Tradisi pemakaman Tionghoa: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Robot: Perubahan kosmetika
Anangyb001 (bicara | kontrib)
Fitur saranan suntingan: 3 pranala ditambahkan.
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Tugas pengguna baru Disarankan: tambahkan pranala
 
(15 revisi perantara oleh 11 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
'''Tradisi Pemakaman Tionghoa''' adalah Adat Pemakaman Tionghoa yang dilatarbelakangi oleh kepercayaan bahwa relasi manusia dengan Tuhan atau kekuatan lain yang mengatur kehidupan, seperti: Reinkarnasi, Hukum karma atas semua perbuatan manusia.<ref name="NGI">Jiwa yang gelisah, National Geographic Indonesia Vol 6 No. 02 Februari 2010, hal 90-99</ref> adalah Adat Pemakaman Tionghoa yang dilatarbelakangi oleh kepercayaan <ref>[http://web.budaya-tionghoa.net/index.php/item/1050-tradisi-upacara-pemakaman-kematian Tradisi upacara pemakaman dan kematian] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20151222114022/http://web.budaya-tionghoa.net/index.php/item/1050-tradisi-upacara-pemakaman-kematian |date=2015-12-22 }} dalam budaya Tionghoa</ref> bahwa relasi manusia dengan Tuhan atau kekuatan lain yang mengatur kehidupan, seperti: Reinkarnasi, Hukum karma atas semua perbuatan manusia, Arwah para leluhur dapat diminta datang untuk dijamu (Ceng Beng), menghormati para leluhur dan orang pandai (Taopekong), Kutukan para leluhur, dan perbuatan semasa hidup akan dialami di akhirat.
Kuburan Tionghoa umumnya terletak di tempat yang lebih tinggi untuk meningkatkan Fengshui.
 
== Tata upacara pemakaman ==
 
Upacara Jib Bok dilaksanakan saat memasukkan jenazah ke dalam peti<ref name="Matakin"/>. Ketika upacara doa selama berkabung akan berakhir, peti mati dipaku rapat. Kertas emas dan perak disisipkan di peti mati sebagai bekal kubur untuk melindungi tubuh dari gangguan roh ganas. Selama penyegelan peti mati, semua yang hadir berpaling dari peti mati karena dianggap tidak beruntung bila melihat proses tersebut. Peti mati dibawa (dengan kepala almarhum menghadap ke depan) dari rumah dengan menggunakan sepotong kayu yang diikat di atas peti mati.
 
Upacara Mai Song (Pintu duka) yang dilaksanakan pada malam menjelang pemberangkatan jenazah<ref name="Matakin"/>. Peti mati ditempatkan pada sisi jalan di luar rumah, di mana lebih banyak doa-doa dikumandangkan dan kertas disebarkan. Model kertas antara lain: mobil, patung kapal, dibawa saat pemakaman. Hal ini melambangkan kekayaan keluarga yang meninggal.
 
Upacara Sang Cong dilaksanakan saat mengantar jenazah ke tempat pemakaman<ref name="Matakin"/>.
 
Upacara Jib Gong dilaksanakan saat memasukan jenazah ke dalam liang kubur<ref name="Matakin"/>. Prosesi [[pemakaman]] dilakukan tanpa dilihat oleh keluarga bahkan keluarga pergi jauh saat peti diturunkan. Padasaatitu, putra tertua dari almarhum akan mengambil tanah dari kubur untuk ditaruh di mangkuk dupa yang akan diletakkan di meja leluhur sebagai tempat persembahyangan. Anggota keluarga dan kerabatnya melempar segenggam tanah sebelum ditimbun. Setelah pemakaman, semua pakaian yang dikenakan oleh para pelayatakan dibakar untuk menghindari nasib buruk.
 
Upacara Peng Tuh atau Ki Hok[dilaksanakan dengan cara membalikkan meja-meja yang digunakan untuk sembahyang pada saat pemakaman jenazah, dan ini menunjukkan bahwa upacara pengurusan jenazah sudah dianggap selesai. Upacara ini dilakukan pada malam menjelang hari ke tujuh dan dihitung mulai dari jenazah dimakamkan<ref>Nio Joe Lan, Peradaban Tionghoa Selayang Pandang, Jakarta: Keng Po, 1961. hal 188.</ref>.
 
Upacara Siau Siang (1 tahun) dan Upacara Tai Siang[(3 tahun) sebagai upacara berkabung selama 1 tahun dan 3 tahun bagi penganut Khong hu cu, dihitung sejak penguburan jenazah <ref name="Matakin">[http://matakin.or.id/ [[Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia]] (Matakin), Tata Agama dan Tata Laksana Upacara Agama [[Khong Hu Cu]]]</ref>.
Periode berkabung keluarga berlangsung selama seratushari setelah upacara pemakaman selesai. Sepotong kain berwarna dikenakan pada lengan masing-masing anggota keluarga: hitam oleh anak-anak almarhum, biru oleh cucu dan hijau oleh cicit. Keluarga yang lebih tradisional akan memakai kain-kain ini sampai 3 tahun (mengikuti ajaran Kong Hu Cu).
 
== Tradisi Pemakaman ==
 
Para arwah leluhur dipercaya memiliki kekuatan besar atas kejadian sehari-hari. Kebudayaan Tionghoa menghormati arwah para leluhur melalui upacara. Pemujaan leluhur dengan pemberian sesaji pada musim semi ([[Festival Qingming]]) dimulai lebih dari satu millennium yang lalu.
 
== Sejarah ==
=== Budaya Neolitik ===
 
Baris 27 ⟶ 8:
Pada masa Hongshan (4500-3000) hngga Liangzhu (3300 SM), Makam mencerminkan hierarki social. Giok dan tembikar halus diletakkan di makam orang yang berkedudukan tinggi.
 
Pada masa Longshan (3000-2000 SM), Upacara untuk menghormati arwah leluhur berkembang dalam kebudayaan Tionghoa bagian utara.<ref name="NGI"/>.
 
=== Zaman Perunggu ===
Baris 35 ⟶ 16:
Pada masa [[Dinasti Shang]] (1600-1045 SM), upacara [[Pemakaman kenegaraan|pemakaman]] para raja dan bangsawan dilaksanakan dengan memberikan tumbal manusia.
 
Pada masa [[Dinasti Zhou]] (1045-256), tumbal manusia dirubahdiubah dengan menggunakan patung keramik berbetuk manusia dan lainnya.<ref name="NGI"/>.
 
=== Zaman Kekaisaran ===
 
Pada masa [[Dinasti Qin]] (221-207 SM), patung tentara terakota dikubur untuk melayani kaisar pertama Tiongkok. Kegiatan ini dilanjutkan oleh [[Dinasti Han]] ([[206 SM]] – 220 M) dan [[Wei Utara|Northern Wei]] (386-534).
 
Pada masa [[Dinasti Tang]] (618-906), Rakyat jelata diperbolehkan memberikan sesajian bagi empat generasi leluhur. Tradisi ini berlanjut pada masa [[Dinasti Ming]] (1368-1644) dan [[Dinasti Qing]] (1644-1911) .<ref name="NGI"/>.
 
=== Pemerintahan [[Komunis]] ===
Baris 48 ⟶ 29:
 
Saat ini di [[Republik Tiongkok (1912–1949)|Tiongkok]], pemakaman dengan kremasi di kota besar hampir 100%. Tapi di pedesaan, masih menggunakan cara penguburan. Tradisi pemakaman di keluarga dan masyarakat masih berlaku di seluruh pedesaan Tiongkok sampai hari ini.
 
== Tata upacara pemakaman ==
 
Upacara Jib Bok dilaksanakan saat memasukkan jenazah ke dalam peti.<ref name="Matakin"/>. Ketika upacara doa selama berkabung akan berakhir, peti mati dipaku rapat. Kertas emas dan perak disisipkan di peti mati sebagai bekal kubur untuk melindungi tubuh dari gangguan roh ganas. Selama penyegelan peti mati, semua yang hadir berpaling dari peti mati karena dianggap tidak beruntung bila melihat proses tersebut. Peti mati dibawa (dengan kepala almarhum menghadap ke depan) dari rumah dengan menggunakan sepotong kayu yang diikat di atas peti mati.
 
Upacara Mai Song (Pintu duka) yang dilaksanakan pada malam menjelang pemberangkatan jenazah.<ref name="Matakin"/>. Peti mati ditempatkan pada sisi jalan di luar rumah, di mana lebih banyak doa-doa dikumandangkan dan kertas disebarkan. Model kertas antara lain: mobil, patung kapal, dibawa saat pemakaman. Hal ini melambangkan kekayaan keluarga yang meninggal.
 
Upacara Sang Cong dilaksanakan saat mengantar jenazah ke tempat pemakaman.<ref name="Matakin"/>.
 
Upacara Jib Gong dilaksanakan saat memasukan jenazah ke dalam liang kubur.<ref name="Matakin"/>. Prosesi [[pemakaman]] dilakukan tanpa dilihat oleh keluarga bahkan keluarga pergi jauh saat peti diturunkan. PadasaatituPada saat itu, putra tertua dari almarhum akan mengambil tanah dari kubur untuk ditaruh di mangkuk dupa yang akan diletakkan di meja leluhur sebagai tempat persembahyangan. Anggota keluarga dan kerabatnya melempar segenggam tanah sebelum ditimbun. Setelah pemakaman, semua pakaian yang dikenakan oleh para pelayatakan dibakar untuk menghindari nasib buruk.
 
Upacara Peng Tuh atau Ki Hok[ dilaksanakan dengan cara membalikkan meja-meja yang digunakan untuk sembahyang pada saat pemakaman jenazah, dan ini menunjukkan bahwa upacara pengurusan jenazah sudah dianggap selesai. Upacara ini dilakukan pada malam menjelang hari ke tujuh dan dihitung mulai dari jenazah dimakamkan.<ref>Nio Joe Lan, Peradaban Tionghoa Selayang Pandang, Jakarta: Keng Po, 1961. hal 188.</ref>.
 
Upacara Siau Siang (1 tahun) dan Upacara Tai Siang[ (3 tahun) sebagai upacara berkabung selama 1 tahun dan 3 tahun bagi penganut Khong hu cuKonghucu, dihitung sejak penguburan jenazah .<ref name="Matakin">[http://matakin.or.id/ ][[Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia]]<span> (Matakin), Tata Agama dan Tata Laksana Upacara Agama </span>[[Khong Hu Cu]]]</ref>.
Periode berkabung keluarga berlangsung selama seratushari[[Seratus Hari|seratus hari]] setelah upacara pemakaman selesai. Sepotong kain berwarna dikenakan pada lengan masing-masing anggota keluarga: hitam oleh anak-anak almarhum, biru oleh cucu dan hijau oleh cicit. Keluarga yang lebih tradisional akan memakai kain-kain ini sampai 3 tahun (mengikuti ajaran Kong Hu Cu).
 
== Tradisi Pemakaman ==
Arwah para leluhur dapat diminta datang untuk dijamu pada saat [[Festival Qing Ming]], menghormati para leluhur dan orang pandai (Toapekong), Kutukan para leluhur, dan perbuatan semasa hidup akan dialami di akhirat. Kuburan Tionghoa umumnya terletak di tempat yang lebih tinggi untuk meningkatkan Fengshui.
 
Para arwah leluhur dipercaya memiliki kekuatan besar atas kejadian sehari-hari. Kebudayaan Tionghoa menghormati arwah para leluhur melalui upacara. Pemujaan leluhur dengan pemberian sesaji pada [[musim semi]] ([[Festival Qingming]]) dimulai lebih dari satu millennium yang lalu.
 
Kuburan Tionghoa umumnya terletak di tempat yang lebih tinggi untuk meningkatkan Fengshui.
 
== Referensi ==
Baris 59 ⟶ 62:
 
[[Kategori:Budaya Tionghoa]]
[[Kategori:Kontribusi Bulan Asia Wikipedia]]