Palahlar nusakambangan: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
new article, taxobox, refs Tag: pranala ke halaman disambiguasi |
k →Konservasi: reflnk |
||
(4 revisi perantara oleh pengguna yang sama tidak ditampilkan) | |||
Baris 2:
{{Taxobox
| color = {{tc2|tumbuhan}}
| name =
| image =
| image_width = 190px
Baris 23:
|}}
'''Palahlar nusakambangan'''<ref name=p20>Kementerian LHK. (2018). [https://ksdae.menlhk.go.id/assets/news/peraturan/P.20_Jenis_TSL_.pdf ''Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi'']. (Lampiran, hlm. 22 no. 807).</ref>{{rp|22}} ('''''Dipterocarpus littoralis''''') adalah [[spesies|sejenis]] [[pohon]] yang termasuk suku Dipterocarpaceae (meranti-merantian). Menyebar hanya terbatas ([[endemik]]) di [[Pulau Nusakambangan]], [[Jawa Tengah]], dan dengan populasi kecilnya yang terus menyusut, pohon penghasil kayu perdagangan ini dikategorikan sebagai Kritis (CR, ''Critically Endangered'') dalam skala ancaman kepunahan menurut [[IUCN]].<ref name=iucn/> Nama lokalnya adalah ''lalar'',<ref name=bl/>{{rp|224}} atau ''klalar'',<ref name=koor>{{aut|[[Sijfert Hendrik Koorders|Koorders, S.H.]] & [[Theodoric Valeton|Valeton, Th.]]}} (1900). "Bijdrage no. 1-13 tot de kennis der boomsoorten op Java". [https://archive.org/details/bijdrageno113tot5190koor/page/114/mode/2up No. (vol) '''5''': 114-115]. Batavia : G. Kolff & co.</ref>{{rp|115}} yang agaknya merupakan pengucapan lokal yang terkorupsi dari ''palahlar''. Juga dituliskan ''kalahlar'', dan ''pĕlahlar''.<ref name=ash/>{{rp|309}}
== Pengenalan ==
Baris 44:
== Konservasi ==
Uni Konservasi Dunia ([[IUCN]]) memasukkan ''Dipterocarpus littoralis'' ke dalam kategori Kritis (CR, ''Critically Endangered''), yang berarti sangat terancam oleh kepunahan. Beberapa pertimbangannya adalah bahwa wilayah sebarannya sangat terbatas, dan hanya terdapat di satu lokasi di Pulau Nusakambangan bagian barat; sementara itu populasinya pun sangat kecil, sejauh ini hanya berhasil ditemukan 47 pohon dewasa. Dalam pada itu ancaman berupa penebangan untuk kayunya belum dapat ditanggulangi, penyusutan tutupan hutan akibat perluasan permukiman dan lahan pertanian masih terus terjadi, dan habitatnya yang tersisa pun terancam oleh adanya invasi pohon langkap (''[[Arenga obtusifolia]]'') yang menjadi pesaingnya di hutan.<ref name=iucn/>
Dalam perundang-undangan Negara Indonesia, ''Dipterocarpus littoralis''
== Etimologi ==
Baris 58:
Palahlar (''[[Dipterocarpus hasseltii|D. hasseltii]]'') memiliki daun yang berukuran relatif lebih kecil, dan tulang daun sekunder berjumlah antara 11-14 pasang (''D. littoralis'' berdaun lebih besar, dengan 19-24 pasang tulang daun sekunder).
Palahlar minyak (''[[Dipterocarpus retusus|D. retusus]]'') sangat mirip dengan palahlar nusakambangan; daun-daunnya berukuran besar namun dengan tulang daun sekunder yang berjumlah lebih sedikit, yakni antara 16-19 pasang. Perbedaan lainnya, tabung kelopak yang membungkus buah ''D. retusus'' berbentuk hampir bulat seperti bola (''subglobose''); sementara tabung kelopak buah ''D. littoralis'' berbentuk agak mengerucut (''obturbinate'').
== Referensi ==
Baris 68:
{{Taxonbar|from=
[[Kategori:Dipterocarpus]]
|