Jengkol: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k r2.6.4) (bot Mengubah: pl:Archidendron jiringa |
|||
(95 revisi perantara oleh 55 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Speciesbox
|
| image = Pithecellobium_jiringa.JPG
| image_width = 240px▼
|
| authority = ([[George Bentham|Benth.]]) I.C.Nielsen
''[[Pithecellobium]] jiringa''<br/>
''Pithecellobium lobatum''
| color={{tc2|tumbuhan}}
▲| genus = ''[[Archidendron]]''
}}
'''Jengkol''' atau '''jering''' <ref>jengkol : lima-bean-like vegetable eaten (usu. raw) as a rice-accompanying dish. [x]-ên (to have/get) dysuria from the above. Sumber: Javanese-English Dictionary, Horne, 1974, #1968.</ref><ref>jering [Ind] : jengkol. Sumber: Bausastra Indonesia-Jawi, Purwadarminta, c. 1939, #1979.</ref><ref>Jengkol (jeGkOl) : jêring. Sumber: Dasanama Kawi, Padmasusastra, 1897, #18.</ref>(''Archidendron pauciflorum'', [[sinonim]]: ''A. jiringa'', ''Pithecellobium jiringa'', dan ''P. lobatum'')<ref>jengkol [BV.] : Pithecolobium bigeminum Benth. en P. lobatum Benth., de Clercq. Sumber: Javaansch-Nederlandsch Handwoordenboek, Gericke en Roorda, 1901, #918.</ref> adalah tumbuhan khas di wilayah [[Asia Tenggara]]. Bijinya digemari di [[Malaysia]] (disebut "jering"), [[Myanmar]] (disebut "da nyin thee'"), dan [[Thailand]] (disebut "luk-nieng" atau "luk neang").<ref>[http://www.sos-arsenic.net/english/homegarden/possi_dev.html sosarsenic.net]</ref> Masyarakat [[Indonesia]] mengenalnya sebagai bahan pangan.
'''Jering''' atau '''jengkol''' (''Archidendron pauciflorum'', [[sinonim]]: ''A. jiringa'', ''Pithecellobium jiringa'', dan ''P. lobatum'') adalah tumbuhan khas di wilayah [[Asia Tenggara]]. Bijinya digemari di [[Malaysia]], [[Thailand]], dan [[Indonesia]] sebagai bahan pangan. Jengkol termasuk suku polong-polongan ([[Fabaceae]]. Buahnya berupa polong dan bentuknya gepeng berbelit membentuk [[spiral]], berwarna lembayung tua. Biji buah berkulit ari tipis dengan warna [[coklat]] mengilap. Jengkol dapat menimbulkan bau tidak sedap pada [[urin]] setelah diolah dan diproses oleh [[pencernaan]], terutama bila dimakan segar sebagai [[lalap]]. ▼
▲
Jengkol diketahui dapat mencegah [[diabetes]] dan bersifat [[diuretik]] dan baik untuk kesehatan [[jantung]]. Tanaman jengkol diperkirakan juga mempunyai kemampuan menyerap [[air tanah]] yang tinggi sehingga bermanfaat dalam konservasi air di suatu tempat.
== Karakter biji ==
Bijinya dalam keadaan matang keras, tetapi berubah menjadi lunak dan empuk setelah direbus atau sedikit liat setelah digoreng. Tekstur inilah yang membuatnya disukai, walaupun beberapa orang juga menyukai konsumsi biji mudanya dalam keadaan mentah yang jauh lebih keras dan pahit. Kulit biji memiliki getah berwarna keunguan yang meninggalkan jejak yang sulit dihapus dari pakaian. Makin tua warna biji akan mengarah ke warna kuning dan akhirnya merah atau cokelat setelah benar-benar matang.
Aromanya agak menyerupai [[petai]] tetapi lebih lemah. Namun, setelah dikonsumsi, tubuh akan mengeluarkan bau menyengat melalui [[urin]], [[feses]], dan keringat, yang dipercaya lebih mengganggu dibanding mengonsumsi petai.
== Pengolahan ==
Selain disemur, biji jengkol juga dapat dibuat menjadi keripik seperti halnya [[emping]] dari [[melinjo]], dengan cara ditumbuk/digencet hingga pipih, dikeringkan dan digoreng dengan minyak panas.▼
{{nutritionalvalue
| name= Biji Jengkol
| protein=14.19 g
| fat=1.45 g
| carbs=25.67 g
| fiber=1.76 g
| source=<ref name="sridaran2012">Sridaran, Ashuwini, Alias A. Karim, and Rajeev Bhat. "Pithecellobium jiringa legume flour for potential food applications: Studies on their physico-chemical and functional properties." Food Chemistry 130.3 (2012): 528-535.</ref>
}}
[[Berkas:Nasi Uduk Jengkol Daging Krecek.JPG|jmpl|ka|[[Nasi uduk]] disajikan dengan [[semur]] jengkol, empal daging, dan krecek.]]
[[File:Goreng jengkol.jpg|thumb|Jengkol goreng yang ditambah kecap]]
Biji jengkol dapat dimakan segar ataupun diolah. Olahan paling umum adalah di[[semur]], dan dikenal oleh orang [[Sunda]] sebagai ''"tekol", "ati arwana", "ati maung"'' atau "hati macan". Jengkol dapat pula digoreng dengan [[balado]] atau dijadikan [[gulai]]. Setelah diolah, jengkol akan mengeluarkan aroma khasnya yang bagi sebagian orang dianggap dapat menggugah selera dan memiliki cita rasa yang khas; sedikit kelat dengan tekstur agak liat.
▲Selain disemur, biji jengkol juga dapat dibuat menjadi keripik seperti halnya [[emping]] dari [[melinjo]]
== Gangguan kesehatan ==
Biji jengkol sedikit beracun karena adanya kandungan [[asam jengkol]], sebuah [[asam amino]] yang dapat menyebabkan ''[[Intoksikasi jengkol|djenkolism]]'' ([[Intoksikasi jengkol|keracunan biji jengkol]]). Gejala yang muncul antara lain terjadinya [[kejang otot]], [[pirai]], [[retensi urin]], dan [[gagal ginjal akut]].<ref>Wong, J. S., et al. (2007). [http://lib.bioinfo.pl/pmid:17337378 Acute anuric renal failure following jering bean ingestion.] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20130713090700/http://lib.bioinfo.pl/pmid:17337378 |date=2013-07-13 }} ''Asian J Surg'' 30:1 80-1.</ref> Kondisi tersebut terutama dialami pria, dan tidak bergantung dari berapa jumlah biji yang disiapkan. Setiap individu dapat dapat mengonsumsi jengkol tanpa insiden, tetapi dapat mengalami gagal ginjal pada kesempatan yang lain.<ref>Adler, S. G. and J. J. Weening. (2006). [http://cjasn.asnjournals.org/cgi/content/full/1/1/158 A case of acute renal failure]. ''Clin J Am Soc Nephrol'' 1: 158-165.</ref>
Selain bau jengkol dapat mengganggu kesehatan seseorang karena konsumsi jengkol berlebihan menyebabkan terjadinya penumpukan kristal di saluran [[urin]], yang disebut "jengkolan". Ini terjadi karena jengkol mengandung [[asam jengkolat]] yang tinggi dan sukar larut di air pada [[pH]] yang masam. Konsumsi berlebihan akan menyebabkan terbentuknya [[kristal]] dan mengganggu urinasi. Risiko terkena jengkolan diketahui bervariasi pada setiap orang, dan dipengaruhi secara [[genetik]] dan oleh [[lingkungan]].▼
Memakan jengkol dalam jumlah sedikit menciptakan masalah penampilan, karena menghasilkan bau mulut, keringat, feses, dan urin. Sebenarnya bau ini bisa diatasi dengan membersihkan diri dengan peralatan kebersihan yang mengandung pengharum, seperti pasta gigi, cairan kumur, sabun, dan deodoran. Bau pada waktu [[kencing]] dapat dikurangi apabila pembilasan dilakukan sebelum dan sesudah kencing dengan jumlah air yang cukup atau bila perlu dibilas dengan cairan pembersih.
▲Selain bau, jengkol dapat mengganggu kesehatan seseorang karena konsumsi jengkol berlebihan menyebabkan terjadinya penumpukan kristal di saluran [[urin]], yang disebut
== Manfaat kesehatan ==
Dari segi nutrisi, jengkol memiliki vitamin, asam jengkolat, mineral, dan serat yang tinggi.<ref name=Kandungan>Dengan kandungan serat tinggi, jengkol bisa membantu melancarkan buang air besar. Sifatnya yang diuretik juga membantu buang air besar. [http://www.pdpersi.co.id/content/news.php?mid=5&nid=637&catid=7 ''Manfaat dari Jengkol dan Pete'' dari situs Pusat Data Persi] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20130222013623/http://www.pdpersi.co.id/content/news.php?mid=5&nid=637&catid=7 |date=2013-02-22 }}</ref> Selain itu, berdasarkan dari hasil skrining fitokimia senyawa metabolit sekunder, menunjukkan bahwa ekstrak etanol buah jengkol mengandung senyawa golongan flavonoid, alkaloid, saponin, tanin, steroid, terpenoid dan polifenol yang bermanfaat bagi keseharan.<ref>NUGROHO, H. H. (2018). SKRINING FITOKIMIA SENYAWA METABOLIT SEKUNDER EKSTRAK ETANOL BUAH JENGKOL (Archidendon Jiringa) (Doctoral dissertation, STIKES Muhammadiyah Klaten). [http://repository.umkla.ac.id/1042/]</ref> Namun karena efek samping yang ditimbulkan, maka konsumsinya menjadi terbatas.
== Cara menghilangkan bau ==
Aroma menyengat dari jengkol dapat dihilangkan dengan cara merebusnya sampai lembut dan menambah sedikit garam. Buah yang telah direbus perlu direndam dan dibilas dengan air dingin sambil mengupas kulit ari sebelum mengolahnya selanjutnya. Untuk mengatasi bau mulut, Anda dapat melakukan langkah-langkah berikut:
*Menggosok gigi
*Mengunyah beras
*Mengonsumsi mentimun
*Larutan kumur penyegar
*Mengonsumsi daun kemangi <ref> Robbihi, H. I. (2020). Kajian manfaat kemangi (ocimum basilicum) terhadap halitosis. Jurnal Ilmiah Keperawatan Gigi, 1(1). [https://www.academia.edu/download/95476085/274.pdf]</ref>
==
{{reflist}}
{{Taxonbar}}
[[Kategori:Sayuran]]▼
[[Kategori:Fabaceae]]▼
[[Kategori:Archidendron]]
▲[[en:Archidendron pauciflorum]]
[[Kategori:Tumbuhan obat]]
▲[[pl:Archidendron jiringa]]
|