Haji Misbach: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Merapikan posisi subjudul dan penamaannya |
|||
(43 revisi perantara oleh 29 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{noref}}
'''Haji Mohamad Misbach''' yang lebih dikenal dengan '''Haji Misbach''' atau '''Haji Merah''' ([[Surakarta]], [[1876]]–[[1926]]), dilahirkan di [[Kauman]], di sisi barat alun-alun utara, persis di depan [[keraton]] [[Kasunanan]] dekat [[Masjid Agung Surakarta]]. Semasa kecil, dia bernama Ahmad, lalu berganti nama menjadi [[Darmodiprono]] setelah menikah. Dan usai menunaikan ibadah haji, barulah dia dikenal sebagai Haji Mohamad Misbach. Ayahnya adalah seorang pejabat keagamaan selain juga seorang pedagang [[batik]] yang kaya raya. ▼
{{Infobox person
| name = Haji Misbach
| image = Hadji M. Miscbach portrait from Medan Moeslimin 1 January 1925 cover.jpg
| alt =
| caption = Haji Mohamad Misbach
| birth_name = Ahmad
| birth_date = [[1876]]
| birth_place = [[Kauman]], [[Surakarta]], [[Hindia Belanda]]
| death_date = {{death date and age|1926|5|24|1876|df=yes}}
| death_place = [[Manokwari]], [[Hindia Belanda]]
| occupation =
| spouse =
| children = Suimatun<br />Masduki<br />Karobet
| religion = Islam
}}
▲'''Haji Mohamad Misbach''' yang lebih dikenal dengan '''Haji Misbach''' atau '''Haji Merah''' ([[Surakarta]], [[1876]]–[[1926]]), dilahirkan di [[Kauman]], di sisi barat alun-alun utara, persis di depan [[keraton]] [[Kasunanan]] dekat [[Masjid Agung Surakarta]]. Semasa kecil, dia bernama Ahmad, lalu berganti nama menjadi [[Darmodiprono]] setelah menikah. Dan usai menunaikan ibadah haji, barulah dia dikenal sebagai Haji Mohamad Misbach. Ayahnya adalah seorang pejabat keagamaan selain juga seorang pedagang [[batik]] yang kaya raya.<ref name=":0">{{Cite web|title=Misbach - Ensiklopedia|url=https://esi.kemdikbud.go.id/wiki/Misbach|website=esi.kemdikbud.go.id|access-date=2024-09-21}}</ref>
Pada usia sekolah, dia ikut pelajaran keagamaan dari pesantren, selain di sekolah [[bumiputera]] "Ongko Loro". Basis pesantren serta lingkungan [[keraton Surakarta]] inilah yang kemudian mempengaruhi sosok Misbach nantinya menjadi seorang [[Mubaligh]]. Meski orang
== Riwayat Hidup ==▼
▲== Riwayat ==
* Tahun [[1914]], Misbach mulai aktif dalam [[Inlandsche Journalisten Bond]].
* Tahun [[1915]], menerbitkan surat kabar [[Medan Moeslimin]].
Baris 13 ⟶ 28:
* Tanggal [[7 Mei]] [[1919]], ditangkap setelah menggambar kartun di Islam Bergerak yang isinya menyinggung [[kapitalis]] [[Belanda]] dan [[Pakubuwono X]], dibebaskan pada [[22 Oktober]] [[1919]].
* Tanggal [[16 Mei]] [[1920]], kembali ditangkap dan dipenjarakan di [[Pekalongan]] selama 2 tahun 3 bulan.
* Tahun [[1922]], keluar dari [[Muhammadiyah]] karena Muhammadiyah dan [[Sarekat Islam|SI]] dianggap mandul dan bersikap kooperatif dengan pemerintah.
* Bulan Mei [[1923]], muncul sebagai propagandis SI Merah/[[Partai Komunis Indonesia|PKI]].
* Tanggal [[20 Oktober]] [[1923]], kembali dijebloskan ke penjara dengan tuduhan terlibat dalam aksi-aksi pembakaran bangsal, penggulingan kereta api,
* Bulan Juli [[1924]], kembali ditangkap dan dibuang ke [[Kabupaten Manokwari|Manokwari]] dengan tuduhan mendalangi pemogokan-pemogokan dan teror-teror/[[sabotase]] di Surakarta dan sekitarnya.
=== Pergerakan Islam ===
[[Takashi Shiraisi]] mengungkapkan ada perbedaan dinamika [[sosial]] [[Islam]] di [[Yogya]] dan [[Surakarta]] masa itu. Ini dikaitkan dengan persamaan dan perbedaan antara KH [[Ahmad Dahlan]], pendiri Muhammadiyah dan, Misbach, seorang [[muslim]] [[ortodoks]] yang saleh, progresif, dan hidup di Surakarta.
Baris 25 ⟶ 40:
Lain halnya dengan di Surakarta, kala itu belum ada pengaruh sekuat Dahlan dan Muhammadiyah. Ini karena di Surakarta sudah ada sekolah [[agama]] modern pertama di [[Jawa]], [[Madrasah]] Mamba'ul Ulum yang didirikan patih [[R. Adipati Sosrodiningrat]] ([[1906]]) dan [[Sarekat Islam]] (SI) pun sudah lebih dulu berkiprah sebagai wadah aktivis pergerakan Islam. Di Surakarta, pegawai keagamaan yang progresif, [[kiai]], guru-guru [[Al-Quran]], dan para pedagang [[batik]] mempunyai forum yang berwibawa, [[Medan Moeslimin]]. Di situlah pendapat mereka yang kerap berbeda satu sama lain tersalur. Kelompok ini menyebut diri "kaum muda Islam".
Dalam pergerakan Islam Surakarta dan Yogya terdapat perbedaan mencolok. Di Yogya, gerakan Islam tidak hanya reformis,
==== Perseteruan antar golongan Islam di Surakarta ====
Perpecahan kelompok Islam di Surakarta dipicu artikel [[Djojosoediro]] di surat kabar [[Djawi Hisworo]], yang mana pemimpin redaksinya adalah [[Martodharsono]]. Pada saat itu, [[Djojosoediro]], atas persetujuan dan dorongan dari Martodharsono, menulis:
''“Ah seperti pegoeron (tempat beladjar ilmoe). Saja boekan goeroe, tjoemah bertjeritera atau memberi
Umat Islam, terutama di Surakarta, gempar dengan tulisan tersebut. Sebagian besar menganggap bahwa tulisan tersebut merupakan pelecehan terhadap nabi [[Muhammad]] dan umat Islam. [[Sarekat Islam]], sebagai organisasi Islam terbesar kala itu, merasa wajib untuk melakukan pembelaan. Untuk itu, pada awal Februari [[1918]], [[Tjokroaminoto]] telah membentuk apa yang disebut [[Tentara Kandjeng Nabi Mohammad]] (TKNM) untuk “memertahankan kehormatan Islam, [[Nabi]], dan Kaum Muslimin”.
Baris 36 ⟶ 51:
[[Martodharsono]] sendiri bukan orang sembarangan. Dia adalah murid [[Tirto Adhi Soerjo]], sang pemula, dan [[Raden Pandji Natarata]] alias [[Raden Sastrawidjaja]], ahli sastra dari Yogyakarta. Ketika artikelnya mulai mendapat respon dan kemarahan dari umat Islam, Martodharsono pun berusaha memberikan klarifikasi di surat kabar [[Djawi Hisworo]]. Namun, klarifikasi tersebut tidak bisa memadamkan api yang sudah terlanjur berkobar.
==== Sidik, Amanat, Tabligh, Fathonah (Sidik, Amanat, Tableg, Vatonah (SATV)) ====
Pembentukan TKNM oleh Tjokroaminoto inilah yang kemudian mencuatkan nama Misbach sebagai mubaligh vokal. Misbach lalu menyikapi dengan segera membentuk perkumpulan tablig reformis bernama [[Sidik Amanat Tableg Vatonah]] (SATV) untuk memperkuat “kebenaran dan memajukan Islam”. Ia menyebar seruan tertulis menyerang Martodharsono serta mendorong terlaksananya rapat umum dan membentuk subkomite TKNM. Segeralah beredar cerita, Misbach akan berhadapan dengan Martodharsono di podium. Komunitas yang dulunya kurang greget menyikapi keadaan itu tiba-tiba menjadi dinamis. Kaum muslimin Surakarta berbondong-bondong menghadiri rapat umum di lapangan [[Sriwedari]], pada 24 Februari 1918 yang konon dihadiri 20.000-an orang. Tjokroaminoto mengirim [[Haji Hasan bin Semit]] dan [[Sosrosoedewo]] (penerbit dan redaktur jurnal Islam [[Surabaya]], [[Sinar Islam]]), dua orang kepercayaannya di TKNM. Waktu itu terhimpun sejumlah dana untuk pengembangan organisasi ini. Muslimin Surakarta bergerak proaktif menjaga wibawa Islam terhadap setiap upaya penghinaan terhadapnya. Inilah awal perang membela Islam dari "[[kaum putihan]]" Surakarta.<ref>{{Cite web|date=2013-12-12|title=Saat Islam dan Komunis Harmonis|url=https://historia.id/politik/articles/saat-islam-dan-komunis-harmonis-6j3wD/page/3|website=Historia - Majalah Sejarah Populer Pertama di Indonesia|language=id-ID|access-date=2024-09-21}}</ref>
Belakangan, muncul kekecewaan jamaah TKNM ketika Tjokro tiba-tiba saja mengendurkan perlawanan kepada Martodharsono dan Djawi Hisworo setelah mencuatnya pertikaian menyangkut soal keuangan dengan H Hasan bin Semit. Buntutnya, H Hasan bin Semit keluar dari TKNM. Beredar artikel menyerang petinggi TKNM. Muncul statemen seperti "korupsi di TKNM dianggap sudah menodai Nabi dan Islam".<ref>{{Cite web|last=DH|first=Agung|date=2016-11-04|title=Saat Penistaan Agama Lahirkan Tentara Kandjeng Nabi Muhammad|url=https://tirto.id/saat-penistaan-agama-lahirkan-tentara-kandjeng-nabi-muhammad-b1R9|website=tirto.id|language=id|access-date=2024-09-21}}</ref>
Dalam situasi itu, Misbach muncul menggantikan [[Hisamzaijni]], ketua subkomite TKNM dan menjadi hoofdredacteur (pemimpin redaksi) Medan Moeslimin. Artikel pertamanya di media ini berjudul [[Seroean Kita]]. Dalam artikel itu, ia menyajikan gaya penulisan yang khas, yang kata [[Takashi]], menulis seperti berbicara dalam forum tablig. Ia mengungkapkan pendapatnya, bergerak masuk ke dalam kutipan [[Al-Quran]] kemudian keluar lagi dari ayat itu. "Persis seperti membaca, menerjemahkan, dan menerangkan arti ayat Al-Quran dalam pertemuan tablig." Sikap Misbach ini segera menjadi tren, apalagi kemudian secara kelembagaan perkumpulan tablig SATV benar-benar eksis melibatkan para pedagang [[batik]] dan generasi [[santri]] yang lebih muda.
SATV menyerang para elite pemimpin TKNM, kekuasaan keagamaan di Surakarta, menyebut mereka bukan Islam sejati, tetapi "Islam ''lamisan''", "kaum terpelajar yang berkata mana yang bijaksana yang menjilat hanya untuk menyelamatkan namanya sendiri." Dasar keyakinan SATV dengan Misbach sebagai ideolognya, "membuat agama Islam bergerak". Misbach kondang di tengah muslimin bukan sekadar karena tablignya, melainkan ia menjadi pelaku dari kata-kata keras yang dilontarkannya di berbagai kesempatan. Ia dikenal luas karena perbuatannya "menggerakkan Islam": menggelar tablig, menerbitkan jurnal, mendirikan sekolah, dan menentang keras penyakit hidup boros dan bermewah-mewah, dan semua bentuk penghisapan dan penindasan.
Baris 50 ⟶ 65:
=== Haji Merah ===
Misbach memiliki posisi yang unik dalam sejarah tanah air, namanya sering disandingkan dengan [[Semaun]], [[Tan Malaka]], atau golongan kiri lainnya. Di kalangan gerakan Islam, memang namanya nyaris tak pernah disebut karena berpaham [[komunis]]. Menurutnya, Islam dan komunisme tidak selalu harus dipertentangkan, Islam seharusnya menjadi agama yang bergerak untuk melawan penindasan dan ketidakadilan.<ref>{{Cite web|last=Raditya|first=Iswara N.|date=2017-01-25|title=Mohammad Misbach Sang Haji Merah|url=https://tirto.id/mohammad-misbach-sang-haji-merah-chBV|website=tirto.id|language=id|access-date=2024-09-21}}</ref>
[[Marco Kartodikromo]], seorang wartawan yang juga seorang aktivis [[kebangkitan nasional]] asal [[Hindia
".. Di Pemandangan Misbach tidak ada beda di antara seorang pencuri biasa dengan orang yang dikata berpangkat, begitu juga di antara [[rebana]] dan [[klenengan]], di antara bok Haji yang bertutup muka dan orang bersorban cara [[Arab]] dan berkain kepala cara [[Jawa]]. Dan sebab itu dia lebih gemar
Apa yang tersirat dari tulisan Marco adalah populisme Misbach. Populisme seorang Haji, sekaligus pedagang yang sadar akan penindasan [[kolonialisme]] Belanda dan tertarik dengan ide-ide [[revolusioner]] yang mulai menerpa [[Hindia]] pada
Misbach langsung terjun melakukan pengorganisiran di basis-basis rakyat. Membentuk organisasi dan mengorganisir pemogokan ataupun rapat-rapat umum/[[vergadering]] yang dijadikan mimbar pemblejetan kolonialisme dan [[kapitalisme]]. Orang menggambarkan dirinya sebagai sosok yang tak segan bergaul dengan anak-anak muda penikmat klenengan (musik Jawa) dengan tembang yang sedang populer. Satu tulisan lain tentang Misbach menyebutkan, di tengah komunitas pemuda, dia menjadi kawan berbincang yang enak. Sementara di tengah pecandu [[wayang orang]], dia lebih dihormati ketimbang direktur wayang orang.<ref name=":1" />
"... di mana-mana golongan Rajat Misbach mempoenjai kawan oentoek melakoekan pergerakannya. Tetapi didalem kalangannya orang-orang jang mengakoe Islam dan lebih mementingkan mengoempoelken harta benda daripada menolong kesoesahan Rajat, Misbach seperti [[harimau]] didalem kalangannya binatang-binatang ketjil. Kerna dia tidak takoet lagi menyela kelakoeannja orang-orang yang sama mengakoe Islam tetapi selaloe mengisep darah temen hidoep bersama."
Baris 70 ⟶ 85:
=== Keterlibatan dalam PKI ===
Pada
Kekecewaannya terhadap lembaga-lembaga Islam yang tidak tegas membela kaum [[dhuafa]], membuat dia memilih ikut Perserikatan
== Masa pembuangan ==
Bulan Mei [[1919]] akibat pemogokan-pemogokan petani yang dipimpinnya, Misbach dan para pemimpin pergerakan lainnya di Surakarta ditangkap. Pada [[16 Mei]] [[1920]], ia kembali ditangkap dan dipenjarakan di [[Pekalongan]] selama 2 tahun 3 bulan. Pada [[22 Agustus]] [[1922]] dia kembali ke rumahnya di Kauman, Surakarta. Maret [[1923]], ia sudah muncul sebagai [[propagandis]] PKI/SI Merah dan berbicara tentang keselarasan antara paham Komunis dan Islam. Pada tanggal 20 Oktober 1923, Misbach kembali dijebloskan ke penjara dengan tuduhan terlibat dalam aksi-aksi revolusioner yaitu pembakaran bangsal, penggulingan kereta api,
Terkait dengan "teror-teror" yang terjadi di Jawa tersebut, Misbach tetap dipercaya sebagai otaknya. Dia ditangkap. Dalam pengusutan sejumlah fakta memberatkannya meskipun belakangan para saksi mengaku memberi kesaksian palsu karena iming-iming bayaran dari [[Hardjosumarto]], orang yang "ditangkap" bersamanya. Hardjosumarto sendiri juga mengaku menyebarkan pamflet bergambar palu, arit, dan tengkorak, membakar bangsal [[sekatenan]], dan mengebom [[Mangkunegaran]]. Namun Misbach tetap tidak dibebaskan. Dia dibuang ke Manokwari, [[Papua]], beserta dengan istri dan tiga anaknya. Ternyata pembuangan tidak membuatnya berhenti bergerak, dia masih sempat mendirikan [[Sarekat Rakyat]] cabang Manokwari, yang anggotannya tidak pernah lebih dari 20 karena gangguan Polisi Belanda. Selain itu, dia juga menyusun artikel berseri "[[Islamisme dan Komunisme]]". Medan Moeslimin kemudian memuat artikel tersebut,
Baris 81 ⟶ 96:
''"…agama berdasarkan sama rata sama rasa kepada [[Tuhan]] Yang Maha Kuasa hak persamaan untuk segenap manusia dalam dunia tentang pergaulan hidup, tinggi dan hinanya manusia hanya tergantung atas budi kemanusiaannya. Budi terbagi tiga bagian: budi kemanusiaan, budi binatang, budi setan. Budi kemanusiaan dasarnya mempunyai perasaan keselamatan umum; budi binatang hanya mengejar keselamatan dan kesenangan diri sendiri; dan budi setan yang selalu berbuat kerusakan dan keselamatan umum."''
Ditengah ganasnya alam di tempat pembuangannya, dia terserang [[malaria]] dan meninggal di pada [[24 Mei]] [[1926]] dan dimakamkan di kuburan [[
== Karya tulis ==
* [[Semprong Wasiat]], sebuah kritik terhadap Tjokroaminoto, dimuat dalam surat kabar Medan Moeslimin (1923).
* [[Islam dan Gerakan]], dimuat dalam surat kabar Medan Moeslimin (1923).
Baris 89 ⟶ 105:
* [[Islam dan Atoerannja]].
==
* {{id}} [http://indomarxist.tripod.com/hmisbach.htm "Haji Misbach: Muslim Komunis"], ''[[Indo-Marxist]]'', 3 Februari 2004.▼
* {{id}} [http://www.berdikarionline.com/sisi-lain/historia/20110510/haji-merah-dalam-perjuangan-anti-kolonialisme.html "“Haji Merah” Dalam Perjuangan Anti-Kolonialisme"], ''[[Berdikari Online]]'', 10 Mei 2011.▼
{{Pahlawan Indonesia}}▼
[[Kategori:Tokoh dari Surakarta]]
[[Kategori:Tokoh Islam Indonesia]]
[[Kategori:Politikus Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh komunis Indonesia]]
<references />
▲[[Kategori:Komunis]]
== Pranala luar ==
▲* {{id}} [https://web.archive.org/web/20070614042818/http://indomarxist.tripod.com/hmisbach.htm "Haji Misbach: Muslim Komunis"], ''[[Indo-Marxist]]'', 3 Februari 2004.
▲* {{id}} [http://www.berdikarionline.com/sisi-lain/historia/20110510/haji-merah-dalam-perjuangan-anti-kolonialisme.html "“Haji Merah” Dalam Perjuangan Anti-Kolonialisme"] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20120408193941/http://www.berdikarionline.com/sisi-lain/historia/20110510/haji-merah-dalam-perjuangan-anti-kolonialisme.html |date=2012-04-08 }}, ''[[Berdikari Online]]'', 10 Mei 2011.
|