Soemitro Djojohadikoesoemo: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Ariandi Lie (bicara | kontrib) |
|||
(14 revisi perantara oleh 9 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 40:
| successor4 = [[Sujono Hadinoto]]
| birth_date = {{birth date|1917|5|29}}
| birth_place = [[Gombong, Kebumen|Gombong]], [[Karanganyar, Kebumen|Kabupaten Karanganyar]] (sekarang [[Kebumen]]), [[Hindia Belanda]]
| death_date = {{death date and age|2001|3|9|1917|5|29}}
| death_place = [[Jakarta]], [[Indonesia]]
| spouse = [[Dora Marie Sigar]]
| children = [[Biantiningsih Miderawati Djiwandono]]<br />Marjani Ekowati Lemaistre<br />[[Prabowo Subianto]] <br /> [[Hashim Djojohadikusumo]]
| residence =
| alma_mater = [[Universitas Sorbonne]]<br/>[[Universitas Erasmus Rotterdam|Sekolah Tinggi Ekonomi Belanda]]
Baris 55:
| parents = [[Margono Djojohadikoesoemo]]<br>(ayah)<br>Siti Katoemi Wirodihardjo<br>(ibu)
}}
[[Profesor|Prof]]. [[Doktor|Dr]]. '''Soemitro Djojohadikoesoemo''' ([[Ejaan Yang Disempurnakan|EYD]]: '''Sumitro Joyohadikusumo'''; {{lahirmati|[[Gombong, Kebumen|Gombong]], [[Kebumen]]|29|5|1917|[[Jakarta]]|9|3|2001}}) merupakan seorang [[ekonom]] dan [[politikus]] [[Indonesia]]. Sebagai salah satu ekonom Indonesia paling terkemuka selama masanya, Soemitro pernah menjabat sebagai [[Daftar Menteri Perdagangan Indonesia|Menteri Perdagangan dan Industri]], [[Daftar Menteri Keuangan Indonesia|Menteri Keuangan]], dan [[Daftar Menteri Riset dan Teknologi Indonesia|Menteri Riset]] baik selama era [[Orde Lama]] maupun [[Orde Baru]]. Dia juga pernah menjadi Dekan [[Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia]] dari 1951 hingga 1957.▼
▲
Soemitro berasal dari keluarga ningrat Jawa yang merupakan keturunan dari Raden Joko Kaiman Tokoh Pendiri [[Kabupaten Banyumas|Banyumas]], selain itu ia juga adalah cucu canggah dari [[Raden Tumenggung Banyakwide]] atau Kertanegara IV yang pernah menjabat Bupati Roma (sekarang [[Karanganyar, Kebumen|Kecamatan Karanganyar]]) dan merupakan pengikut setia dari [[Diponegoro|Pangeran Diponegoro]] yang memimpin pasukan di wilayah Roma (Karanganyar, Kebumen). Soemitro adalah anak sulung dari [[Margono Djojohadikusumo|Raden Mas Margono Djojohadikusumo]]. Dia menempuh pendidikan ekonomi di [[Universitas Erasmus Rotterdam|Sekolah Tinggi Ekonomi Belanda]] di [[Rotterdam]]. Setelah [[Perang Dunia Kedua]], Soemitro kembali ke Indonesia dan turut dalam delegasi Indonesia untuk [[Perserikatan Bangsa-Bangsa]] di [[Amerika Serikat]]. Dalam misi diplomatik ini, Soemitro berperan dalam menggalang dana dan dukungan internasional demi kemerdekaan Indonesia. Dia juga turut serta dalam [[Konferensi Meja Bundar]], dan setelahnya bergabung dalam [[Partai Sosialis Indonesia]] sebelum menjabat Menteri Perdagangan dan Industri dalam [[Kabinet Natsir]]. Soemitro merupakan pencetus [[program Benteng]], dan meluncurkan sejumlah kebijakan ekonomi yang mengarahkan Indonesia ke proses [[industrialisasi]]. Dia kemudian juga menjabat Menteri Keuangan dalam [[Kabinet Wilopo]] dan [[Kabinet Burhanuddin Harahap]], sembari mengembangkan [[Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia]] sebagai dekannya yang kedua.▼
▲Soemitro berasal dari keluarga ningrat Jawa
Selama Orde Lama, Soemitro merupakan salah satu menteri yang mendukung masuknya modal dan investor asing ke Indonesia. Karena ini, dia ditekan oleh [[Soekarno]] dan politisi-politisi [[Partai Komunis Indonesia]] selama era [[Djuanda Kartawidjaja|Djuanda]], yang menyebabkan Soemitro bergabung ke [[Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia]] (PRRI) di Sumatra. Peranan Soemitro dalam PRRI dilangsungkan dari luar Indonesia melalui aktivitasnya menggalang dana dan dukungan luar negeri. Setelah PRRI ditumpas, Soemitro tidak pulang sampai tahun 1967, setelah [[Soeharto]] menjadi presiden. Soeharto mengundangnya kembali ke Indonesia dan mengangkat Soemitro menjadi Menteri Perdagangan dan Industri, dan belakangan sebagai Menteri Riset. Banyak bekas muridnya di [[Universitas Indonesia]] juga terlibat dalam pemerintah Soeharto, dan lebih dikenal sebagai [[mafia Berkeley]]. Soemitro tetap aktif di bidang ekonomi setelah tidak menjadi menteri, dan sering mengkritik kebijakan ekonomi pemerintah sebelum [[Krisis finansial Asia 1997#Indonesia|krisis moneter melanda Indonesia]].
Baris 63 ⟶ 64:
==Masa muda==
[[File:Voetbalteam van Roekoen Peladjar Indonesia (Roepi) zoals dat in Amsterdam tegen de Chinezenorganisatie Chung Hwa Hui uitkwam, KITLV 31518.tiff|thumb|240px|left|Soemitro (berdiri, ketiga dari kiri) dalam tim sepakbola mahasiswa Indonesia di Belanda.]]
Soemitro terlahir di [[Gombong, Kebumen|Gombong]], [[Kabupaten Karanganyar
Pada tahun 1935, setelah menyelesaikan pendidikan di Hindia Belanda, Soemitro melanjutkan studinya ke [[Universitas Erasmus Rotterdam|Sekolah Tinggi Ekonomi]] (''Nederlandsche Economische Hogeschool'') di [[Rotterdam]], [[Belanda]].{{sfn|Thee Kian Wie|2001| p = 173}} Pada masa itu, karena [[depresi besar]], tidak banyak putra Indonesia bahkan keturunan priyayi yang dapat berkuliah di luar negeri.<ref name=":0"/> Ia juga sempat menempuh kursus filosofi dan sejarah di [[Universitas Paris]] selama setahun, antara 1937 hingga 1938 setelah ia mendapatkan gelar sarjana dari Rotterdam.{{sfn|Thee Kian Wie|2001| p = 173}}{{sfn|Niwandhono|2021|p=167}} Dalam autobiografinya, Soemitro menulis bahwa ia berminat terjun dalam [[Perang Saudara Spanyol]] sebagai anggota satuan [[Brigade Internasional]], tetapi ia ditolak karena terlalu muda.{{sfn|Katoppo|2000| p = 15}} Soemitro juga menulis bahwa ia masih mendukung [[Faksi Republikan (Perang Saudara Spanyol)|pihak Republikan]] sebagai penggalang dana.{{sfn|Djojohadikusumo|1986|p=29}}
Baris 126 ⟶ 127:
== Kehidupan pribadi ==
Soemitro menikah dengan Dora Marie Sigar, yang saat itu merupakan mahasiswa keperawatan di [[Utrecht]], ketika keduanya belajar di Belanda. Mereka menikah pada 7 Januari 1947 meski berbeda agama (Dora merupakan seorang beragama [[Kristen]] yang berasal dari [[Manado]] sementara Sumitro beragama [[Islam]]), kemudian tinggal di daerah Matraman, Jakarta.<ref name=":0" /> Anak pertama mereka, Biantiningsih Miderawati, menjadi sarjana pendidikan dari [[Universitas Harvard]]. Anak kedua, Mariani Ekowati, menjadi ahli mikrobiologi. Anak ketiga, [[Prabowo Subianto]] merupakan [[Presiden Indonesia]] ke-8, dan juga sempat menikahi [[Titiek Soeharto]], putri Suharto. Anak bungsu, [[Hashim Djojohadikusumo]], menjadi pebisnis grup Arsari.<ref name=":0" />
Baris 183:
* {{cite book |last1=Poeze |first1=Harry A. |last2=Dijk |first2=Cornelis |last3=van der Meulen |first3=Inge|title=Di negeri penjajah: orang Indonesia di negeri Belanda, 1600-1950 |date=2008 |publisher=Kepustakaan Populer Gramedia |isbn=978-979-9101-23-5 |url=https://www.google.com/books/edition/Di_negeri_penjajah/7aEpLKpCfz8C |language=id|ref=harv}}
* {{cite journal |last1=Rice |first1=Robert |title=Sumitro's Role in Foreign Trade Policy |url=https://archive.org/details/sim_indonesia_1969-10_8/page/183 |journal=Indonesia |date=1969 |issue=8 |pages=183–211 |doi=10.2307/3350674 |issn=0019-7289|jstor=3350674|hdl=1813/53469 |ref=harv}}
* {{cite journal |last1=Rice |first1=Robert |title=The Origins of Basic Economic Ideas and Their Impact on ‘New Order’ Policies |journal=Bulletin of Indonesian Economic Studies |date=1983 |volume=19 |issue=2 |pages=60–82 |doi=10.1080/00074918312331334389|ref=harv|issn = 0007-4918 }}
* {{cite book |last1=Schrikker |first1=Alicia |last2=Touwen |first2=Jeroen |title=Promises and Predicaments: Trade and Entrepreneurship in Colonial and Independent Indonesia in the 19th and 20th Centuries |date=2015 |publisher=NUS Press |isbn=978-9971-69-851-5 |url=https://www.google.com/books/edition/Promises_and_Predicaments/kGRgBwAAQBAJ |language=en|ref=harv}}
* {{cite book |last1=Setiono |first1=Benny G. |title=Tionghoa Dalam Pusaran Politik |date=2008 |publisher=TransMedia |isbn=978-979-799-052-7 |url=https://www.google.com/books/edition/Tionghoa_Dalam_Pusaran_Politik/CH0p3zHladEC |language=id|ref=harv}}
Baris 255:
[[Kategori:Tokoh Kebumen]]<!--dilarang memakai kategori "Tokoh dari (nama daerah)"-->
[[Kategori:Tokoh dari Kecamatan Gombong]]
[[Kategori:Menteri Indonesia]]
|