Abdullah bin Nuh: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan |
k Saltik Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Tugas pengguna baru Newcomer task: copyedit |
||
(99 revisi perantara oleh 34 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{rapikan|date=September 2012}}
{{Infobox Person
|
|
|
|
|
|
|party =
|
|
|parents = Mohammad Nuh bin Idris (1879-1966)<ref>{{cite web |title=Ungkap R.K.H. Abdullah Bin Nuh Pelaku Sejarah, Ulama, Dosen dan Sejarawan |url=https://www.islampos.com/ungkap-r-k-h-abdullah-bin-nuh-pelaku-sejarah-ulama-dosen-dan-sejarawan-186396/ |accessdate=May 15, 2015}}</ref><br>Aisyah binti Sumintapura
|
|
}}
'''
Sejak kecil mendapat pendidikan agama Islam yang sangat dari ayahnya, yakni K.H.R. Muhammad Nuh bin Muhammad Idris. Juga seorang ulama besar, pendiri Sekolah Al-I'anah Cianjur.
Dalam pengawasan ketat ayahnya ini, Abdullah kecil belajar agama dan bahasa Arab setiap hari. Sehingga dalam waktu relatif masih muda, ia sudah mampu berbicara bahasa Arab. Di samping itu mampu pula menalar kitab Alfiah (kitab bahasa arab seribu bait) serta swakarsa belajar [[bahasa Belanda]] dan [[Bahasa Inggris|Inggris]].
Berbekal ilmu yang telah dikuasainya itu, Abdullah bin Nuh muda mengajar di Hadramaut School. Sekaligus menjadi redaktur majalah Hadramaut, sebuah majalah mingguan berbahasa Arab yang terbit di [[Surabaya]], [[Jawa Timur]] sejak tahun 1922 hingga tahun 1926. Setelah itu ayahnya mengirim Abdullah untuk menimba ilmu di Fakultas Syariah Universitas AI-Azhar, [[Kairo]], [[Mesir]].
Setelah dua tahun lamanya Abdullah belajar di [[Universitas Al-Azhar|Al-Azhar]], [[Kairo]], [[Mesir]], ia kembali ke tanah air dan aktif mengajar di [[Cianjur]] serta [[Bogor]]. Hal itu dilakukannya sejak tahun 1928 hingga tahun [[1943]].
== Nasab ==
H. R. Abdullah putra K.H. R. Nuh; putra Rd. H. Idris, putra Rd. H. Arifin, putra Rd. H. Sholeh, putra Rd. H. Muhyiddin Natapradja, putra [[Wira Tanu Datar V|Rd. Aria Wiratanudatar V]] (Dalem Muhyiddin), putra [[Wira Tanu Datar IV|Rd. Aria Wiratanudatar IV]] (Dalem Sabiruddin), putra Rd. Aria Wiratanudatar III (Dalem Astramanggala), putra Rd. Aria Wiratanudatar II (Dalem Wiramanggala), [[putra]] Rd. Anawiratanudatar I ([[Dalem Cikundul]]).
== Cianjur dan I’anah ==
[[Cianjur]] adalah sebuah [[kota]] yang sejak dahulu telah terkenal para [[ulama]] dan para pahlawannya, para [[ulama]] giat menyebarkan ilmunya. Tak kenal lelah dan tanpa mengharapkan [[upah]]. Para pahlawannya gigih, berani dalam melaksanakan perjuangan, tanpa pamrih [[gaji]]. Kesemuanya hanyalah mengharapkan keridhoan Allah SWT dan rahmat-Nya.
Pada tahun 1912, di [[kota Cianjur]] berdirilah sebuah Madrasah yang bernama Al l’anah; pendirinya ialah [[juragan]] Rd. H. Tolhah Al Kholidi, sesepuh Cianjur pada waktu itu. Dalam pembinaannya ia dibantu oleh seorang cucunya AI-Haafidh (yang hafal AI Qur’an) As-Sufi (yang menguasai kitab Ihya ‘Ulumuddin) K.H.R. Nuh, seorang ‘Aalim besar keluaran Makkah Almukarromah, murid seorang ulama besar yang ilmunya barokah, menyebar keseluruh dunia Islam, yang bermukim di kota Makkah AI-Mukarromah, yaitu: [[Muhammad Mukhtar bin Atharid al-Bughuri|K.H.R. Mukhtar Al-thoridi]], putra Jawa ([[Bogor]]).
Nadhir (Guru kepala) nya waktu itu adalah Syekh Toyyib Almagrobi, dari [[Sudan]]. Bertindak sebagai pembantu (guru bantu) adalah Rd. H. Muhyiddin adik ipar Juragan Rd. H. Tolhah AI-Kholidi. [[Murid]] pertamanya adalah: Rd. H. M. Sholeh Almadani.
Syekh Toyyib Almagrobi mengajar di Ai-I’anah hanya dua tahun, karena ia diusir oleh Pemerintah Belanda. Maka untuk mengisi kekosongan, Nadhir Al-I’anah dipegang oleh Al Ustadz Rd. Ma’mur keluaran pesantren Kresek Garut (Gudang Alfiyah) dan lulusan Jami’atul Khoer Jakarta (Gudang Bahasa Arab). Di antara murid-muridnya ialah:
* [[Rd. Abdullah]]
* [[Rd. M. Soleh Qurowi]]
* [[Rd. M. Zen]]
Dari Al I’anah Almubarokah inilah muncul para pahlawan dan sastrawan Muslim yang namanya tidak akan sirna, tetap tercantum dalam lembaran sejarah, di antaranya ialah Rd. Abdullah bin Nuh. Ia telah menguasai bahasa Arab sejak usia 8 (delapan) tahun (penjelasan ia sendiri sewaktu hidup kepada salah seorang muridnya).
Rd. Abdullah bin Nuh adalah juara Alfiah, ia sanggup menghafal Al-fiah lbnu Malik dari awal sampai akhir dan dibalik dari akhir ke awwal (demikian menurut AI-Ustadz Rd. Abubakar sesepuh Cianjur). Walhasil: kecerdasan, bakat dan watak Rd. Abdullah bin Nuh semenjak duduk di bangku Madrasah AlI’anah sudah tampak jelas keunggulannya.
Selain belajar di Al I’anah, Rd. Abdullah bin Nuh tidak henti-hentinya menggali dan menimba ilmu dari ayahnya. Ia pernah berkata kepada salah seorang muridnya: “Mama mah tiasana maca Kitab lhya teh husus ti bapa Mama." Bila diterjemahkan kira-kira: "Mama (Saya - gelar untuk ulama Sunda)
biasanya membaca Kitab Ihya khusus dari ayah MamySa", , a) begitu dengan logat Cianjurnya.
== Pekalongan dan Syamailul Huda ==
[[Pekalongan]] sebuah kota kecil yang berhasil mencetak [[kader]]-kader Muslim yang militan dan berwatak, membina mental pemuda -pemuda Islam yang berjiwa pahlawan dan bercita-cita tinggi menuju Indonesia Merdeka dengan landasan Kalimatullahi Hiyal ‘Ulya.
Di [[kota Pekalongan]] telah berdiri sebuah madrasah Arabiyyah yang benama “Syamailul Huda” yang terletak di Jl. Dahrian (sekarang Jl. Semarang). Madrasah tersebut mempunyai sebuah internat (pondok pesantren) dipinggiran Jl. Raya, di tengah-tengah keramaian manusia, bahkan tepat berhadap-hadapan dengan sebuah gedung bioskop. "Nakhoda" madrasah tersebut ialah seorang Sayyid keturunan Hadrol Maut bernama: Sayyid Muhammad bin Hasyim bin Tohir AI-‘Alawi Al-Hadromi. Ia seorang ‘Alim yang berjiwa besar, bercita-cita tinggi, berpandangan luas. Ia tak mengenal payah dan lelah, tak ingin melihat putra-putri Islam tidak maju. Ia bersemboyan: “Sekali maju tetap maju, bekerja dengan semangat, disertai ikhlas niat, pasti dapat dengan selamat“.
Di Madrasah dan internat inilah Sayyid Muhammad bin Hasyim mendidik, menerapkan ajaran Islam, menggemleng pemuda-pemuda yang berwatak, calon pahlawan/Da’i/Muballig dan Ulama.
Syamailul Huda dan internatnya, laksana Masjidil Haram dan Darul Arqam pada zaman [[Muhammad|Rasulullah saw]]. Pemuda-pemuda didikan Rasulullah saw di Darul Arqam, kadar Islamnya kuat, keyakinannya bulat, akhlaqul karimahnya mengkilat, terlihat sinarnya memancar dari pribadi-pribadi para sahabat dikala itu, mereka berpegang teguh kepada amanah Rasulullah SAW.
Pada tahun 1918 putra-putra Cianjur, murid-murid pilihan dari madrasah Al-I’anah berangkat ke Pekalongan menuju Syamailul Huda. Putra-putra pilihan itu ialah
* Rd. Abdullah,<ref>Abdullah</ref> [http://aziachmad.wordpress.com/galeri/foto-ulama/kh-abdullah-bin-nuh/]
* Rd. M.Zen,
* Rd. Taefur Yusuf,
* Rd. Asy’ari,
* Rd. Akung,
* Rd. M. Soleh Qurowi
Mereka inilah yang termasuk murid-murid dakhiliyyah yang bermukim di Internat (Pondok Pesantren) Syamailul Huda bersama-sama dengan teman-temannya yang berjumlah sekitar 30 orang (dari [[Ambon]], [[Menado]], [[Surabaya]], [[Singapura]], dan [[Malaysia]]/daratan Malaka). Sahabat karib Rd. Abdullah bin Nuh pada waktu itu, yang masih ada sekarang, Al Ustadz Said bin Ahmad Bahuwairits (kelahiran Ambon) yang tinggal di alamat, Jl. Surabaya No. 69 [[Pekalongan]], [[Jawa Tengah]] Ia lebih tua usianya dan Rd. Abdullah bin Nuh, ia dilahirkan di [[Ambon]] pada tahun 1904 (waktu di Syamailul Huda Rd. Abdullah bin Nuh kelas 3, AI Ustadz Said kelas 4).
Banyak sekali kata-kata mutiara yang diucapkannya. Ia memulai percakapan dengan kata-kata “Waktu saya berziarah ke rumah Abdullah kebetulan waktu sholat Maghrib, saya tahu persis keadaan dalam rumahnya, hanya dua kamar yang sempit dan satu kamar mandi yang darurat. Padahal kalau melihat ilmunya, dan banyak murid-muridnya, dia itu orang besar, sudah tidak sesuai lagi. Tidak seperti orang-orang besar sekarang mobil-mobil banyak, gedung-gedungnya mewah, dengan rumah saya saja sudah jauh berbeda (rumah Al Ustadz Said itu gedung dan besar sekali).
Beliau (AI Ustadz Said) melanjutkan ucapannya: “Maka dari gambaran suasana rumahnya yang sangat sederhana itu, masya Allah - masya Allah - masya Allah, Abdullah sedang ''syugul'' lillahi Ta’ala, dia Az-Zaahid”
* Inilah Ulama, ini waktu, mencari seperti itu tidak ada ;
* Abdullah tetap Abdullah sebagai Kiyai ;
* Ini hidup yang benar ;
* Ini thoriq (jalan) yang benar ;
* Abdullah saudara saya
Ada beberapa Amanat-amanat ia kepada putra-putri AI-Ustadz Abdullah bin Nuh:
* Berjalanlah menurut Abdullah bin Nuh ;
* Ana ad’uu lahum (Aku berdoa untuk mereka);
* Panggillah saya ‘aamii (anggaplah orang-tuanya) ;
* Salam dari saya kepada keluarga Abdullah ;
* Dan minta foto Abdullah setetah mendekat wafat
AI Ustadz Said bin Ahmad Bahuwairits memberi julukan kepada Rd. Abdullah bin Nuh dengan julukan: '''Al Ustadz''', '''AI-‘Aalim''' ; '''Al-Adiib''' ; '''Azzahid''' ; '''Al-Mutawadli''' ; '''AI-Haliim.'''
Madrasah Syamailul Huda ialah samudera tempat menimba tinta mas Ilmu Ilahi. Internatnya laksana ladang tempat mendulang berlian llmu Agama [[Allah]] SWT. Maka tidak sedikit pentolan-pentolan Ulama dan pahlawan yang dihasilkan dari Madrasah tersebut. Di antaranya yang berhasil dengan gemilang dan menonjol sekali Rd. Abdullah bin Nuh, putra Cianjur, sehingga ia menjadi kesayangan gurunya.
Rd. Abdullah bin Nuh sewaktu duduk di kelas 4 kelas terakhir Syamailul Huda, telah turut aktif mengaji bersama-sama dengan para guru Madrasah tersebut. Jadi Rd. Abdullah bin Nuh sudah lebih dahulu maju dari teman-teman kakak kelasnya.
==
Kota [[Surabaya]] ialah kota yang terkenal ''arek-
Di
Hadrolmaut
Gedung “Hadrolmaut School” ialah tempat Rd. Abdullah bin Nuh dan teman-temannya dididik, dibina, digembleng cara
Teman Rd. Abdulah bin Nuh yang bersama-sama belajar di Mesir yang masih ada di Kota Surabaya sekarang,
==
Bertepatan dengan didudukinya Kota [[Makkah]]
=== Jami’atul Azhar ( [[Syari’ah]] ) ===
=== Madrasah Darul’ Ulum AI-‘Ulya (
Lama belajar 4 tahun mendapat gelar: '''Deblum Daril ‘Ulumil ‘Ulya''' Syarat-syarat masuk Jami’atul Azhar
Siang dan malam
AI-Ustadz Rd. Abdullah bin Nuh di [[Mesir]] sudah tidak mempelajari [[bahasa Arab]] lagi, karena
Dengan berkah ketekunan dan kesungguh-sungguhan, maka AI-Ustadz Abdullah bin Nuh di Mesir telah kelihatan sebagai seorang Pelajar yang paling cakap di dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan. AI-Ustadz Abdur Rozzaq berpendapat: “Sebabnya Abdullah itu mempunyai kelainan daripada teman-
AI-Ustadz Abdullah bin Nuh belajar di Mesir hanya selama dua tahun, dikarenakan putra gurunya yang
==
Pada tahun 1927 AI-Ustadz Rd. Abdullah bin Nuh pulang dari Mesir ke Indonesia ([[Cianjur]]. Pada akhir tahun 1927 pergi ke [[Bogor]] (Ciwaringin).
Pada awal tahun 1928
Pada tahun 1934 di [[Bogor]] (di Ciwaringin) didirikan Madrasah P.S.A. (Penolong Sekolah Agama). Maksud didirkannya PSA adalah untuk mempersatukan madrasah-madrasah yang ada di sekitar Bogor yang berada di bawah asuhan Mama Ajengan Rd. H. Manshur dengan mualim H. Muhammad Arsyad bin H. Imammudin.
Susunan Pengurus P.S.A. ialah
== Pejuang kemerdekaan<ref>Ulama Pejuang</ref> [http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/12/08/05/m8af67-kh-abdullah-bin-nuh-ulama-pejuang-dari] ==
Sejarah mencatat bahwa [[PETA]] lahir pada bulan
Lalu pulang lagi ke [[Cianjur]] dan
Pemimpin-pemimpin umat ini, para alim ulama di sana-sini ditangkap oleh Dai Nippon,
Tanggal 6 Agustus 1945 senjata dahsyat bom atom dijatuhkan Amerika Serikat di atas kota Hiroshima, disusul kemudian tanggal 9 Agustus born atom gelombang kedua dijatuhkan pula di atas Nagasaki. Sekutu mengumandangkan kemenangannya. Bangsa Indonesia saat itu sangat optimis dengan tekuk lututnya Jepang terhadap sekutu. Ternyata pada tanggal [[17 Agustus 1945]] beberapa hari setelah
Cobaan demi cobaan telah dan akan
Begitu pula AI-Ustadz Rd. H. Abdullah bin Nuh terus melanjutkan perjuangan mempertahankan kemerdekaan dengan memimpin barisan Hizbutlah dan BKRI TKR di kota [[Cianjur]] bersama-sama dengan barisan lainnya hingga pertengahan tahun 1945.
Pada tanggal 21
== Yogyakarta dan PTI (sekarang UII) ==
[[Yogyakarta]] adalah sebuah kota kecil yang mendadak menjadi ibu kota [[Republik Indonesia]] dan pusat segala kegiatan politik. Semenjak awal 1946, situasi politik terus meningkat dan ketegangan serta pergolakan terjadi di mana-mana. Yogyakarta amat berat memikul beban nasional di atas pundaknya. Namun AI-Ustadz Rd. H. Abdullah bin Nuh adalah benar-benar seorang ulama pejuang yang pandai membagi waktu. Walaupun tugas ia sangat berat, sebagai tentara yang mewakili Jawa Barat dan anggota KNIP lainnya, namun ia masih sempat mendirikan RRI Yogyakarta siaran bahasa Arab dan kemudian mendirikan STI (Sekolah Tinggi Islam/ UII) bersama dengan KH. Abdul Kohar Muzakkir.
Yang lebih unik lagi ialah tidak melupakan tugas kekiyaian, yaitu mengajar ngaji. Hasil didikan ia waktu di Yogyakarta di antaranya adalah Ibu Mursyidah dan AI-Ustadz Basyori Alwi, yang telah berhasil membuka Pesantren yang megah di JI. Singosari No.90 dekat kota Malang, dan banyak lagi Asatidz tempaan ia.
Pada bulan Desember 1948 [[Yogyakarta]] ''bezet'' (diduduki tentara Belanda). Tentara RI mundur dari Kota Yogya dan terjadilah perang gerilya selama 6 bulan, mulai dari Desember 1948 s.d. Juni 1949. Perang gerilya ini dilakukan pula oleh para pejabat, walaupun dia itu adalah seorang Menteri.
Pada bulan Juni itulah (tepatnya tanggal 5) AI-Ustadz Rd. H. Abdullah bin Nuh menikah dengan Ibu Mursyidah, salah seorang puteri didiknya yang telah disebut tadi.
Tanggal 29 Juni 1949 setelah tentara Belanda meninggalkan Yogyakarta, pasukan Republik Indonesia yang sedang bergerilya bersama rakyat masuk kembali ke Yogyakarta. Itu berarti bahwa, Yogyakarta kembali menjadi Ibu kota Republik Indonesia. Sejarah pertama kali mencatat, yaitu tanggai 17 Desember 1946, Bung Karno dilantik menjadi Presiden Republik Indonesia Serikat dengan mengambil tempat di Keraton Yogyakarta. Kemudian di akhir tahun 1949 Pemerintah RI pindah ke Jakarta, dan saat itu pulalah AI-Ustadz Rd. H. Abdullah bin Nuh bersama ibu Mursyidah (istrinya) hijrah ke Jakarta.
== Jakarta dan UI ==
Setelah melalui liku-liku hidup dan mengarungi pasang surutnya gelombang perjuangan, keluarga Al-Ustadz Rd. Abdullah bin Nuh menetap di [[Jakarta]] selama lebih kurang 20 tahun, yaitu mulai tahun 1950 s.d. 1970, Di Jakarta inilah ia menjadikan ibu kota sebagai arena pengabdiannya kepada Allah SWT dan kepada hamba-Nya. Ia mengajar mengaji para asatidz/ Mu’allimin, memimpin Majlis-majlis Ta’lim, menjabat sebagai Kepala Seksi Bahasa Arab pada Studio RRI Pusat. Selain itu juga aktif dalam kantor berita APB (Arabian Press Board). Kemudian pernah pula menjadi Dosen UI (Universitas Indonesia) bagian Sastra Arab, pemimpin Majalah Pembina dan Ketua Lembaga Penyelidikan Islam.
Di samping itu pada tahun 1959 sebelum kepindahan ke Kota Bogor, ia telah aktif memimpin pengajian-pengajian di Bogor antara lain:
# Majlis Ta’lim Sukaraja (AI-Ustadz Rd. Hidayat)
# Majlis Ta’fim Babakan Sirna (AI-Ustadz Rd. Hasan)
# Majlis Ta’lim Gang Ardio (KH. Ilyas)
# Majlis Ta’lim Kebon Kopi (Mu’allim Hamim).
== Seputar ==
=== Ahlul Bait Mama / Keturunan ===
==== Ibu Cianjur dan putra-putrinya ====
Ibu Cianjur Ny. Rd. Mariyah (Alm.) putra-putrinya adalah:
==== Ibu Bogor dan putra-putrinya ====
Ibu Bogor adalah Dra. Hj. Mursyidah (Ummul Ghazaliyyin),
Putra-putrinya adalah:
==== Rd. H. Toto Mustofa ====
Ulama Kharismatik itu telah pulang ke Rahmatullah dan akan menerima keridhaan Allah. Kita yang ditinggalkan Wajib melanjutkan Amanat Mama kita, melaksanakan Thoriqoh Mama, kita jalankan. Mudah-mudahan riwayat hidup Mama yang ringkas ini menjadi cermin untuk kita semuanya kaum muslimin-muslimat, baik tua maupun muda.
==== Amanah beliau ====
Di dalam mengarungi dunia yang penuh dengan godaan dan sarat dengan fitnah, Mama memberikan amanah kepada penulis tentang cara menghadapi manusia-manusia pada abad modern ini, yaitu
* Harus berpendirian,
* Khumul:tidak ternama
* Malamih: Manampakkan roman muka Tawakal kepada Allah SWT.
Insya Allah selamat dari godaan dan fitnah.
=== Mama dan “Al-Ghazaly” ===
YIC “AI-Ghazaly” ialah Pusat Pendidikan Islam (Pesantren, Majlis Ta’lim, sekolah umum dan madrasah Diniyah).
“AI-Ghazaly” sudah tidak asing lagi bagi Ummat Islam warga Bogor. YIC “AI-Ghazaly” memiliki empat lokasi yaitu: AG I di Kotaparis, AG II di Cimanggu (H. Firdaus), AG III di Cimanggu Perikanan dan AG IV di Cibogor.
YIC “AI-Ghazaly” adalah Mazro’atul Akhiroh (ladang akhirat) Mama. Tempat Mama memberikan pelajaran kepada para Ustadz dan kyai-kyai yang berada di sekitar Bogor, bahkan ada pula yang datang dari Jakarta, Cianjur, Bandung dan Sukabumi.
Majlis-majlis Ta’lim yang ada dalam asuhan Mama adalah: AI-Ghazaly (Kotaparis) AI-Ihya(Batu Tapak) Al-Khaeriyah (Bojong Neros) AI-Husna (Layungsari) Nurul Imdad (Babakan Fakultas, belakang IPB) Nahjussalam (Sukaraja).
Kesemuanya itu adalah tempat pengabdian Mama setelah usianya lanjut. Bagi Mama tiada hari tanpa kuliah shubuh. Kegiatan rutin setiap minggunya adalah hari Senin s.d. Kamis di Majlis Ta’lim AI-Ihya, Jumat s.d. Ahad di AI-Ghazaly, sedangkan Ahad siang (ba’da dzuhur) di Nahjussalam Sukaraja.
Selain itu, Mama juga mengadakan pengajian khusus untuk para pemuda dan pelajar, mahasiswa/ mahasiswi. Demikian kegiatan Mama di “AI-Ghazaly” yang tidak mengenal istirahat.
==== MAMA DAN “NAHJUSSALAM” ====
Nahjus Salam ialah Pesantren idaman Mama yang belum terlaksana dengan sempurna dan tentunya.wajib kita tanjutkan sampai tuntas. Jauh sebelum merencanakan “Nahjus Salam”, Mama pernah mengutarakan keinginannya kepada salah seorang muridnya: “Mama ingin sekali punya Pesantren”. Kemudian muridnya itu bertanya: “Didaerah mana Mama ingin mendirikan Pesantren itu? Di Bogor Timur, Ciluar atau di Cianjur?” Mama menjawab: "Di Sukaraja" Muridnya masih penasaran, kemudian melanjutkan pertanyaannya: “Kenapa ingin di Sukaraja?” Ia menjawab:
"Ingin dekat dengan makam eyang Mama (Kanjeng Dalem)"
Melaksanakan amanat Mama Ajengan Manshur (Bilamana Mama Ajengan Manshur wafat, harus diteruskan oleh ia).
==== Ingin istirahat total ====
Penulis pada waktu itu tidak memperhatikan akan arti dan kandungan obrolan Mama yang sebenarnya mendalam serta penuh dengan isyarat itu.
Maka pada hari Sabtu tanggal 1 Muharram 1404 H, bertepatan dengan tanggal 8 Oktober 1983, dimulailah pembangunan fisik Pesantren Nahjus Salam yang diprakarsai oleh para putera Almarhum Rd. H. Jamhur Ciwaringin Tanah Sewa beserta sesepuh dan warga Sukaraja AI-Ustadz Hasanuddin. Bangunan Pesantren tersebut selesai pada akhir bulan Rajab tahun itu juga. Peresmian yang langsung diisi oleh Mama dilaksanakan hari Jum’at tanggal 25 Rajab 1404 H/ 27 April 1984, dan hari Ahad tanggal 12-Sya’ban (lebih kurang 2 minggu setelah peresmian) dimulai pengajian di Nahjus Salam.
Keinginan Mama selalu terkabul, sukses dan barokah. Maunahnya mutai tampak dan terlihat oleh khalayak ramai. Padahal menurut penulis setelah mengamati dan selalu memperhatikan gerak-geriknya, Mama memiliki keutamaan (kelebihan) ilmu, dan maunahnya telah terlihat dan terasa sejak Mama mulai menetap di Bogor. Pernah penulis alami ketika pada suatu kejadian yang membuktikan tentang itu.
Kira-kira tahun 1973 Mama bersama penulis berziarah kepada seorang kyai yang telah dianggap wali oleh para Ulama yang tahu tentang keadaan kyai itu. Ada tiga keanehan menurut penulis yang sangat mencolok pada pribadi Mama saat itu: Pertama: Bukan Mama yang masuk ke kamar Kyai yang sedang sakit berat itu, tetapi justru kyailah yang datang menemui Mama di ruang tamu. Ke dua: Mama memohon didoakan oleh Kyai itu, tetapi keadaan sebaliknya yang terjadi, yakni Kyailah yang meminta didoakan. Akhirnya Mamalah yang berdoa. Kyai bersama penulis mengamini. Ke tiga: Ketika Mama permisi, kyai itu mengantarkan sampai ke pintu gerbang pekarangan rumahnya, sedangkan Kyai itu tidak pernah melakukannya terhadap siapapun.
Dengan ketiga hal yang menurut penulis mengandung keanehan itu, membuktikan bahwa derajat Mama sudah lain daripada yang lain. Obrolan Mama mengenai “ingin istirahat total” ini merupakan isyarat bahwa kepulangan Mama ke Rahmatullah telah mendekat. Karena hanya wafatnya hamba kekasih Allahlah yang termasuk dan boleh dikatakan “Istirahat Total”. Permohonan Mama ingin istirahat total dikabulkan oleh Allah SWT.
Pada hari senin malam selasa, pukul 19.15 WIB ba’da Isya, tanggal 26 Oktober 1987 bertepatan dengan tanggal 4 Robi’ul Awwal 1408 H ia pulang ke Rahmatullah. Thoriqoh Mama ada tiga: 1. Mengajar 2. Muthola’ah 3. Mengarang.
Di mana saja Mama tinggal, Mama betah, asal Mama bisa menjalankan yang tiga itu dengan tenang. Jadi jelas, pindahnya Mama dan satu daerah ke daerah lain adalah termasuk yang mudah-mudahan pulangnya Mama ke Rahmatullah pun demikian adanya, hijrah kepada keridhaan Allah SWT.
== Karya-karya tulis ==
=== Karya-karya tulis dengan bahasa Indonesia yang berbentuk buku
==== Zakat dan Dunia Modern ====
Karya-karya tulis dengan
Selain mengarang K.H.R. Abdullah bin Nuh juga menterjemahkan kitab-kitab berbahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia dan Sunda.
Kitab-kitab yang
* Renungan;
* O’Anak;
* Pembebasan dari Kesesatan;
* Cinta dan Bahagia;
* Menuju Mukmin Sejati (Minhajul-Abidin, karangan terakhir imam Ghazaly.)
Adapun yang
Sebagai seorang Ahli bahasa Arab, K.H.R. Abdullah bin Nuh menyempatkan diri menyusun kamus bersama sahabatnya H. Umar Bakry,
* Kamus Arab - Indonesia;
* Kamus Indonesia - Arab - Inggris;
* Kamus Inggris - Arab - Indonesia;
* Kamus Arab - Indonesia - Inggris;
* Kamus Bahasa Asing (Eropa), berkisar hubungan: - diplomatik politik- ekonomi, dll.
Daftar karya Mama' Abdullah bin Nuh yg dapat ditemukan:
1. Abyat Wa astur
2. Adiyat matsurat
3.agama dlm pembahasan ttg ateis
4.agama dln pembahasan ttg wanita
5.ahl sunnah Dan ekonomi Islam.
6. Ahlan birramadhan
7. Tarawih
8. Ahli sunnah bermazhab
9. Akhlak
10.imam Muhajir
11. Al Muntazor imam Mahdi.
12. Anbaul alam 3 jild
13. Ana Muslim Sunniyun Syafiiyun
14. Risalah Asyura
15. Keutamaan keluarga Nabi saw
16.Baraahin tuayid ahlssunah
17. Cahaya alquran
18. Cinta Dan bahagia
19. Renungan.
20. Pembebas Dari kesesatan.
21. Dalil Haji.
22. Ketuhanan dasar hidup bermasyarakat
23. Ukhuwwah islamiyah
24. Ushul furu
25. Dunia yg bgm yg dilaknat Tuhan?
26. Islam dizaman modern 3 jild
27. Diwan Ibn Nuh
28. Lu'lu Al matsur
29. Dur Nadzim
30. Fi Dzilalil ka'bah
31. Ilmu tauhid
32. Islam Fi Indonesia
33.islam Dan keraguan dunia modern
34. Islam wa syubuhat Al asriyah
35. Islam, komunisme Dan kapitalisme
36.terjemahan minhajul abidin
37. Ringkasan minhajul abidin
38. Kitab durus lugah
39. Durusul Arabiyah 5 jild.
40. LA thoifiyah fil Islam
41. Muslim Arabiyah
42. Almubasyirat
43. Islam Dan materialisme
44. Natsar Abdullah bin Nuh
45. Panutan Agung
46. Zakat Dan dunia modern
47. Sejarah islam di Jawa Barat.
48. Nahnu umah wahidah
49. Biniyati liLlahi taala
50. Taujihun nazor
51. Kamus Arab indonesia
== Referensi ==
{{reflist}}
<ref>Abdullah bin Nuh</ref> [http://himatcianjur.blogspot.com/2011/07/profil-khr-abdullah-bin-nuh.html Biografi]
== Tautan ==
* {{id}} [http://
* {{id}} [http://serbasejarah.wordpress.com/2009/09/14/r-k-h-abdullah-bin-nuh-ulama-sejarawan-dan-pelaku-sejarah/]
* {{id}} [http://wijayakusumah.com/?p=39]{{Pranala mati|date=Januari 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}
* {{id}} [http://www.dakta.com/berita/nasional/26376/api-sejarah-ungkap-penyimpangan-penulisan-sejarah-indonesia.html/] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20120630144227/http://www.dakta.com/berita/nasional/26376/api-sejarah-ungkap-penyimpangan-penulisan-sejarah-indonesia.html/ |date=2012-06-30 }}
[[Kategori:Tokoh Sunda]]
|