Taghlib: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Ariandi Lie (bicara | kontrib) Tag: Pembatalan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
(1 revisi perantara oleh pengguna yang sama tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Infobox tribe|name=Banu Taghlib|type=[[Adnanite]] Arab tribe|image=Banu Taghlib Flag Second Raya (38).png|image_size=150px|alt=|caption=Banner of the Banu Taghlib in [[Battle of Siffin]]<ref>{{cite book |last1=Houtsma |first1=Martijn Theodoor |last2=Wensinck |first2=Arent Jan |title=First Encyclopaedia of Islam: 1913-1936 |year=1993 |page=38 |isbn=9004097961 |edition=3rd |url=https://books.google.com/books?id=xd5VonTOppMC&q=first+encyclopaedia+of+islam}}</ref>|nisba=Taghlibī|location=[[Najd]], [[
**Jusham
***Zuhayr
Baris 11:
****Taym
****Adi
*****[[
**Amr
*Imran
*Awf|religion=[[Miaphysitism|Miaphysite Christianity]] (6th–9th centuries) <br> [[Islam]] (9th century–present)}}
'''Bani Taghlib''' ( {{Lang-ar|بنو تغلب}} ), juga dikenal sebagai '''Taghlib
Selama pemerintahan [[Kekhalifahan Abbasiyah|Abbasiyah]], beberapa individu dari suku tersebut memeluk Islam dan diberi jabatan gubernur di beberapa bagian kekhalifahan. Pada pertengahan abad ke-9, sebagian besar Taghlib masuk Islam, sebagian karena bujukan gubernur Taghlibi [[Diyar Rabi'a]] dan pendiri [[al-Rahba]], [[Malik
== Asal ==
Banu Taghlib awalnya adalah suku [[Badui]] (nomaden [[Arab]]) yang mendiami [[Najd]]. Suku ini dinamai [[nenek moyangnya]] Taghlib ibn Wa'il, juga dikenal sebagai Dithar ibn Wa'il. Suku ini termasuk dalam konfederasi [[Rabi'ah|Rabi'a]] dan dengan demikian ditelusuri keturunannya ke cabang [[Nizar ibn Ma'ad|Nizar]] dari [[Adnanites]]. Silsilah lengkap mereka adalah sebagai berikut: Taghlib/Dithār ibn Wāʾil ibn Qasit ibn Hinb ibn Afṣā ibn Duʿmī ibn Jadla ibn Asad ibn Rabīʿa ibn Nizār ibn Maʿadd ibn Adnān. Saingan dan saudara suku mereka adalah [[Banu Bakr|Banu Bakr ibn Wa'il]].<ref>{{cite book|author1=Ibn Abd Rabbih|editor1-last=Boullata|editor1-first=Issa J.|title=The Unique Necklace, Volume 3|date=2011|publisher=Garnet Publishing|isbn=978-1-85964-239-9|pages=265–266}}</ref> Al-Araqim adalah kelompok Taghlib yang paling penting dan hampir semua sejarah silsilah Taghlib berpusat di sekitar mereka. Enam divisi al-Araqim adalah Jusham (yang terbesar) , Malik (terbesar kedua), Amr, Tha'laba, al-Harith dan Mu'awiya. Karena ukuran dan kekuatannya, Jusham dan Malik secara kolektif disebut sebagai ''al- Rawkān'', yang diterjemahkan sebagai "dua tanduk" atau "dua kompi yang banyak dan kuat". Divisi Amr yang lebih kecil dari al-Araqim dikenal sebagai ''al-Nakhābiqa''. Dari divisi Jusham muncul cabang Zuhayr, dari mana beberapa sub-suku besar turun, termasuk
Garis Attab, Utba, Itban, Awf dan Ka'b; semua garis ini didirikan oleh anak-anak eponim Sa'd ibn Zuhayr ibn Jusham. Sub-suku Attab, Utba dan Itban membentuk kelompok al-Utab, sedangkan sub-suku Awf dan Ka'b terbentuk Bani al-Awhad. Sub-suku Zuhayri terkemuka lainnya adalah al-Harits, yang pendiri eponymousnya adalah putra Murra ibn Zuhayr. Divisi Malik juga memiliki banyak pengelompokan suku, termasuk al-Lahazim (keturunan Awf ibn Malik), al-Abna' (keturunan Rabi'ah, A'idh dan Imru' al-Qays, semua putra Taym ibn Usama ibn Malik), al-Qu'ur (keturunan putra Malik Malik dan al-Harith) dan Rish al-Hubara (keturunan Qu'ayn ibn Malik). [[Dinasti
==Sub-grup==
Baris 40:
===Periode awal Muslim ===
[[Berkas:Al-Jazira.svg|pra=//upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/6/62/Al-Jazira.svg/300px-Al-Jazira.svg.png|ka|jmpl|300x300px| Peta Jazira dan distriknya, selama era Islam. Jazira adalah tempat tinggal Banu Taghlib dari akhir abad ke-6, dan selama era [[Kekhalifahan Abbasiyah|Abbasiyah]], beberapa suku Taghlibi memerintah provinsi dan kota-kotanya. [[Dinasti Hamdaniyah|Dinasti Taghlibi
Pengaruh politik Taghlib sangat surut selama kedatangan Islam pada pertengahan abad ke-7. Karena jarak mereka dari Mekah dan [[Madinah]], dua kota yang memainkan peran sentral dalam perkembangan Islam, Taghlib tidak terlibat dalam urusan Islam di masa nabi [[Muhammad]]. Selama [[Perang Ridda]] (632–633) antara Muslim dan suku-suku Arab yang murtad, Taghlib bertempur bersama suku-suku tersebut. Bagian dari Taghlib, khususnya garis Utba dari cabang Zuhayr, memerangi tentara Muslim di Irak dan Mesopotamia Atas selama [[penaklukan Islam atas Persia]]. Seorang putri kepala suku Utba Rabi'a ibn Bujayr bernama Umm Habib ditawan dan dikirim ke Medina, di mana dia dibeli oleh [[Ali|Ali ibn Abi Thalib]]; dia melahirkan anak kembar Ali, Umar al-Kabir dan Ruqayya.
Baris 54:
Khalifah Abbasiyah [[al-Mansur]] ({{reign|754|775}}) menugaskan kembali Hisyam ibn Amr ke [[Arab Sind|Sind]]. Khalifah [[al-Mahdi]] ({{reign|775|785}}) menggantikan Hisyam dengan saudaranya Bistam, sebelum menugaskannya kembali ke [[Sejarah Azerbaijan#Abad Pertengahan|Adharbayjan]]. Baik Hisyam dan Bistam adalah Muslim. Muslim Taghlibi lainnya, Abd al-Razzaq ibn Abd al-Hamid memimpin ekspedisi Abbasiyah melawan Bizantium pada musim panas 793. Pada awal abad ke-9, garis Adi ibn Usama dari divisi Malik, yang dikenal sebagai ''ʿAdī Taghlib' ' atau ''al-ʿAdawīyya'' menjadi terkenal secara politik di Jazira. Salah satu anggota mereka, al-Hasan ibn Umar ibn al-Khattab diangkat menjadi gubernur Mosul oleh Khalifah [[al-Amin]] pada tahun 813. Beberapa tahun kemudian, Taghlibi lain yang terkait dengan al-Hasan melalui pernikahan, Tawk ibn Malik dari Garis Attab divisi Jusham, menjadi gubernur [[Diyar Rabi'a]] di bawah Khalifah [[al-Ma'mun]] (reign 813–833). Putra Tawk [[Malik ibn Tawk]] menjabat sebagai gubernur [[Jund Dimashq]] (distrik Damaskus) dan [[Jund al-Urdunn]] (distrik Yordania) di bawah khalifah [[al-Wathiq]] ({{ reign|842|847}}) dan [[al-Mutawakkil]] ({{reign|847|861}}). Dia kemudian mendirikan kota benteng Efrat [[al-Rahba]] (modern [[Mayadin]]).
===Dinasti
{{
Pada tahun 880-an, seorang anggota Adi Taghlib, [[Hamdan ibn Hamdun]], bergabung dengan [[Pemberontakan Khawarij (866–896)|Pemberontakan Khawarij]] melawan Khalifah [[al-Mu'tadid]]. Pada saat itu, Hamdan menguasai sejumlah benteng di Jazira, termasuk [[Mardin]] dan [[Ardumusht]], tetapi pada tahun 895, Bani Abbasiyah merebut bekas dan sesudahnya, putra Hamdan [[Husain ibn Hamdan|Husain]] menyerahkan Ardumusht dan bergabung dengan pasukan al-Mu'tadid. Hamdan menyerah kepada Abbasiyah di luar Mosul dan dipenjarakan, tetapi jasa baik Husain dengan al-Mu'tadid membuat Hamdan mendapat pengampunan. Husain memimpin atau berpartisipasi dalam ekspedisi Abbasiyah melawan [[dinasti Dulafid|Dulafid]], [[Qarmatians]] dan [[dinasti Tulunid|Tulunid]] pada masa pemerintahan Khalifah [[al-Muktafi]] ({{reign| 902|908}}), tetapi jatuh dari kasih karunia karena mengambil bagian dalam rencana untuk mengangkat [[Abdallah ibn al-Mu'tazz]] sebagai khalifah pada tahun 908. Saudara-saudara Husain Abu'l Hayja Abdallah (gubernur Mosul pada tahun 905–913 ) dan 914–916), Ibrahim (gubernur Diyar Rabi'ah pada 919), Dawud (gubernur Diyar Rabi'ah pada 920) dan Sa'id tetap setia kepada Abbasiyah dan Husain akhirnya memperoleh pengampunan dan diangkat sebagai gubernur Diyar Rabi'a pada tahun 910. Dia kemudian memberontak, ditangkap dan dieksekusi pada tahun 916. Sementara itu, Abu al-Hayja' diangkat kembali menjadi gubernur Mosul pada tahun 920, menjabat sampai kematiannya pada tahun 929.
Setelah kematian Abu al-Hayja, putranya [[Nasir al-Dawla]], yang reign sebagai wakil penguasa ayahnya di Mosul, berjuang untuk mengamankan jabatan gubernur di kota itu. Pemerintahannya ditentang oleh pamannya Sa'id dan Nasr, Bani Habib (saingan klan Taghlibi) dan Khalifah [[al-Muqtadir]] ({{reign|908|929}}). Pada 935, Nasir al-Dawla telah menang melawan mereka dan diangkat oleh Khalifah [[al-Radi]] ({{reign|934|940}}) sebagai gubernur Mosul dan ketiga provinsi Jazira, yaitu. Diyar Rabi'ah, [[Diyar Mudar]] dan [[Diyar Bakar]]. Tahun itu Bani Habib, yang berjumlah 12.000 penunggang kuda dan keluarga mereka, meninggalkan [[Nisibin]] yang dikuasai
Pada tahun 942, Nasir al-Dawla menjadi penguasa efektif Kekhalifahan Abbasiyah sampai dikalahkan oleh perwira Turkinya yang pemberontak, [[Tuzun]], pada tahun berikutnya. Nasir al-Dawla digulingkan sebagai gubernur Mosul dan Jazira oleh putra-putranya pada tahun 967. Provinsi ini tetap berada di tangan
▲Pada tahun 942, Nasir al-Dawla menjadi penguasa efektif Kekhalifahan Abbasiyah sampai dikalahkan oleh perwira Turkinya yang pemberontak, [[Tuzun]], pada tahun berikutnya. Nasir al-Dawla digulingkan sebagai gubernur Mosul dan Jazira oleh putra-putranya pada tahun 967. Provinsi ini tetap berada di tangan Hamdanid sampai tahun 1002. Sementara itu, saudara laki-laki Nasir al-Dawla, [[Sayf al-Dawla]] mendirikan emirat Hamdanid di [ [Aleppo]] dan Suriah utara pada tahun 945. Keturunannya akan terus reign emirat sampai digulingkan oleh ''[[ghulam]]'' (prajurit budak), [[Lu'lu' al-Kabir]] pada tahun 1002 Hamdaniyah tidak bergantung pada suku Taghlibi mereka untuk urusan negara, melainkan mengandalkan ghilman dan birokrat non-Arab untuk urusan militer dan fiskal. Setelah tahun-tahun awal dinasti Hamdanid, Taghlib, seperti banyak suku Arab yang didirikan di wilayah tersebut sebelum dan sesudah penaklukan Muslim abad ke-7, "menghilang dalam ketidakjelasan".
==Agama==
Sejumlah kecil suku Taghlibi masuk Islam selama era Umayyah (661–750) dan awal era Abbasiyah (abad ke-8), termasuk komunitas Taghlibi kecil di Kufah, beberapa suku di [[Qinnasrin]] dan individu-individu terkenal, seperti Umayyah penyair istana Ka'b ibn Ju'ayl dan 'Umayr ibn Shiyaym. Sebagian besar tetap Kristen selama periode ini. Kemudian di era Abbasiyah, pada abad ke-9, sejumlah besar suku Taghlibi memeluk Islam dan mencapai jabatan yang lebih tinggi di negara bagian. Rupanya, konversi massal Taghlib ke Islam terjadi pada paruh kedua abad ke-9 pada masa pemerintahan [[al-Mu'tasim]] (memerintah 833–842). Sekitar waktu yang sama, Malik ibn Tawk membujuk Sahl ibn Bishr, cicit al-Akhtal, untuk masuk Islam bersama dengan semua keturunan al-Akhtal. Banu Habib masuk Kristen pada tahun 935 ketika mereka membelot ke Byzantium. Sejarawan Asa Eger berkomentar, "Gagasan bahwa mereka [Banu Habib] masuk Kristen mungkin hanya sebagian benar, karena banyak yang mungkin masih [telah] mempertahankan identitas masa lalu Kristen mereka." {{sfn|Eger|p=292}}
|