Soemitro Djojohadikoesoemo: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
 
(43 revisi perantara oleh 23 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Infobox Officeholder
| honorific-prefix =
| name = {{PAGENAME}}
| image = Sumitro Djojohadikusumo, Pekan Buku Indonesia 1954, p240.jpg
| imagesize =
| caption = Sumitro pada 1954
| office = Menteri Negara Riset Indonesia
| order = ke-3
| term_start = 28 Maret 1973
| term_end = 28 Maret 1978
| president = [[Soeharto]]
| predecessor = Suhadi Reksowardojo (1966){{efn|Sebagai Menteri Lembaga Research Nasional}}
| successor = [[B. J. Habibie]]{{efn|Sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi}}
| office1 = Menteri Keuangan Indonesia
| order1 = ke-8
| term_start1 = 12 Agustus 1955
| term_end1 = 24 Maret 1956
| president1 = [[Soekarno]]
| primeminister1 = [[Burhanuddin Harahap]]
| predecessor1 = [[Ong Eng Die]]
| successor1 = [[Jusuf Wibisono]]
| term_start2 = 3 April 1952
| term_end2 = 30 Juli 1953
| president2 = [[Soekarno]]
| primeminister2 = [[Wilopo]]
| predecessor2 = [[Jusuf Wibisono]]
| successor2 = [[Ong Eng Die]]
| office3 = Menteri Perdagangan Indonesia
| order3 = ke-7
| term_start3 = 6 Juni 1968
| term_end3 = 28 Maret 1973
| president3 = [[Soeharto]]
| predecessor3 = [[M. Jusuf]]
| successor3 = [[Radius Prawiro]]
| term_start4 = 6 September 1950
| term_end4 = 27 April 1951{{efn|Sebagai Menteri Perdagangan dan Perindustrian}}
| president4 = [[Soekarno]]
| primeminister4 = [[Mohammad Natsir]]
| predecessor4 = [[Tandiono Manu]]
| successor4 = [[Sujono Hadinoto]]
| birth_date = {{birth date|1917|5|29}}
| birth_place = [[Gombong, Kebumen|Gombong]], [[KeresidenanKaranganyar, KeduKebumen|Kabupaten Karanganyar]] (sekarang [[Kebumen]]), [[Hindia Belanda]]
| death_date = {{death date and age|2001|3|9|1917|5|29}}
| death_place = [[Jakarta]], [[Indonesia]]
| spouse = [[Dora Marie Sigar]]
| children = [[Biantiningsih Miderawati Djiwandono]]<br />Marjani Ekowati le MaistreLemaistre<br />[[Prabowo Subianto]] <br /> [[Hashim Djojohadikusumo]]
| residence =
| alma_mater = [[Universitas Sorbonne]]<br/>[[Universitas Erasmus Rotterdam|Sekolah Tinggi Ekonomi Belanda]]
| occupation = Ekonom, politikus
| party = [[Partai Sosialis Indonesia]] (1955–1960)
| signature = Signature of Sumitro Djojohadikusumo.png
| signature_size = 160px
| signature_alt = Tanda tangan Sumitro Djojohadikusumo
| relations = [[Soeharto]]<br>(besan)<br>[[Siti Hediati Hariyadi|Titiek Soeharto]]<br>(menantu)
| parents = [[Margono Djojohadikoesoemo]]<br>(ayah)<br>Siti Katoemi Wirodihardjo<br>(ibu)
}}
[[Profesor|Prof]]. [[Doktor|Dr]]. '''Soemitro Djojohadikoesoemo''' ([[Ejaan Yang Disempurnakan|EYD]]: '''Sumitro Joyohadikusumo'''; {{lahirmati|[[Kebumen]], [[Jawa Tengah]]|29|5|1917|[[Jakarta]]|9|3|2001}}) merupakan seorang ekonom dan politikus [[Indonesia]]. Sebagai salah satu ekonom Indonesia paling terkemuka selama masanya, Soemitro pernah menjabat sebagai [[Daftar Menteri Perdagangan Indonesia|Menteri Perdagangan dan Industri]], [[Daftar Menteri Keuangan Indonesia|Menteri Keuangan]], dan [[Daftar Menteri Riset dan Teknologi Indonesia|Menteri Riset]] baik selama era [[Orde Lama]] maupun [[Orde Baru]]. Ia juga pernah menjadi Dekan [[Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia]] dari 1951 hingga 1957.
 
[[Profesor|Prof]]. [[Doktor|Dr]]. '''Soemitro Djojohadikoesoemo''' ([[Ejaan Yang Disempurnakan|EYD]]: '''Sumitro Joyohadikusumo'''; {{lahirmati|[[Gombong, Kebumen|Gombong]], [[Jawa TengahKebumen]]|29|5|1917|[[Jakarta]]|9|3|2001}}) merupakan seorang [[ekonom]] dan [[politikus]] [[Indonesia]]. Sebagai salah satu ekonom Indonesia paling terkemuka selama masanya, Soemitro pernah menjabat sebagai [[Daftar Menteri Perdagangan Indonesia|Menteri Perdagangan dan Industri]], [[Daftar Menteri Keuangan Indonesia|Menteri Keuangan]], dan [[Daftar Menteri Riset dan Teknologi Indonesia|Menteri Riset]] baik selama era [[Orde Lama]] maupun [[Orde Baru]]. IaDia juga pernah menjadi Dekan [[Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia]] dari 1951 hingga 1957. Anaknya, [[Prabowo Subianto]], menjabat sebagai [[Presiden Indonesia]] ke-8.
Soemitro berasal dari keluarga ningrat Jawa, sebagai anak sulung dari [[Margono Djojohadikusumo|Raden Mas Margono Djojohadikusumo]]. Ia menempuh pendidikan ekonomi di [[Universitas Erasmus Rotterdam|Sekolah Tinggi Ekonomi Belanda]] di [[Rotterdam]]. Setelah [[Perang Dunia Kedua]], Soemitro kembali ke Indonesia dan turut dalam delegasi Indonesia untuk [[Perserikatan Bangsa-Bangsa]] di [[Amerika Serikat]]. Dalam misi diplomatik ini, Soemitro berperan dalam menggalang dana dan dukungan internasional demi kemerdekaan Indonesia. Ia juga turut serta dalam [[Konferensi Meja Bundar]], dan setelahnya bergabung dalam [[Partai Sosialis Indonesia]] sebelum menjabat Menteri Perdagangan dan Industri dalam [[Kabinet Natsir]]. Soemitro merupakan pencetus [[program Benteng]], dan meluncurkan sejumlah kebijakan ekonomi yang mengarahkan Indonesia ke proses [[industrialisasi]]. Ia kemudian juga menjabat Menteri Keuangan dalam [[Kabinet Wilopo]] dan [[Kabinet Burhanuddin Harahap]], sembari mengembangkan [[Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia]] sebagai dekannya yang kedua.
 
Soemitro berasal dari keluarga ningrat Jawa, sebagaidan merupakan anak sulung dari [[Margono Djojohadikusumo|Raden Mas Margono Djojohadikusumo]]. IaDia menempuh pendidikan ekonomi di [[Universitas Erasmus Rotterdam|Sekolah Tinggi Ekonomi Belanda]] di [[Rotterdam]]. Setelah [[Perang Dunia Kedua]], Soemitro kembali ke Indonesia dan turut dalam delegasi Indonesia untuk [[Perserikatan Bangsa-Bangsa]] di [[Amerika Serikat]]. Dalam misi diplomatik ini, Soemitro berperan dalam menggalang dana dan dukungan internasional demi kemerdekaan Indonesia. IaDia juga turut serta dalam [[Konferensi Meja Bundar]], dan setelahnya bergabung dalam [[Partai Sosialis Indonesia]] sebelum menjabat Menteri Perdagangan dan Industri dalam [[Kabinet Natsir]]. Soemitro merupakan pencetus [[program Benteng]], dan meluncurkan sejumlah kebijakan ekonomi yang mengarahkan Indonesia ke proses [[industrialisasi]]. IaDia kemudian juga menjabat Menteri Keuangan dalam [[Kabinet Wilopo]] dan [[Kabinet Burhanuddin Harahap]], sembari mengembangkan [[Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia]] sebagai dekannya yang kedua.
Selama Orde Lama, Soemitro merupakan salah satu menteri yang mendukung masuknya modal dan investor asing ke Indonesia. Karena ini, ia ditekan oleh [[Soekarno]] dan politisi-politisi [[Partai Komunis Indonesia]] selama era [[Djuanda Kartawidjaja|Djuanda]], yang menyebabkan Soemitro bergabung ke [[Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia]] (PRRI) di Sumatra. Peranan Soemitro dalam PRRI dilangsungkan dari luar Indonesia melalui aktivitasnya menggalang dana dan dukungan luar negeri. Setelah PRRI ditumpas, Soemitro tidak pulang sampai tahun 1967, setelah [[Soeharto]] menjadi presiden. Soeharto mengundangnya kembali ke Indonesia dan mengangkat Soemitro menjadi Menteri Perdagangan dan Industri, dan belakangan sebagai Menteri Riset. Banyak bekas muridnya di [[Universitas Indonesia]] juga terlibat dalam pemerintah Soeharto, dan lebih dikenal sebagai [[mafia Berkeley]]. Soemitro tetap aktif di bidang ekonomi setelah tidak menjadi menteri, dan sering mengkritik kebijakan ekonomi pemerintah sebelum [[Krisis finansial Asia 1997#Indonesia|krisis moneter melanda Indonesia]].
 
Selama Orde Lama, Soemitro merupakan salah satu menteri yang mendukung masuknya modal dan investor asing ke Indonesia. Karena ini, iadia ditekan oleh [[Soekarno]] dan politisi-politisi [[Partai Komunis Indonesia]] selama era [[Djuanda Kartawidjaja|Djuanda]], yang menyebabkan Soemitro bergabung ke [[Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia]] (PRRI) di Sumatra. Peranan Soemitro dalam PRRI dilangsungkan dari luar Indonesia melalui aktivitasnya menggalang dana dan dukungan luar negeri. Setelah PRRI ditumpas, Soemitro tidak pulang sampai tahun 1967, setelah [[Soeharto]] menjadi presiden. Soeharto mengundangnya kembali ke Indonesia dan mengangkat Soemitro menjadi Menteri Perdagangan dan Industri, dan belakangan sebagai Menteri Riset. Banyak bekas muridnya di [[Universitas Indonesia]] juga terlibat dalam pemerintah Soeharto, dan lebih dikenal sebagai [[mafia Berkeley]]. Soemitro tetap aktif di bidang ekonomi setelah tidak menjadi menteri, dan sering mengkritik kebijakan ekonomi pemerintah sebelum [[Krisis finansial Asia 1997#Indonesia|krisis moneter melanda Indonesia]].
 
==Masa muda==
[[File:Voetbalteam van Roekoen Peladjar Indonesia (Roepi) zoals dat in Amsterdam tegen de Chinezenorganisatie Chung Hwa Hui uitkwam, KITLV 31518.tiff|thumb|240px|left|Soemitro (berdiri, ketiga dari kiri) dalam tim sepakbola mahasiswa Indonesia di Belanda.]]
Soemitro terlahir di [[Gombong, Kebumen|Gombong]], [[Kabupaten Karanganyar (Kebumen)|Kabupaten Karanganyar]] (Sekarang wilayah [[Kabupaten Kebumen|Kebumen]]), [[Keresidenan Kedu]] pada tanggal 29 Mei 1917. Soemitro lahir dikala ayahnya [[Margono Djojohadikusumo]] menjadi pejabat koperasi pada pemerintahan Kabupaten Karanganyar (Kebumen). Ia merupakan anak sulung dari [[pasangan ningrat Jawa di Banyumas, Raden Mas Margono Djojohadikusumo dan Siti Katoemi Wirodihardjo. Keluarga Djojohadikusumo sendiri dikatakan merupakan keturunan dari Raden Tumenggung Kertanegara atau Pangeran Banyakwide dari Karanganyar (Kebumen), seorang yang pernah menjadi Bupati [[Kabupaten Karanganyar (Kebumen)|Karanganyar]] (sekarang [[Kebumen]]) sekaligus panglima laskar [[Pangeran Diponegoro]] di wilayah [[Kedu]]; dan Adipati Mrapat atau Raden Joko Kaiman, seorangbupati [[Banyumas]] yang pertama.<ref>{{Cite web|last=Attar|first=Mahmuda|date=2023-11-16|title=Prabowo Subianto diam-diam punya trah ningrat Kerajaan Mataram sampai tembus ke Majapahit, ini silsilahnya|url=https://www.hops.id/trending/29410881543/prabowo-subianto-diam-diam-punya-trah-ningrat-kerajaan-mataram-sampai-tembus-ke-majapahit-ini-silsilahnya?page=2|website=www.hops.id|language=id|access-date=2024-04-10|archive-date=|archive-url=|dead-url=no}}</ref> Sang ayah adalah pegawai tingkat menengah dalam pemerintahan kolonial [[Hindia Belanda]] yang belakangan menjadi pendiri [[Bank Negara Indonesia]].{{sfn|Kementerian Keuangan|1991|p=55}}{{sfn|Thee Kian Wie|2001|p=173}} Ia memulai pendidikan di sekolah ''[[Europeesche Lagere School]]'' (setara [[sekolah dasar]]) dan belakangan ''[[Opleiding School Voor Inlandsche Ambtenaren]]'' di [[Kabupaten Banyumas|Banyumas]].{{sfn|Katoppo|2000| p = 3}}
 
Pada tahun 1935, setelah menyelesaikan pendidikan di Hindia Belanda, Soemitro melanjutkan studinya ke [[Universitas Erasmus Rotterdam|Sekolah Tinggi Ekonomi]] (''Nederlandsche Economische Hogeschool'') di [[Rotterdam]], [[Belanda]].{{sfn|Thee Kian Wie|2001| p = 173}} Pada masa itu, karena [[depresi besar]], tidak banyak putra Indonesia bahkan keturunan priyayi yang dapat berkuliah di luar negeri.<ref name=":0"/> Ia juga sempat menempuh kursus filosofi dan sejarah di [[Universitas Paris]] selama setahun, antara 1937 hingga 1938 setelah ia mendapatkan gelar sarjana dari Rotterdam.{{sfn|Thee Kian Wie|2001| p = 173}}{{sfn|Niwandhono|2021|p=167}} Dalam autobiografinya, Soemitro menulis bahwa ia berminat terjun dalam [[Perang Saudara Spanyol]] sebagai anggota satuan [[Brigade Internasional]], tetapi ia ditolak karena terlalu muda.{{sfn|Katoppo|2000| p = 15}} Soemitro juga menulis bahwa ia masih mendukung [[Faksi Republikan (Perang Saudara Spanyol)|pihak Republikan]] sebagai penggalang dana.{{sfn|Djojohadikusumo|1986|p=29}}
Baris 86 ⟶ 89:
Selama masa Kabinet Natsir, Soemitro juga berkeliling Eropa, khususnya di Belanda, untuk menarik investasi asing dalam mendirikan pabrik di Indonesia.{{sfn|Thuỷ|2019| p = 137}} Salah satu program Soemitro lainnya merupakan [[Program Benteng]], yakni suatu program yang mengatur lisensi impor barang tertentu yang harus dimiliki oleh pengusaha "[[pribumi]]", meskipun Soemitro sendiri sebenarnya lebih menyukai mekanisme [[pasar bebas]].{{sfn|Thee Kian Wie|2012| p = 29}} Setelah jatuhnya Kabinet Natsir, Soemitro menjadi dekan kedua fakultas ekonomi di [[Universitas Indonesia]] (UI), setelah dekan sebelumnya [[Soenarjo Kolopaking]] mengundurkan diri.{{sfn|Thee Kian Wie|2001| pp = 174 – 176}}{{sfn|Thuỷ|2019| p = 124}} Ia menjabat sebagai dekan antara 1951 sampai 1957. Selama masa jabatannya, Soemitro mengundang sejumlah akademisi dari Belanda karena kurangnya staf pengajar di UI. Soemitro juga mendirikan Lembaga Pendidikan Ekonomi dan Masyarakat (sekarang LPEM FEUI) yang belakangan sering diberdayakan untuk merumuskan kebijakan ekonomi. Program afiliasi antara FE UI dan fakultas ekonomi [[Universitas California, Berkeley]] juga dicetuskan oleh Soemitro.{{sfn|Thee Kian Wie|2001| pp = 174 – 176}} Dengan sokongan dana [[Ford Foundation]], Soemitro mengirimkan sejumlah mahasiswa Indonesia ke Amerika Serikat dalam program pertukaran (mahasiswa Indonesia ke AS dan dosen AS ke Indonesia) untuk memperluas wawasan pemikiran ekonomi di Indonesia, yang sebelumnya didominasi pandangan-pandangan ekonomis dari Eropa.{{sfn|Gardner|2019| pp = 193 – 194}} Awalnya Soemitro juga mencoba menjalin hubungan pertukaran dengan [[Sekolah Ekonomi dan Ilmu Politik London]], namun karena [[British Council]] menolak memberikan beasiswa, rencana ini dibatalkan.{{sfn|Niwandhono|2021|p=185}}
 
Di pertengahan tahun 1951, Soemitro mengundang mantan Menteri Keuangan Jerman Nazi [[Hjalmar Schacht]] ke Indonesia untuk meneliti situasi ekonomi nasional dan memberikan rekomendasi.{{sfn|Thuỷ|2019| p = 138}} Soemitro juga turut serta dalam proses nasionalisasi [[Bank Indonesia|De Javasche Bank]], bekas bank sentral Hindia Belanda.{{sfn|Lindblad|2008| p = 108}} Selain itu, dalam periode ini Soemitro juga sering berdebat secara tertulis dengan Syafruddin mengenai pandangan-pandangan ekonomi mereka — sembari kedua pihak juga mengkritik kebijakan ekonomi pemerintah.{{sfn|Thee Kian Wie|2012| p = 46}} Menurut Soemitro, standar kehidupan dalam struktur ekonomi agraria yang didukung Syafruddin cenderung rendah, dan Soemitro juga tidak setuju dengan kebijakan penghematan anggaran Syafruddin.{{sfn|Thee Kian Wie|2012| pp = 51 – 56}} Meskipun begitu, kedua tokoh ini sepakat bahwa investasi asing diperlukan untuk pengembangan ekonomi Indonesia, meskipun banyak tokoh nasionalis pada masa itu menolak investor luar negeri.{{sfn|Thee Kian Wie|2012| p = 62}} Soemitro juga mendukung program [[transmigrasi]] pemerintah, dengan catatan diperlukannya pengembangan industri di kawasan-kawasan baru.{{sfn|Thee Kian Wie|2012| pp = 60 &nbsp;– 61}}
 
===Menteri Keuangan===
Baris 115 ⟶ 118:
Setelah Soekarno jatuh dan digantikan oleh Soeharto, sejumlah bekas murid Soemitro seperti [[Widjojo Nitisastro]], [[Mohammad Sadli]], dan [[Emil Salim]] ditunjuk sebagai menteri atau penasihat dalam pemerintah.{{sfn|Gardner|2019|p=250}}{{sfn|Ichimura|2016|p=442}} Soeharto menugaskan [[Ali Murtopo]] untuk memulangkan Soemitro ke Indonesia, dan Ali bertemu dengan Soemitro untuk membujuknya pulang di Bangkok pada bulan Maret 1967. Soemitro setuju untuk pulang, dan ia kembali secara rahasia pada pertengahan tahun 1967 karena kekhawatiran pemerintah akan simpatisan [[Orde Lama]].{{sfn|''Tempo''|2020|pp=36-39}} Soemitro diangkat menjadi Menteri Perdagangan dan Industri dalam [[Kabinet Pembangunan I]] pada tanggal 10 Juni 1968.{{sfn|Rice|1969| pp = 183-187}}
 
Sebagai MendagriMenperindag di era Orde Baru, Soemitro mengimplementasikan sejumlah kebijakan dagang yang bertujuan untuk mendorong ekspor atau menekan impor produk tertentu.{{sfn|Rice|1969| pp = 183-187}} Sebagai contoh, Soemitro mendirikan beberapa badan yang mengatur kualitas dan ekspor komoditas [[kopi]] dan [[kopra]],{{sfn|Rice|1969| pp = 188-192}} sembari melarang ekspor [[karet alam]] berkualitas rendah untuk mendorong hilirisasi industri karet.{{sfn|Rice|1969| p = 193}} Soemitro juga mendorong pengurangan impor barang konsumsi dan peningkatan impor [[barang modal]], dan bea masuk ditingkatkan sebagai pendapatan pemerintah.{{sfn|Rice|1969| pp = 199-200}} Kabinet Pembangunan I ini juga mencakup [[Mafia Berkeley]], sekumpulan ekonom yang belajar di universitas-universitas barat dan sebagian pernah menjadi murid Soemitro.{{sfn|Rice|1969| pp = 183-187}}{{sfn|Hill|2011| p = 118}} Selain sebagai MendagriMenperindag, Soemitro juga menjadi salah satu penasihat ekonomi Soeharto.{{sfn|Kementerian Keuangan|1991| p = 62}}
 
Pada tahun 1973, Soemitro dijadikan [[Daftar Menteri Riset dan Teknologi Indonesia|Menteri Riset]] dalam [[Kabinet Pembangunan II]].{{sfn|Thee Kian Wie|2001| pp = 178-179}} Ada sejumlah pihak yang beranggapan bahwa perombakan ini disebabkan adanya pertidaksetujuan antara Soemitro dan Soeharto dalam kebijakan ekonomi.{{sfn|Hill|2011| p = 226}} Dalam kapasitasnya sebagai Menteri Riset, Soemitro memulai program penelitian nasional dalam bidang ekonomi yang melibatkan fakultas-fakultas ekonomi berbagai universitas di Indonesia, dengan tujuan membantu penyusunan program ekonomi pemerintah. Hal ini dilakukan Soemitro karena kekhawatirannya bahwa [[Repelita|Rencana Pembangunan Lima Tahun]] Soeharto kurang memperhitungkan tren-tren dan kondisi ekonomi jangka panjang di Indonesia. Meskipun program ini berguna untuk pemerintah, Soemitro digantikan oleh [[B. J. Habibie]] dalam [[Kabinet Pembangunan III]] sehingga program tersebut dihentikan.{{sfn|Thee Kian Wie|2001| pp = 178-179}}
Baris 121 ⟶ 124:
Di luar kariernya dalam struktur pemerintah, Soemitro juga terlibat dalam dunia usaha. Bersama dengan [[Mochtar Lubis]], ia mendirikan Indoconsult Associates pada tahun 1967. Indoconsult Associates merupakan salah satu firma [[konsultan bisnis]] pertama di Indonesia.{{sfn|Hill|2011| p = 122}} Soemitro juga terlibat dalam naiknya [[Astra International|Grup Astra]] sejak tahun 1968, ketika Soemitro membantu grup tersebut memperoleh lisensi importir tunggal mobil [[Toyota]]. [[William Soerjadjaja|Keluarga Tjia]] pendiri Astra telah menjalin hubungan dengan Soemitro sejak jaman Orde Lama.{{sfn|Setiono|2008| p = 1032}} Soemitro sempat menjabat [[komisaris|presiden komisaris]] Astra pada tahun 1992.{{sfn|Katoppo|2000| pp = 308-316}} Dalam karier akademiknya, Soemitro menjadi salah satu pendiri organisasi akademis ''East Asian Economic Association'' (Asosiasi Ekonomi Asia Timur) pada tahun 1984, dan ditunjuk secara aklamasi menjadi ketua umum pertama organisasi tersebut.{{sfn|Ichimura|2016|p=443}}
 
Soemitro sering dianggap sebagai ekonom Indonesia yang paling berpengaruh, baik selama periode Orde Lama maupun Orde Baru.<ref name="jakpost"/>{{sfn|Gardner|2019|loc=hlm. 162: "Sumitro Djojohadikusumo, Indonesia's premier economist"}}{{sfn|Thee Kian Wie|2012| loc = hlm. 43: "The four most influential economic policymakers in the period of 1950–57 were undoubtedly Sumitro, Sjafruddin, Hatta, and Djuanda."}}{{sfn|Rice|1969| loc = hlm. 183: "Dr. Sumitro Djojohadikusumo, probably Indonesia's most prominent economist."}} Setelah tidak lagi menjabat menteri, ia mulai khawatir akan struktur fundamental ekonomi Indonesia dibawah Soeharto. Meskipun industrialisasi berjalan cepat, Soemitro melihat munculnya kepentingan-kepentingan yang menguasai sejumlah industri, dan tidak setuju dengan kebijakan dagang pemerintah yang dianggapnya terlalu [[Proteksionisme|proteksionis]].{{sfn|Thee Kian Wie|2001| pp = 179-180}} [[Ekonomi Indonesia]] pada masa itu dianggapnya rapuh dan hanya terlihat kuat di permukaan.{{sfn|Kementerian Keuangan|1991| p = 56}} Meskipun pengaruhnya dalam pemerintahan sudah turun drastis, ia mengkritik sejumlah kebijakan pemerintah seperti [[Timor (mobil)|program mobil nasional Timor]] dan para "pemburu rente". Setelah [[Krisis finansial Asia 1997#Indonesia|krisis finansial Asia]] menghantam Indonesia pada 1997-1998, Soemitro menyalahkan korupsi dan institusi-institusi nasional bermasalah atas kerasnya dampak krisis tersebut di Indonesia.{{sfn|Thee Kian Wie|2001| pp = 179-180}}
 
== Kehidupan pribadi ==
Soemitro menikah dengan Dora Marie Sigar, yang saat itu merupakan mahasiswa keperawatan di [[Utrecht]], ketika keduanya belajar di Belanda. Mereka menikah pada 7 Januari 1947 meski berbeda agama (Dora merupakan seorang beragama [[Kristen]] yang berasal dari [[Manado]] sementara Sumitro beragama [[Islam]]), kemudian tinggal di daerah Matraman, Jakarta.<ref name=":0" /> Anak pertama mereka, Biantiningsih Miderawati, menjadi sarjana pendidikan dari [[Universitas Harvard]]. Anak kedua, Mariani Ekowati, menjadi ahli mikrobiologi. Anak ketiga, [[Prabowo Subianto]] merupakan Ketua Umum [[Partai GerakanPresiden Indonesia Raya|Partai Gerindra]] dan [[Daftar Menteri Pertahanan Indonesia|Menteri Pertahanan]] dalam [[Kabinet Indonesia Maju]]ke-8, dan juga sempat menikahi [[Titiek Soeharto]], putri Suharto. Anak bungsu, [[Hashim Djojohadikusumo]], menjadi pebisnis grup Arsari.<ref name=":0" />
 
Soemitro terkenal sebagai perokok berat. Selama 1942-1994, Soemitro menulis sebanyak 130 buku dan makalah, khususnya urusan ekonomi.<ref name="liputan6">{{Cite news|title=Sumitro Djojohadikusumo Meninggal Dunia |url=https://www.liputan6.com/news/read/9221/sumitro-djojohadikusumo-meninggal-dunia |access-date=12 Mei 2022 |work=[[Liputan6.com]] |date=9 Maret 2001 |language=id}}</ref>
Baris 132 ⟶ 135:
 
Karena Soemitro mengejar industrialisasi dan menyukai [[teknokrasi]], ia lebih condong ke [[Blok Barat]] di dalam [[Perang Dingin]] dan juga menjadi anti-komunis. Meskipun Soemitro secara politik berada di bawah naungan Partai Sosialis, ia tidak setuju dengan paham [[sosialisme demokratis]] yang umum di kalangan tokoh partai tersebut.{{sfn|Niwandhono|2021|pp=165-166}} Soemitro juga mendukung bentuk usaha [[koperasi]] untuk memajukan ekonomi pedesaan.{{sfn|Rice|1983|p=64}} Mengenai kebijakan pemerintah, Soemitro mendukung anggaran yang berimbang karena kekhawatirannya bahwa anggaran dapat dihabiskan oleh politisi tanpa disiplin fiskal. Meskipun begitu, anggaran pembangunan dianggapnya penting dan ia menolak pemangkasan anggaran tersebut.{{sfn|Djojohadikusumo|1986|p=36}} Karena kondisi ekonomi dan birokrasi Indonesia yang masih muda pada masanya, Soemitro berkesimpulan bahwa cara terbaik untuk memeratakan ekonomi adalah melalui [[serikat pekerja]] yang kuat, bukan melalui perpajakan.{{sfn|Rice|1983|p=79}}
== WafatKematian ==
Soemitro meninggal dunia di Rumah Sakit Dharma Nugraha, Rawamangun, Jakarta Timur pada 9 Maret 2001 dalam usia 84 tahun. Ia sudah cukup lama menderita penyakit jantung dan penyempitan pembuluh darah.<ref name="liputan6"/> Sesuai wasiatnya agar dimakamkan dengan cara dan di tempat sederhana, Soemitro dikuburkan di [[Taman Pemakaman Umum Karet Bivak]].<ref>{{Cite news|url=https://nasional.tempo.co/read/25939/sumitro-minta-dimakamkan-secara-sederhana/|title=Sumitro Minta Dimakamkan Secara Sederhana|work=[[Tempo.co]]|date=29 Oktober 2003|access-date=16 Desember 2018|language=id}}</ref>
 
Baris 139 ⟶ 142:
=== Dalam Negeri ===
*{{Flag|Indonesia}} :
**[[File:Pita (Ribbon) Bintang Mahaputera Adipradana rib.svgpng|70px]] [[Bintang Mahaputera Adipradana]] (1973)<ref>{{cite book |title=Daftar WNI yang Mendapat Tanda Kehormatan Bintang Mahaputera tahun 1959 s.d. 2003 |url=https://cdn.setneg.go.id/_multimedia/document/20180910/41462-Bintang_Mahaputera_tahun_1959-2003.pdf |access-date=4 Oktober 2021}}</ref>
 
=== Luar Negeri ===
*{{Flag|Malaysia}} :
Baris 145 ⟶ 149:
|url=https://www.istiadat.gov.my/wp-content/uploads/2020/08/1977.pdf|title=Senarai Penuh Penerima Darjah Kebesaran, Bintang dan Pingat Persekutuan Tahun 1977}}</ref>
*{{Flag|Thailand}} :
**[[File:Order of the White Elephant - 1st Class (Thailand) ribbon.pngsvg|70px]] Knight Grand Cross of the Most Exalted [[:en:Order of the White Elephant|Most Exalted Order of the White Elephant of Thailand]] (K.C.E.)
*{{Flag|Belgia}} :
**[[File:BEL Kroonorde Grootkruis BAR.png|70px]] Grand Cross of the [[:en:Order of the Crown (Belgium)|Order of the Crown]]
Baris 179 ⟶ 183:
* {{cite book |last1=Poeze |first1=Harry A. |last2=Dijk |first2=Cornelis |last3=van der Meulen |first3=Inge|title=Di negeri penjajah: orang Indonesia di negeri Belanda, 1600-1950 |date=2008 |publisher=Kepustakaan Populer Gramedia |isbn=978-979-9101-23-5 |url=https://www.google.com/books/edition/Di_negeri_penjajah/7aEpLKpCfz8C |language=id|ref=harv}}
* {{cite journal |last1=Rice |first1=Robert |title=Sumitro's Role in Foreign Trade Policy |url=https://archive.org/details/sim_indonesia_1969-10_8/page/183 |journal=Indonesia |date=1969 |issue=8 |pages=183–211 |doi=10.2307/3350674 |issn=0019-7289|jstor=3350674|hdl=1813/53469 |ref=harv}}
* {{cite journal |last1=Rice |first1=Robert |title=The Origins of Basic Economic Ideas and Their Impact on ‘New Order’ Policies |journal=Bulletin of Indonesian Economic Studies |date=1983 |volume=19 |issue=2 |pages=60–82 |doi=10.1080/00074918312331334389|ref=harv|issn = 0007-4918 }}
* {{cite book |last1=Schrikker |first1=Alicia |last2=Touwen |first2=Jeroen |title=Promises and Predicaments: Trade and Entrepreneurship in Colonial and Independent Indonesia in the 19th and 20th Centuries |date=2015 |publisher=NUS Press |isbn=978-9971-69-851-5 |url=https://www.google.com/books/edition/Promises_and_Predicaments/kGRgBwAAQBAJ |language=en|ref=harv}}
* {{cite book |last1=Setiono |first1=Benny G. |title=Tionghoa Dalam Pusaran Politik |date=2008 |publisher=TransMedia |isbn=978-979-799-052-7 |url=https://www.google.com/books/edition/Tionghoa_Dalam_Pusaran_Politik/CH0p3zHladEC |language=id|ref=harv}}
Baris 233 ⟶ 237:
{{artikel pilihan}}
 
[[Kategori:TokohBangsawan JawaIndonesia]]
[[Kategori:Tokoh Jawa Tengah]]
[[Kategori:Tokoh dari Kebumen]]
[[Kategori:Ekonom Indonesia]]
[[Kategori:Politikus Indonesia]]
[[Kategori:Menteri Indonesia]]
[[Kategori:Politikus Partai Sosialis Indonesia]]
[[Kategori:Menteri Keuangan Indonesia]]
Baris 244:
[[Kategori:Menteri Riset dan Teknologi Indonesia]]
[[Kategori:Dosen Universitas Indonesia]]
[[Kategori:PolitikusProfesor Indonesia]]
[[Kategori:Wirausahawan konsultasi Indonesia]]
[[Kategori:Wirausahawan perdagangan Indonesia]]
[[Kategori:Wirausahawan Jawa]]
[[Kategori:Penerima Bintang Mahaputera Adipradana]]
[[Kategori:Tokoh Orde Lama]]
[[Kategori:Tokoh Orde Baru]]
[[Kategori:PenerimaTokoh Bintangekonomi Mahaputera AdipradanaJawa]]
[[Kategori:Tokoh Jawa Tengah]]
[[Kategori:Tokoh Kebumen]]<!--dilarang memakai kategori "Tokoh dari (nama daerah)"-->
[[Kategori:Tokoh dari KebumenKecamatan Gombong]]
[[Kategori:Menteri Indonesia]]