Trilaksana: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
agregat -> gugusan |
→Tanpa atma: -permanen +kekal |
||
(7 revisi perantara oleh pengguna yang sama tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Buddhisme|dhamma}}'''Trilaksana
Konsep-konsep yang menyatakan bahwa manusia tunduk pada [[Moha (Buddhisme)|delusi]] atas tiga karakteristik keberadaan, delusi tersebut mengakibatkan penderitaan, dan penghapusan delusi tersebut mengakibatkan berakhirnya ''dukkha'', merupakan tema sentral dalam [[Empat Kebenaran Mulia]]. Kebenaran mulia yang terakhir merujuk pada [[Jalan Mulia Berunsur Delapan]].
Baris 11:
Dalam tradisi [[Bahasa Pali|Pali]] dari aliran [[Theravāda]], tiga karakteristik atau corak tersebut adalah:{{sfnp|Alexander|2019|p=36}}<ref name=":1" /><ref>{{cite book|last=Hahn|first=Thich Nhat|date=1999|title=The Heart of the Buddha's Teaching|location=New York|publisher=Broadway Books|page=22}}</ref>{{sfn|Walsh|1995|p=30}}
* ''sabbe saṅkhārā aniccā'' – semua ''[[saṅkhāra]]'' (fenomena
* ''sabbe saṅkhārā dukkhā'' – semua ''saṅkhāra'' adalah [[Dukkha|penderitaan]], tidak memuaskan, tidak sempurna, atau tidak stabil
* ''sabbe dhammā anattā'' – semua ''[[dhamma]]'' (fenomena
==== ''Saṅkhāra'' vs ''dhamma'' ====
Baris 25:
Aliran [[Sarvāstivāda]] dari [[Buddhisme Utara]] (nenek moyang aliran [[Mahāyāna]]) menjelaskan sebagai berikut dalam kitab ''Samyukta'' ''[[Āgama (Buddhisme)|Agama]]'' mereka:<ref name=":1" /><ref>Thich Nhat Hanh, ''The Heart of the Buddha's Teaching''</ref>
* Segala sesuatu yang
* Semua dharma adalah bukan-diri (''sarvadharmā anātmānaḥ)''
* [[Nirwana|Nirvāṇa]] adalah ketenangan (''śāntaṃ nirvāṇam'')
Baris 39:
== Penjelasan ==
===
{{Main|Anicca}}
Ketidakkekalan (Pali: ''anicca'', Sanskerta: ''anitya'') berarti bahwa semua hal atau fenomena yang
===
{{Main|Dukkha}}
''[[Dukkha]]'' (Sanskerta: ''duhkha'') berarti "tidak memuaskan", umumnya diterjemahkan sebagai "penderitaan", "ketidakpuasan", atau "rasa sakit".<ref name="peterharvey26">{{cite book|author=Peter Harvey|year=2015|url=https://books.google.com/books?id=P_lmCgAAQBAJ|title=A Companion to Buddhist Philosophy|publisher=John Wiley & Sons|isbn=978-1-119-14466-3|editor=Steven M. Emmanuel|pages=26–31}}</ref><ref>{{cite book|author=Carol Anderson|year=2013|url=https://books.google.com/books?id=ASlTAQAAQBAJ|title=Pain and Its Ending: The Four Noble Truths in the Theravada Buddhist Canon|publisher=Routledge|isbn=978-1-136-81332-0|pages=1, 22 with note 4|quote=(...) the three characteristics of samsara/sankhara (the realm of rebirth): anicca (impermance), dukkha (pain) and anatta (no-self).}}</ref><ref>{{cite book|author=Malcolm Huxter|year=2016|url=https://books.google.com/books?id=n2qFCwAAQBAJ|title=Healing the Heart and Mind with Mindfulness: Ancient Path, Present Moment|publisher=Routledge|isbn=978-1-317-50540-2|page=10|quote=dukkha (unsatisfactoriness or suffering) (....) In the Introduction I wrote that dukkha is probably best understood as unsatisfactoriness.}}</ref> [[Mahasi Sayadaw]] menyebutnya sebagai 'tak terkelola, tak terkendali'.
Sebagai poin Kebenaran Mulia Pertama dalam [[Empat Kebenaran Mulia]], ''dukkha'' dijelaskan sebagai ketidakpuasan fisik dan mental terhadap perubahan kondisi seperti kelahiran, penuaan, penyakit, kematian; bertemu apa yang ingin dihindari atau tidak mendapatkan apa yang diinginkan; dan "singkatnya, lima kelompok unsur
Hubungan antara ketiga karakteristik tersebut dijelaskan dalam [[Tripitaka Pāli|Tripitaka Pali]] sebagai berikut: "''Sesuatu yang anicca adalah dukkha. Sesuatu yang dukkha adalah anatta'' ([[Saṁyutta Nikāya]])." dan "''Sesuatu yang anicca adalah dukkha (yakni tidak dapat dibuat bertahan lama''). ''Sesuatu yang dukkha tidak kekal''."
===
{{Main|Anatta}}
''[[Anatta]]'' (Sanskerta: ''anatman'') mengacu pada tanpa-atma, yaitu tidak adanya hakikat yang
[b] {{cite book|author=Brian Morris|year=2006|url=https://books.google.com/books?id=PguGB_uEQh4C&pg=PA51|title=Religion and Anthropology: A Critical Introduction|publisher=Cambridge University Press|isbn=978-0-521-85241-8|page=51|quote=(...) anatta is the doctrine of non-self, and is an extreme empiricist doctrine that holds that the notion of an unchanging permanent self is a fiction and has no reality. According to Buddhist doctrine, the individual person consists of five skandhas or heaps - the body, feelings, perceptions, impulses and consciousness. The belief in a self or soul, over these five skandhas, is illusory and the cause of suffering.}}
Baris 62:
[c] {{cite book|author=Richard Gombrich|year=2006|url=https://books.google.com/books?id=jZyJAgAAQBAJ|title=Theravada Buddhism|publisher=Routledge|isbn=978-1-134-90352-8|page=47|quote=(...) Buddha's teaching that beings have no soul, no abiding essence. This 'no-soul doctrine' (anatta-vada) he expounded in his second sermon.}}</ref>
Sementara ''anicca'' dan ''dukkha'' berlaku untuk "semua fenomena yang
Ajaran ''anattā'' menolak adanya sesuatu yang
== Penerapan ==
Dalam Buddhisme, [[ketidaktahuan]] (''[[Avijjā|avijja]]'', atau ''[[Moha (Buddhisme)|moha]]''; yaitu kegagalan untuk memahami realitas) atas tiga karakteristik keberadaan (trilaksana: ''anicca dukkha anatta'') dianggap sebagai [[Paṭiccasamuppāda|mata rantai pertama]] dalam keseluruhan proses [[Saṁsāra|samsara]], yang dengannya makhluk-makhluk tunduk pada keberadaan yang berulang dalam siklus ''dukkha'' yang tak berujung. Melenyapkan ketidaktahuan dengan [[kebijaksanaan]] atas tiga karakteristik keberadaan dikatakan akan mengakhiri samsara dan, sebagai hasilnya, ''dukkha'' itu sendiri (''dukkha nirodha'' atau ''nirodha sacca'', seperti yang dijelaskan sebagai Kebenaran Mulia Ketiga dalam [[Empat Kebenaran Mulia]]).
[[Siddhattha Gotama|Buddha Gotama]] mengajarkan bahwa semua makhluk yang
== Catatan ==
|