Mitologi Het: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Penggantian teks otomatis (- + ) |
Cara Tjara (bicara | kontrib) Fitur saranan suntingan: 2 pranala ditambahkan. |
||
(5 revisi perantara oleh 4 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 2:
'''Mitologi Het''' dan '''Agama Het''' merupakan keyakinan dan praktik keagamaan Bangsa [[Het]], suatu [[bangsa]] yang mendirikan sebuah [[kerajaan]] yang berpusat di tempat yang kini [[Turki]] dari 1600 SM hingga 1180 SM.
Kebanyakan narasi yang mengandung mitologi Het telah raib, dan penggalan-penggalan yang bisa memberikan gambaran yang berimbang mengenai agama Het sangatlah terbatas di antara tablet-tablet yang ditemukan di
Pemahaman terhadap mitologi Het bergantung pada pembacaan ukiran-ukiran batu yang masih utuh, menafsirkan [[ikonologi]] yang terlukis di batu-batu segel, menafsirkan rancangan dasar kuil-kuil: juga beberapa lukisan [[dewa|dewa-dewa]], [[bangsa Het]] kerap memuja dewa mereka melalui media [[batu Huwasi]], yang mewakili para dewa dan diperlakukan sebagai benda suci. Dewa sering kali digambarkan berdiri di atas punggung binatang mereka masing-masing, atau dikenali dalam wujud binatang mereka.<ref>R.Lebrun, "Le zoomorphisme dans la religion hittite," ''L'Animal, l'homme, le dieu dans le Proche-Orient ancien'', (Leuven) 1985:95-103, noted in Beckman 1989.</ref>
== Ikhtisar ==
Walaupun turunan dari [[agama Mesopotamia kuno]], agama bangsa [[Het]] dan [[Luwia]] mempertahankan unsur-unsur [[Agama Proto-Indo-Eropa]] yang direkonstruksi. Sebagai contoh, [[Teshub]], sang dewa petir dan perselisihannya dengan ular [[Illuyanka]] menyerupai konflik antara [[Indra]] dan ular kosmik [[Vritra]] dalam mitologi [[Veda|Weda]], atau [[Thor]] dan ular [[Jörmungandr]] dalam [[mitologi Nordik]]. Mitos ini juga mirip dengan perjuangan sehari-hari antara [[Ra (mitologi)|Ra]] dan ular [[Apep]] dalam [[Egyptian mythology|mitologi Mesir]].
Mitologi Het juga dipengaruhi langsung oleh Bangsa [[Bangsa Hurri|Hurri]], peradaban terdekat tidak jauh dari [[Anatolia]], di mana Bangsa Het berada. Bangsa Hurri ini sangat erat keterkaitannya sehingga [[Oxford University Press]] menerbitkan panduan mitologi dan mengelompokkan mereka bersama-sama sebagai "''Hittite-Hurrian''".<ref>Leeming, David. “Hittite-Hurrian Mythology.” The Oxford Companion to World Mythology. Oxford: Oxford University Press, 2005. 185-7.
== Para pendeta dan situs-situs pemujaan ==
Baris 16:
<blockquote class="" style="">Para dewa, Dewa Matahari dan Dewa Badai, telah mengamanatkan kepadaku, raja, tanah dan rumahku, sehingga aku, raja, harus memelihara tanah dan rumahku, demi diriku sendiri.<ref>Quoted in Beckman 1985:101.</ref></blockquote>Bangsa Het tidak melakukan ritual secara terjadwal untuk memuja para dewa, tetapi melakukannya sebagai tanggapan ketika masa-masa sulit atau adanya kesempatan.<ref name=":0" /> Mitos dan ritual ada kaitan erat, karena banyak ritual yang bersumber dari mitos, dan sering mempertunjukkan riwayat-riwayat.<ref name=":4">Bachvarova, Mary R. "Adapting Mesopotamian Myth in Hurro-Hittite Rituals at Hattuša: Ištar, the Underworld, and the Legendary Kings," in Beyond Hatti: A Tribute to Gary Beckman, edited by Billie Jean Collins and Piotr Michalowski. Atlanta, Ga.: Lockwood Press, 2013. 23-44.</ref> Kebanyakan ritual dilaksanakan di dalam terowongan, tempat yang diciptakan sebagai pertanda kedekatan antara manusia dan dewa, terutama yang bersemayam dalam bumi, atau terkait dengan bumi. Jenis ritual ini dikenal sebagai "[[nekromansi]]" karena mereka berusaha berkomunikasi dengan dewa [[Dunia Bawah]] dan memanggilnya ke dunia yang hidup.
Kota [[Arinna]], sehari perjalanan dari Hattusa, boleh jadi pusat pemujaan utama bangsa Het, dan dewi matahari utama mereka, dikenal sebagai <sup>d</sup>UTU <sup>URU</sup>''Arinna'' "dewi matahari Arinna".<ref>{{cite book|url=https://books.google.com/books?id=74IJytg2XuUC&pg=PA28&dq=arinna+hittite+city+located&cd=1|title=Historical dictionary of the Hittites|last=Burney|first=Charles Allen|publisher=Scarecrow Press|year=2004|isbn=9780810849365|page=28}}</ref> Catatan-catatan yang ditemukan dalam daftar-kultus menunjukkan bahwa pemujaan dan praktik lokal juga digiatkan. Tradisi dan status pemujaan lokal selalu berubah karena kurangnya tuntunan baku untuk pelaksanaan ritual. Festival-festival kecil dan waktu ibadah tidak selalu membutuhkan kehadiran pendeta-raja, sehingga tempat-tempat lokal lebih banyak keleluasaan ketika tiba saatnya menyembah para dewa, namun raja membangun suatu tempat untuk mengamati setiap situs dan kuil pemujaan di negerinya, karena itu adalah tugasnya kepada para dewa dan bangsanya. Setelah sang raja meninggal, ia didewakan, karena melayani umatnya dan menyembah para dewa dengan setia. Tanggung jawab yang diamanatkan pada pendeta-raja tidaklah sepihak: para dewa harus mengurus masyarakat jika mereka telah disembah dengan benar. Para dewa mempunyai banyak kekuatan, tetapi tanpa pengamalan dan ritual khusus dari manusia, kekuatan mereka tidak ada fungsinya. [[Muršili II|Raja Mursili II]] bermohon kepada para dewa atas nama rakyatnya, ketika mata pencaharian pertanian mereka sedang susah:<blockquote class="" style="">"Segenap daratan Het sedang sekarat, karenanya tak ada yang menyediakan roti pengorbanan dan persembahan untukmu (para dewa). Para pembajak yang dulu bekerja di ladang para dewa telah mati, sehingga tak ada yang mengusahakan atau menuainya lagi. Para wanita penggiling yang biasanya menyiapkan roti pengorbanan para dewa telah mati, sehingga mereka tak lagi membuat roti pengorbanan. Kandang ternak dan domba yang biasanya menyisihkan persembahan domba dan sapi- gembalanya telah mati, sehingga kandang ternak dan domba itu kosong. Karenanya terhentilah roti-roti pengorbanan, persembahan, dan pengorbanan hewan. Dan Engkau mendatangi kami, o dewa, lalu menganggap kami bersalah atas persoalan ini!"<ref>Quote from KUB 24.3 ii 4'-17'</ref> </blockquote>Tak diragukan lagi, menjalin interaksi yang baik dengan para dewa yang bertalian erat dengan alam dan pertanian, seperti Arinna, sangatlah esensial. Jika keseimbangan antara rasa hormat dan kritik secara signifikan bergeser, bisa diartikan adanya ketidaksenangan di mata para dewa, dan kemungkinan terjadinya musim panen yang gagal. Terlepas mara bahaya ini, bangsa Het umumnya berkomunikasi dengan para dewa secara informal, dan perorangan biasanya berdoa pada para dewa tanpa diiringi ritual atau bantuan para pendeta jika hanya acara biasa. Bangsa Het juga mempraktikkan asosiasi dengan dewa dengan kebiasaan yang mirip seperti bangsa [[Mesir Kuno|Mesir kuno]], menggunakan kehendak para dewa untuk membenarkan tindakan manusia.
== Para dewa dan mitos mereka ==
Baris 24:
Dari kelompoknya yang banyak, sedikit menonjol dibeberapa tempat: Tarhunt memiliki seorang putra, [[Telipinu]] dan seorang putri, [[Inara]]. Inara adalah dewa pelindung (<sup>d</sup>LAMMA) berkaitan dengan festival musim semi [[Puruli]]. [[Ishara]] adalah dewi sumpah; daftar dewa-dewa saksi perjanjian tampaknya mewakili dewa-dewa Het secara lebih jelas,<ref>G. Kestemont, "Le Panthéon des instruments hittites de droit public" ''Orientalia'' '''45''' (1976:147-77)..</ref> meskipun beberapa dewa yang terbukti kebenarannya tidak bisa dijelaskan. Suaminya adalah dewa matahari [[Hattic]]. Pasangan dewa ini kemungkinan dipuja dalam ruangan kembar kuil terbesar di [[Hattusa]].
[[Berkas:Yazilikaya_B_12erGruppe.jpg|kiri|jmpl|300x300px|Relief dari Yazılıkaya, tempat perlindungan di Hattusa, menggambarkan dua belas dewa di dunia bawah]]
Pada abad ke 13 SM, beberapa pergerakan eksplisit yang mengarah ke [[sinkretisme]] terlihat pada prasasti. [[Puduḫepa|Puduhepa]], seorang ratu dan pendeta, mengatur dan merasionalkan agama rakyatnya.<ref>[https://books.google.com/books?id=O2VnjMAwNqUC&pg=PA286&lpg=PA286&dq=puduhepa&source=web&ots=QrHHqiKaK2&sig=Z7MW3yMvCZy9wrk-_dkgeDH8eb0#PPA286,M1 Trevor Bryce, ''The Kingdom of the Hittites''
Dewa cuaca dan petir bangsa Luwia, [[Pihassassa]], mungkin bermula dari [[Pegasus]] Yunani. Penggambaran hewan hibrida (seperti [[hippogriff]], [[khimera]], dll.) adalah khas untuk seni [[Anatolia]] pada periode tersebut. Dalam mitos [[Telipinu]], lenyapnya Telipinu, dewa [[pertanian]] dan [[kesuburan]] menyebabkan hilangnya kesuburan, baik untuk tumbuhan maupun hewan. Hal iini mengakibatkan kerusakan dan keputusasaan di kalangan dewa dan manusia. Untuk menyudahi malapetaka dan kehancuran ini, para dewa mencari Telipinu tetapi tidak berhasil menemukannya. Hanya seekor lebah yang dikirim dewi [[Hannahannah]] yang berhasil menemukan Telipinu, yang menyengatnya dengan maksud agar dia terbangun. Tetapi malah membuat Telipinu semakin marah dan dia "membelokkan aliran sungai dan menghancurkan rumah-rumah". Pada akhirnya, Dewi [[Kamrusepa]] menggunakan penyembuhan dan sihirnya untuk menenangkan Telipinu dan setelahnya dia pulang lalu mengembalikan kehidupan tumbuh-tumbuhan dan kesuburan. Dalam referensi lain seorang pendeta memohon agar semua kemarahan Telipinu dikirim ke wadah perunggu di dunia bawah, supaya tidak ada yang lepas.<ref>The Ancient Near East, J.B.Pickard, p 88</ref> Banyak mitos Het melibatkan karakter pemeran penuh, biasanya karena permasalahannya memiliki efek yang meluas sehingga semua orang terlibat. Biasanya, solusi hanya dapat ditemukan dengan bekerja sama untuk mengatasi masalah tersebut, kendati ini adalah kisah etis yang kurang bijak dan lebih banyak epos berbasis aksi antar para pelakunya.
Baris 32:
Sama seperti mitos Telipinu, manusia dimanfaatkan untuk membantu para dewa dalam alur cerita mereka, yang menekankan hubungan erat antara yang fana dan yang kekal. Manusia tidak memiliki banyak peran dalam cerita, tetapi kehadirannya adalah untuk membantu bukan merintangi. Ini juga menyoroti peranan yang dimainkan para dewi, dalam mitos dan kehidupan. Dewa-dewa yang berkuasa memancing konflik atau provokasi untuk menciptakan isu sentral dari masing-masing mitos, kemudian dewi-dewi yang membereskan dan menyelesaikan segalanya dengan kepandaian. Sayangnya, meskipun ada campur tangan mereka yang membantu, alam tidak dapat kembali ke [[status quo]] sampai dewa menyelesaikan langkah terakhir sebelum keadaan normal kembali. Dia harus bangun dan melanjutkan tugasnya, membunuh binatang buas, atau tindakan lain yang membuktikan bahwa kekuatannya melebihi yang lain.
Mitos-mitos mengenai dewa-dewi yang pada awalnya bukan dari Het sering diadaptasi dan diasimilasikan. Dewi [[Mesopotamia]] [[Ishtar]] (Ištar) adalah salah satu dari banyak dewa yang diadopsi yang diasimilasikan ke dalam [[panteon]] Het melalui asosiasi dengan dewa-dewa yang serupa dan penyesuaian pada mitos-mitos mereka. Karena mitologi adalah bagian penting dari praktik kultus Het, pemahaman terhadap kekuatan dan sejarah Ishtar berguna dalam pengembangan ritual dan bacaan-bacaan doa kepadanya. Perubahan halus seperti ini juga dimungkinkan dengan penyerapan/asosiasi terdekatnya dari dewi lain, yaitu [[Anzili]], serta [[Šawuška]], dan [[Geštinanna]]. Dengan ciri-ciri kepribadian dari beberapa dewi lainnya, kekuatan Ishtar bertambah, begitu pula popularitasnya. Salah satu cara inovatif pemanfaatannya adalah ritual pemurnian seperti Allaiturahhi, di mana
afinitasnya untuk dunia bawah dieksploitasi dan ditafsirkan agar membahagiakan pembaca dan memberinya peran sebagai pelindung, bukan korban, seperti dalam mitos Mesopotamia. Hubungan Ishtar dengan dunia bawah juga membuatnya menjadi dewa dunia bawah yang bernilai, terutama ketika afinitasnya yang lain untuk perang, seksualitas, dan sihir diperhitungkan. Kombinasi dari karakteristik ini meningkatkan pengaruhnya, karena kesuburan bumi adalah salah satu prioritas paling pokok bagi bangsa Het. Bangsa Het bahkan mengakui bahwa ia cukup menonjol dalam kebudayaan lain dan menciptakan ritual yang "memperlakukannya sebagai dewi antarbangsa".<ref>Quoted from Bachvarova 2013: 27</ref> Perbedaan antara dewa dari luar seperti Ishtar dihargai, meskipun ia telah disesuaikan untuk pemakaian bangsa Het.
Baris 38:
<div style="{{column-count|2}}" class="">
* A'as – dewa kebijaksanaan, yang berasal dari dewa [[Mesopotamia]] [[Enki]] (Ea)
* Aduntarri - sang peramal, dari dunia bawah
* [[Alalu]]s – entitas primordial
* Amunki - dari dunia bawah
Baris 53:
* [[Hannahannah]] – dewi ibu (Bangsa Hurri)
* [[Hanwasuit]] – dewi kedaulatan
* [[Hapantali]] – dewi pendeta
* [[Hasameli]] – dewa pengrajin logam dan para ahli
* [[Hatepuna]] – putri laut
* [[Hittite nursery and midwifery goddesses|Huttellurra]] –
* [[Hutena]] – dewi takdir, mirip dengan [[Moirai]]
* [[Inara (goddess)|Inara]] – dewi binatang buas dari padang rumput (Hattic)
* Irpitiga - penguasa bumi, dari dunia bawah
* [[Hittite nursery and midwifery goddesses|Irsirra]] – gabungan dewi kebidanan
* [[Ishara]] – dewi sumpah dan cinta
* [[Istanu]] – dewa matahari dan penghakiman (dari Hattic Eştan)
Baris 87:
* Wurrukatte – dewa perang (Hattic Wurunkatte)
* [[Zababa]] – dewa perang, mungkin nama lain untuk Wurrukatte
* Zulki -interpretasi mimpi, dunia bawah
</div>
|