| author = Ide Anak Agung Gde Agung
|