Bahasa Makassar: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Gw1320 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Swarabakti (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan visualeditor-wikitext
 
(32 revisi perantara oleh 8 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 2:
{{Teks Lontara}}
{{Infobox Bahasa
| name = Bahasa Makassar
| nativename = ''{{hlist|Basa Mangkasaraʼ}}''
{{script|Maka|𑻤𑻰 𑻥𑻠𑻰𑻭}}{{br}}ᨅᨔ ᨆᨀᨔᨑ{{br}}بَاسَ مَڠْكَاسَرَءْ
| image = Mangkasarak in Lontarak Script.svg
| imagecaption = ''Mangkasara''' dalam aksara [[Aksara Makassar Kuno|Lontara Jangang-Jangang]] dan [[Aksara Lontara|Lontara Baru]]
| states = [[Indonesia]]
| region = [[Sulawesi Selatan]]
| ethnicity = [[Suku Makassar|Makassar]]
| dialects = Gowa/Lakiung<br/>Jeneponto/Turatea<br/>Bantaeng<br/>Konjo<br/>Selayar
| speakers = {{sigfig|35770001867707|3}}
| date =2019 2010
| ref = {{sfnp|Ananta|Arifin|Hasbullah|Handayani|2015|p=278}}
| familycolor = Austronesia
| fam2 = [[rumpun bahasa Melayu-Polinesia|Melayu-Polinesia]]
| fam3 = [[rumpun bahasa Sulawesi Selatan|Sulawesi Selatan]]
| fam4 = [[rumpun bahasa Makassar|MakassarikMakassar]]
| script = '''ModernModeren''':<br/>&nbsp;&nbsp;&nbsp;[[Alfabet Latin]]<br/>&nbsp;&nbsp;&nbsp;[[Aksara Lontara]]<br/>&nbsp;&nbsp;&nbsp;[[Abjad Jawi|Abjad Serang]]{{sfnp|Jukes|2005|p=122}}<br/>'''Historis''':<br/>&nbsp;&nbsp;&nbsp;[[Aksara Makassar]] (''Jangang-Jangang'')
| iso2 = mak
| iso3 = mak
| glotto = maka1311
| glottofoot = no
| map = Makassarese and Makassaric locator map.svg
| mapsize = 200px
| mapcaption = {{legend|#f3a297|Bahasa Makassar}}
{{legend|#f3a297b7deaa|BahasaRagam [[Rumpun bahasa Makassar|bahasa rumpun Makassar]] lainnya}}
| mapalt = Peta semenanjung Sulawesi Selatan yang diberi arsiran di bagian ujung bawahnya untuk menandai persebaran bahasa Makassar serta bahasa-bahasa Makassarikrumpun Makassar lainnya
{{legend|#b7deaa|Ragam [[Rumpun bahasa Makassar|bahasa Makassarik]] lainnya}}
| notice = IPA
|mapalt=Peta semenanjung Sulawesi Selatan yang diberi arsiran di bagian ujung bawahnya untuk menandai persebaran bahasa Makassar serta bahasa-bahasa Makassarik lainnya
| contoh_teks =
|notice=IPA
}}
 
'''Bahasa Makassar''' {{aka}} '''Makasar, Mengkasar''' atau '''Mengkasara''' (''basa Mangkasaraʼ''; [[Aksara Makassar|Jangang-jangang]]: {{script|Maka|𑻤𑻰 𑻥𑻠𑻰𑻭}}; [[Aksara Lontara|Lontara]]: ᨅᨔ ᨆᨀᨔᨑ) adalah sebuah [[bahasa]] dalam [[rumpunRumpun bahasa Austronesia|Austronesia]] yang lazimnya dituturkan oleh penduduk ber[[suku Makassar]] di sebagian wilayah [[Sulawesi Selatan]], [[Indonesia]]. DaerahSecara yang menggunakankhusus, bahasa makassarini diataranyatermasuk Kabupatenke Gowa,dalam Sinjai,subrumpun Maros, Takalar Jeneponto, Bantaeng, Pangkajene dan Kepulauan, Bulukumba, Kepulauan Selayar dan Kota Makassar. Dalam rumpun[[Rumpun bahasa Austronesia, bahasa Makassar merupakan bagianMelayu-Polinesia|Melayu-Polinesia]] daricabang [[rumpunRumpun bahasa Sulawesi Selatan|Sulawesi Selatan]], walaupun [[kosakata]] bahasa ini tergolong [[divergen]] jika dibandingkan dengan kerabat-kerabat terdekatnya di cabang yang sama. Bahasa Makassar memiliki sekitar 1,87 juta [[penutur jati]] pada tahun 2010.
 
Terdapat 23 [[fonem]] dalam sistem [[fonologi]] bahasa Makassar. Bahasa Makassar juga memiliki beberapa deret [[konsonan]] ganda atau [[geminat]]. Sebagai bahasa [[aglutinasi|aglutinatif]], bahasa Makassar memiliki beragam [[afiks]] yang masih produktif serta serangkaian [[klitik]] yang (antara lain) memarkahi fungsi [[pronomina]] dan [[aspek]]. [[Argumen (linguistik)|Argumen]] dalam bahasa Makassar dimarkahi pada [[predikat]] dengan klitik pronomina yang lazimnya mengikuti [[Aliansi gramatikal|pola persekutuan]] [[persekutuan ergatif-absolutif|ergatif-absolutif]].
 
{{TOC limit|3}}
Baris 40:
== Klasifikasi ==
=== Kekerabatan ===
Bahasa Makassar merupakan bahasa Austronesia dari subrumpun [[Rumpun bahasa Melayu-Polinesia|Melayu-Polinesia]] cabang [[Rumpun bahasa Sulawesi Selatan|Sulawesi Selatan]],{{sfnp|Smith|2017|pp=443–444}} khususnya kelompok [[Rumpun bahasa Makassar|Makassar]] atau Makassarik yang juga mencakup bahasa Konjo (baik ragam [[Bahasa Konjo Pegunungan|Pegunungan]] maupun [[Bahasa Konjo Pesisir|Pesisir]]) serta [[bahasa Selayar]].{{sfnp|Grimes|Grimes|1987|pp=25–29}} Ragam bahasa Konjo dan Selayar terkadang juga dianggap sebagai dialek bahasa Makassar. Sebagai bagian dari rumpun bahasa Sulawesi Selatan, bahasa Makassar juga berkerabat dekat dengan [[bahasa Bugis]], [[bahasa Mandar|Mandar]], dan [[bahasa Toraja-Sa'dan|Sa'dan]] (Toraja).{{sfnp|Jukes|2005|p=649}}
 
Dalam hal [[leksikon|kosakata]], rumpun bahasa MakassarikMakassar merupakan yang paling berbeda di antara bahasa-bahasa Sulawesi Selatan. Rerata persentase [[kemiripan leksikal|kemiripan kosakata]] antara rumpun MakassarikMakassar dengan bahasa-bahasa Sulawesi Selatan lainnya adalah sebesar 43%.{{sfnp|Grimes|Grimes|1987|p=25}} Secara spesifik, dialek Gowa atau Lakiung adalah yang paling divergen; tingkat kemiripan kosakata dialek ini dengan bahasa-bahasa Sulawesi Selatan lainnya sekitar 5–10 poin persentase lebih rendah dibandingkan dengan tingkat kemiripan kosakata bahasa Konjo serta Selayar dengan bahasa-bahasa Sulawesi Selatan lainnya.{{sfnp|Jukes|2005|p=649}}{{sfnp|Grimes|Grimes|1987|p=25}} Meski begitu, analisis [[etimostatistik]]{{efn|Etimostatistik adalah sebuah metode analisis kosakata kembangan linguis Rusia [[Sergei Starostin]]. Metode ini menghitung seberapa banyak kosakata dari secuplik teks dalam satu bahasa yang dapat ditemukan kognatnya dalam bahasa lain.{{sfnp|Sirk|1989|p=72}}}} dan ''functor statistics''{{efn|''Functor statistics'' adalah sebuah metode analisis kosakata yang membandingkan antara morfem inti seperti pronomina, kata tunjuk, kata tanya, konjungsi, imbuhan dan sebagainya.{{sfnp|Sirk|1989|pp=72–73}}}} yang dilakukan oleh linguis Ülo Sirk menghasilkan persentase kemiripan kosakata yang lebih tinggi (≥ 60%) antara bahasa Makassar dan bahasa-bahasa Sulawesi Selatan lainnya. Bukti-bukti kuantitatif ini mendukung analisis kualitatif yang menempatkan bahasa Makassar sebagai bagian dari rumpun Sulawesi Selatan.{{sfnp|Sirk|1989|pp=72–73}}{{sfnp|Jukes|2020|pp=24–25}}
 
=== Dialek ===
{{lihat pula|Rumpun bahasa Makassar}}
[[Berkas:Makassaric lexical similarity.svg|jmpl|kiri|upright=1.5|Diagram hubungan antara ragam-ragam bahasa/dialek dalam [[Rumpun bahasa Makassar|rumpun MakassarikMakassar]] berdasarkan persentase kemiripan leksikal]]
Ragam bahasa dalam rumpun MakassarikMakassar membentuk sebuah [[kesinambungan dialek]], sehingga batas antara bahasa dan dialek sulit ditentukan.{{sfnp|Jukes|2020|p=20}} Survei bahasa di Sulawesi Selatan yang dilakukan oleh pasangan linguis dan antropolog Charles dan Barbara Grimes memisahkan bahasa Konjo dan Selayar dari bahasa Makassar,{{sfnp|Grimes|Grimes|1987|pp=25–26}} sementara survei lanjutan yang dilakukan oleh linguis Timothy Friberg dan Thomas Laskowske memecah bahasa Konjo menjadi tiga (Konjo Pesisir, Konjo Pegunungan, dan [[Bahasa Bentong|Bentong/Dentong]]).{{sfnp|Friberg|Laskowske|1989|p=3}} Walaupun begitu, dalam buku mengenai tata bahasa Makassar terbitan [[Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa]], linguis lokal Abdul Kadir Manyambeang dan tim memasukkan ragam bahasa Konjo dan Selayar sebagai dialek bahasa Makassar.{{sfnp|Manyambeang|Mulya|Nasruddin|1996|pp=2–4}}
 
Tidak termasuk ragam-ragam bahasa Konjo dan Selayar, bahasa Makassar dapat dibagi ke dalam setidaknya tiga dialek, yaitu 1) dialek Gowa atau Lakiung, 2) dialek Jeneponto atau Turatea, dan 3) dialek Bantaeng.{{sfnp|Grimes|Grimes|1987|pp=25–26}}{{sfnp|Manyambeang|Mulya|Nasruddin|1996|pp=2–4}}{{sfnp|Jukes|2020|pp=20–21}}{{efn|Grimes & Grimes (1987) mendaftar dialek keempat, yaitu dialek Maros-Pangkep, terpisah dari dialek Gowa.{{sfnp|Grimes|Grimes|pp=25–26}} ''[[Glottolog]]'' versi 4.1 mengutip kajian ini dan memasukkan Maros-Pangkep sebagai salah satu dari tiga dialek bahasa Makassar, minus dialek Bantaeng.{{sfnp|Hammarström|Forkel|Haspelmath|2019}}}} Perbedaan utama antara ragam-ragam dialek dan bahasa dalam rumpun Makassar adalah dalampada tataran kosakata; tata bahasa ragam-ragam ini secara umum tidak jauh berbeda.{{sfnp|Manyambeang|Mulya|Nasruddin|1996|pp=2–4}}{{sfnp|Jukes|2020|pp=20–21}} Penutur dialek Gowa cenderung bertukar menggunakan bahasa Indonesia ketika berkomunikasi dengan penutur dialek Bantaeng atau penutur bahasa Konjo dan Selayar, begitu pula sebaliknya. Dialek Gowa umumnya dianggap sebagai "ragam tinggi" (''prestige variety'') bahasa Makassar. Sebagai ragam yang dituturkan di wilayah pusat daerah, dialek Gowa juga lazim digunakan oleh penutur dialek atau ragam bahasa lainnya dalam rumpun Makassar.{{sfnp|Jukes|2020|p=20}}
 
== Demografi dan persebaran ==
Baris 55:
Menurut sebuah studi demografi yang didasarkan pada data sensus tahun 2010, sekitar 1,87 juta penduduk Indonesia yang berusia di atas lima tahun menggunakan bahasa Makassar sebagai [[bahasa ibu]]. Secara nasional, bahasa Makassar termasuk ke dalam 20 bahasa dengan jumlah penutur terbanyak, tepatnya di posisi ke-16.{{sfnp|Ananta|Arifin|Hasbullah|Handayani|2015|pp=278, 280}} Bahasa Makassar juga merupakan bahasa dengan penutur terbanyak kedua di [[Sulawesi]] setelah bahasa Bugis yang memiliki lebih dari 3,5 juta penutur.{{sfnp|Ananta|Arifin|Hasbullah|Handayani|2015|p=278}}{{sfnp|Tabain|Jukes|2016|p=99}}
 
Bahasa Makassar utamanya dituturkan oleh etnis Makassar,{{sfnp|Ananta|Arifin|Hasbullah|Handayani|2015|p=280}} walaupun sebagian kecil (1,89%) etnis Bugis juga menggunakan bahasa ini sebagai bahasa ibu.{{sfnp|Ananta|Arifin|Hasbullah|Handayani|2015|p=292}} Penutur bahasa Makassar terpusat di wilayah barat daya semenanjung Sulawesi Selatan, terutama di wilayah pesisir yang subur di sekitar [[Kota Makassar]], [[Kabupaten Gowa]], dan [[Kabupaten Takalar]].{{sfnp|Jukes|2020|p=4}} Bahasa Makassar juga dituturkan oleh sebagian penduduk kabupaten [[Kabupaten Maros|Maros]] serta [[Pangkajene dan Kepulauan]] di utara, berdampingan dengan bahasa Bugis.{{sfnp|Friberg|Laskowske|1989|p=3}}{{sfnp|Grimes|Grimes|1987|p=27}}{{sfnp|Manyambeang|Mulya|Nasruddin|1996|p=2}} Penduduk kabupaten [[Kabupaten Jeneponto|Jeneponto]] serta [[Kabupaten Bantaeng|Bantaeng]] umumnya juga mengidentifikasi diri sebagai bagian dari komunitas penutur bahasa Makassar, walaupun ragam yang mereka tuturkan (dialek Jeneponto atau Turatea serta dialek Bantaeng) lumayan berbeda dari dialek yang digunakan di Gowa dan Takalar.{{sfnp|Jukes|2020|p=4}}{{sfnp|Grimes|Grimes|1987|p=27}} [[Bahasa Konjo]] yang berkerabat dekat dengan bahasa Makassar dituturkan di wilayah pegunungan Gowa serta di pesisir [[Kabupaten Bulukumba]],{{sfnp|Grimes|Grimes|1987|p=28}} sementara [[bahasa Selayar]] dituturkan di [[Pulau Selayar]] di selatan semenanjung.{{sfnp|Jukes|2020|p=4}}{{sfnp|Manyambeang|Mulya|Nasruddin|1996|p=3}}
 
== Sejarah ==
Baris 221:
|}
 
Bunyi /s l r/ dapat dikategorikan sebagai kelompok [[kontinuan]] (bunyi yang diucapkan tanpa menghalangi secara penuh aliran udara yang keluar melalui mulut) non-sengau, dan ketiga-tiganya tidak dapat mengisi posisi akhir suku kata kecuali sebagai bagian dari deret konsonan geminasi.{{sfnp|Jukes|2020|p=108}} Kata dasar yang sejatinya berakhir dengan konsonan-konsonan ini akan diimbuhi vokal [[epentesis|epentetis]] yang sama dengan vokal di suku kata sebelumnya, serta ditutup dengan konsonan hambat glotal {{IPA|[ʔ]}},{{sfnp|Macknight|2012|p=10}} seperti pada kata ''ótereʼ'' {{IPA|/oter/}} 'tali', ''bótoloʼ'' {{IPA|/botol/}} 'botol', dan ''rántasaʼ'' {{IPA|/rantas/}} 'kotor'.{{sfnp|Basri|Broselow|Finer|1999|p=26}} Elemen tambahan ini juga disebut sebagai deret "VK[[Rumpun bahasa Makassar#Tata bunyi|vokal-gemakonsonan pantulan]]" (''echo-VC''), dan dapat memengaruhi posisi tekanan pada sebuah kata (lihat bagian [[#Tekanan]]).{{sfnp|Tabain|Jukes|2016|p=107}}{{sfnp|Jukes|2020|pp=107, 109}}
 
Umumnya, kata dasar dalam bahasa Makassar memiliki panjang dua atau tiga suku kata. Meski begitu, kata-kata yang lebih panjang dapat dibentuk karena sifat bahasa Makassar yang [[aglutinasi|aglutinatif]] serta adanya proses [[reduplikasi]] (perulangan) yang masih sangat produktif.{{sfnp|Tabain|Jukes|2016|p=108}} Menurut Jukes, kata dengan panjang enam atau tujuh suku kata lazim ditemukan dalam bahasa Makassar, sementara kata dasar dengan satu suku kata (yang bukan merupakan pinjaman dari bahasa lain) sangatlah jarang, walaupun ada beberapa kata seru dan partikel yang terdiri dari satu suku kata saja.{{sfnp|Jukes|2020|pp=97, 99–100}}
Baris 228:
Tekanan umumnya diberikan pada suku kata [[ultima|penultima]] (kedua dari akhir) dari sebuah kata dasar. Dalam kata ulang, tekanan sekunder akan diberikan pada unsur pertama, contohnya pada kata ''ammèkang-mékang'' {{IPA|/amˌmekaŋˈmekaŋ/}} 'memancing-mancing (secara tidak serius)'.{{sfnp|Tabain|Jukes|2016|p=108}}{{sfnp|Jukes|2005|p=651–652}} Sufiks umumnya dihitung sebagai bagian dari unsur fonologis yang diberikan tekanan, sementara enklitik tidak dihitung (ekstrametrikal).{{sfnp|Tabain|Jukes|2016|p=108}}{{sfnp|Jukes|2020|p=101}} Kata ''gássing'' 'kuat', misalnya, jika ditambah sufiks benefaktif ''-ang'' akan menjadi ''gassíngang'' 'lebih kuat dari' dengan tekanan pada suku kata penultima, tetapi jika diberi enklitik pemarkah persona pertama ''=aʼ'' akan menjadi ''gássingaʼ'' 'saya kuat', dengan tekanan pada suku kata antepenultima (ketiga dari akhir).{{sfnp|Basri|Broselow|Finer|1999|pp=25–26}}
 
[[Morfem]] lainnya yang dihitung sebagai bagian dari unsur yang diberi tekanan adalah klitik afiksal{{efn|"Klitik afiksal" atau "afiks frasa" merupakan sekumpulan [[morfem]] dalam bahasa Makassar yang memiliki sebagian sifat-sifat serupa afiks (karena dihitung untuk menentukan tekanan) maupun klitik (karena terikat dengan frasa alih-alih kata). Batas antara klitik afiksal dan morfem lainnyayang diimbuhinya ditandai dengan simbol ≡.{{sfnp|Jukes|2020|p=133–134}}}} pemarkah kepunyaan, seperti pada kata ''tedóng≡ku'' (kerbau≡{{gcl|1}}.{{gcl|POSS}}) 'kerbau saya'.{{sfnp|Jukes|2020|p=101}} Khusus untuk pemarkah [[ketakrifan|takrif]] (''definite marker'') ''≡a'', morfem ini dihitung sebagai bagian dari unsur yang diberi tekanan hanya jika kata dasar yang diimbuhinya berakhiran vokal seperti pada kata ''batúa'' 'batu (itu)'—bandingkan dengan pola tekanan pada ''kóngkonga'' 'anjing (itu)' yang kata dasarnya berakhiran konsonan.{{sfnp|Jukes|2005|pp=652, 656, 659}}{{sfnp|Basri|Broselow|Finer|1999|pp=27}} Sebuah kata dapat memiliki tekanan pada suku kata keempat terakhir jika kata tersebut diimbuhi kombinasi enklitik dwisilabis seperti ''=mako'' (''=ma'' {{gcl|PFV}} ''=ko'' {{gcl|2}}), contoh: ''náiʼmako'' 'naiknaiklah!'.{{sfnp|Jukes|2020|p=101}} Posisi tekanan juga dapat dipengaruhi proses degeminasi vokal, yaitu peleburan vokal identik lintas morfem menjadi satu. Misalnya, kata ''jappa'' 'jalan' jika ditambah imbuhan ''-ang'' akan menjadi ''jappáng'' 'berjalan dengan', dengan tekanan pada suku kata ultima (akhir).{{sfnp|Jukes|2005|p=652–653}}
 
TekananSuku padakata vokal-konsonan pantulan dianggap bukan bagian dari unsur yang diberi tekanan, sehingga kata-kata dasaryang denganmemilikinya VK-gemaakan selalu terletakdiberi tekanan pada suku kata antepenultima, contohnyaseperti pada kata ''lápisiʼ'' 'lapis', ''bótoloʼ'' 'botol', ''pásaraʼ'', dan ''Mangkásaraʼ'' 'Makassar', karena suku kata dengan VK-gema bersifat ekstrametrikal.{{sfnp|Tabain|Jukes|2016|p=107}}{{sfnp|Jukes|2020|pp=107, 109}}{{sfnp|Basri|Broselow|Finer|1999|p=26}} Akan tetapi, pengimbuhanPengimbuhan sufiks ''-ang'' dan ''-i'' akan menghapus sukuvokal-konsonan kata epentetis inipantulan dan memindahkan tekanannya ke posisisuku kata penultima, seperti pada kata ''lapísi'' 'lapisi'.{{sfnp|Jukes|2005|p=653}} Penambahan klitik afiksal pemarkah kepunyaan juga memindahkan tekanan ke posisi penultima, tetapi tidak menghapus sukuderet kata epentetisvokal-konsonan ini, seperti pada kata ''botolóʼna'' 'botolnya'. Sementara, penambahan pemarkah takrif dan enklitik tidak menghapus suku kataderet ini maupun mengubah posisi tekanantekanannya, seperti pada kata ''pásaraka'' 'pasar (itu)' dan ''appásarakaʼ'' 'saya pergi ke pasar'.{{sfnp|Jukes|2020|p=108}}{{sfnp|Basri|Broselow|Finer|1999|pp=26–27}}
 
== Tata bahasa ==
Baris 289:
Pronomina persona pertama jamak inklusif juga digunakan untuk merujuk kepada persona kedua jamak sekaligus berfungsi sebagai bentuk hormat bagi persona kedua tunggal. Seri pronomina persona pertama ''ku='' lazimnya juga digunakan untuk merujuk pada persona pertama jamak dalam bahasa Makassar modern; pronomina ''kambe'' dan pemarkah kepunyaan ''≡mang'' bersifat arkais, sementara enklitik ''=kang'' hanya dapat muncul dalam bentuk kombinasi dengan klitik pemarkah [[Modalitas (linguistik)|modalitas]] dan [[aspek]], seperti ''=pakang'' (''=pa'' {{gcl|IPF}} ''=kang'' {{gcl|1PL}}.{{gcl|EXCL}}).{{sfnp|Jukes|2020|p=169}} Makna jamak dapat dinyatakan lebih jelas dengan menambahkan kata ''ngaseng'' 'semua' setelah bentuk bebas, semisal ''ia–ngaseng'' 'mereka semua' dan ''ikau–ngaseng'' 'kalian semua',{{sfnp|Macknight|2012|p=13}} atau sebelum enklitik, misalnya ''ngaseng=i'' 'mereka semua'. Walaupun begitu, ''ngaseng'' tidak dapat dipasangkan dengan proklitik.{{sfnp|Jukes|2020|p=169}}
 
Bentuk proklitik dan enklitik merupakan bentuk pronomina yang paling umum digunakan untuk merujuk pada persona atau benda yang dituju (lihat bagian [[#Klausa dasar]] untuk contoh penggunaannya). Bentuk bebas lebih jarang digunakan; pemakaiannya biasanya terbatas pada klausa [[presentatif (linguistik)|presentatif]] (klausa yang menyatakan atau mengenalkan sesuatu, lihat contoh 1), sebagai penekanan (2), dalam [[frasa]] [[preposisi]]onal yang berfungsi sebagai argumen maupun [[adjung]] (3), dan sebagai [[predikat]] (4).{{sfnp|Jukes|2020|pp=169–170}}{{efn|Singkatan glos dan pemarkah antarmorfem pada contoh-contoh di artikel ini telah diselaraskan mengikuti Jukes (2020). Simbol - akan digunakan untuk imbuhan, {{=}} untuk klitik, dan ≡ untuk klitik afiksal. Klitik pronomina hanya akan dilabeli secara minimal dengan makna persona, semisal {{gcl|1}}{{=}} untuk proklitik persona pertama ('ergatif'), dan {{=}}{{gcl|3}} untuk enklitik persona ketiga ('absolutif').{{sfnp|Jukes|2020|pp=xvii–xviii}}}}
:{{interlinear |lang=mak |number=(1) |indent=2
|top='''''Ia'''minjo allo makaruayya''
Baris 440:
 
:{{interlinear |lang=mak |number=(8) |indent=2
|top=''Tau <u>battua ri JepangJapáng</u>''
|tau battu ≡a ri JepangJapáng
|orang datang ≡{{gcl|DEF}} PREP Jepang
|'Orang yang datang dari Jepang.'{{sfnp|Jukes|2020|p=226}}
Baris 451:
=== Klausa dasar ===
==== Klausa intransitif ====
Dalam klausa intransitif bahasa Makassar, enklitik 'absolutif' (={{gcl|ABS}}) digunakan untuk merujuk-silang satu-satunya argumen dalam klausa tersebut (S) jika argumen tersebut bersifat takrif (''definite'') atau kentara (''salient'') menurut konteks percakapannya. Enklitik ini cenderung dipasangkan pada konstituen pertama dari sebuah klausa—dengan kata lain, enklitik ini merupakan enklitik Wackernagel, atau enklitik yang lazimnya berada di posisi keduaklausa. Prefiks (imbuhan awalan) ''aK-'' umumnya digunakan untuk membentuk verba intransitif, walaupun beberapa verba seperti ''tinro'' 'tidur' tidak memerlukan prefiks ini.{{sfnp|Jukes|2013a|p=68}}
 
:{{interlinear |lang=mak |number=(11) |indent=2
Baris 556:
Jika dibandingkan dengan [[#12|contoh (12)]] yang sekadar merupakan pernyataan fakta ('si Ali tidur'), contoh (21) dapat menyatakan makna 'kuberitahu padamu, si Ali sedang tidur', 'kudengar si Ali sedang tidur', atau makna interogatif 'benarkah si Ali yang tidur?'. Contoh ini juga merupakan jawaban bagi pertanyaan ''inai tinro?'' 'siapa yang tidur?'.<!--(perhatikan juga bahwa kata tanya umumnya berada pada posisi fokus)-->{{sfnp|Jukes|2013a|p=79}}
 
Dalam kalimat transitif, salah satu argumen (tetapi tidak keduanya) dapat difokuskan.{{sfnp|Jukes|2005|p=667}} Imbuhan ''aN-'' (bedakan dari imbuhan semi-transitif ''aN(N)-'' yang menukar konsonan awal kata dasar dengan bunyi sengau) biasanya akan ditambahkan pada kalimat dengan fokus pada argumen pelaku, sementara kalimat dengan fokus pada argumen penderita tidak memilki imbuhan apapun dan hanya ditandai dengan ketiadaan klitik yang merujuk-silang argumen tersebut.{{sfnp|Jukes|2013a|p=80}} Contoh kalimat (22) memfokuskan argumen A atau pelaku, sementara contoh (23) memfokuskan argumen P atau penderita.{{sfnp|Jukes|2005|p=667}}
:{{interlinear |lang=mak |number=(22) |indent=2
|top=''<u>Kongkonga</u> ambunoi mionga''
Baris 587:
=== Kala, aspek, dan modalitas ===
[[Berkas:Makassarese clitics order id.svg|jmpl|upright=1.2|ka|Klitik kala dan aspek ('''{{red|merah}}''') diletakkan sebelum klitik pronomina ('''{{green|hijau}}''') baik sebelum maupun setelah kata dasar ('''{{blue|biru}}''')]]
Selain klitik pronomina persona yang dipakai untuk merujuk-silang argumen dalam sebuah kalimat, bahasa Makassar juga memiliki serangkaian klitik yang digunakan untuk memarkahi makna gramatikal seperti [[Kala gramatikal|kala]] (''tense''), aspek, modalitas, danserta [[Afirmasi dan negasi (linguistik)|polaritas]] (pembenaran ataudan penyangkalan). Klitik yang termasuk golongan ini adalah proklitik ''la='' {{gcl|FUT}} dan ''ta='' {{gcl|NEG}}, serta enklitik ''=mo'' {{gcl|PFV}}, ''=pa'' {{gcl|IPF}}, ''=ja'' {{gcl|LIM}}, dan ''=ka'' {{gcl|OR|'atau'}}.{{sfnp|Jukes|2013b|pp=123–124}} Klitik jenis ini secara umum diletakkan sebelum klitik pronomina (jika ada), baik dalam posisi awal atau akhir kata dasar yang diimbuhinya.{{sfnp|Jukes|2013b|p=124}} Bunyi vokal dalam enklitik aspek/modalitas akan dibuang jika diikuti oleh enklitik pronomina ''=aʼ'' dan ''=i'', dengan pengecualian enklitik ''=ka'' yang menjadi ''=kai'' jika dipasangkan dengan ''=i''.{{sfnp|Jukes|2020|pp=126, 132}} Tabel berikut menunjukkan kombinasi antara enklitik aspek/modalitas dan pronomina:{{sfnp|Jukes|2013b|p=125}}
{| class="wikitable" style="text-align: left;"
|+ 6. Enklitik aspek/modalitas dan pronomina{{sfnp|Jukes|2013b|p=125}}
Baris 627:
|}
 
Proklitik ''ta='', walaupun merupakan morfem penyangkal yang paling dasar dalam bahasa Makassar, bukan merupakan penyangkal yang paling umum digunakan. Konstruksi sangkalan pada umumnya menggunakan gabungan kata yang sudah mengalami gramatikalisasi seperti ''taena'' 'tidak'.{{sfnp|Jukes|2013b|p=125}}<!--(lihat bagian [[#Negasi]])-->

Sementara, Proklitikproklitik ''la='' dapat digunakan untuk menyatakan kala mendatang (''future tense'') atau makna 'akan', seperti dalam contoh berikut:{{sfnp|Jukes|2013b|p=127}}
:{{interlinear |lang=mak |number= |indent=2
|top='''''La'''mangeaʼ ri pasaraka ammuko''
Baris 646 ⟶ 648:
Penggunaan klitik perfektif ''=mo'' bersamaan dengan ''la='' menandakan bahwa hal yang dirujuk oleh kedua klitik tersebut akan segera terjadi.{{sfnp|Jukes|2013b|p=127}}
:{{interlinear |lang=mak |number= |indent=2
|top='''''La'''kusare'''mamako'''ko paʼarengang''
|la{{=}} ku{{=}} sare {{=}}mo {{=}}ko pa&gt; aK- areng &lt;ang
|FUT{{=}} 1{{=}} beri {{=}}PFV {{=}}2FAM NR&gt; MV- nama &lt;NR
Baris 654 ⟶ 656:
Enklitik ''=mo'' sendiri pada dasarnya merupakan pemarkah aspek perfektif atau makna 'sudah/telah'.{{sfnp|Jukes|2013b|p=128}}
:{{interlinear |lang=mak |number= |indent=2
|top=''Pirambulam'''mmi'''i battanta? Sibulam'''mmaʼ''' tacciniʼ ceraʼ''
|piraN- bulang {{=}}mo {{=}}i battang ≡ta si- bulang {{=}}mo {{=}}aʼ ta{{=}} aK- ciniʼ ceraʼ
|berapa bulan {{=}}PFV {{=}}3 perut ≡{{gcl|2POL|persona kedua, bentuk hormat}}.POSS se- bulan {{=}}PFV {{=}}1 NEG{{=}} MV- lihat darah
Baris 662 ⟶ 664:
Enklitik ini juga memiliki makna deontik (menandakan keharusan atau kepastian) dan dapat digunakan dalam konstruksi imperatif seperti dalam contoh (9). Dalam konstruksi interogatif, penambahan enklitik ''=mo'' menandakan bahwa penanya menginginkan jawaban yang pasti.{{sfnp|Jukes|2013b|p=128–129}}
:{{interlinear |lang=mak |number= |indent=2
|top=''Ammempo'''mamakiʼ'''kiʼ''
|amm- empo {{=}}mo {{=}}kiʼ
|MV- duduk {{=}}PFV {{=}}2POL
Baris 668 ⟶ 670:
}}
:{{interlinear |lang=mak |number= |indent=2
|top=''Kere'''mmi'''i mae pammantangannu?''
|kere {{=}}mo {{=}}i mae pa&gt; amm- antang &lt;ang ≡nu
|{di mana} {{=}}PFV {{=}}3 ada NR&gt; MV- tinggal &lt;NR ≡{{gcl|2FAM|persona kedua, bentuk akrab}}.POSS
Baris 676 ⟶ 678:
Lawan dari ''=mo'' adalah enklitik imperfektif ''=pa'', yang menyampaikan makna 'belum usai' atau 'masih'.{{sfnp|Jukes|2013b|p=129}}
:{{interlinear |lang=mak |indent=2
|top=''Ingka seʼre'''ppi'''i kuboya''
|ingka seʼre {{=}}pa {{=}}i ku{{=}} boya
|tetapi satu {{=}}IPF {{=}}3 1{{=}} cari
Baris 684 ⟶ 686:
Makna 'saja, hanya' (dalam artian 'tidak lebih dari' atau 'tiada lain selain') disampaikan oleh enklitik limitatif ''=ja''. Contoh penggunaan:{{sfnp|Jukes|2013b|p=130}}
:{{interlinear |lang=mak |indent=2
|top=''Mannantu lompo, lompo bannan'''jji'''i''
|manna antu lompo lompo bannang {{=}}ja {{=}}i
|walaupun itu besar besar benang {{=}}LIM {{=}}3
Baris 692 ⟶ 694:
Enklitik ''=ka'' memiliki dua fungsi. Dalam kalimat tanya, enklitik ini digunakan untuk meminta kepastian atau mengklarifikasi pernyataan lawan bicara, serupa partikel ''question tag'' dalam bahasa Inggris.{{sfnp|Jukes|2020|pp=132–133}}
:{{interlinear |lang=mak |indent=2
|top=''Lanaung'''kakako'''ko?''
|la{{=}} naung {{=}}ka {{=}}ko
|FUT{{=}} turun {{=}}OR {{=}}2FAM
Baris 698 ⟶ 700:
}}
 
Fungsi lain enklitik ''=ka'' adalah untuk memarkahi pilihan atau kemungkinan, misalnya ''tedong=ka jarang=ka'' (kerbau={{gcl|OR|'atau'}} kuda={{gcl|OR|'atau'}}) '[pilihannya] antara kerbau atau kuda'. Contoh penggunaan yang lebih panjang dapat dilihat dari kutipan mukadimah ''[[Kronik Gowa|Sejarah Gowa]]'' berikut:{{sfnp|Jukes|2020|p=133}}
:{{interlinear |lang=mak |indent=2
|top=''Ka punna taniassenga ruai kodina kisaʼring'''kakai'''i kalenta karaeng–dudu na kana'''ka''' tau ipantaraka tau bawang–dudu''
|ka punna ta{{=}} ni- asseng ≡a rua {{=}}i kodi ≡na ki{{=}} saʼring {{=}}ka {{=}}i kale ≡nta karaeng dudu na kana {{=}}ka tau i pantaraʼ ≡a tau bawang dudu
|BCS jika NEG{{=}} PASS- tahu ≡{{gcl|DEF}} dua {{=}}3 buruk ≡{{gcl|3}}.POSS 2POL{{=}} rasa {{=}}OR {{=}}3 diri ≡{{gcl|2POL|persona kedua, bentuk hormat}}.POSS raja sangat dan kata {{=}}OR orang PREP luar ≡{{gcl|DEF}} orang biasa sangat
Baris 707 ⟶ 709:
 
== Simbol dan singkatan istilah ==
::{| style="border-spacing:0px10px"
| {{gcl|glossing=no abbr|1}} || &nbsp; || persona pertama || &nbsp; || &nbsp; || {{gcl|glossing=no abbr|INCL}} || &nbsp; || inklusif
|-
| {{gcl|glossing=no abbr|2}} || persona kedua
|-
| {{gcl|glossing=no abbr|3}} || persona ketiga
|-
| {{gcl|glossing=no abbr|ABS}} || absolutif
|-
| {{gcl|glossing=no abbr|AF}} || fokus aktor/pelaku
|-
| {{gcl|glossing=no abbr|BCS}} || sebab, karena
|-
| {{gcl|glossing=no abbr|BV}} || bivalen/dwivalen
|-
| {{gcl|glossing=no abbr|DEF}} || definit/takrif
|-
| {{gcl|glossing=no abbr|ERG}} || ergatif
|-
| {{gcl|glossing=no abbr|EXCL}} || eksklusif
|-
| {{gcl|glossing=no abbr|FAM}} || bentuk akrab
|-
| {{gcl|glossing=no abbr|FUT}} || kala mendatang
|-
|{{gcl|glossing=no abbr|INCL}} || inklusif
|-
| {{gcl|glossing=no abbr|2}} || || persona kedua || || || {{gcl|glossing=no abbr|MV}} || || monovalen/ekavalen
|-
| {{gcl|glossing=no abbr|3}} || || persona ketiga || || || {{gcl|glossing=no abbr|NEG}} || || negasi/sangkalan
|-
| {{gcl|glossing=no abbr|ABS}} || || absolutif || || || {{gcl|glossing=no abbr|NR}} || || pembentuk nomina
|-
| {{gcl|glossing=no abbr|AFOR}} || ||atau, fokus aktor/pelaku || || || {{gcl|glossing=no abbr|ORD}} || ||partikel ordinal/urutantanya
|-
| {{gcl|glossing=no abbr|BCSORD}} || || sebab, karena || || || {{gcl|glossing=no abbr|PERS}} || || personalordinal/urutan
|-
| {{gcl|glossing=no abbr|BVPERS}} || || bivalen/dwivalen || || || {{gcl|glossing=no abbr|PFV}} || || aspek perfektifpersonal
|-
| {{gcl|glossing=no abbr|DEFPFV}} || || definit/takrif/pasti || || || {{gcl|glossing=no abbr|POL}} || || bentukaspek sopanperfektif
|-
| {{gcl|glossing=no abbr|ERGPOL}} || || ergatif || || || {{gcl|glossing=no abbr|POSS}} || || pemarkahbentuk posesi/kepunyaansopan
|-
| {{gcl|glossing=no abbr|EXCLPOSS}} || || eksklusif || || || {{gcl|glossing=no abbr|PREP}} || ||pemarkah preposisiposesi/kepunyaan
|-
| {{gcl|glossing=no abbr|FAMPREP}} || || bentuk akrab || || || {{gcl|glossing=no abbr|RDP}} || || reduplikasi/perulanganpreposisi
|-
| {{gcl|glossing=no abbr|FUTRDP}} || || kala mendatangreduplikasi/perulangan
|}