Hartono Rekso Dharsono: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan visualeditor-wikitext
 
(2 revisi perantara oleh pengguna yang sama tidak ditampilkan)
Baris 26:
}}
 
'''[[Letnan Jenderal]] [[TNI]] ([[Purnawirawan|Purn.]]) '''Hartono Rekso Dharsono''' dikenal dengan sapaan '''Pak Ton''' atau '''Bang Kalong''' ({{lahirmati|[[Kabupaten Pekalongan|Pekalongan]], [[Jawa Tengah]]|10|6|1925|[[Bandung]], [[Jawa Barat]]|5|6|1996}}) adalah seorang tokoh [[militer]] dan [[politik]] [[Indonesia]].
 
== Riwayat Hidup ==
 
== Riwayat Hiduphidup ==
=== Latar belakang dan pengabdian ===
Pak Ton dilahirkan sebagai anak kesembilan dari 12 bersaudara. Pak Ton yang pernah memperoleh pendidikan militer di [[Belanda]] ini, memulai kariernya di dunia militer di [[Kodam III/Siliwangi|Divisi Siliwangi]] sebagai seorang komandan regu, pleton dan kemudian komandan [[batalyon]] pada masa perang kemerdekaan ([[1946]]-[[1949]]). Pada tahun [[1947]] Pak Ton memimpin Batalyon III Jonggol (Tji Baroesa) atau sering di sebut ''Batalyon Badak Putih'', bersama Kapten [[Oking Jaya Atmaja|Oking Djajaatmadja]] yang melakukan perlawanan di daerah [[Jonggol]], [[Bogor]] hingga [[Bekasi]]. Pada [[1948]] ia menjadi Komandan Batalyon 322/Siluman merah yang pernah ditugaskan menumpas [[Pemberontakan PKI 1948|pemberontakan PKI di Madiun]]. Ia juga pernah menjabat sebagai kepala staf brigade di Siliwangi, dan kemudian bertugas di Staf Umum Angkatan Darat (SUAD) ([[1954]]-[[1956]]) dan sebagai Wakil Gubernur [[Akademi Militer Nasional]] ([[1956]]-[[1959]]). Ia juga mendapat kepercayaan untuk menjabat sebagai Staf Kodam Siliwangi hingga dua kali, yaitu pada [[1960]] dan [[1964]]-[[1965]].
Baris 35 ⟶ 34:
Pada [[1962]]-[[1964]] ia mendapat tugas sebagai [[atase militer]] di [[London]], [[Inggris]]. Selesai dengan tugasnya di London, H.R. Dharsono diangkat menjadi Asisten III Panglima Angkatan Darat ([[1965]]-[[1966]]) dan kemudian sebagai Pangdam ke-9 Kodam VI Siliwangi (kini Kodam III) ([[1966]]-[[1969]]).
 
Pada [[1969]], Pak Ton diangkat menjadi [[Daftar Duta Besar Indonesia untuk Thailand|Duta Besar di Thailand]]. Tugas ini dijalaninya hingga [[1972]]. Ia kemudian diangkat menjadi [[Daftar Duta Besar Indonesia untuk Kamboja|Duta Besar di Kamboja]] ([[1972]]-[[1975]]). Ia kemudian menjadi Ketua Delegasi RI pada ''International Commission for Control and Supervision'' (ICCS) dalam upaya mengakhiri [[Perang Vietnam]] ([[1973]]-[[1975]])..
 
Pada [[1976]], ia diangkat menjadi Sekretaris Jenderal [[ASEAN]], tetapi jabatan ini tidak sempat dijalaninya hingga selesai. Pada [[1978]] ia dicopot dari jabatannya itu karena terlibat dalam kelompok [[Petisi 50]], yaitu sekelompok tokoh politik, militer dan masyarakat yang tidak setuju dengan kebijakan-kebijakan Presiden [[Soeharto]] saat itu.
Baris 55 ⟶ 54:
Pemakamannya di tempat pemakaman umum ini sempat menimbulkan kekecewaan di kalangan teman-teman dekat Pak Ton. [[Ali Sadikin]], misalnya, menyatakan bahwa status Pak Ton tidak jelas. Memang ia pernah dipenjarakan, tetapi tanda-tanda kehormatan dan pensiunnya tidak pernah dicabut. Meskipun demikian, keluarga Pak Ton tidak pernah mengeluh dan menyatakan telah siap menerima kenyataan ini.
 
== Riwayat Karirkarier ==
=== Militer ===
* Komandan regu, komandan peleton di Divisi Siliwangi (1945 - 1947)
* Komandan Batalyon Badak Putih di Jonggol (1947 - 1948)
Baris 72 ⟶ 71:
* Deputi/Asisten Panglima Kopkamtib (1966)
* Pangdam VI Siliwangi (1966 - 1969)
Pada 1969 ia mengakhiri karir di militer:.
 
=== Sipil ===
* Duta Besar RI untuk Muangthai (1969 - 1971)
* Duta Besar RI untuk Rakyat Khmer dan juga menjabat Ketua Delegasi RI pada International Commission for Control and Supervision (ICCS) dalam upaya untuk mengakhiri perang Vietnam (1972 - 1975)
Baris 79:
* Beralih ke swasta menjadi direktur utama Propelat, lalu mengundurkan diri dan aktif pada Forum Studi & Komunikasi (FOSKO) TNI-AD (Setelah 1978).
 
== Kehidupan Pribadipribadi ==
H.R. Dharsono meninggalkan seorang istri, Andrijana, enam orang anak dan 14 orang cucu.
 
Baris 87:
* Pak Ton semasa menjadi [[Komando Daerah Militer III/Siliwangi|Pangdam VI/Siliwangi]] pernah mengeluarkan Surat Perintah agar masyarakat [[Jawa Barat]] tidak dikunjungi atau mengunjungi Mantan [[Presiden Indonesia]], [[Soekarno]] pada antara tahun [[1968]] - [[1969]] (Kemungkinan Diperintah oleh [[Soeharto]])
 
== Tanda Kehormatankehormatan ==
* {{Flag|Kamboja}} :
** [[File:Royal Order of Sahametrei Grand Cross Ribbon Bar.png|70px]] Grand Cross of the [[:en:Royal Order of Sahametrei|Royal Order of Sahametrei]] (27 Januari 1975)<ref>{{Cite book|last=Indonesia. Embassy (Cambodia)|first=Nazaruddin Nasution|date=2002|url=https://www.google.co.id/books/edition/Indonesia_Cambodia/IiBxAAAAMAAJ?hl=id&gbpv=1&bsq=Indonesia-Cambodia++Forging+Ties+Through+Thick+and+Thin+grand+croix&dq=Indonesia-Cambodia++Forging+Ties+Through+Thick+and+Thin+grand+croix&printsec=frontcover|title=Indonesia-Cambodia