Tari Golek Menak: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Rassya LN22 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler pranala ke halaman disambiguasi
Tsbtmstfd (bicara | kontrib)
k Salah ketik
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Tugas pengguna baru Newcomer task: copyedit
 
(8 revisi perantara oleh 6 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 14:
| origin = [[Berkas:Yogyakarta Sultanate Hamengkubhuwono X Emblem.svg|20px]] [[Keraton Yogyakarta]], [[Daerah Istimewa Yogyakarta]], Indonesia
}}
'''Tari Golek Menak''' ({{lang-jv|'''Beksan Golèk Menak'''}}) merupakan salah satu jenis tari klasik gaya Yogyakarta yang diciptakan oleh [[Sri Sultan Hamengkubuwono IX]]. Penciptaan tari Golek Menak berawal dari ide Sri Sultan Hamengkubuwono IX setelah menyaksikan pertunjukkan [[Wayang golek|wayangWayang Golek Menak]] yang dipentaskan oleh seorang dalang dari daerah [[Kedu]] pada tahun 1941. Disebut juga ''Beksan Golek Menak'' atau ''Beksan Menak'', yang engandungmengandung arti menarikan wayang Golek Menak.
 
== Penciptaan ==
Karena sangat mencintai budaya [[wayang orang]], [[Sultan Hamengkubuwana IX]] merencanakan ingin membuat suatu pagelaran yaitu menampilkan tarian wayang orang. Untuk melaksanakan ide tersebut, pada tahun 1941 Sultan memanggil para pakar tari yang dipimpin oleh K.R.T. Purbaningrat, dibantu oleh K.R.T. Brongtodiningrat, Pangeran Suryobrongto, K.R.T. Madukusumo, K.R.T. Wiradipraja, K.R.T. Mertodipuro, RWR.W. Hendramardawa, RBR.B. Kuswaraga dan RWR.W. Larassumbaga.
 
Proses penciptaan dan latihan untuk melaksanakan ide itu memakan waktu cukup lama. Pagelaran perdana dilaksanakan di [[Kraton Yogyakarta Hadiningrat]] pada tahun 1943 untuk memperingati hari ulang tahun Sultan. Bentuknya masih belum sempurna, karena tata busana masih dalam bentuk gladi resik. Hasil pertama dari ciptaan Sultan tersebut mampu menampilkan tipe tiga karakter yaitu:
Baris 43:
# Puteri (Adaninggar seorang Puteri Cina)
# Puteri impur (Sudarawerti dan Sirtupelaeli)
# Puteri kinantang (Ambarsirat, Tasik Wulan Manik lungit,Lungit dan kelas waraKelaswara)
# Raseksi (mardawaMardawa dan Mardawi)
 
Bahasa yang digunakan dalam dialog adalah bahasa bagongan. Busana yang dikenakan para penari mengacu pada busana [[wayang golek|wayang golek Menak Kayu]], semua tokoh berbaju lengan panjang, sedangkan cara berkain menerapkan cara rampekan, kampuhan, cincingan, serta seredan disesuaikan dengan tokoh yang dibawakan.
Baris 57:
 
=== Oleh Mardawa Budaya ===
Giliran keempat jatuh pada Mardawa Budaya yang menyelenggarakan lokakarya pada tanggal 9 Agustus 1988 dipimpin oleh Raden Wedana Sasmita Mardawa. Mardawa Budaya menampilkan sebuah fragmen singkat, tetapi padat dengan lakon Kelaswara Palakrama. Dalam penampilannya, Mardawa Budaya menampilkan 14 tipe karakter.
 
=== Oleh Surya Kencana ===
Baris 65:
Giliran keenam atau terakhir jatuh pada [[Institut Seni Indonesia Yogyakarta|Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta]], yang menyelenggarakan lokakarya pada tanggal 22 Agustus 1988. Lokakarya bertempat di Fakultas Kesenian di kampus utara, dipimpin oleh Bambang Prahendra Pujaswara, dengan menampilkan 15 tipe karakter dalam demonstrasinya. Demonstrasi tipe-tipe karakter kemudian disusul dengan penampilan sebuah fragmen pendek dengan lakok Geger Mukadam dipetik dari Serat Rengganis.
 
Para penggarap tari dari ISI Yogyakarta menitik beratkanmenitikberatkan pada garapan geraknya, iringan tari, tata busana, tata rias serta antawecana. Gerak pencak kembang dari Sumatera barat juga telah dimasukkan, bukan hanya pada adegan perang saja, tapitetapi juga pada ragam-ragam geraknya. Bahasa yang dipergunakan untuk antawecana atau dialog adalah bahasa Jawa pewayangan.
 
=== Hasil akhir ===
Pada pertemuan pada tanggal 16 September 1988 di Anjungan Daerah Istimewa Yogyakarta, Sultan menyatakan kegembiraannya, bahwa enam lembaga tari di [[Daerah Istimewa Yogyakarta]] telah menanggapi dengan baik permintaan Sultan. Karena hasil lokakarya itu baru merupakan hasil awal dari proses penyempurnaan tari Golek Menak, Sultan mengharapkan agar segmen disusul dengan rencana kerja kedua, yaitu pada bulan Maret 1989.
 
Tetapi sebelum Sultan sempat menyaksikan kerja kedua dari Tim Penyempurnaan Tari Golek Menak yang akan jatuh pada bulan Maret 1989, Sultan mangkatwafat di [[Amerika Serikat]] pada tanggal 3 Oktober 1988. Beberapa minggu kemudian seluruh anggota Tim sepakat untuk meneruskan penyempurnaan tari Golek Menak, meskipun Sultan telah tiada. Maka dalam pagelaran hasil penyempurnaan tari Golek Menak tanggal 17 Maret 1989 itu ditampilkan demonstrasi [[Wayang golek|wayang golek Menak]] serta fragmen [[drama|drama-tari]] Golek Menak dengan cerita yang sama, yaitu Kelaswara Palakrama atau perkawinan antara Kelaswara dengan Wong Agung Jayengrana.
 
Tim penyempurnaan tari Golek Menak bekerja sesuai dengan petunjuk-petunjuk Sultan. Tetapi karena perancangan tata busana seperti yang diinginkan sultan menuntut biaya yang besar, maka tata busana untuk pagelaran itu masih menggunakan busana yang telah ada dengan tambahan serta modifikasi seperlunya.
 
{{DEFAULTSORT:Golek Menak}}
{{Tarian di wilayah pulau Jawa|state=autocollapse}}
 
[[Kategori:Tari di Indonesia]]
[[Kategori:Tarian dari Yogyakarta]]