Abdullah bin Nuh: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan
Tsbtmstfd (bicara | kontrib)
k Saltik
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Tugas pengguna baru Newcomer task: copyedit
 
(99 revisi perantara oleh 34 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{tone}}
{{peacock}}
{{rapikan|date=September 2012}}
 
{{wikify|date=September 2012}}
{{Infobox Person
| name = KHK.H. R. Abdullah Bin Noeh
| image = Kyai-Maha-Guru-Bagi-Para-Ulama.jpg
| birth_date = {{birth date|1905|6|30}}
| birth_place = {{flagicon|Belanda}} [[Cianjur]], [[Jawa Barat]], [[Hindia Belanda]]
| death_date = {{death date and age|1987|10|26|1905|6|30}}
| death_place = {{flagicon|Indonesia}} [[Bogor]], [[Jawa Barat]], [[Indonesia]]
|party =
| nationality = [[Indonesia]]
| party spouse =
| spouse children =
|parents = Mohammad Nuh bin Idris (1879-1966)<ref>{{cite web |title=Ungkap R.K.H. Abdullah Bin Nuh Pelaku Sejarah, Ulama, Dosen dan Sejarawan |url=https://www.islampos.com/ungkap-r-k-h-abdullah-bin-nuh-pelaku-sejarah-ulama-dosen-dan-sejarawan-186396/ |accessdate=May 15, 2015}}</ref><br>Aisyah binti Sumintapura
| children =
| profession = [[Dosen]], [[Ulama]]
| religion = [[Islam]]
}}
'''KHK.H. R. Abdullah Bin Noeh''' lahiradalah tokoh pejuang kemerdekaan di [[CianjurKota Bogor|Bogor]] tanggal ({{lahirmati|[[Cianjur]]|30 Juni |06|1905 dan wafat di |[[Bogor]] tanggal |26 Oktober |10|1987.}}) Selain mahasebagai gurutokoh parapejuang ulamakemerdekaan, iaAbdullah jugabin Noeh merupakan seorang[[ulama]], [[sastrawan]], pendidik dan [[pejuangGuru|pendidik]]. Ia dikenal sebagai pendiri pesantren Al Ghozali, [[kemerdekaanKota Bogor|Bogor]].<ref>{{Cite Indonesiaweb|url=http://www.nu.or.id/|title=NU Online {{!}} Suara Nahdlatul Ulama|website=www.nu.or.id|access-date=2019-05-06}}</ref>
Sejak kedl mendapat pendidikan agama Islam yang sangat keras dari ayahnya, yakni KH. R. Muhammad Nuh bin Muhammad Idris. Juga seorang ulama besar, pendiri Sekolah AI’ Ianah Cianjur.
Dalam pengawasan ketat ayahnya ini, Abdullah. keciI belajar agama dan bahasa Arab setiap han. Sehingga dalam waktu relatif masih muda, la sudah mampu berbicara bahasa Arab. Disamping mampu pula menalar kitab alfiah (kitab bahasa arab seribu bait) serta swakarsa belajar bahasa Belanda dan Inggris.
Berbekal ilmu yang telah dikuasainya itu, Abdullah bin Nuh muda mengajar di Hadralmaut School. Sekaligus menjadi redaktur majalah Hadralmaut, sebuah mingguan berbahasa Arab yang terbit di Surabaya, Jawa limur sejak tahun 1922 hingga tahun 1926. Setelah itu ayahnya mengirim Abdullah untuk menimba i1mu di Fakultas Syariah Universitas AI-Azhar, Kairo Mesir.
Setelah dua tahun lamanya Abdullah belajar di [[AI -Azhar]], Kairo [[Mesir]], untuk kemudian kembali ke tanah air dan aktif mengajar di Cianjur serta Bogor. Hal itu dilakukannya sejak tahun 1928 hingga tahun 1943.
 
Sejak kecil mendapat pendidikan agama Islam yang sangat dari ayahnya, yakni K.H.R. Muhammad Nuh bin Muhammad Idris. Juga seorang ulama besar, pendiri Sekolah Al-I'anah Cianjur.
 
Dalam pengawasan ketat ayahnya ini, Abdullah kecil belajar agama dan bahasa Arab setiap hari. Sehingga dalam waktu relatif masih muda, ia sudah mampu berbicara bahasa Arab. Di samping itu mampu pula menalar kitab Alfiah (kitab bahasa arab seribu bait) serta swakarsa belajar [[bahasa Belanda]] dan [[Bahasa Inggris|Inggris]].
== NASABNYA ==
 
Berbekal ilmu yang telah dikuasainya itu, Abdullah bin Nuh muda mengajar di Hadramaut School. Sekaligus menjadi redaktur majalah Hadramaut, sebuah majalah mingguan berbahasa Arab yang terbit di [[Surabaya]], [[Jawa Timur]] sejak tahun 1922 hingga tahun 1926. Setelah itu ayahnya mengirim Abdullah untuk menimba ilmu di Fakultas Syariah Universitas AI-Azhar, [[Kairo]], [[Mesir]].
HR. Abdullah putera KHR. Nuh; putera Rd. H. Idris, putera Rd. H. Arifin, putera Rd. H. Sholeh putra, Rd.H. Muhyiddin Natapradja, putra Rd. Aria Wiratanudatar V (Dalem Muhyiddin), putra Rd. Aria Wiratanudatar IV (Dalem Sabiruddin), putra Rd. Aria Wiratanudatar III (Dalem Astramanggala), putra Rd. Aria Wiratanudatar II (Dalem Wiramanggala), putra Rd. AnaWiratanudatar I ([[Dalem Cikundul]]).
 
Setelah dua tahun lamanya Abdullah belajar di [[Universitas Al-Azhar|Al-Azhar]], [[Kairo]], [[Mesir]], ia kembali ke tanah air dan aktif mengajar di [[Cianjur]] serta [[Bogor]]. Hal itu dilakukannya sejak tahun 1928 hingga tahun [[1943]].
== CIANJUR DAN I’ANAH ==
 
== Nasab ==
Cianjur ialah sebuah kota yang sejak dahulu telah terkenal para Ulama dan para pahlawannya, Para Ulama giat menyebarkan ilmunya. Tak kenal lelah dan tanpa mengharapkan upah. Para pahlawannya gigih, berani dalam melaksanakan perjuangan, tanpa pamrih gaji. Kesemuanya hanyalah mengharapkan kendhoan Allah swt dan Rohmat-Nya.
H. R. Abdullah putra K.H. R. Nuh; putra Rd. H. Idris, putra Rd. H. Arifin, putra Rd. H. Sholeh, putra Rd. H. Muhyiddin Natapradja, putra [[Wira Tanu Datar V|Rd. Aria Wiratanudatar V]] (Dalem Muhyiddin), putra [[Wira Tanu Datar IV|Rd. Aria Wiratanudatar IV]] (Dalem Sabiruddin), putra Rd. Aria Wiratanudatar III (Dalem Astramanggala), putra Rd. Aria Wiratanudatar II (Dalem Wiramanggala), [[putra]] Rd. Anawiratanudatar I ([[Dalem Cikundul]]).
 
== Cianjur dan I’anah ==
Pada tahun 1912 dikota Cianjur berdirilah sebuah Madrasah yang bernama Al-l’anah ; pendirinya ialah juragan Rd. H. Tolhah Al Kholidi, sesepuh Cianjur pada waktu itu. Dalam pembinaannya beliau dibantu oleh seorang Cucunya AI-Haafidh (yang hafal AI Qur’an) As-Sufi (yang menguasai kitab Ihya ‘Ulumuddin) K.H.R. Nuh, seorang ‘Aalim besar keluaran Makkah Almukarromah, murid seorang ulama besar yang ilmunya barokah, menyebar keseluruh dunia Islam, yang bermukim di kota Makkah AI-Mukarromah, yaitu : K.H.R. Mukhtar Al-thoridi, putra Jawa (Bogor)
 
[[Cianjur]] adalah sebuah [[kota]] yang sejak dahulu telah terkenal para [[ulama]] dan para pahlawannya, para [[ulama]] giat menyebarkan ilmunya. Tak kenal lelah dan tanpa mengharapkan [[upah]]. Para pahlawannya gigih, berani dalam melaksanakan perjuangan, tanpa pamrih [[gaji]]. Kesemuanya hanyalah mengharapkan keridhoan Allah SWT dan rahmat-Nya.
Nadhir (Guru kepala) nya waktu itu adalah Syekh Toyyib Almagrobi, dari Sudan. Bertindak sebagai pembantu (guru bantu) adalah Rd. H. Muhyiddin adik ipar Juragan Rd. H. Tolhah AI-Kholidi. [[Murid]] pertamanya adalah : Rd. H. M. Sholeh Almadani.
 
Pada tahun 1912, di [[kota Cianjur]] berdirilah sebuah Madrasah yang bernama Al l’anah; pendirinya ialah [[juragan]] Rd. H. Tolhah Al Kholidi, sesepuh Cianjur pada waktu itu. Dalam pembinaannya ia dibantu oleh seorang cucunya AI-Haafidh (yang hafal AI Qur’an) As-Sufi (yang menguasai kitab Ihya ‘Ulumuddin) K.H.R. Nuh, seorang ‘Aalim besar keluaran Makkah Almukarromah, murid seorang ulama besar yang ilmunya barokah, menyebar keseluruh dunia Islam, yang bermukim di kota Makkah AI-Mukarromah, yaitu: [[Muhammad Mukhtar bin Atharid al-Bughuri|K.H.R. Mukhtar Al-thoridi]], putra Jawa ([[Bogor]]).
Syekh Toyyib Almagrobi mengajar di AI-I’anah hanya 2 (dua) tahun, karena beliau diusir oleh.pemerintah Belanda. Maka untuk mengisi kekosongan, Nadhir AI-I’anag dipegang oleh AI Ustadz Rd. Ma’mur keluaran pesantren Kresek Garut (Gudang Alfiyah) dan lulusan Jami’atul Khoer Jakarta (Gudang Bahasa Arab). Diantara murid-muridnya ialah :
*1.[[Rd. Abdullah]],
*2.[[Rd. M. Soleh Qurowi]]
*3.[[Rd. M. Zen]]
 
Nadhir (Guru kepala) nya waktu itu adalah Syekh Toyyib Almagrobi, dari [[Sudan]]. Bertindak sebagai pembantu (guru bantu) adalah Rd. H. Muhyiddin adik ipar Juragan Rd. H. Tolhah AI-Kholidi. [[Murid]] pertamanya adalah: Rd. H. M. Sholeh Almadani.
Dari AI I’anah Almubarokah inilah muncul para pahlawan dan sastrawan Muslim yang namanya tidak akan sirna, tetap tercantum dalam lembaran sejarah, diantaranya ialah Rd. Abdullah bin Nuh. Beliau telah menguasai Bahasa Arab sejak usia 8 (delapan) tahun (penjelasan beliau sendiri sewaktu hidup kepada salah seorang muridnya).
 
Syekh Toyyib Almagrobi mengajar di Ai-I’anah hanya dua tahun, karena ia diusir oleh Pemerintah Belanda. Maka untuk mengisi kekosongan, Nadhir Al-I’anah dipegang oleh Al Ustadz Rd. Ma’mur keluaran pesantren Kresek Garut (Gudang Alfiyah) dan lulusan Jami’atul Khoer Jakarta (Gudang Bahasa Arab). Di antara murid-muridnya ialah:
Rd. Abdullah bin Nuh adalah juara Alfiah, beliau sanggup menghafal Al-fiah lbnu Malik dari awal sampai akhir dan dibalik dari akhir ke awwal (demikian menurut AI-Ustadz Rd. Abubakar sesepuh Cianjur). Walhasil: kecerdasan, bakat dan watak Rd. Abdullah bin Nuh semenjak duduk di bangku Madrasah AI-I’anah sudah nampak jelas keunggulannya.
* [[Rd. Abdullah]]
* [[Rd. M. Soleh Qurowi]]
* [[Rd. M. Zen]]
 
Dari Al I’anah Almubarokah inilah muncul para pahlawan dan sastrawan Muslim yang namanya tidak akan sirna, tetap tercantum dalam lembaran sejarah, di antaranya ialah Rd. Abdullah bin Nuh. Ia telah menguasai bahasa Arab sejak usia 8 (delapan) tahun (penjelasan ia sendiri sewaktu hidup kepada salah seorang muridnya).
Selain belajar di AI-I’anah, Rd. Abdullah bin Nuh tidak henti-hentinya menggali dan menimba ilmu dari ayahnya beliau. (Beliau pernah berkata kepada salah seorang muridnya : “Mama mah tiasana maca Kitab lhya teh khusus ti bapa Mama” begitu dengan logat Cianjurnya). Jadi jelas, Kota Cianjur adalah Gudang Ulama, pabrik para pahlawan dan pusat para santri. Maka tidak heran kalau kota Cianjur sejak dahulu penuh dikunjungi oleh para peminat ilmu Syari’at Islam dari seluruh pelosok Jawa Barat, dari daerah Priangan Sarat sampai ke Timur seperti : Bandung, Garut, Tasikmalaya dan Ciamis.
 
Rd. Abdullah bin Nuh adalah juara Alfiah, ia sanggup menghafal Al-fiah lbnu Malik dari awal sampai akhir dan dibalik dari akhir ke awwal (demikian menurut AI-Ustadz Rd. Abubakar sesepuh Cianjur). Walhasil: kecerdasan, bakat dan watak Rd. Abdullah bin Nuh semenjak duduk di bangku Madrasah AlI’anah sudah tampak jelas keunggulannya.
== PEKALONGAN DAN SYAMAILUL HUDA ==
 
Selain belajar di Al I’anah, Rd. Abdullah bin Nuh tidak henti-hentinya menggali dan menimba ilmu dari ayahnya. Ia pernah berkata kepada salah seorang muridnya: “Mama mah tiasana maca Kitab lhya teh husus ti bapa Mama." Bila diterjemahkan kira-kira: "Mama (Saya - gelar untuk ulama Sunda)
Pekalongan sebuah kota kecil yang mungil, berhasil mencetak kader-kader Muslim yang militan dan berwatak, membina mental pemuda -pemuda Islam yang berjiwa pahlawan dan bercita-cita tinggi menuju Indonesia Merdeka dengan landasan Kalimatullahi Hiyal ‘Ulya.
 
Di kota Pekalongan telah berdiri sebuah madrasah Arabiyyah yang benama “Syamailul Huda” yang terletak di JI. Dahrian (sekarang JI. Semarang). Madrasah tersebut mempunyai sebuah internat (pondok pesantren) dipinggiran JI. Raya, ditengah-tengah keramaian manusia, bahkan tepat berhadap-hadapan dengan sebuah gedung bioskop. Nakhoda madrasah tersebut ialah seorang Sayyid keturunan Hadrol Maut bernama: Sayyid Muhammad bin Hasyim bin Tohir AI-‘Alawi Al-Hadromi. Beliau seorang ‘Alim yang berjiwa besar, bercita¬cita tinggi, berpandangan luas. Beliau tak mengenal payah dan lelah, tak ingin melihat putra-putri Islam tidak maju. Beliau bersemboyan: “sekali maju tetap maju, bekerja dengan semangat, disertai ikhlas niat, pasti dapat dengan selamat “.
 
biasanya membaca Kitab Ihya khusus dari ayah MamySa", , a) begitu dengan logat Cianjurnya.
Di Madrasah dan internat inilah Sayyid Muhammad bin Hasyim mendidik, menerapkan ajaran Islam, menggemleng pemuda-pemuda yang berwatak, calon pahlawan/ Da’i/ Muballig dan Ulama.
 
== Pekalongan dan Syamailul Huda ==
Syamailul Huda dan internatnya, laksana Masjidil Harom dan Darul Arqom di zaman Rosulullah saw. Pemuda-pemuda didikan Rosulullah saw di Darul Arqom, kadar Islamnya kuat, keyakinannya bulat, akhlaqul karimahnya mengkilat, terlihat sinarnya memancar dari pribadi-pribadi para sahabat dikala itu, mereka berpegang teguh kepada amanah Rosulullah S.A.W
Hidup terpuji dimata masyarakat bangsa, mati syahid perlaya di medan laga membela agama Allah swt.
 
[[Pekalongan]] sebuah kota kecil yang berhasil mencetak [[kader]]-kader Muslim yang militan dan berwatak, membina mental pemuda -pemuda Islam yang berjiwa pahlawan dan bercita-cita tinggi menuju Indonesia Merdeka dengan landasan Kalimatullahi Hiyal ‘Ulya.
Pada tahun 1918 putra-putra Cianjur, murid-murid pilihan dari madrasah AI-I’anah berangkat ke Pekalongan menuju Syamailul Huda. Putra-putra pilihan itu ialah
*1. Rd. Abdullah, <ref>Abdullah</ref> [http://aziachmad.wordpress.com/galeri/foto-ulama/kh-abdullah-bin-nuh/]
*2. Rd. M.Zen,
*3. Rd. Taefur Yusuf ,
*4. Rd. Asy’ari,
*5. Rd. Akung,
*6. Rd. M. Soleh Qurowi
 
Di [[kota Pekalongan]] telah berdiri sebuah madrasah Arabiyyah yang benama “Syamailul Huda” yang terletak di Jl. Dahrian (sekarang Jl. Semarang). Madrasah tersebut mempunyai sebuah internat (pondok pesantren) dipinggiran Jl. Raya, di tengah-tengah keramaian manusia, bahkan tepat berhadap-hadapan dengan sebuah gedung bioskop. "Nakhoda" madrasah tersebut ialah seorang Sayyid keturunan Hadrol Maut bernama: Sayyid Muhammad bin Hasyim bin Tohir AI-‘Alawi Al-Hadromi. Ia seorang ‘Alim yang berjiwa besar, bercita-cita tinggi, berpandangan luas. Ia tak mengenal payah dan lelah, tak ingin melihat putra-putri Islam tidak maju. Ia bersemboyan: “Sekali maju tetap maju, bekerja dengan semangat, disertai ikhlas niat, pasti dapat dengan selamat“.
Beliau-beliau inilah yang termasuk murid-murid dakhiliyyah yang bermukim di Internat (Pondok Pesantren) Syamailul Huda bersama-¬sama dengan teman-temannya yang berjumlah sekitar 30 orang (dari Ambon, Menado, Surabaya, Singapura, dan Malaysia/ daratan Malaka). Sahabat karib Rd. Abdullah bin Nuh pada waktu itu, yang masih ada sekarang, Al Ustadz Said bin Ahmad Bahuwairits (kelahiran Ambon) yang tinggal di alamat, JI. Surabaya No. 69 [[Pekalongan]], [[Jawa Tengah]] Beliau lebih tua usianya dan Rd. Abdullah bin Nuh, beliau dilahirkan di [[Ambon]] pada tahun 1904 (waktu di Syamailul Huda Rd. Abdullah bin Nuh kelas 3, AI Ustadz Said kelas 4).
 
Di Madrasah dan internat inilah Sayyid Muhammad bin Hasyim mendidik, menerapkan ajaran Islam, menggemleng pemuda-pemuda yang berwatak, calon pahlawan/Da’i/Muballig dan Ulama.
Banyak sekali kata-kata mutiara yang diucapkannya. Beliau memulai percakapan dengan kata-kata: “Waktu saya berziarah ke rumah Abdullah kebetulan waktu sholat Maghrib, saya tahu persis keadaan dalam rumahnya, hanya dua kamar yang sempit dan satu kamar mandi yang darurat. Padahal kalau melihat ilmunya, dan banyak murid-muridnya, dia itu orang besar, sudah tidak sesuai lagi. Tidak seperti orang-orang besar sekarang mobil-mobil banyak, gedung-gedungnya mewah, dengan rumah saya saja sudah jauh berbeda “(rumah AI Ustadz Said itu gedung dan besar sekali).
 
Syamailul Huda dan internatnya, laksana Masjidil Haram dan Darul Arqam pada zaman [[Muhammad|Rasulullah saw]]. Pemuda-pemuda didikan Rasulullah saw di Darul Arqam, kadar Islamnya kuat, keyakinannya bulat, akhlaqul karimahnya mengkilat, terlihat sinarnya memancar dari pribadi-pribadi para sahabat dikala itu, mereka berpegang teguh kepada amanah Rasulullah SAW.
Beliau (AI Ustadz Said) melanjutkan dengan ucapan beliau: “Maka dari gambaran suasana rumahnya yang sangat sederhana itu, Masya Allah - Masya Allah - Masya Allah, Abdullah sedang syugul lillahi Ta’ala, dia AZ-Zaahid”
*1. Inilah Ulama, ini waktu, mencari seperti itu tidak ada ;
*2. Abdullah tetap Abdullah sebagai Kiyai ;
*3. Ini hidup yang benar ;
*4. Ini thoriq (jalan) yang benar ;
*5. Abdullah saudara saya
 
Pada tahun 1918 putra-putra Cianjur, murid-murid pilihan dari madrasah Al-I’anah berangkat ke Pekalongan menuju Syamailul Huda. Putra-putra pilihan itu ialah
Ada beberapa Amanat-amanat beliau kepada putra-putri AI-Ustadz Abdullah bin Nuh:
* Rd. Abdullah,<ref>Abdullah</ref> [http://aziachmad.wordpress.com/galeri/foto-ulama/kh-abdullah-bin-nuh/]
*1. Berjalanlah menurut Abdullah bin Nuh ;
* Rd. M.Zen,
*2. Ana ad’uu lahum (Aku berdoa untuk mereka);
* Rd. Taefur Yusuf,
*3. Panggillah saya ‘aamii (anggaplah orang-tuanya) ;
* Rd. Asy’ari,
*4. Salam dari saya kepada keluarga Abdullah ;
* Rd. Akung,
*5. Dan minta foto Abdullah setetah mendekat wafat
* Rd. M. Soleh Qurowi
 
Mereka inilah yang termasuk murid-murid dakhiliyyah yang bermukim di Internat (Pondok Pesantren) Syamailul Huda bersama-sama dengan teman-temannya yang berjumlah sekitar 30 orang (dari [[Ambon]], [[Menado]], [[Surabaya]], [[Singapura]], dan [[Malaysia]]/daratan Malaka). Sahabat karib Rd. Abdullah bin Nuh pada waktu itu, yang masih ada sekarang, Al Ustadz Said bin Ahmad Bahuwairits (kelahiran Ambon) yang tinggal di alamat, Jl. Surabaya No. 69 [[Pekalongan]], [[Jawa Tengah]] Ia lebih tua usianya dan Rd. Abdullah bin Nuh, ia dilahirkan di [[Ambon]] pada tahun 1904 (waktu di Syamailul Huda Rd. Abdullah bin Nuh kelas 3, AI Ustadz Said kelas 4).
AI Ustadz Said bin Ahmad Bahuwairits memberi julukan kepada Rd. Abdullah bin Nuh dengan julukan: '''Al Ustadz''' , '''AI-‘Aalim''' ; '''Al-Adiib''' ; '''Azzahid''' ; '''Al-Mutawadli''' ; '''AI-Haliim.'''
 
Banyak sekali kata-kata mutiara yang diucapkannya. Ia memulai percakapan dengan kata-kata “Waktu saya berziarah ke rumah Abdullah kebetulan waktu sholat Maghrib, saya tahu persis keadaan dalam rumahnya, hanya dua kamar yang sempit dan satu kamar mandi yang darurat. Padahal kalau melihat ilmunya, dan banyak murid-muridnya, dia itu orang besar, sudah tidak sesuai lagi. Tidak seperti orang-orang besar sekarang mobil-mobil banyak, gedung-gedungnya mewah, dengan rumah saya saja sudah jauh berbeda (rumah Al Ustadz Said itu gedung dan besar sekali).
Madrasah Syamailul Huda ialah Samudra tempat menimba tinta mas Ilmu Ilahi. Internatnya laksana ladang tempat mendulang berlian llmu Agama Allah swt. Maka tidak sedikit pentolan-pentolan Ulama dan pahlawan yang dihasilkan dari Madrasah tersebut. Diantaranya yang berhasil dengan gemilang dan menonjol sekali Rd. Abdullah bin Nuh, putra Cianjur, sehingga beliau menjadi kesayangan gurunya.
 
Beliau (AI Ustadz Said) melanjutkan ucapannya: “Maka dari gambaran suasana rumahnya yang sangat sederhana itu, masya Allah - masya Allah - masya Allah, Abdullah sedang ''syugul'' lillahi Ta’ala, dia Az-Zaahid”
* Inilah Ulama, ini waktu, mencari seperti itu tidak ada ;
* Abdullah tetap Abdullah sebagai Kiyai ;
* Ini hidup yang benar ;
* Ini thoriq (jalan) yang benar ;
* Abdullah saudara saya
 
Ada beberapa Amanat-amanat ia kepada putra-putri AI-Ustadz Abdullah bin Nuh:
* Berjalanlah menurut Abdullah bin Nuh ;
* Ana ad’uu lahum (Aku berdoa untuk mereka);
* Panggillah saya ‘aamii (anggaplah orang-tuanya) ;
* Salam dari saya kepada keluarga Abdullah ;
* Dan minta foto Abdullah setetah mendekat wafat
 
AI Ustadz Said bin Ahmad Bahuwairits memberi julukan kepada Rd. Abdullah bin Nuh dengan julukan: '''Al Ustadz''', '''AI-‘Aalim''' ; '''Al-Adiib''' ; '''Azzahid''' ; '''Al-Mutawadli''' ; '''AI-Haliim.'''
 
Madrasah Syamailul Huda ialah samudera tempat menimba tinta mas Ilmu Ilahi. Internatnya laksana ladang tempat mendulang berlian llmu Agama [[Allah]] SWT. Maka tidak sedikit pentolan-pentolan Ulama dan pahlawan yang dihasilkan dari Madrasah tersebut. Di antaranya yang berhasil dengan gemilang dan menonjol sekali Rd. Abdullah bin Nuh, putra Cianjur, sehingga ia menjadi kesayangan gurunya.
Rd. Abdullah bin Nuh sewaktu duduk di kelas 4 kelas terakhir Syamailul Huda, telah turut aktif mengaji bersama-sama dengan para guru Madrasah tersebut. Jadi Rd. Abdullah bin Nuh sudah lebih dahulu maju dari teman-teman kakak kelasnya.
 
== SURABAYASurabaya DANdan HADROLHadrol MAUTMaut SCHOOLNYASchool ==
 
Kota [[Surabaya]] ialah kota yang terkenal ''arek-areknyaarek''-nya dipada zaman revolusi fisik dan jadimenjadi kebanggaan masyarakat Surabaya para patriotnya, dari kota 19 sampai kedesake desa-desa. Kira-kira pada akhir tahun 1922 AIAl-Ustadz Sayyid Muhammad bin Hasyim pindah ke Surabaya ; Rd. Abdullah bin Nuh dibawa dan dikembangkan bakatnya.
 
Di kotaKota Surabaya pada waktu itu ada sebuah gedung besar dan tinggi letaknya dekat jembatan besar di Jln. Darmokali (dulu Noyo Tangsi). Penulis melihat dimukadi muka gedung itu sebelah atas ada tulisan tahun 1914 waktu didirikannya. Di gedung inilah Sayyid Muhammad bin Hasyim mendirikan sekolah “Hadrolmaut School” untuk menyebar Ilmunyailmunya dan melatih anak-anak didik yang dibawanya dari Pekalongan, dalam rangka mengembangkan bakat dan penampilan kemampu§nkemampuan anak-anak didiknya tersebut.
 
Hadrolmaut ShoolSchool di Surabaya laksana Masjid [[Quba]] di [[Madinah]] sewaktu RosulullahRasulullah saw mulai menginjakkan kakinya dibumidi bumi Madinatul Munawwaroh: Tempat [[RosulullahMuhammad|Rasulullah saw]], mempersaudarakan ummat yang berbeda-beda bakat dan adat istiadat, tempat mempersatukan kaum [[Muslimin]] yang bermacam-macam fahampaham dan pendapatnya, tempat RosulullahRasulullah saw mengatur siasat; bermasyarakat dan lain-lain.
 
Gedung “Hadrolmaut School” ialah tempat Rd. Abdullah bin Nuh dan teman-temannya dididik, dibina, digembleng cara praktekpraktik mengajar, berpidato, memimpin dan lain-lain yang dipertukan. Rd. Abdullah bin Nuh di samping diperbantukan mengajar di sekolah tersebut, ia tidak henti-hentinya menyerap dan menerima bermacam-macam ilmu Agama dan Umum, mempelajari beraneka ragam [[bahasa]] dari gurunya. Demikianlah keadaan Rd. Abdullah bin Nuh di kota Surabaya, ia berjiwa arek-arek Suroboyo yang paling lincah berjuang. Dengan ilmunya yang mendalam, jiwa yang suci dan kemauannya yang kuat, maka ia terpilih sebagai siswa yang akan dibawa ke Mesir oleh gurunya besama-sama dengan teman-temannya, sebanyak 15 orang.
Rd. Abdullah bin Nuh disamping diperbantukan mengajar disekolah tersebut, beliau tidak henti-hentinya menyerap dan menerima bermacam-macam ilmu Agama dan Umum, mempelajari beraneka ragam [[bahasa]] dari gurunya. Demikianlah keadaan Rd. Abdullah bin Nuh di kota Surabaya, beliau berjiwa arek-arek Suroboyo yang paling lincah berjuang. Dengan ilmunya yang mendalam, jiwa yang suci dan kemauannya yang kuat, maka beliau terpilih sebagai siswa yang akan dibawa ke Mesir oleh gurunya besama-sama dengan teman-temannya, sebanyak 15 orang.
 
Teman Rd. Abdulah bin Nuh yang bersama-sama belajar di Mesir yang masih ada di Kota Surabaya sekarang, ialahdialah AI-Ustadz Abdul Razak AI-‘Amudi di kompleks IAIN Wonocolo. BeliaulahIalah yang menyandang gelar: Syahadatul Aalimiyah dari “Jami’atul Azhar” dan Deblum Daril ‘Ulumil ‘Ulya dari Madrasah Darul ‘Ulumul ‘Ulya.
 
== MESIRMesir DANdan ALAl-AZHARNYAAzharnya ==
 
Bertepatan dengan didudukinya Kota [[Makkah]] ALAl-Mukarromah oleh kaum Wahabiyyin dan keluarnya Malik Husen meninggalkan [[Makkah]] pada tahun 1343 H (_+± tahun 1925 M), AI-Ustadz Rd. Abdullah bin Nuh bersama sama teman-temannya yang 15 orang itu dibawa gurunya ke Mesir untuk melanjutkan pelajarannya. Perguruan Tinggi di Mesir pada waktu itu hanya dua :
 
=== Jami’atul Azhar ( [[Syari’ah]] ) ===
diDi Fakultas ini, lama belajarnya 6 tahun mendapat gelar : '''Syahadatul ‘Alimiyah'' dan kalau belajar 3 tahun mendapat gelar : '''Syahadatul Ahliyyah.'''
 
=== Madrasah Darul’ Ulum AI-‘Ulya (AIAl-Adaab) ===
 
Lama belajar 4 tahun mendapat gelar: '''Deblum Daril ‘Ulumil ‘Ulya''' Syarat-syarat masuk Jami’atul Azhar diantaranyadi antaranya harus hafal AI-Qur’an 30 Juz. Tetapi murid-murid yang dibawa oleh AIlI-Ustadz Sayyid Muhammad bin Hasyim yang 15 orang itu mendapat prioritas diterima dengan hafal beberapa surat. Pengecualian ini menunjukkan kebesaran dan keberkahan murid-murid AI-Ustadz Sayyid Muhammad bin Hasyim. AI-Ustadz Rd. Abdullah bin Nuh bersama-sama dengan teman-temannya mula-mula bertempat tinggal di Syari’ul Hilmiyyah, lalu berpindah ke Syari’ul Bi’tsah Bi Midanil Abbasiyah. Pelayannya orang-orang Yaman.
 
Siang dan malam AIAl-Ustadz Rd. Abdullah bin Nuh tidak henti-hentinya belajar. Waktu adalah betul-betul berharga bagi betiau. Keluar dari Jami’atul Azhar beliauia pulang hanya mengganti pakaian, memakai pantalon, berdasi dan memakai torbus, terus mengikuti pengajian-pengajian di luar AI-Azhar. Mahasiswa AIAl-Azhar mempunyai ciri khas ialah berjubah dan bersorban dibalutkan dikepala (udeng).
 
AI-Ustadz Rd. Abdullah bin Nuh di [[Mesir]] sudah tidak mempelajari [[bahasa Arab]] lagi, karena beliauia ketika masih di [[Indonesia]] sudah benar-benar pandai dan ahli, mengusaimenguasai berbagai bahasa. BeliauIa di Mesir hanya belajar fak. Fiqih (ini menurut cerita beliauia kepada salah seorang muridnya, katanya dalam bahasa Sunda "Mama mah di Mesir teh mung diajar ilmu fiqih wungkul”. Selanjutnya beliauia bertanya:, “Dupi salira kitab-kitab fiqih naon anu parantos diaos?" Dijawab oleh muridnya dengan menyebutkan beberapa kitab Fiqih. Setelah sampai menyebut kitab Iqna, maka beliauia berkata: “Mama mah tamatna Iqna teh di Mesir, ari salira mah tamat Iqna teh di Indonesia.”
 
Dengan berkah ketekunan dan kesungguh-sungguhan, maka AI-Ustadz Abdullah bin Nuh di Mesir telah kelihatan sebagai seorang Pelajar yang paling cakap di dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan. AI-Ustadz Abdur Rozzaq berpendapat: “Sebabnya Abdullah itu mempunyai kelainan daripada teman-¬temanya yang semasa, karena dia mendapatkan banyak ilmu dari hasil muthola’ah. Muthola’ah satu kitab saja sampai 10 kali. Inilah syarat muthola’ah kata AI-Ustadz Abdullah bin Nuh. DiantaraDi antara kitab yang didawamkan muthola’ah : ialah kitab : ARABArab 2
AI-Ustadz Abdullah bin Nuh belajar di Mesir hanya selama dua tahun, dikarenakan putra gurunya yang beliauia temani tidak merasa betah dan gurunya pulang ke Hadrolmaut, maka AIAl-Ustadz Rd. Abdullah bin Nuh pun pulang ke Indonesia. Inilah riwayat hidup singkat beliauia masa belajar/ tholabul’ilmi atau masantren.
 
== MADRASAHMadrasah PSA P.S.A.==
 
Pada tahun 1927 AI-Ustadz Rd. Abdullah bin Nuh pulang dari Mesir ke Indonesia ([[Cianjur]]. Pada akhir tahun 1927 pergi ke [[Bogor]] (Ciwaringin). BeliauIa mengajar: 1. Didi Madrasah Islamiyyah yang didirikan oleh Mama Ajengan Rd. Haji Manshur.2.Para, para Mu’allim yang berada di sekitar Bogor dikepalai oleh Mualim H. Muhammad Arsyad Bin H. Imammudin dari Bojong Neros Bogor.
Pada awal tahun 1928 beliauia pindah ke [[Semarang]] tetapi tidak lama yaitu hanya 2 (dua) bulan, kemudian kembali ke Bogor. Lalu pulang lagi ke Cianjur dan beliauia membantu (jadi guru bantu) mengajar di AI-I’anah, waktu itu nadhirnya AI-Ustadz Rd. H.M. Sholeh AI-Madani (sekitar tahun 1930). Setelah itu beliauia pergi lagi ke Bogor kedua kalinya dan bertempat tinggal di Panaragan. Pekerjaan beliau adalah: mengajar para kyai dan menjadi korektor Percetakan Ihtiar
*'''''Mengajar(Inventaris para kyaiS.I.)'''''
*'''''Jadi korektor Percetakan IHTIAR (Inventaris S.I.)'''''
 
Pada tahun 1934 di [[Bogor]] (di Ciwaringin) didirikan Madrasah P.S.A. (Penolong Sekolah Agama). Maksud didirkannya PSA adalah untuk mempersatukan madrasah-madrasah yang ada di sekitar Bogor yang berada di bawah asuhan Mama Ajengan Rd. H. Manshur dengan mualim H. Muhammad Arsyad bin H. Imammudin.
 
Susunan Pengurus P.S.A. ialah :Ketua, Mama Ajengan Rd. H. Mansur, Sekretaris M.B. Nurdin (Marah Bagindo), Inspektur K. Usman Perak. Ketua Dewan Guru/ Direktur. AI-Ustadz Rd.H.Abdullah bin Nuh, Pembantu/ Sekretaris Rd. Ali Basah beserta H. Muhammad Arsyad. Selain memimpin madrasah-madrasah, juga AI-Ustadz mengajar di MULO (SLTP). Pada tahun 1939 Madrasah P.S.A, pindah ke jalan Bioskop (JI, Mayor Oking, yang sekarang dipakai Masjid) Dari tahun 1939 s.d 1942 ia tetap bertempat tinggal di Panaragan dan setiap hari mengajar ngaji para Kyai. Walaupun AI-Ustadz Rd. H. Abdullah bin Nuh ilmunya telah begitu banyak, tetapi selama di Bogor ia masih terus menambah ilmunya dari seorang ulama (Mufti Malaya) yaitu Sayyid ‘Ali bin Thohir dan Haji Muhammad Arysad dari Bojong Neros.
Selain memimpin madrasah-madrasah, juga AI-Ustadz mengajar di MULO (SLTP). Pada tahun 1939 Madrasah P.S.A, pindah ke jalan Bioskop (JI, Mayor Oking, yang sekarang dipakai Mesjid)
Dari tahun 1939 s.d 1942 beliau tetap bertempat tinggal di Panaragan dan setiap hari mengajar ngaji para Kyai. Walaupun AI-Ustadz Rd. H. Abdullah bin Nuh ilmunya telah begitu banyak, tetapi selama di Bogor beliau masih terus menambah ilmunya dari seorang ulama (Mufti Malaya) yaitu Sayyid ‘Ali bin Thohir.
 
== Pejuang kemerdekaan<ref>Ulama Pejuang</ref> [http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/12/08/05/m8af67-kh-abdullah-bin-nuh-ulama-pejuang-dari] ==
== PEJUANG KEMERDEKAAN ==
<ref>Ulama Pejuang</ref> [http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/12/08/05/m8af67-kh-abdullah-bin-nuh-ulama-pejuang-dari]
 
Sejarah mencatat bahwa [[PETA]] lahir pada bulan Nopember[[November]] [[1943]], lalu diikuti lahirnya HIZBULLAHHizbullah beberapa minggu kemudian di mana para alim ulama kemudian masuk menjadi anggota organisasi itu. Tahun 1943 tersebut benar benar merupakan tahun penderitaan yang amat berat khususnya bagi umat Islam dan bagi bangsa Indonesia secara keseluruhan. Boleh dikatakan bahwa saat itu adalah merupakan salah satu ujian paling berat bagi bangsa Indonesia. Pada akhir tahun 1943 itulah AI-Ustadz Rd. H. Abdullah bin Nuh masuk PETA dengan pangkat [[DAIDANCODaidanco]] yang berasrama di Semplak Bogor.
 
Lalu pulang lagi ke [[Cianjur]] dan beliauia membantu (jadi guru bantu) mengajar di AIAl-I’anah, waktu itu nadhirnya AIAl-Ustadz Rd. H.M. Sholeh AI-Madani (sekitar tahun 1930). Setelah itu beliauia pergi lagi ke Bogor kedua kalinya dan bertempat tinggal di Panaragan. Pekerjaan beliauia adalah: 1. Mengajar para kyai. 2. Jadi korektor Percetakan IHTIARIhtiar (Inventaris S.I.)
 
Pemimpin-pemimpin umat ini, para alim ulama di sana-sini ditangkap oleh Dai Nippon, diantaranyadi antaranya Hadlorotnya Syekh Hasyim Asy’ari pimpinan Pondok [[Pesantren Tebu Ireng]]. BeliauIa dipenjarakan di Bubutan, [[Surabaya]]. Di [[Jawa Barat]] perlakuan serupa dilakukan terhadap KH. Zainal Mustofa, Tasikmalaya, bahkan sampai gugurnya karena di siksadisiksa Dai Nippon. BeliauIa adalah Pemimpin Pondok Pesantren Sukamanah, Tasikmalaya.
Tanggal 6 Agustus 1945 senjata dahsyat bom atom dijatuhkan Amerika Serikat di atas kota Hiroshima, disusul kemudian tanggal 9 Agustus born atom gelombang kedua dijatuhkan pula di atas Nagasaki. Sekutu mengumandangkan kemenangannya. Bangsa Indonesia saat itu sangat optimis dengan tekuk lututnya Jepang terhadap sekutu. Ternyata pada tanggal [[17 Agustus 1945]] beberapa hari setelah pembomanpengeboman terhadap kedua kota itu kita bangsa Indonesia memperoleh hikmah, yaitu kemerdekaan yang diperoklamirkan oleh [[Bung Karno]] dan [[Bung Hatta]]. ApakahIni iniadalah bukan rohmatrahmat dari Allah swt ?.
 
Cobaan demi cobaan telah dan akan selalu kita hadapidihadapi. Pada tanggal 19 September 1945 di Surabaya terjadi peristiwa besar yang merupakan titik awal yang menyulut semangat kepahlawanan rakyat Surabaya. Beberapa personilpersonel Belanda yang saat itu membonceng sekutu berhasil menyamar sebagai Missi Sekutu mengibarkan bendera merah putih biru di Hotel Yamato, Tunjungan Surabaya. Kemudian personilpersonel Belanda lainnya setelah tiba di Tanjung Priok merayap keseluruh pelosok Jawa di antaranya ke [[Bandung]], [[Yogyakarta|Yogya]], [[Magelang]] dan [[Surabaya]]. iniIni merupakan tantangan berat lagi bagi bangsa Indonesia. Namun demikian rakyat tiada mengenal mundur atau menyerah.
Begitu pula AI-Ustadz Rd. H. Abdullah bin Nuh terus melanjutkan perjuangan mempertahankan kemerdekaan dengan memimpin barisan Hizbutlah dan BKRI TKR di kota [[Cianjur]] bersama-sama dengan barisan lainnya hingga pertengahan tahun 1945.
 
Pada tanggal 21 Romadhon[[Ramadhan]] 1363 H/ 29 Agustus 1945 M, di Jakarta dibentuk Komite Nasional Indonesia Pusat (KNlPKNIP) dan sekaligus melangsungkan sidang pertamanya. Ketua KNIP ditetapkan Mr. Kasman Singodimedjo, salah seorang bakes Daidanco PETA Jakarta. Anggota KNIP diantaranyadi antaranya adalah AIAl-¬Ustadz Rd. Abdullah bin Nuh. Pada tanggal 4 Juni 1946 PemerintahanPpemerintahan R.I.RI pindah ke Jogyakarta.[pagebreak[Yogyakarta]].
JOGYAKARTA DAN P.T.I. NYA (SEKARANG UII)
Yogyakarta adalah sebuah kota kecil yang mendadak menjadi ibukota Repbulik Indonesia dan pusat segala kegiatan politik. Semenjak awal 1946, situasi politik terus meningkat dan ketegangan serta pergolakan terjadi di mana-mana. Jogyakarta amat berat memikul beban nasional di atas pundaknya. Namun AI-Ustadz Rd. H. Abdullah bin Nuh adalah benar-benar seorang ulama pejuang yang pandai membagi waktu. Walaupun tugas beliau sangat berat, sebagai tentara yang mewakili Jawa Barat dan anggota KNIP lainnya, namun beliau masih sempat mendirikan RRI Jogyakarta siaran Bahasa Arab dan kemudian mendirikan STI (Sekolah Tinggi Islam/ UII) bersama dengan KH. Abdul Kohar Muzakkir.
 
== Yogyakarta dan PTI (sekarang UII) ==
Yang lebih unik lagi ialah tidak melupakan tugas kekiyaian, yaitu mengajar ngaji. Hasil didikan beliau waktu di Jogyakarta diantaranya adalah Ibu Mursyidah dan AI-Ustadz Basyori Alwi, yang telah berhasil membuka Pesantren yang megah di JI. Singosari No.90 dekat kota Malang, dan banyak lagi Asatidz tempaan beliau.
 
[[Yogyakarta]] adalah sebuah kota kecil yang mendadak menjadi ibu kota [[Republik Indonesia]] dan pusat segala kegiatan politik. Semenjak awal 1946, situasi politik terus meningkat dan ketegangan serta pergolakan terjadi di mana-mana. Yogyakarta amat berat memikul beban nasional di atas pundaknya. Namun AI-Ustadz Rd. H. Abdullah bin Nuh adalah benar-benar seorang ulama pejuang yang pandai membagi waktu. Walaupun tugas ia sangat berat, sebagai tentara yang mewakili Jawa Barat dan anggota KNIP lainnya, namun ia masih sempat mendirikan RRI Yogyakarta siaran bahasa Arab dan kemudian mendirikan STI (Sekolah Tinggi Islam/ UII) bersama dengan KH. Abdul Kohar Muzakkir.
Pada bulan Desember 1948 Jogyakarta bezet (diduduki tentara Belanda). Tentara RI mundur dari kota Jogya dan terjadilah perang gerilya selama 6 bulan, mulai dari Desember 1948 s.d. Juni 1949. Perang gerilya ini dilakukan pula oleh para pejabat, walaupun dia itu adalah seorang Menteri.
Pada bulan Juni itulah (tepatnya tanggal 5) AI-Ustadz Rd. H. Abdullah bin Nuh menikah dengan Ibu Mursyidah, salah seorang puteri didiknya yang telah disebut tadi.
 
Yang lebih unik lagi ialah tidak melupakan tugas kekiyaian, yaitu mengajar ngaji. Hasil didikan ia waktu di Yogyakarta di antaranya adalah Ibu Mursyidah dan AI-Ustadz Basyori Alwi, yang telah berhasil membuka Pesantren yang megah di JI. Singosari No.90 dekat kota Malang, dan banyak lagi Asatidz tempaan ia.
Tanggal 29 Juni 1949 setelah tentara Belanda meninggalkan Jogyakarta, pasukan Republik Indonesia yang sedang bergerilya bersama rakyat masuk kembali ke Jogyakarta. Itu berarti bahwa, Jogyakarta kembali menjadi Ibukota Republik Indonesia.
Sejarah pertama kali mencatat, yaitu tanggai 17 Desember 1946, Bung Karno dilantik menjadi Presiden Republik Indonesia Serikat dengan mengambil tempat di Kraton Jogyakarta. Kemudian diakhir tahun 1949 Pemerintah RI pindah ke Jakarta, dan saat itu pulalah AI-Ustadz Rd. H. Abdullah bin Nuh bersama ibu Mursyidah (isterinya) hijrah ke Jakarta.
 
Pada bulan Desember 1948 [[Yogyakarta]] ''bezet'' (diduduki tentara Belanda). Tentara RI mundur dari Kota Yogya dan terjadilah perang gerilya selama 6 bulan, mulai dari Desember 1948 s.d. Juni 1949. Perang gerilya ini dilakukan pula oleh para pejabat, walaupun dia itu adalah seorang Menteri.
== JAKARTA DAN UI-NYA ==
Pada bulan Juni itulah (tepatnya tanggal 5) AI-Ustadz Rd. H. Abdullah bin Nuh menikah dengan Ibu Mursyidah, salah seorang puteri didiknya yang telah disebut tadi.
 
Tanggal 29 Juni 1949 setelah tentara Belanda meninggalkan Yogyakarta, pasukan Republik Indonesia yang sedang bergerilya bersama rakyat masuk kembali ke Yogyakarta. Itu berarti bahwa, Yogyakarta kembali menjadi Ibu kota Republik Indonesia. Sejarah pertama kali mencatat, yaitu tanggai 17 Desember 1946, Bung Karno dilantik menjadi Presiden Republik Indonesia Serikat dengan mengambil tempat di Keraton Yogyakarta. Kemudian di akhir tahun 1949 Pemerintah RI pindah ke Jakarta, dan saat itu pulalah AI-Ustadz Rd. H. Abdullah bin Nuh bersama ibu Mursyidah (istrinya) hijrah ke Jakarta.
Setelah melalui liku-liku hidup dan mengarungi pasang surutnya gelombang perjuangan, keluarga AI-Ustadz Rd. Abdullah bin Nuh menetap di Jakarta selama lebih kurang 20 tahun, yaitu mulai tahun 1950 s.d. 1970, Di Jakarta inilah beliau menjadikan ibukota sebagai arena pengabdiannya kepada Allah swt dan kepada hamba-Nya. Beliau mengajar ngaji para asatidz/ Mu’allimin, memimpin Majlis-majlis Ta’lim, menjabat sebagai Kepala Seksi Bahasa Arab pada Studio RRI Pusat. Selain itu juga aktif dalam kantor berita APB (Arabian Press Board). Kemudian pernah pula menjadi Dosen UI (Universitas Indonesia) bagian Sastra Arab, pemimpin Majalah Pembina dan Ketua Lembaga Penyelidikan Islam.
 
== Jakarta dan UI ==
Di samping itu pada tahun 1959 sebelum kepindahan ke Kota Bogor, beliau telah aktif memimpin pengajian-pengajian di Bogor, yaitu :1. Majlis Ta’lim Sukaraja (AI-Ustadz Rd. Hidayat) 2. Majlis Ta’fim Babakan Sirna (AI-Ustadz Rd. Hasan) 3. Majlis Ta’lim Gang Ardio (KH. Ilyas) 4. Majlis Ta’lim Kebon Kopi (Mu’allim Hamim)
Dan akhirnya pada tanggal 20 Mei 1970 Mama hijrah dari Jakarta ke Bogor.
 
Setelah melalui liku-liku hidup dan mengarungi pasang surutnya gelombang perjuangan, keluarga Al-Ustadz Rd. Abdullah bin Nuh menetap di [[Jakarta]] selama lebih kurang 20 tahun, yaitu mulai tahun 1950 s.d. 1970, Di Jakarta inilah ia menjadikan ibu kota sebagai arena pengabdiannya kepada Allah SWT dan kepada hamba-Nya. Ia mengajar mengaji para asatidz/ Mu’allimin, memimpin Majlis-majlis Ta’lim, menjabat sebagai Kepala Seksi Bahasa Arab pada Studio RRI Pusat. Selain itu juga aktif dalam kantor berita APB (Arabian Press Board). Kemudian pernah pula menjadi Dosen UI (Universitas Indonesia) bagian Sastra Arab, pemimpin Majalah Pembina dan Ketua Lembaga Penyelidikan Islam.
== MAMA DAN “AL-GHAZALY” ==
 
Di samping itu pada tahun 1959 sebelum kepindahan ke Kota Bogor, ia telah aktif memimpin pengajian-pengajian di Bogor antara lain:
YIC “AI-Ghazaly” ialah Pusat Pendidikan Islam (Pesantren, Majlis Ta’lim, sekolah umum dan madrasah Diniyah).
“AI-Ghazaly” sudah tidak asing lagi bagi Ummat Islam warga Bogor. YIC “AI-Ghazaly” memiliki empat lokasi yaitu: AG I di Kotaparis , AG II di Cimanggu (H. Firdaus), AG III di Cimanggu Perikanan dan AG IV di Cibogor.
YIC “AI-Ghazaly” adalah Mazro’atul Akhiroh (ladang akherat) Mama. Tempat Mama memberikan pelajaran kepada para Ustadz dan kyai-kyai yang berada di sekitar Bogor, bahkan ada pula yang datang dari Jakarta, Cianjur, Bandung dan Sukabumi.
Majlis-majlis Ta’lim yang ada dalam asuhan Mama adalah : AI-Ghazaly (Kotaparis) AI-Ihya(Batu Tapak) AI-Husna (Layungsari) Nurul Imdad (Babakan Fakultas, belakang IPB) Nahjussalam (Sukaraja).
 
# Majlis Ta’lim Sukaraja (AI-Ustadz Rd. Hidayat)
Kesemuanya itu adalah tempat pengabdian Mama setelah usianya lanjut. Bagi Mama tiada hari tanpa kuliah shubuh. Kegiatan rutin setiap minggunya adalah hari Senin s.d. Kamis di Majlis Ta’lim AI-Ihya, Jum’at s.d. Ahad di AI-Ghazaly, sedangkan Ahad siang (ba’da dzuhur) di Nahjussalam Sukaraja.
# Majlis Ta’fim Babakan Sirna (AI-Ustadz Rd. Hasan)
# Majlis Ta’lim Gang Ardio (KH. Ilyas)
# Majlis Ta’lim Kebon Kopi (Mu’allim Hamim).
 
== Seputar ==
Selain itu, Mama juga mengadakan pengajian khusus untuk para pemuda dan pelajar, mahasiswa/ mahasiswi. Demikian kegiatan Mama di “AI-Ghazaly” yang tidak mengenal istirahat.
=== Ahlul Bait Mama / Keturunan ===
 
==== Ibu Cianjur dan putra-putrinya ====
Ibu Cianjur Ny. Rd. Mariyah (Alm.) putra-putrinya adalah:
==== Ibu Bogor dan putra-putrinya ====
 
Ibu Bogor adalah Dra. Hj. Mursyidah (Ummul Ghazaliyyin),
== MAMA DAN “NAHJUSSALAM” ==
Putra-putrinya adalah:
==== Rd. H. Toto Mustofa ====
 
Ulama Kharismatik itu telah pulang ke Rahmatullah dan akan menerima keridhaan Allah. Kita yang ditinggalkan Wajib melanjutkan Amanat Mama kita, melaksanakan Thoriqoh Mama, kita jalankan. Mudah-mudahan riwayat hidup Mama yang ringkas ini menjadi cermin untuk kita semuanya kaum muslimin-muslimat, baik tua maupun muda.
Nahjus Salam ialah Pesantren idaman Mama yang belum terlaksana dengan sempurna dan tentunya.wajib kita tanjutkan sampai tuntas. Jauh sebelum merencanakan “Nahjus Salam”, Mama pernah mengutarakan keinginannya kepada salah seorang muridnya: “Mama ingin sekali punya Pesantren”. Kemudian muridnya itu bertanya: “Didaerah mana Mama ingin mendirikan Pesantren itu? Di Bogor Timur, Ciluar atau di Cianjur?” Mama menjawab: Di Sukaraja. Muridnya masih penasaran, kemudian melanjutkan pertanyaannya: “Kenapa ingin di Sukaraja?” Beliau menjawab:
Ingin dekat dengan makam eyang Mama (Kanjeng Dalem)
Melaksanakan amanat Mama Ajengan Manshur (Bilamana Mama Ajengan Manshur wafat, harus diteruskan oleh beliau).
Ingin istirahat total
Penulis pada waktu itu tidak memperhatikan akan arti dan kandungan obrolan Mama yang sebenarnya mendalam serta penuh dengan isyarat itu.
 
==== Amanah beliau ====
Maka pada hari Sabtu tanggal 1 Muharram 1404 H, bertepatan dengan tanggal 8 Oktober 1983, dimulailah pembangunan fisik Pesantren Nahjus Salam yang diprakarsai oleh para putera Almarhum Rd. H. Jamhur Ciwaringin Tanah Sewa beserta sesepuh dan warga Sukaraja AI-Ustadz Hasanuddin. Bangunan Pesantren tersebut selesai pada akhir bulan Rajab tahun itu juga. Peresmian yang langsung diisi oleh Mama dilaksanakan hari Jum’at tanggal 25 Rajab 1404 H/ 27 April 1984, dan hari Ahad tanggal 12-Sya’ban (lebih kurang 2 minggu setelah peresmian) dimulai pengajian di Nahjus Salam.
Di dalam mengarungi dunia yang penuh dengan godaan dan sarat dengan fitnah, Mama memberikan amanah kepada penulis tentang cara menghadapi manusia-manusia pada abad modern ini, yaitu
* Harus berpendirian,
* Khumul:tidak ternama
* Malamih: Manampakkan roman muka Tawakal kepada Allah SWT.
Insya Allah selamat dari godaan dan fitnah.
=== Mama dan “Al-Ghazaly” ===
 
YIC “AI-Ghazaly” ialah Pusat Pendidikan Islam (Pesantren, Majlis Ta’lim, sekolah umum dan madrasah Diniyah).
Keinginan Mama selalu terkabul, sukses dan Barokah. Maunahnya mutai nampak dan terlihat oleh khalayak ramai. Padahal menurut penulis setelah mengamati dan selalu memperhatikan gerak-geriknya, Mama memiliki keutamaan (kelebihan) ilmu, dan maunahnya telah terlihat dan terasa sejak Mama mulai menetap di Bogor. Pernah penulis alami ketika pada suatu kejadian yang membuktikan tentang itu.
“AI-Ghazaly” sudah tidak asing lagi bagi Ummat Islam warga Bogor. YIC “AI-Ghazaly” memiliki empat lokasi yaitu: AG I di Kotaparis, AG II di Cimanggu (H. Firdaus), AG III di Cimanggu Perikanan dan AG IV di Cibogor.
YIC “AI-Ghazaly” adalah Mazro’atul Akhiroh (ladang akhirat) Mama. Tempat Mama memberikan pelajaran kepada para Ustadz dan kyai-kyai yang berada di sekitar Bogor, bahkan ada pula yang datang dari Jakarta, Cianjur, Bandung dan Sukabumi.
Majlis-majlis Ta’lim yang ada dalam asuhan Mama adalah: AI-Ghazaly (Kotaparis) AI-Ihya(Batu Tapak) Al-Khaeriyah (Bojong Neros) AI-Husna (Layungsari) Nurul Imdad (Babakan Fakultas, belakang IPB) Nahjussalam (Sukaraja).
 
Kesemuanya itu adalah tempat pengabdian Mama setelah usianya lanjut. Bagi Mama tiada hari tanpa kuliah shubuh. Kegiatan rutin setiap minggunya adalah hari Senin s.d. Kamis di Majlis Ta’lim AI-Ihya, Jumat s.d. Ahad di AI-Ghazaly, sedangkan Ahad siang (ba’da dzuhur) di Nahjussalam Sukaraja.
Kira-kira tahun 1973 Mama bersama penulis berziarah kepada seorang kyai yang telah dianggap wali oleh para Ulama yang tahu tentang keadaan kyai itu. Ada tiga keanehan menurut penulis yang sangat mencolok pada pribadi Mama saat itu: Pertama: Bukan Mama yang masuk ke kamar Kyai yang sedang sakit berat itu, tetapi justru kyailah yang datang menemui Mama di ruang tamu. Kedua: Mama memohon di do’akan oleh Kyai itu, tetapi keadaan sebaliknya yang terjadi, yakni Kyailah yang meminta di do’akan. Akhirnya Mama-lah yang berdo’a. Kyai bersama penulis mengamini.Ketiga: Ketika Mama permisi, kyai itu mengantarkan sampai ke pintu gerbang pekarangan rumahnya, sedangkan Kyai itu tidak pernah melakukannya terhadap siapapun.
 
Selain itu, Mama juga mengadakan pengajian khusus untuk para pemuda dan pelajar, mahasiswa/ mahasiswi. Demikian kegiatan Mama di “AI-Ghazaly” yang tidak mengenal istirahat.
Dengan ketiga hal yang menurut penulis mengandung keanehan itu, membuktikan bahwa derajat Mama sudah lain dari pada yang lain. Obrolan Mama mengenai “ingin istirahat total” ini merupakan isyarat bahwa kepulangan Mama ke Rahmatullah telah mendekat. Karena hanya wafatnya hamba kekasih Allahlah yang termasuk dan boleh dikatakan “Istirahat Total”. Permohonan Mama ingin istirahat total dikabulkan oleh Allah swt.
==== MAMA DAN “NAHJUSSALAM” ====
 
Nahjus Salam ialah Pesantren idaman Mama yang belum terlaksana dengan sempurna dan tentunya.wajib kita tanjutkan sampai tuntas. Jauh sebelum merencanakan “Nahjus Salam”, Mama pernah mengutarakan keinginannya kepada salah seorang muridnya: “Mama ingin sekali punya Pesantren”. Kemudian muridnya itu bertanya: “Didaerah mana Mama ingin mendirikan Pesantren itu? Di Bogor Timur, Ciluar atau di Cianjur?” Mama menjawab: "Di Sukaraja" Muridnya masih penasaran, kemudian melanjutkan pertanyaannya: “Kenapa ingin di Sukaraja?” Ia menjawab:
Pada hari senin malam selasa, jam 19.15 WIB ba’da Isya, tanggal 26 Oktober 1987 bertepatan dengan tanggal 4 Robi’ul Awwal 1408 H beliau pulang ke Rahmatullah. “Innaa Lillaahi wa Inna Ilaihi Rooji’uuna”. Thoriqoh Mama ada tiga: 1. Mengajar2. Muthola’ah 3. Mengarang.
"Ingin dekat dengan makam eyang Mama (Kanjeng Dalem)"
Melaksanakan amanat Mama Ajengan Manshur (Bilamana Mama Ajengan Manshur wafat, harus diteruskan oleh ia).
 
==== Ingin istirahat total ====
Di mana saja Mama tinggal, Mama betah, asal Mama bisa menjalankan yang tiga itu dengan tenang. Jadi jelaslah, pindahnya Mama dan satu daerah ke daerah lain adalah termasuk : yang mudah-mudahan pulangnya Mama ke Rahmatullah pun demikian adanya, hijrah kepada keridhoan Allah swt.
Penulis pada waktu itu tidak memperhatikan akan arti dan kandungan obrolan Mama yang sebenarnya mendalam serta penuh dengan isyarat itu.
 
Maka pada hari Sabtu tanggal 1 Muharram 1404 H, bertepatan dengan tanggal 8 Oktober 1983, dimulailah pembangunan fisik Pesantren Nahjus Salam yang diprakarsai oleh para putera Almarhum Rd. H. Jamhur Ciwaringin Tanah Sewa beserta sesepuh dan warga Sukaraja AI-Ustadz Hasanuddin. Bangunan Pesantren tersebut selesai pada akhir bulan Rajab tahun itu juga. Peresmian yang langsung diisi oleh Mama dilaksanakan hari Jum’at tanggal 25 Rajab 1404 H/ 27 April 1984, dan hari Ahad tanggal 12-Sya’ban (lebih kurang 2 minggu setelah peresmian) dimulai pengajian di Nahjus Salam.
== AMANAHNYA ==
 
Keinginan Mama selalu terkabul, sukses dan barokah. Maunahnya mutai tampak dan terlihat oleh khalayak ramai. Padahal menurut penulis setelah mengamati dan selalu memperhatikan gerak-geriknya, Mama memiliki keutamaan (kelebihan) ilmu, dan maunahnya telah terlihat dan terasa sejak Mama mulai menetap di Bogor. Pernah penulis alami ketika pada suatu kejadian yang membuktikan tentang itu.
Di dalam mengarungi dunia yang penuh dengan godaan dan sarat dengan fitnah, Mama memberikan amanah kepada penulis tentang cara menghadapi manusia-manusia di abad modern ini, yaitu harus berpendirian.
Khumul = Tidak ternama
Malamih = Manampakkan roman muka Tawakal kepada Allah swt.
Insya Allah selamat dari godaan dan fitnah.
 
Kira-kira tahun 1973 Mama bersama penulis berziarah kepada seorang kyai yang telah dianggap wali oleh para Ulama yang tahu tentang keadaan kyai itu. Ada tiga keanehan menurut penulis yang sangat mencolok pada pribadi Mama saat itu: Pertama: Bukan Mama yang masuk ke kamar Kyai yang sedang sakit berat itu, tetapi justru kyailah yang datang menemui Mama di ruang tamu. Ke dua: Mama memohon didoakan oleh Kyai itu, tetapi keadaan sebaliknya yang terjadi, yakni Kyailah yang meminta didoakan. Akhirnya Mamalah yang berdoa. Kyai bersama penulis mengamini. Ke tiga: Ketika Mama permisi, kyai itu mengantarkan sampai ke pintu gerbang pekarangan rumahnya, sedangkan Kyai itu tidak pernah melakukannya terhadap siapapun.
== AHLUL BAIT MAMA / KETURUNAN ==
 
Dengan ketiga hal yang menurut penulis mengandung keanehan itu, membuktikan bahwa derajat Mama sudah lain daripada yang lain. Obrolan Mama mengenai “ingin istirahat total” ini merupakan isyarat bahwa kepulangan Mama ke Rahmatullah telah mendekat. Karena hanya wafatnya hamba kekasih Allahlah yang termasuk dan boleh dikatakan “Istirahat Total”. Permohonan Mama ingin istirahat total dikabulkan oleh Allah SWT.
=== Ibu Cianjur dan putra-putrinya: ===
Ibu Cianjur Ny. Rd. Mariyah (Alm) Putra-putrinya adalah :
==== Rd. Ahmad (Tanggerang) ====
==== Rd. Wasilah (Tanggerang)====
==== Rd. Hj. Romlah (Kotaparis, Bogor) ====
==== Rd. Hilal (Sukaraja, Bogor) ====
==== Rd. Hamid (Australia) ====
 
Pada hari senin malam selasa, pukul 19.15 WIB ba’da Isya, tanggal 26 Oktober 1987 bertepatan dengan tanggal 4 Robi’ul Awwal 1408 H ia pulang ke Rahmatullah. Thoriqoh Mama ada tiga: 1. Mengajar 2. Muthola’ah 3. Mengarang.
=== Ibu Bogor dan putra-putrinya : ===
 
Ibu Bogor adalah Dra. Hj. Mursyidah (Ummul Ghazaliyyin),
Putra-putrinya adalah :
==== Rd. Aminah (almarhumah) ====
==== Rd. Aisyah (almarhumah) ====
==== Rd. Hj. Mariyam ====
==== Rd. Zahro (almarhumah) ====
==== Rd. Zulfa ====
==== Rd. H. Toto Mustofa ====
 
Di mana saja Mama tinggal, Mama betah, asal Mama bisa menjalankan yang tiga itu dengan tenang. Jadi jelas, pindahnya Mama dan satu daerah ke daerah lain adalah termasuk yang mudah-mudahan pulangnya Mama ke Rahmatullah pun demikian adanya, hijrah kepada keridhaan Allah SWT.
Ulama Kharismatik itu telah pulang ke Rahmatullah Akan menerima keridhoan Allah Kita yang ditinggalkan Wajib melanjutkan Amanat Mama kita laksanakan Thoriqoh Mama kita jalankanMudah-mudahan riwayat hidup Mama yang ringkas ini menjadi cermin untuk kita semuanya kaum muslimin-muslimat, baik tua maupun muda.
 
== Karya-karya tulis ==
=== Karya-karya tulis dengan bahasa Indonesia yang berbentuk buku diantaranyadi antaranya, yaitu: ===
==== Al-Islam ====
==== Islam dan Materialisme ====
==== Islam dan Komunisme ====
==== Islam dan Pembahasan ====
==== Keutamaan Keluarga Rosulullah ====
==== Islam dan Dunia Modern ====
==== Risalah As-Syuro ====
==== Ringkasan Sejarah Wali Songo ====
==== Riwayat Hidup Imam Ahmad Muhajir ====
==== Sejarah<ref>karya tulis</ref> [http://smaalianah.wordpress.com/category/sejarah/] - Islam di Jawa Barat Hingga Zaman Keemasan Banten ====
==== Pembahasan Tentang Ketuhanan ====
==== Wanita Dalam Islam ====
==== Zakat dan Dunia Modern ====
 
Karya-karya tulis dengan Bahasabahasa Arab yaitu berbentuk natsar (karangan bebas) dan syi’ir (puisi)
 
 
Selain mengarang K.H.R. Abdullah bin Nuh juga menterjemahkan kitab-kitab berbahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia dan Sunda.
 
Kitab-kitab yang beliauia terjemahkan kebanyakan karangan Imam AI-Ghazaly yang beliauia kagumi.
DiantaraDi antara terjemahannya ke dalam bahasa Indonesia adalah:
* Renungan;
* O’Anak;
* Pembebasan dari Kesesatan;
* Cinta dan Bahagia;
* Menuju Mukmin Sejati (Minhajul-Abidin, karangan terakhir imam Ghazaly.)
 
Adapun yang beliauia terjemahkan ke dalam bahasa Sunda diantaranyadi antaranya berjudul: 1. Akhlaq; 2. Dzikir
Sebagai seorang Ahli bahasa Arab, K.H.R. Abdullah bin Nuh menyempatkan diri menyusun kamus bersama sahabatnya H. Umar Bakry, diantaradi antara kamusnya adalah:
* Kamus Arab - Indonesia;
* Kamus Indonesia - Arab - Inggris;
* Kamus Inggris - Arab - Indonesia;
* Kamus Arab - Indonesia - Inggris;
* Kamus Bahasa Asing (Eropa), berkisar hubungan: - diplomatik politik- ekonomi, dll.
 
Daftar karya Mama' Abdullah bin Nuh yg dapat ditemukan:
1. Abyat Wa astur
2. Adiyat matsurat
3.agama dlm pembahasan ttg ateis
4.agama dln pembahasan ttg wanita
5.ahl sunnah Dan ekonomi Islam.
6. Ahlan birramadhan
7. Tarawih
8. Ahli sunnah bermazhab
9. Akhlak
10.imam Muhajir
11. Al Muntazor imam Mahdi.
12. Anbaul alam 3 jild
13. Ana Muslim Sunniyun Syafiiyun
14. Risalah Asyura
15. Keutamaan keluarga Nabi saw
16.Baraahin tuayid ahlssunah
17. Cahaya alquran
18. Cinta Dan bahagia
19. Renungan.
20. Pembebas Dari kesesatan.
21. Dalil Haji.
22. Ketuhanan dasar hidup bermasyarakat
23. Ukhuwwah islamiyah
24. Ushul furu
25. Dunia yg bgm yg dilaknat Tuhan?
26. Islam dizaman modern 3 jild
27. Diwan Ibn Nuh
28. Lu'lu Al matsur
29. Dur Nadzim
30. Fi Dzilalil ka'bah
31. Ilmu tauhid
32. Islam Fi Indonesia
33.islam Dan keraguan dunia modern
34. Islam wa syubuhat Al asriyah
35. Islam, komunisme Dan kapitalisme
36.terjemahan minhajul abidin
37. Ringkasan minhajul abidin
38. Kitab durus lugah
39. Durusul Arabiyah 5 jild.
40. LA thoifiyah fil Islam
41. Muslim Arabiyah
42. Almubasyirat
43. Islam Dan materialisme
44. Natsar Abdullah bin Nuh
45. Panutan Agung
46. Zakat Dan dunia modern
47. Sejarah islam di Jawa Barat.
48. Nahnu umah wahidah
49. Biniyati liLlahi taala
50. Taujihun nazor
51. Kamus Arab indonesia
 
== Referensi ==
<ref>Abdullah bin Nuh</ref> [http://himatcianjur.blogspot.com/2011/07/profil-khr-abdullah-bin-nuh.html]
{{reflist}}
<ref>Abdullah bin Nuh</ref> [http://himatcianjur.blogspot.com/2011/07/profil-khr-abdullah-bin-nuh.html Biografi]
 
== Tautan ==
 
*{{id}} [http://www.fiqhislam.com/index.php?option=com_content&view=article&id=58409:kh-abdullah-bin-nuh-ulama-pejuang-dari-cianjur&catid=45:tokoh&Itemid=357]
* {{id}} [http://serbasejarahwww.wordpressfiqhislam.com/2009/09/14/r-k-hindex.php?option=com_content&view=article&id=58409:kh-abdullah-bin-nuh-ulama-sejarawanpejuang-dandari-pelaku-sejarah/ cianjur&catid=45:tokoh&Itemid=357]
* {{id}} [http://serbasejarah.wordpress.com/2009/09/14/r-k-h-abdullah-bin-nuh-ulama-sejarawan-dan-pelaku-sejarah/]
*{{id}} [http://wijayakusumah.com/?p=39 ]
* {{id}} [http://wijayakusumah.com/?p=39]{{Pranala mati|date=Januari 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}
*{{id}} [http://www.dakta.com/berita/nasional/26376/api-sejarah-ungkap-penyimpangan-penulisan-sejarah-indonesia.html/ ]
* {{id}} [http://www.dakta.com/berita/nasional/26376/api-sejarah-ungkap-penyimpangan-penulisan-sejarah-indonesia.html/] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20120630144227/http://www.dakta.com/berita/nasional/26376/api-sejarah-ungkap-penyimpangan-penulisan-sejarah-indonesia.html/ |date=2012-06-30 }}
 
[[Kategori:Tokoh Sunda]]