Rahmah El Yunusiyah: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
→Pandangan: Selesai koreksi ketikan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Rahmatdenas (bicara | kontrib) |
||
(38 revisi perantara oleh 11 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 9:
|birth_place = [[Bukit Surungan, Padang Panjang Barat, Padang Panjang|Nagari Bukit Surungan]], [[Padang Panjang]], [[Hindia Belanda]]
|death_date = {{Death date and age|1969|2|26|1900|10|26}}
|death_place = [[Padang Panjang]], [[
|nationality = [[Indonesia]]
|other_names =
Baris 18:
}}
'''Syekhah Hajjah Rangkayo Rahmah El Yunusiyah''' ({{lahirmati|[[Bukit Surungan, Padang Panjang Barat, Padang Panjang|Nagari Bukit Surungan]], [[Kota Padang Panjang|Padang Panjang]], [[Hindia Belanda]]|26|10|1900|[[Kota Padang Panjang|Padang Panjang]], [[
Rahmah sempat belajar di [[Diniyah School]] yang dipimpin abangnya, [[Zainuddin Labay El Yunusy]]. Tidak puas dengan sistem koedukasi yang mencampurkan pelajar putra dan putri dalam satu kelas, Rahmah secara inisiatif menemui beberapa [[ulama Minangkabau]] untuk mendalami agama, hal tidak lazim bagi seorang perempuan pada awal abad ke-20 di Minangkabau. Selain itu, ia mempelajari berbagai ilmu praktis secara privat yang kelak ia ajarkan kepada murid-muridnya. Dengan dukungan abangnya, ia merintis Diniyah Putri pada 1 November 1923 yang tercatat sebagai sekolah agama Islam khusus perempuan pertama di Indonesia.
Sewaktu [[
Keberadaan Diniyah Putri kelak menginspirasi [[Universitas Al-Azhar]] membuka ''Kulliyatul Banat'', fakultas yang dikhususkan untuk perempuan.
== Kehidupan awal dan keluarga ==
[[Berkas:Museum_Rahmah_El_Yunusiyah_oleh_Denas.jpg|jmpl|260x260px|[[Museum Rahmah El Yunusiyah]]]]
Rahmah El Yunusiyah lahir pada 26 Oktober 1900 [<small>[[Kalender Hijriyah]]: 1 Rajab 1318</small>] di [[Bukit Surungan, Padang Panjang Barat, Padang Panjang|Nagari Bukit Surungan]], [[Padang Panjang]].{{sfn|Peringatan 55 Tahun...|1978|pp=176}} Ia adalah anak bungsu dari pasangan Muhammad Yunus al-Khalidiyah bin Imanuddin dan Rafia, memiliki dua kakak perempuan dan dua kakak laki-laki.{{sfn|Rasyad, dkk|1991|pp=36}}{{efn|Empat orang kakak Rahmah adalah Zainuddin Labay, Mariah, Muhammad Rasyad, dan Rihanah.{{sfn|Rasyad, dkk|1991|pp=36}}}} Keluarga itu adalah penganut agama yang taat. Yunus adalah seorang ulama yang pernah menuntut ilmu di Mekkah selama empat tahun. Ia bekerja sebagai ''qadi'' di [[Pandai Sikek, Sepuluh Koto, Tanah Datar|Pandai Sikek]], lima kilometer dari Padang Panjang.{{sfn|Peringatan 55 Tahun...|1978|pp=177}} Istri Yunus, Rafia
Dalam usia
== Pendidikan ==
[[Berkas:Zainuddin Labay El Yunusy pd.jpg|jmpl|[[Zainuddin Labay El Yunusy]], pendiri Diniyah School adalah
Seiring arus pembaruan Islam yang dibawa oleh para [[ulama Minangkabau]] usai menuntut ilmu di [[Timur Tengah]] pada awal abad ke-20, sejumlah sekolah agama berdiri di berbagai daerah Minangkabau menggantikan sistem pendidikan tradisional yang berbasis [[surau]]. Pada 10 Oktober 1915, Zainuddin Labay El Yunusy membuka sekolah agama Islam Diniyah School yang memasukkan pelajaran umum dalam kurikulum dan dijalankan dengan cara pendidikan modern, menggunakan alat peraga dan memiliki perpustakaan.{{sfn|Edwar|1981|pp=186{{spaced ndash}}195}} Sekolah ini menerima murid perempuan di kelas yang sama dengan murid laki-laki, hal yang baru bagi sekolah agama saat itu.{{sfn|Peringatan 55 Tahun...|1978|pp=42}} Rahmah ikut mendaftar, diterima duduk di bangku kelas tiga (setara tsanawiyah) oleh pihak sekolah menyesuaikan dengan kemampuannya.{{sfn|Peringatan 55 Tahun...|1978|pp=44}}
Selain
Saat bersekolah di Diniyah School, Rahmah bergabung dengan [[Persatuan Murid-Murid Diniyah School]] (PMDS). Ketika duduk di bangku kelas
Sembari memimpin sekolah, Rahmah
== Mendirikan Diniyah Putri ==
Baris 54:
Seiring banyaknya murid Diniyah Putri, Rahmah mengatur pembagian waktu belajar remaja-remaja perempuan pada sore hari dan ibu-ibu rumah tangga pada malam hari.{{sfn|Peringatan 55 Tahun...|1978|pp=245}} Pada awal 1926, karena kapasitas asrama yang disediakan di tingkat dua gedung tidak mencukupi, pembangunan gedung baru mulai dilakukan seacara gotong royong.{{sfn|Peringatan 55 Tahun...|1978|pp=273}} Dalam buku ''Peringatan 55 Tahun Diniyah Putri'' dicatat, para murid Diniyah Putri bersama-sama pelajar dari Diniyah School dan [[Sumatra Thawalib|Thawalib]] mengangkat batu kali dari sungai yang berjarak 2,5 km dari sekolah mereka untuk membangun pondasi gedung. Namun, [[Gempa bumi Padang Panjang 1926|gempa bumi berkekuatan 7,6 skala Richter]]{{sfn|Tempo.co|12 Oktober 2010}} mengguncang Padang Panjang pada 28 Juni 1926, meruntuhkan gedung lama beserta pondasi gedung baru yang dibangun. Nanisah, salah seorang guru, wafat karena tertimpa runtuhan bangunan.{{sfn|Peringatan 55 Tahun...|1978|pp=44}}{{sfn|Peringatan 55 Tahun...|1978|pp=45}}
Gempa bumi mengakibatkan kegiatan belajar-mengajar Diniyah Putri berhenti. Gedung dan peralatan mengajar hancur. Bersama separuh penduduk Padang Panjang, seluruh murid Diniyah Putri mengungsi keluar kota.{{sfn|Hadler|2008|pp=141}}{{sfn|Peringatan 55 Tahun...|1978|pp=181}} Ia menyaksikan penduduk meninggalkan kota "seolah-olah sekumpulan kafilah di gurun Sahara, berbondong-bondong membawa bebannya masing-masing."{{sfn|Peringatan 55 Tahun...|1978|pp=274}} 40 hari setelah gempa bumi, Rahmah beserta para guru mendirikan kelas darurat, dibantu oleh murid-murid Thawalib kembali secara gotong royong. Kelas dibangun di atas sebidang tanah wakaf dari ibunya, terbuat dari bambu dengan atap daun rumbia berlantaikan tanah. Sambil melanjutkan kegiatan belajar-mengajar di kelas darurat, para guru beserta para wali murid membentuk komite untuk mencari dana pembangunan kembali gedung
[[Berkas:Diniyah Putri 2019.jpg|al=|kiri|jmpl|250x250px|Gedung Kulliyyatul Mualimat el Islamiyyah (KMI) Diniyah Putri, saat ini bertransformasi menjadi [[madrasah aliyah]].]]
Diniyah Putri memiliki sedikitnya 200 murid pada 1928. Jumlah itu,
Pada 1947, dalam rangka menyesuaikan pembagian jenjang pendidikan yang ada di Indonesia, Diniyah Putri dibagi ke dalam Diniyah Rendah dan Diniyah Menengah Pertama. Diniyah Rendah setara SD dengan lama pendidikan tujuh tahun, sedangkan Diniyah Menengah Pertama setara SLTP dengan lama pendidikan berdasarkan peruntukkannya. DMP-B dengan lama pendidikan empat tahun diperuntukkan bagi lulusan SD. Lulusannya disetarakan dengan SLTP dan dipersiapkan untuk melanjutkan ke KMI atau perguruan lanjutan lainnya. Adapun DMP-C dengan lama pendidikan dua tahun diperuntukan bagi tamatan SLTP yang tidak sempat mendalami agama dan bahasa Arab pada jenjang pendidikan sebelumnya. Lulusan DMP-C dapat melanjutkan pendidikan ke KMI sebagaimana lulusan DMP-B.{{sfn|Peringatan 55 Tahun...|1978|pp=47}}{{sfn|Peringatan 55 Tahun...|1978|pp=48}}
== Kepemimpinan ==
Majalah ''[[Aboean Goeroe-Goeroe]]'' milik perkumpulan para guru di
— ''[[Sinar Sumatra]]''.</blockquote>Kepemimpinannya di Diniyah Putri membuatnya sering berpergian ke luar daerah.{{sfn|Aboean Goeroe Goeroe|Mei 1930}} Dalam rangka penggalangan dana, Rahmah melakukan perjalanan ke sejumlah daerah Minangkabau dan luar Minangkabau pada pengujung 1927.{{sfn|Peringatan 55 Tahun...|1978|pp=179}}{{sfn|Peringatan 55 Tahun...|1978|pp=45}} Ia menemui beberapa tokoh pemimpin Muslim, menyampaikan cita-cita dan program Diniyah Putri. Di tiap-tiap daerah yang dikunjunginya, Rahmah berpidato di mimbar untuk menggairahkan umat Muslim berkorban bagi pembangunan Islam, "terutama untuk putri-putri Islam mempelajari agama Islam yang mereka cintai". Kegiatannya ini telah membentuk dirinya sebagai orator sekaligus meluaskan keterkenalan Diniyah Putri di Sumatra.{{sfn|Peringatan 55 Tahun...|1978|pp=245}} Dalam rangka pengembangan kurikulum, ia mengadakan studi banding melalui kunjungan ke sekolah-sekolah agama di Sumatra dan Jawa pada 1931.{{sfn|Rasyad, dkk|1991|p=77}} Selain itu, ia banyak mengirim siswa-siswa tamatan Diniyah Putri untuk mengajar di berbagai daerah hingga [[Semenanjung Malaya]]. Dalam dua kali perjalanannya ke Semenanjung Malaya pada 1933 dan 1935, ia tercatat mengunjungi [[Pulau Pinang|Pinang]], [[Terengganu]], [[Johor]], [[Negeri Sembilan]], [[Selangor]], [[Perak, Malaysia|Perak]], [[Pahang, Malaysia|Pahang]], [[Kelantan]], dan [[Kedah]]. Di Sumatra, ia mengunjungi [[Kesultanan Siak Sri Inderapura|Kesultanan Siak]] menemui Sultan Siak Sri Indrapura. Dalam berbagai kunjungannya, ia tampil memperkenalkan Diniyah Putri dan menghimpun dana kelanjutan pembangunan sekolah.{{sfn|Peringatan 55 Tahun...|1978|pp=257}}
Selama pemerintahan kolonial Belanda, Rahmah menghindari aktivitas di jalur politik untuk melindungi kelangsungan sekolah yang dipimpinnya. Ia memilih tidak bekerja sama dengan pemerintah jajahan.{{sfn|Ensiklopedia Islam|2002|pp=152}}{{sfn|Kahin|2005|pp=110}} Ketika pemerintah kolonial Belanda melalui Van Straten, sekretaris atau ''controleur'' Padang Panjang menawarkan kepada Rahmah agar Diniyah Putri didaftarkan sebagai lembaga pendidikan terdaftar sehingga dapat menerima subsidi dari pemerintah, Rahmah menolak. Ia mengungkapkan bahwa Diniyah Putri adalah sekolah kepunyaan umat, dibiayai oleh umat, dan tidak memerlukan perlindungan selain perlindungan Allah. Menurutnya, subsidi dari pemerintah akan mengakibatkan keleluasaan pemerintah dalam memengaruhi pengelolaan Diniyah Putri.
Baris 77:
== Pendudukan Jepang ==
[[Berkas:Asrama Diniyah Putri.jpg|kiri|jmpl|250x250px|Semasa pendudukan Jepang, gedung sekolah Diniyah Putri dua kali dijadikan rumah sakit darurat untuk menampung korban kecelakaan kereta api.]]
[[
Selain itu, Rahmah bersama para anggota ADI menuntut pemerintah Jepang untuk menutup rumah bordil dan menentang pengerahan perempuan Indonesia sebagai [[Ianfu|''jugun ianfu'']] atau wanita penghibur. Tuntutan ini dipenuhi oleh pemerintah Jepang dan tempat prostitusi di kota-kota
Dalam politik, Rahmah bergabung dengan [[Majelis Islam Tinggi|Majelis Islam Tinggi Minangkabau]] yang berkedudukan di Bukittinggi. Ia menjadi Ketua ''Haha No Kai'' di Padang Panjang untuk membantu perjuangan perwira yang terhimpun dalam ''[[Giyugun]]''. Seiring memuncaknya ketegangan di Padang Panjang, Rahmah membawa sekitar 100 orang muridnya mengungsi untuk menyelamatkan mereka dari serbuan tentara Jepang. Selama pengungsian, ia menanggung sendiri semua keperluan murid-muridnya.{{sfn|Peringatan 55 Tahun...|1978|pp=183}} Ketika terjadi [[Daftar kecelakaan kereta api di Indonesia|kecelakaan kereta api]] pada 25 Desember 1944 dan 23 Maret 1945 di Padang Panjang, Rahmah menjadikan bangunan sekolah Diniyah Putri sebagai tempat perawatan korban kecelakaan.{{sfn|Peringatan 55 Tahun...|1978|pp=190}} Hal ini membuat Diniyah Putri mendapatkan piagam penghargaan dari pemerintah Jepang. Menjelang berakhirnya pendudukan, Jepang membentuk ''[[Cuo Sangi In]]'' yang diketuai oleh [[Muhammad Sjafei]]. Rahmah duduk sebagai salah seorang anggota peninjau ''Cuo Sangi In''.{{sfn|Peringatan 55 Tahun...|1978|pp=186}}
== Revolusi Nasional Indonesia ==
Indonesia [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia|memproklamasikan kemerdekaannya]] pada 17 Agustus 1945. Setelah mendapatkan berita tentang proklamasi kemerdekaan langsung dari Ketua Cuo Sangi In Muhammad Sjafei, Rahmah segera menggerek [[Bendera Indonesia|bendera Merah Putih]] di halaman perguruan Diniyah Putri. Ia tercatat sebagai salah seorang pertama yang mengibarkan bendera Merah Putih di
Pada 5 Oktober 1945, Soekarno mengeluarkan dekret pembentukan [[Tentara Keamanan Rakyat]] (TKR). Pada 12 Oktober 1945, Rahmah memelopori berdirinya unit perbekalan TKR untuk Padang Panjang dan sekitarnya. Ia
Ketika Belanda melancarkan [[Agresi Militer Belanda II
== Pasca-revolusi ==
[[Berkas:Rangkajo Rahmah El Junusiah.jpg|jmpl|Potret Rahmah El Yunusiyah sebagai anggota DPR pada 1956|ka]]
Pada Oktober 1949, Rahmah meninggalkan Kota Padang untuk memenuhi undangan Kongres Pendidikan II Indonesia di Yogyakarta.<!--https://www.google.co.id/search?q=%22Kongres+Pendidikan+Antar+Indonesia%22&safe=strict&hl=id&tbm=bks&ei=ir6iXPegOfj6z7sPrIus2A4&start=10&sa=N&ved=0ahUKEwj3jc6_pLDhAhV4_XMBHawFC-sQ8NMDCF8&biw=1366&bih=625&dpr=1 --> Di kota yang sama, ia hadir dalam Kongres Muslimin Indonesia yang diselenggarakan pada 20–25 Desember 1949. Setelah Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia berdasarkan hasil [[Konferensi Meja Bundar]] di Den Haag, Rahmah kembali ke Padang Panjang pada Januari 1950 untuk memimpin Diniyah Putri setelah tiga belas bulan ia tinggalkan.{{sfn|Rasyad, dkk|1991|pp=80}} Pada 1951, Rahmah bergabung dalam panitia
Di bidang politik, Rahmah bergabung
Pada Juni 1957, Rahmah berangkat ke [[Timur Tengah]]. Usai menunaikan ibadah haji, ia mengunjungi Mesir
== Meninggal ==
Pada 1961, Rahmah kembali memimpin perguruannya setelah tiga tahun ia tinggalkan pasca-pergolakan PRRI.{{sfn|Rasyad, dkk|1991|pp=63}} Pada 1964, Rahmah menjalani operasi tumor payudara di RS Pirngadi, Medan.{{sfn|Rasyad, dkk|1991|pp=81}} Pada Desember 1967, Rahmah berkunjung ke Jakarta untuk terakhir kali dalam rangka pembentukan Dewan Kurator Perguruan Tinggi Diniyah Putri. Pada Juli 1968, dengan kondisi fisik yang semakin lemah, Rahmah berangkat menuju [[Kelantan]] ditemani keponakannya [[Isnaniah Saleh]].
Rahmah meninggal mendadak dalam usia 68 tahun dalam keadaan berwudu hendak salat Magrib pada 26 Februari 1969. Jenazahnya dimakamkan di pekuburan keluarga yang terletak di samping rumahnya. Sehari sebelum ia wafat, Rahmah sempat menemui [[Gubernur
Dalam bukunya ''Islam dan Adat Minangkabau'', [[Hamka]] menyinggung kiprah Rahmah di dunia pendidikan dan pembaruan Islam di Minangkabau. Dalam sejarah [[Universitas Al-Azhar]], baru Rahmah seoranglah perempuan yang diberi gelar Syekhah.
== Pandangan ==
Baris 113:
Sepanjang hidupnya, Rahmah menampilkan dirinya dengan pakaian baju kurung dan ''mudawarah''. Anggota Konstituante [[Zamzami Kimin]] menulis bagaimana Rahmah memberikan perumpamaan menutup aurat dengan membandingkan dua orang berjualan di tepi jalan raya. Penjual yang satu membiarkan jualannya terbuka sementara penjual yang satu lagi menutupi jualannya itu dengan rapi, takut dihinggapi debu yang beterbangan. "Kalau sekiranya saudara ingin membeli jualan itu yang manakah yang akan saudara beli," tulis Zamzami menirukan ucapan Rahmah. Selain itu, Rahmah telah menampilkan ciri khas anak-anak putri dengan pakaian khas Diniyah, kerudung putih yang mereka lilitkan di kepala, baik di ruangan kelas maupun di halaman sekolah. "Bila masyarakat melihat gadis-gadis atau wanita-wanita memakai mudawarah, baju kurung membalut tubuh,... sehingga yang kelihatan hanya tangan, muka, dan kaki, maka dengan spontan mereka menyebut, itulah dia murid-murid Rahmah El Yunusiyah," tulis Zamzami.{{sfn|Peringatan 55 Tahun...|1978|pp=246}}
==
; Keterangan
{{notelist}}
; Catatan kaki
{{reflist
| colwidth = 30em
Baris 126:
{{refbegin|2}}
; Buku
* {{cite book|last=Ajisman|year=2002|url=http://books.google.co.id/books/about/Rahmah_el_Yunusiyah.html?id=3bmbAAAACAAJ&redir_esc=y|title=Rahmah El Yunusiyah: Tokoh Pembaharu Pendidikan dan Aktivis Perempuan di
* {{cite book|last=|author=|first=|year=1938|title=Buku Peringatan 15 Tahun Diniyah School Putri|location=Padang Panjang|publisher=Diniyah School Putri|id=|ref={{sfnRef|Buku Peringatan 15 tahun...|1938}}|url-status=live}}
* {{cite book|author=Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam|year=2002|title=Ensiklopedia Islam|work=Departemen Agama|location=Jakarta|publisher=Ichtiar Baru van Hoeve|isbn=979-8276-65-5|volume=4|ref={{sfnRef|Ensiklopedia Islam|2002}}}}
* {{cite book|year=1981|title=Riwayat Hidup dan Perjuangan 20 Ulama Besar Sumatera Barat|location=Padang|publisher=Islamic Center
* {{cite book|last=Hadler|first=Jeffrey|year=2008|url=https://books.google.co.id/books?id=9s9bgIXJKk4C|title=Muslims and Matriarchs: Cultural Resilience in Indonesia Through Jihad and Colonialism|location=|publisher=Cornell University Press|isbn=978-0-8014-4697-9|language=Inggris|ref={{sfnRef|Hadler|2008}}}}
* {{cite book|last=Hamka|first=Abdul Karim Amrullah|year=1967|url=https://www.worldcat.org/title/ayahku-riwayat-hidup-dr-h-abdul-karim-amrullah-dan-perjuangan-kaum-agama-di-sumatera/oclc/11262037|title=Ayahku : riwayat hidup Dr. H. Abdul Karim Amrullah dan perjuangan kaum agama di Sumatera|location=|publisher=Umminda|ref=harv}}
* {{cite book|url=http://repositori.dpr.go.id/100/2/HASIL%20RAKYAT%20MEMILIH%20TOKOH-TOKOH%20PARLEMEN_2.pdf|last=|first=|year=1956|title=Hasil Rakjat Memilih Tokoh-tokoh Parlemen|location=Jakarta|publisher=Parlaungan|id=|ref={{sfnRef|Hasil Rakjat...|1956}}}}
* {{Cite book|last=Ismail|first=Taufiq|date=2008|url=https://books.google.co.id/books?id=nlILAQAAMAAJ&q=%22memimpin+Panitia+Penantang+Ordonansi++%22&dq=%22memimpin+Panitia+Penantang+Ordonansi++%22&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwipmtquy9zsAhVbyDgGHYxMDCsQ6AEwAHoECAAQAg|title=Himpunan Tulisan, 1960-2008|publisher=Panitia 55 Tahun Taufiq Ismail dalam Sastra Indonesia dan Majalah Sastra Horizon|isbn=978-602-8168-00-7|language=id|ref={{sfnRef|Ismail|2008}}}}
* {{cite book|last=Kahin|first=Audrey R.|year=2005|url=http://books.google.co.id/books/about/Dari_pemberontakan_ke_integrasi.html?hl=id&id=v0y4-dp9uEEC|title=Dari Pemberontakan ke Integrasi:
* {{cite web|author=Mantovani|first=Sarah Larasati|title=Mendidik Tanpa Emansipasi|url=http://nec.rema.upi.edu/wp-content/uploads/sites/27/2013/11/26.-MENDIDIK-TANPA-EMANSIPASI-REFLEKSI-PERJUANGAN-RAHMAH-EL-YUNUSIYYAH-DALAM-PENDIDIKAN.pdf|work=|accessdate=4 Januari 2017|ref={{sfnRef|Mantovani|tt}}|archive-date=2017-01-04|archive-url=https://web.archive.org/web/20170104164538/http://nec.rema.upi.edu/wp-content/uploads/sites/27/2013/11/26.-MENDIDIK-TANPA-EMANSIPASI-REFLEKSI-PERJUANGAN-RAHMAH-EL-YUNUSIYYAH-DALAM-PENDIDIKAN.pdf|dead-url=yes}}
* {{cite book|last=Munawaroh|first=Junaidatul|year=2002|url=http://books.google.co.id/books/about/Ulama_Perempuan_Indonesia.html?id=KL8MEwzjSBoC&redir_esc=y|title=Ulama Perempuan Indonesia|location=|publisher=Gramedia Pustaka Utama|isbn=979-686-644-7|editor=Jajat Burhanuddin dan Oman Fathurahman|ref={{sfnRef|Munawaroh|2002}}}}
* {{cite book|last=Nata|first=Abuddin|year=2005|title=Tokoh-tokoh Pembaruan dan Pendidikan Islam di Indonesia|location=Jakarta|publisher=Raja Grafindo Persada|id=|ref={{sfnRef|Nata|2005}}}}
Baris 145 ⟶ 146:
; Jurnal
* {{Cite journal|last=Murtadlo|first=Muhamad|date=15 Desember 2018|title=Hubungan Mesir-Indonesia dalam Modernisasi Pendidikan Islam|url=http://jurnalalqalam.or.id/index.php/Alqalam/article/view/530|journal=Al-Qalam|language=|volume=24|issue=2|pages=|doi=10.31969/alq.v24i2.530|issn=2540-895X|ref={{sfnRef|Murtadlo|15 Desember 2018}}}}
; Media massa
* {{cite book|last=Ghazali|first=Chairil|date=19 April 1983|title=Mengenang Rahmah El Yunusiyah, Wanita Pertama Penerima Gelar Syaikhah|location=|publisher=Harian Pelita|id=|ref={{sfnRef|Ghazali|19 April 1983}}}}
Baris 154:
* {{cite magazine|last=|first=|volume=|date=24 Desember 1956|title=Benteng Raad|url=https://www.delpher.nl/nl/kranten/view?query=%22RAHMAH+EL%22&coll=ddd&identifier=ddd:010478579:mpeg21:a0052&resultsidentifier=ddd:010478579:mpeg21:a0052|magazine=[[De Nieuwsgier]]|location=Batavia|publisher=|access-date=|ref={{sfnRef|De Nieuwsgier|24 Desember 1956}}}}
* {{cite web|date=22 September 2009|year=2009|title=Era Baru di Tangan Generasi Keempat|url=http://arsip.gatra.com/2009-09-22/majalah/artikel.php?pil=23&id=130292|work=[[Gatra]]|accessdate=2 Januari 2017|archive-date=3 Januari 2017|archive-url=https://web.archive.org/web/20170103165229/http://arsip.gatra.com/2009-09-22/majalah/artikel.php?pil=23&id=130292|ref={{sfnRef|Gatra|2009}}}}
* {{
{{refend}}
{{artikel pilihan}}
[[Kategori:Pejuang kemerdekaan Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh pejuang Minangkabau]]
[[Kategori:Aktivis perempuan Indonesia]]
[[Kategori:Guru Indonesia]]
[[Kategori:
[[Kategori:Mubalighah Indonesia]]
[[Kategori:Ulama Minangkabau]]
[[Kategori:Tokoh
[[Kategori:
[[Kategori:
[[Kategori:Politikus Partai Masyumi]]
[[Kategori:Anggota DPR RI 1956–1959]]
[[Kategori:Penerima Bintang Mahaputera Utama]]
[[Kategori:Tokoh dari Padang Panjang]]
|