Darsono (politikus): Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Jungan1104 (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
(Satu revisi perantara oleh satu pengguna lainnya tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Infobox Officeholder
|name = Raden Darsono Notosudirdjo
Baris 34 ⟶ 33:
}}
'''Raden Darsono Notosudirdjo''' ({{lahirmati|[[Pati]], [[Jawa Tengah]]|1|12|1897|[[Semarang]], [[Jawa Tengah]]|31|12|1976}}) adalah seorang politikus Indonesia.<ref name="tribun">https://tribunlampungwiki.tribunnews.com/2021/09/08/biodata-darsono-salah-satu-tokoh-generasi-pertama-partai-komunis-indonesia?page=all</ref> Darsono merupakan salah satu tokoh komunis Indonesia pada awal berdirinya [[Partai Komunis Indonesia]] (PKI) pada 1920. Sebelum masuk ke dalam [[ISDV]], Darsono merupakan seorang wartawan dan penyunting. Melalui latar belakang tersebut, Darsono masuk ke dalam ISDV dengan membuat artikel yang mengkritik pemerintah kolonial Belanda. Salah satu artikel yang ditulis olehnya adalah ''[[Het Process Sneevliet]]'' pada 1917. Tulisan tersebut kemudian menjadi bacaan wajib kaum komunisme Indonesia saat itu. Ia juga pernah meminta diadakan kerja sama antara PKI dan [[Partai Komunis Belanda]]. Namun, setelah pemberontakan PKI 1926, Darsono menghilang dari perpolitikan dan gerakan komunis Indonesia.<ref>https://www.kompas.com/stori/read/2022/07/18/150200979/tokoh-tokoh-komunis-di-indonesia?page=all</ref>
== Kehidupan awal ==
Baris 50 ⟶ 49:
Selain itu, Darsono juga pernah dicalonkan sebagai anggota Tweede Kamer (Majelis Rendah) tahun 1929 oleh Partai Komunis Belanda. Darsono didaftar urutan 3 dan [[Tan Malaka]] didaftar urutan 2, namun keduanya tidak terpilih.
Meski [[Semaoen|Semaun]] dan Darsono yang memulai didirikannya PKI ini, keduanya pun memilih untuk keluar dari PKI. Bahkan kala itu, para tokoh PKI diangkatan 1920-an banyak yang menghilang dari perpolitikan setelah kemerdekaan Indonesia diumumkan.
Darsono yang melihat kondisi masyarakat kala itu yang berada dalam garis kebodohan, maka mengambil inisiatif untuk membantu mencerdaskan melalui tulisan-tulisan. Untuk melakukan hal itu, ia pun bergabung dengan [[Sinar Djawa]]. Sinar Djawa ini merupakan surat kabar yang dimiliki oleh [[Sarekat Islam]].
Baris 60 ⟶ 59:
Untuk hal itu, ia pun memperjuangkan keringanan pajak rakyat dan membebankan pajak yang lebih besar kepada kaum Setan Oeang. Masalah ini pun dibawa dalam Kongres Nasional Central Sarekat Islam ke-3 yang diadakan pada tanggal 29 September-6 Oktober 1918 di Surabaya.
Di [[ISDV]] ia tidak sendirian melainkan bersama dengan temannya yang bernama [[Semaoen|Semaun]] dan [[Alimin]]. Darsono yang memiliki latar belakang wartawan dan penyunting sehingga bisa dengan mudah membuat artikel-artikel untuk mencerdaskan masyarakat dan mengkritik pemerintahan Hindia Belanda. Artikel-artikel yang ia tulis seperti "Het Process Sneevliet (1917) Het Process Sneevliet (1917) dan Clive Day The Policy and Administration of the Deutch in Java (1904)". Bahkan tulisannya yang berjudul, "Het Process Sneevliet" menjadi bacaan wajib kaum pergerakan dan menjadi bacaan terlarang di sekolah-sekolah pemerintah.<ref name="tribun"/>
== Referensi ==
|