Bahasa Makassar: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Swarabakti (bicara | kontrib) |
Swarabakti (bicara | kontrib) kTidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan visualeditor-wikitext |
||
(13 revisi perantara oleh 4 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 32:
}}
'''Bahasa Makassar''' (''basa Mangkasaraʼ''; [[Aksara Makassar|Jangang-jangang]]: {{script|Maka|𑻤𑻰 𑻥𑻠𑻰𑻭}}; [[Aksara Lontara|Lontara]]: ᨅᨔ ᨆᨀᨔᨑ) adalah sebuah [[bahasa]]
Terdapat 23 [[fonem]] dalam sistem [[fonologi]] bahasa Makassar. Bahasa Makassar juga memiliki beberapa deret [[konsonan]] ganda atau [[geminat]]. Sebagai bahasa [[aglutinasi|aglutinatif]], bahasa Makassar memiliki beragam [[afiks]] yang masih produktif serta serangkaian [[klitik]] yang (antara lain) memarkahi fungsi [[pronomina]] dan [[aspek]]. [[Argumen (linguistik)|Argumen]] dalam bahasa Makassar dimarkahi pada [[predikat]] dengan klitik pronomina yang lazimnya mengikuti [[Aliansi gramatikal|pola persekutuan]] [[persekutuan ergatif-absolutif|ergatif-absolutif]].
Baris 40:
== Klasifikasi ==
=== Kekerabatan ===
Bahasa Makassar merupakan bahasa Austronesia dari subrumpun
Dalam hal [[leksikon|kosakata]], rumpun bahasa Makassar merupakan yang paling berbeda di antara bahasa-bahasa Sulawesi Selatan. Rerata persentase [[kemiripan leksikal|kemiripan kosakata]] antara rumpun Makassar dengan bahasa-bahasa Sulawesi Selatan lainnya adalah sebesar 43%.{{sfnp|Grimes|Grimes|1987|p=25}} Secara spesifik, dialek Gowa atau Lakiung adalah yang paling divergen; tingkat kemiripan kosakata dialek ini dengan bahasa-bahasa Sulawesi Selatan lainnya sekitar 5–10 poin persentase lebih rendah dibandingkan dengan tingkat kemiripan kosakata bahasa Konjo serta Selayar dengan bahasa-bahasa Sulawesi Selatan lainnya.{{sfnp|Jukes|2005|p=649}}{{sfnp|Grimes|Grimes|1987|p=25}} Meski begitu, analisis [[etimostatistik]]{{efn|Etimostatistik adalah sebuah metode analisis kosakata kembangan linguis Rusia [[Sergei Starostin]]. Metode ini menghitung seberapa banyak kosakata dari secuplik teks dalam satu bahasa yang dapat ditemukan kognatnya dalam bahasa lain.{{sfnp|Sirk|1989|p=72}}}} dan ''functor statistics''{{efn|''Functor statistics'' adalah sebuah metode analisis kosakata yang membandingkan antara morfem inti seperti pronomina, kata tunjuk, kata tanya, konjungsi, imbuhan dan sebagainya.{{sfnp|Sirk|1989|pp=72–73}}}} yang dilakukan oleh linguis Ülo Sirk menghasilkan persentase kemiripan kosakata yang lebih tinggi (≥ 60%) antara bahasa Makassar dan bahasa-bahasa Sulawesi Selatan lainnya. Bukti-bukti kuantitatif ini mendukung analisis kualitatif yang menempatkan bahasa Makassar sebagai bagian dari rumpun Sulawesi Selatan.{{sfnp|Sirk|1989|pp=72–73}}{{sfnp|Jukes|2020|pp=24–25}}
Baris 49:
Ragam bahasa dalam rumpun Makassar membentuk sebuah [[kesinambungan dialek]], sehingga batas antara bahasa dan dialek sulit ditentukan.{{sfnp|Jukes|2020|p=20}} Survei bahasa di Sulawesi Selatan yang dilakukan oleh pasangan linguis dan antropolog Charles dan Barbara Grimes memisahkan bahasa Konjo dan Selayar dari bahasa Makassar,{{sfnp|Grimes|Grimes|1987|pp=25–26}} sementara survei lanjutan yang dilakukan oleh linguis Timothy Friberg dan Thomas Laskowske memecah bahasa Konjo menjadi tiga (Konjo Pesisir, Konjo Pegunungan, dan [[Bahasa Bentong|Bentong/Dentong]]).{{sfnp|Friberg|Laskowske|1989|p=3}} Walaupun begitu, dalam buku mengenai tata bahasa Makassar terbitan [[Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa]], linguis lokal Abdul Kadir Manyambeang dan tim memasukkan ragam bahasa Konjo dan Selayar sebagai dialek bahasa Makassar.{{sfnp|Manyambeang|Mulya|Nasruddin|1996|pp=2–4}}
Tidak termasuk ragam-ragam bahasa Konjo dan Selayar, bahasa Makassar dapat dibagi ke dalam setidaknya tiga dialek, yaitu 1) dialek Gowa atau Lakiung, 2) dialek Jeneponto atau Turatea, dan 3) dialek Bantaeng.{{sfnp|Grimes|Grimes|1987|pp=25–26}}{{sfnp|Manyambeang|Mulya|Nasruddin|1996|pp=2–4}}{{sfnp|Jukes|2020|pp=20–21}}{{efn|Grimes & Grimes (1987) mendaftar dialek keempat, yaitu dialek Maros-Pangkep, terpisah dari dialek Gowa.{{sfnp|Grimes|Grimes|pp=25–26}} ''[[Glottolog]]'' versi 4.1 mengutip kajian ini dan memasukkan Maros-Pangkep sebagai salah satu dari tiga dialek bahasa Makassar, minus dialek Bantaeng.{{sfnp|Hammarström|Forkel|Haspelmath|2019}}}} Perbedaan utama antara ragam-ragam dialek dan bahasa dalam rumpun Makassar adalah
== Demografi dan persebaran ==
Baris 221:
|}
Bunyi /s l r/ dapat dikategorikan sebagai kelompok [[kontinuan]] (bunyi yang diucapkan tanpa menghalangi secara penuh aliran udara yang keluar melalui mulut) non-sengau, dan ketiga-tiganya tidak dapat mengisi posisi akhir suku kata kecuali sebagai bagian dari deret konsonan geminasi.{{sfnp|Jukes|2020|p=108}} Kata dasar yang sejatinya berakhir dengan konsonan-konsonan ini akan diimbuhi vokal [[epentesis|epentetis]] yang sama dengan vokal di suku kata sebelumnya, serta ditutup dengan konsonan hambat glotal {{IPA|[ʔ]}},{{sfnp|Macknight|2012|p=10}} seperti pada kata ''ótereʼ'' {{IPA|/oter/}} 'tali', ''bótoloʼ'' {{IPA|/botol/}} 'botol', dan ''rántasaʼ'' {{IPA|/rantas/}} 'kotor'.{{sfnp|Basri|Broselow|Finer|1999|p=26}} Elemen tambahan ini juga disebut sebagai deret "
Umumnya, kata dasar dalam bahasa Makassar memiliki panjang dua atau tiga suku kata. Meski begitu, kata-kata yang lebih panjang dapat dibentuk karena sifat bahasa Makassar yang [[aglutinasi|aglutinatif]] serta adanya proses [[reduplikasi]] (perulangan) yang masih sangat produktif.{{sfnp|Tabain|Jukes|2016|p=108}} Menurut Jukes, kata dengan panjang enam atau tujuh suku kata lazim ditemukan dalam bahasa Makassar, sementara kata dasar dengan satu suku kata (yang bukan merupakan pinjaman dari bahasa lain) sangatlah jarang, walaupun ada beberapa kata seru dan partikel yang terdiri dari satu suku kata saja.{{sfnp|Jukes|2020|pp=97, 99–100}}
Baris 228:
Tekanan umumnya diberikan pada suku kata [[ultima|penultima]] (kedua dari akhir) dari sebuah kata dasar. Dalam kata ulang, tekanan sekunder akan diberikan pada unsur pertama, contohnya pada kata ''ammèkang-mékang'' {{IPA|/amˌmekaŋˈmekaŋ/}} 'memancing-mancing (secara tidak serius)'.{{sfnp|Tabain|Jukes|2016|p=108}}{{sfnp|Jukes|2005|p=651–652}} Sufiks umumnya dihitung sebagai bagian dari unsur fonologis yang diberikan tekanan, sementara enklitik tidak dihitung (ekstrametrikal).{{sfnp|Tabain|Jukes|2016|p=108}}{{sfnp|Jukes|2020|p=101}} Kata ''gássing'' 'kuat', misalnya, jika ditambah sufiks benefaktif ''-ang'' akan menjadi ''gassíngang'' 'lebih kuat dari' dengan tekanan pada suku kata penultima, tetapi jika diberi enklitik pemarkah persona pertama ''=aʼ'' akan menjadi ''gássingaʼ'' 'saya kuat', dengan tekanan pada suku kata antepenultima (ketiga dari akhir).{{sfnp|Basri|Broselow|Finer|1999|pp=25–26}}
[[Morfem]] lainnya yang dihitung sebagai bagian dari unsur yang diberi tekanan adalah klitik afiksal{{efn|"Klitik afiksal" atau "afiks frasa" merupakan sekumpulan [[morfem]] dalam bahasa Makassar yang memiliki sifat serupa afiks (karena dihitung untuk menentukan tekanan) maupun klitik (karena terikat dengan frasa alih-alih kata). Batas antara klitik afiksal dan morfem yang diimbuhinya ditandai dengan simbol ≡.{{sfnp|Jukes|2020|p=133–134}}}} pemarkah kepunyaan, seperti pada kata ''tedóng≡ku'' (kerbau≡{{gcl|1}}.{{gcl|POSS}}) 'kerbau saya'.{{sfnp|Jukes|2020|p=101}} Khusus untuk pemarkah [[ketakrifan|takrif]] (''definite marker'') ''≡a'', morfem ini dihitung sebagai bagian dari unsur yang diberi tekanan hanya jika kata dasar yang diimbuhinya berakhiran vokal seperti pada kata ''batúa'' 'batu (itu)'—bandingkan dengan pola tekanan pada ''kóngkonga'' 'anjing (itu)' yang kata dasarnya berakhiran konsonan.{{sfnp|Jukes|2005|pp=652, 656, 659}}{{sfnp|Basri|Broselow|Finer|1999|pp=27}} Sebuah kata dapat memiliki tekanan pada suku kata keempat terakhir jika kata tersebut diimbuhi kombinasi enklitik dwisilabis seperti ''=mako'' (''=ma'' {{gcl|PFV}} ''=ko'' {{gcl|2}}), contoh: ''náiʼmako'' '
== Tata bahasa ==
Baris 440:
:{{interlinear |lang=mak |number=(8) |indent=2
|top=''Tau <u>battua ri
|tau battu ≡a ri
|orang datang ≡{{gcl|DEF}} PREP Jepang
|'Orang yang datang dari Jepang.'{{sfnp|Jukes|2020|p=226}}
Baris 556:
Jika dibandingkan dengan [[#12|contoh (12)]] yang sekadar merupakan pernyataan fakta ('si Ali tidur'), contoh (21) dapat menyatakan makna 'kuberitahu padamu, si Ali sedang tidur', 'kudengar si Ali sedang tidur', atau makna interogatif 'benarkah si Ali yang tidur?'. Contoh ini juga merupakan jawaban bagi pertanyaan ''inai tinro?'' 'siapa yang tidur?'.<!--(perhatikan juga bahwa kata tanya umumnya berada pada posisi fokus)-->{{sfnp|Jukes|2013a|p=79}}
Dalam kalimat transitif, salah satu argumen
:{{interlinear |lang=mak |number=(22) |indent=2
|top=''<u>Kongkonga</u> ambunoi mionga''
Baris 648:
Penggunaan klitik perfektif ''=mo'' bersamaan dengan ''la='' menandakan bahwa hal yang dirujuk oleh kedua klitik tersebut akan segera terjadi.{{sfnp|Jukes|2013b|p=127}}
:{{interlinear |lang=mak |number= |indent=2
|top='''''La'''kusare'''
|la{{=}} ku{{=}} sare {{=}}mo {{=}}ko pa> aK- areng <ang
|FUT{{=}} 1{{=}} beri {{=}}PFV {{=}}2FAM NR> MV- nama <NR
Baris 656:
Enklitik ''=mo'' sendiri pada dasarnya merupakan pemarkah aspek perfektif atau makna 'sudah/telah'.{{sfnp|Jukes|2013b|p=128}}
:{{interlinear |lang=mak |number= |indent=2
|top=''Pirambulam'''
|piraN- bulang {{=}}mo {{=}}i battang ≡ta si- bulang {{=}}mo {{=}}aʼ ta{{=}} aK- ciniʼ ceraʼ
|berapa bulan {{=}}PFV {{=}}3 perut ≡{{gcl|2POL|persona kedua, bentuk hormat}}.POSS se- bulan {{=}}PFV {{=}}1 NEG{{=}} MV- lihat darah
Baris 664:
Enklitik ini juga memiliki makna deontik (menandakan keharusan atau kepastian) dan dapat digunakan dalam konstruksi imperatif seperti dalam contoh (9). Dalam konstruksi interogatif, penambahan enklitik ''=mo'' menandakan bahwa penanya menginginkan jawaban yang pasti.{{sfnp|Jukes|2013b|p=128–129}}
:{{interlinear |lang=mak |number= |indent=2
|top=''Ammempo'''
|amm- empo {{=}}mo {{=}}kiʼ
|MV- duduk {{=}}PFV {{=}}2POL
Baris 670:
}}
:{{interlinear |lang=mak |number= |indent=2
|top=''Kere'''
|kere {{=}}mo {{=}}i mae pa> amm- antang <ang ≡nu
|{di mana} {{=}}PFV {{=}}3 ada NR> MV- tinggal <NR ≡{{gcl|2FAM|persona kedua, bentuk akrab}}.POSS
Baris 678:
Lawan dari ''=mo'' adalah enklitik imperfektif ''=pa'', yang menyampaikan makna 'belum usai' atau 'masih'.{{sfnp|Jukes|2013b|p=129}}
:{{interlinear |lang=mak |indent=2
|top=''Ingka seʼre'''
|ingka seʼre {{=}}pa {{=}}i ku{{=}} boya
|tetapi satu {{=}}IPF {{=}}3 1{{=}} cari
Baris 686:
Makna 'saja, hanya' (dalam artian 'tidak lebih dari' atau 'tiada lain selain') disampaikan oleh enklitik limitatif ''=ja''. Contoh penggunaan:{{sfnp|Jukes|2013b|p=130}}
:{{interlinear |lang=mak |indent=2
|top=''Mannantu lompo, lompo bannan'''
|manna antu lompo lompo bannang {{=}}ja {{=}}i
|walaupun itu besar besar benang {{=}}LIM {{=}}3
Baris 694:
Enklitik ''=ka'' memiliki dua fungsi. Dalam kalimat tanya, enklitik ini digunakan untuk meminta kepastian atau mengklarifikasi pernyataan lawan bicara, serupa partikel ''question tag'' dalam bahasa Inggris.{{sfnp|Jukes|2020|pp=132–133}}
:{{interlinear |lang=mak |indent=2
|top=''Lanaung'''
|la{{=}} naung {{=}}ka {{=}}ko
|FUT{{=}} turun {{=}}OR {{=}}2FAM
Baris 702:
Fungsi lain enklitik ''=ka'' adalah untuk memarkahi pilihan atau kemungkinan, misalnya ''tedong=ka jarang=ka'' (kerbau={{gcl|OR|'atau'}} kuda={{gcl|OR|'atau'}}) '[pilihannya] antara kerbau atau kuda'. Contoh penggunaan yang lebih panjang dapat dilihat dari kutipan mukadimah ''[[Kronik Gowa|Sejarah Gowa]]'' berikut:{{sfnp|Jukes|2020|p=133}}
:{{interlinear |lang=mak |indent=2
|top=''Ka punna taniassenga ruai kodina kisaʼring'''
|ka punna ta{{=}} ni- asseng ≡a rua {{=}}i kodi ≡na ki{{=}} saʼring {{=}}ka {{=}}i kale ≡nta karaeng dudu na kana {{=}}ka tau i pantaraʼ ≡a tau bawang dudu
|BCS jika NEG{{=}} PASS- tahu ≡{{gcl|DEF}} dua {{=}}3 buruk ≡{{gcl|3}}.POSS 2POL{{=}} rasa {{=}}OR {{=}}3 diri ≡{{gcl|2POL|persona kedua, bentuk hormat}}.POSS raja sangat dan kata {{=}}OR orang PREP luar ≡{{gcl|DEF}} orang biasa sangat
Baris 709:
== Simbol dan singkatan istilah ==
::{| style="border-spacing:
| {{gcl|glossing=no abbr|1}}
|-
| {{gcl|glossing=no abbr|2}}
|-
| {{gcl|glossing=no abbr|3}}
|-
| {{gcl|glossing=no abbr|ABS}}
|-
| {{gcl|glossing=no abbr|AF}}
|-
| {{gcl|glossing=no abbr|BCS}}
|-
| {{gcl|glossing=no abbr|BV}}
|-
| {{gcl|glossing=no abbr|DEF}}
|-
| {{gcl|glossing=no abbr|ERG}}
|-
| {{gcl|glossing=no abbr|EXCL}}
|-
| {{gcl|glossing=no abbr|FAM}}
|-
| {{gcl|glossing=no abbr|FUT}}
|-
|{{gcl|glossing=no abbr|INCL}} || inklusif
|-
|{{gcl|glossing=no abbr|MV}} || monovalen/ekavalen
|-
|{{gcl|glossing=no abbr|NEG}} || negasi/sangkalan
|-
|{{gcl|glossing=no abbr|NR}} || pembentuk nomina
|-
|{{gcl|glossing=no abbr|OR}} || atau, partikel tanya
|-
|{{gcl|glossing=no abbr|ORD}} || ordinal/urutan
|-
|{{gcl|glossing=no abbr|PERS}} || personal
|-
|{{gcl|glossing=no abbr|PFV}} || aspek perfektif
|-
|{{gcl|glossing=no abbr|POL}} || bentuk sopan
|-
|{{gcl|glossing=no abbr|POSS}} || pemarkah posesi/kepunyaan
|-
|{{gcl|glossing=no abbr|PREP}} || preposisi
|-
|{{gcl|glossing=no abbr|RDP}} || reduplikasi/perulangan
|}
|