Salahuddin Wahid: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
k Mengembalikan suntingan oleh 103.175.229.239 (bicara) ke revisi terakhir oleh 180.252.16.97 Tag: Pengembalian |
||
(19 revisi perantara oleh 14 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 16:
|thn_lahir_m = 1942
|tempat_lahir = Jombang
|negara_dilahirkan = [[Kabupaten Jombang|Jombang]],
|nama_ayah = [[Wahid Hasyim|K.H. Wahid Hasyim]]
|nama_ibu = Sholehah
Baris 69:
|thn_wafat_h =
|thn_wafat_m = 2020
|tempat_makam = [[Pondok Pesantren Tebuireng]], [[Kabupaten Jombang|Jombang
|birth_date={{Birth date|1942|09|11|}}|birth_place=[[Jombang]], [[Indonesia]]|death_date={{death date and age|2020|02|02|1942|09|11}}|death_place=[[Jakarta]], [[Indonesia]]}}
Salahuddin juga pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Komnas HAM. Bersama kandidat presiden [[Wiranto]], ia mencalonkan diri sebagai [[Wakil Presiden Indonesia|kandidat wakil presiden]] pada [[Pemilihan Presiden Indonesia 2004|pemilu presiden 2004]]. Langkahnya terhenti pada babak pertama, karena menempati urutan ketiga.<ref name="merdeka">[http://profil.merdeka.com/indonesia/s/salahuddin-wahid/ "Profil Salahuddin Wahid"] ''Merdeka.com''. Diakses 26/4/2014.</ref>
Baris 82:
Salahuddin Wahid lahir di [[Jombang]], [[Jawa Timur]] pada 11 September 1942. Ayahnya adalah [[Wahid Hasyim]], dan kakeknya adalah [[Hasyim Asy'ari]], pendiri [[Nahdlatul Ulama]] (NU). Ia bersekolah di sekolah-sekolah umum di Jakarta, lulus dari [[SMP Negeri 1 Jakarta|SMPN 1 Cikini]] dan [[SMA Negeri 1 Jakarta|SMAN 1 Jakarta]], sebelum mendapatkan gelar arsitektur dari [[Institut Teknologi Bandung]].<ref>{{cite news |title=Profil Gus Solah |url=https://www.viva.co.id/siapa/read/127-gus-solah |accessdate=26 April 2019 |work=VIVA |language=id}}</ref><ref name="tebuireng">{{cite web |title=Pengasuh Pesantren Tebuireng Periode Ketujuh KH. Salahuddin Wahid (2006-sekarang) |url=https://tebuireng.online/kh-salahuddin-wahid/ |website=tebuireng.online |publisher=Pesantren Tebuireng |accessdate=26 April 2019 |language=id}}</ref>
Ia menikahi [https://www.tebuireng.co/nyai-farida-salahuddin-wahid-lindungi-anak-melalui-komunikasi/ Farida], putri<ref>{{Cite web|last=Sugendal|first=Zainuddin|date=2022-11-02|title=Nyai Farida Salahuddin Wahid: Lindungi Anak melalui Komunikasi|url=https://www.tebuireng.co/nyai-farida-salahuddin-wahid-lindungi-anak-melalui-komunikasi/|website=Tebuireng Initiatives|language=id|access-date=2023-01-21}}</ref> mantan Menteri Agama [[Saifuddin Zuhri]] dan saudara perempuan menteri di jabatan yang sama [[Lukman Hakim Saifuddin]], pada tahun 1968. Pasangan ini memiliki tiga anak. Anak pertamanya bernama [https://www.tebuireng.co/kunci-kesuksesan-gus-sholah-tebuireng/ Irfan Asy'ari Sudirman Wahid] atau Ipang Wahid.<ref>{{Cite
== Karier ==
[[Berkas:Salahuddin Wahid, Seminar Nasional Peran Pesantren dalam Pembangunan Kesehatan.jpg|jmpl|Salahuddin Wahid, 2019]]
Setelah lulus dari studinya, Salahuddin bekerja di bidang arsitektur dan memiliki posisi pimpinan di perusahaan konstruksi, tetapi meninggalkan peran ini setelah [[krisis keuangan Asia]].<ref>{{cite news |last1=Triraharjo |first1=Mardiansyah |title=Mengenal Sosok KH Salahuddin Wahid, Sang Pembaharu Pesantren Tebuireng |url=https://radarjombang.jawapos.com/read/2019/03/12/124609/mengenal-sosok-kh-salahuddin-wahid-sang-pembaharu-pesantren-tebuireng |accessdate=11 October 2019 |work=Radar Jombang |date=12 March 2019 |language=id |archive-date=2019-10-11 |archive-url=https://web.archive.org/web/20191011001404/https://radarjombang.jawapos.com/read/2019/03/12/124609/mengenal-sosok-kh-salahuddin-wahid-sang-pembaharu-pesantren-tebuireng |dead-url=yes }}</ref> Antara 1998 dan 1999, Salahuddin bertugas di [[Majelis Permusyawaratan Rakyat]].<ref name="mujani2018"/> Menyusul [[Kejatuhan Soeharto|jatuhnya Soeharto]], beberapa partai politik didirikan yang terkait dengan NU, termasuk [[Partai Kebangkitan Bangsa]] (PKB) dan [[Partai Kebangkitan Ummat]] (PKU). Saudara laki-laki Salahuddin dan kemudian presiden [[Abdurrahman Wahid]] (Gus Dur) bergabung dengan PKB, sementara Salahuddin bergabung dengan PKU. Keduanya terlibat dalam debat publik yang diterbitkan oleh surat kabar ''[[Media Indonesia]]'' selama Oktober 1998, dengan topik visi ayah mereka untuk negara tersebut.{{sfn|Bush|2009|pp=125–127}} Gus Dur berpendapat bahwa Hasyim mendukung [[Pancasila]], sementara Salahuddin berpendapat bahwa ia mendukung negara yang berdasarkan pada Islam.{{sfn|Bush|2009|pp=125–127}} Wahid meninggalkan PKU pada September 1999.<ref name="tebuireng"/>
Pada 1999, Wahid mencalonkan diri sebagai Ketua PBNU. Dia menempatkan ketiga di putaran pertama pemungutan suara, tetapi mundur dari putaran kedua.{{sfn|Bush|2009|pp=164–166}} Kemudian, pada tahun 2002 ia menjadi wakil ketua [[Komisi Nasional Hak Asasi Manusia]] (KOMNAS HAM). Dalam organisasi tersebut, ia memimpin tim yang menyelidiki [[Wiranto]] untuk pelanggaran HAM di [[Timor Timur]] setelah [[Referendum kemerdekaan Timor Leste 1999|referendum kemerdekaan 1999]], yang pada akhirnya mengeluarkan kesimpulan yang membebaskan tanggung jawab Wiranto atas pelanggaran signifikan.<ref name="mujani2018">{{cite book |last1=Mujani |first1=Saiful |last2=Liddle |first2=R. William |last3=Ambardi |first3=Kuskridho |title=Voting Behaviour in Indonesia since Democratization: Critical Democrats |date=2018 |publisher=Cambridge University Press |isbn=9781108421799 |pages=59–61 |url=https://books.google.com/books?id=tHRJDwAAQBAJ&pg=PA59 |language=en}}</ref> Dia juga memimpin tim pencari fakta yang terkait dengan pelanggaran hak asasi manusia selama [[kerusuhan Mei 1998]] dan di [[Pulau Buru|kamp-kamp Buru]].<ref name="tebuireng"/>
Baris 92:
Wiranto kemudian memilih Wahid sebagai pasangannya dalam [[Pemilihan umum Presiden Indonesia 2004]]. Wahid mewakili PKB, yang berkoalisi dengan [[Golkar]], partai pendukung Wiranto.<ref name="mujani2018"/> Wahid mengundurkan diri dari komite PBNU dan KOMNAS HAM untuk ikut serta dalam pemilihan.<ref name="tebuireng"/> Pasangan ini menempati posisi ketiga dengan 22,15 persen suara, mencegah mereka maju ke putaran kedua yang kemudian dimenangkan oleh [[Susilo Bambang Yudhoyono]] dan [[Jusuf Kalla]].<ref>{{cite book |last1=Ananta |first1=Aris |last2=Arifin |first2=Evi Nurvidya |last3=Suryadinata |first3=Leo |title=Emerging Democracy in Indonesia |date=2005 |publisher=Institute of Southeast Asian Studies |isbn=9789812303226 |pages=82–83 |url=https://books.google.co.uk/books?id=1QpWEAtDjWMC&pg=PA8 |language=en}}</ref>
Sejak 2006 hingga kematiannya, Salahuddin membina [
==
Pada Januari 2020, Salahuddin menjalani [[ablasi]] di Rumah Sakit Jantung Harapan Kita, [[Jakarta]]. Dia kemudian dirujuk kembali ke rumah sakit karena dia melaporkan masalah setelah prosedur, yang membutuhkan operasi pada tanggal 31 Januari. Kondisinya tidak membaik setelah operasi dan ia meninggal pada pukul 20.55 WIB pada 2 Februari.<ref
== Referensi ==
=== Catatan Kaki ===
{{reflist|30em}}
== Pranala luar ==
Baris 110:
{{DEFAULTSORT:Wahid, Salahuddin}}
[[Kategori:Tokoh Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia|Salahuddin Wahid]]
[[Kategori:Tokoh Nahdlatul Ulama|Salahuddin Wahid]]
[[Kategori:Abdurrahman Wahid|Salahuddin Wahid]]
[[Kategori:Tokoh
[[Kategori:Tokoh dari Kecamatan Jombang|Salahuddin Wahid]]
[[Kategori:Tokoh Jawa Timur|Salahuddin Wahid]]
[[Kategori:Tokoh Jawa|Salahuddin Wahid]]
|