Soekarno: Perbedaan antara revisi
[revisi tidak terperiksa] | [revisi terperiksa] |
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Y Tag: Dikembalikan VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
WillsonEP09 (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
||
(261 revisi perantara oleh 93 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{pp}}
{{Kotak info pemegang jabatan
| honorific-prefix
| name
| image
| image_size
| caption = Potret resmi, {{circa|1949}}
| office = Presiden Indonesia
|
| term_start = 18 Agustus 1945
| term_end = 12 Maret 1967
| vicepresident = [[Mohammad Hatta]] (1945–1956)
| primeminister = {{Collapsible list|{{Plainlist|
* [[Sutan
* [[Amir Sjarifoeddin]]
* [[Mohammad Hatta]]
* [[
* [[Mohammad Natsir]]
* [[Soekiman Wirjosandjojo]]
* [[Wilopo]]
* [[Ali Sastroamidjojo]] * [[Burhanuddin Harahap]]
* [[Djoeanda Kartawidjaja]]
}}
}}
| predecessor
| successor
|
| term_start1 = 27 Desember 1949
| term_end1 = 17 Agustus 1950
| predecessor1 =
| successor1 =
| office2 = Perdana Menteri Indonesia
| order2 = ke-12
| term_start2 = 9 Juli 1959
| term_end2 = 25 Juli 1966
| predecessor2 = [[Djoeanda Kartawidjaja]]
| successor2 = [[Soeharto]]
| office3 = Ketua Dewan Pertimbangan Agung Republik Indonesia
| order3 = ke-5
| term_start3 = 1959
|
| predecessor3 = [[Sutardjo Kertohadikusumo]]
| successor3 = [[Wiranatakusumah V]]
| birth_name = Koesno Sosrodihardjo
| birth_date = {{Birth date|1901|6|6}}
| birth_place = [[Kota Surabaya|Soerabaja]], [[Jawa Timur|Oost Java]], [[Hindia Belanda]] (sekarang [[Surabaya]], [[Jawa Timur]], Indonesia)<ref>A. Setiadi (2013), Soekarno Bapak Bangsa, Yogyakarta: Palapa, pp.21.</ref>
| death_date = {{Death date and age|1970|6|21|1901|6|6|}}
| death_place = [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]], Indonesia
| death_cause = Gangguan ginjal
| resting_place = [[Bendogerit, Sananwetan, Blitar]]
| resting_place_coordinates = {{coord|-8.0846185|112.1761243|display=inline}}
| nationality = Indonesia
| party = [[Partai Nasional Indonesia]] {{small|(1927–1931)}}
| spouse = {{Collapsible list|{{Plainlist|
* {{Married|[[Siti Oetari]]|1921|1923|end=div.}}
* {{Married|[[Inggit Garnasih]]|24 March 1923|1943|end=div.}}
* {{Married|[[Fatmawati]]|1 June 1943|1970}}
* {{Married|[[Hartini|Siti Hartini]]|7 July 1953|1970}}
* {{Married|[[Kartini Manoppo]]|1959|1968|end=div.}}
* {{Married|Saliku Maesaroh|1958|30 September 1959|end=died}}
* {{Married|[[Ratna Sari Dewi Soekarno|Ratna Sari Dewi]]|1962|1970}}
* {{Married|[[Haryati]]|21 May 1963|1966|end=div.}}
* {{Married|[[Yurike Sanger]]|6 August 1964|1968|end=div.}}
* {{Married|[[Heldy Djafar]]|1966|1969|end=div.}}
}}
}}
| children = {{Collapsible list|
; Dari Inggit Garnasih
* Ratna Juami (anak angkat)
* Kartika (anak angkat)
; Dari Fatmawati
* [[
* [[
* [[Rachmawati Soekarnoputri]]
* [[Sukmawati Soekarnoputri]]
* [[Guruh Soekarnoputra]]
; Dari Siti Hartini
* [[Taufan Soekarnoputra]]
* [[Bayu Soekarnoputra]]
; Dari Kartini Manoppo
* [[Totok Suryawan Soekarnoputra]]
; Dari Ratna Sari Dewi
* [[Kartika Sari Dewi Soekarno]]
; Dari Haryati
* Ayu Gembirowati
}}
}}
| parents = {{Plainlist|
* [[Soekemi Sosrodihardjo]]
* [[Ida Ayu Nyoman Rai]]
}}
| profession = {{Hlist|Insinyur|Politikus|Guru}}
| signature = Sukarno Signature.svg
}}
{{Seri Sukarno}}
{{external media
| topic = Arsip [[Konferensi Asia-Afrika]] di [[Bandung]]
| float = right
| width = 20em
| video1 = [https://www.youtube.com/watch?v=-3dG7wB9WcM Konfrensi Asia Afrika oleh Humas Arsip Nasional RI.]
}}
[[Insinyur|Ir.]]<!--JANGAN DIHAPUS: gelar akademik yang memenuhi notabilitas--> '''Soekarno''' ([[Ejaan Republik]]: '''Sukarno'''; {{lahirmati|[[Surabaya|Soerabaja]]|6|6|1901|[[Jakarta]]|21|6|1970}}){{refn|group=cat.|name=oto|Dalam autobiografi ''Sukarno, An Autobiography as Told to Cindy Adams'' (Bobbs-Merrill Company Inc, New York, 1965) Sukarno menyebutkan lahir di Surabaya, ''"Bapak dipindah ke Surabaya dan di sanalah aku dilahirkan"'' (halaman 26), selanjutnya ''"Aku dilahirkan pada tahun 1901... Hari lahirku ditandai oleh angka serba enam. Tanggal 6 Juni."'' (halaman 21). Namun dalam beberapa dokumen mencantumkan tanggal 6 Juni 1902 di antaranya ''"Dalam Buku Induk [[TH Bandoeng]] yang sekarang masih tersimpan di [[ITB]] terbaca bahwa tanggal lahir Soekarno adalah 6 Juni 1902."''<ref name=goen />{{Rp|37}}<ref name=saka>{{id}} Sakri, A. (1979a). ''Dari TH ke ITB: Kenang-kenangan lustrum keempat 2 Maret 1979''. Jilid I: Selintas Perkembangan. Bandung: Penerbit ITB.</ref>{{Rp|16}} Pendapat lain adalah ''"Dari Buleleng, ia mendapat temuan ayah Soekarno dipindah ke Surabaya tahun 1901. Dan pada 1902 Soekarno lahir. "Kalau akhirnya dibuat 1901 itu mungkin untuk memudahkan sekolahnya saja," ujar Nurinwa."''<ref>{{Cite news|url=http://www.tribunnews.com/2010/08/29/antropolog-ugm-bung-karno-di-surabaya|title=Antropolog UGM: Bung Karno Lahir di Surabaya|authors=Iswidodo (ed.), Surya|publisher=tribunnews.com|date=Minggu, 29 Agustus 2010 20:28 WIB|accessdate=11 September 2015|work=[[Tribunnews|Tribunnews.com]]|last=Iswidodo|editor-last=Iswidodo|archive-date=2010-09-02|archive-url=https://web.archive.org/web/20100902034847/http://www.tribunnews.com/2010/08/29/antropolog-ugm-bung-karno-di-surabaya|dead-url=no}}</ref> Adapun kontradiksi perbedaan tahun kelahiran ini akhirnya dapat dijelaskan dalam dialog antara Sukarno dan ayahnya pada halaman 35 ''"Kalau perlu kita berbohong. Kita akan mengurangi umurmu satu tahun. Pada tahun ajaran yang baru engkau akan didaftarkan dengan umur tiga belas." - Oleh karenanya dapat dipastikan bahwa tanggal kelahiran Sukarno yang sesungguhnya adalah tanggal '''6 Juni 1901'''.<ref name=pustaka>{{cite web|title = Soekarno – biografi|work = |publisher = [[Kepustakaan Presiden-Presiden Republik Indonesia]]|date = |url = http://kepustakaan-presiden.perpusnas.go.id/biography/?box=detail&presiden_id=1&presiden=sukarno|format = |doi = |accessdate = 6 Juni 2015|archive-date = 2021-08-10|archive-url = https://web.archive.org/web/20210810042507/https://kepustakaan-presiden.perpusnas.go.id/biography/?box=detail&presiden_id=1&presiden=sukarno|dead-url = yes}}</ref>}} atau biasa dipanggil dengan sebutan '''Bung Karno''' adalah seorang negarawan, orator, dan [[Presiden Indonesia]] pertama yang menjabat sejak tahun 1945 hingga tahun 1967. Ia menjabat sebagai presiden setelah [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia|memproklamasikan kemerdekaan]] Indonesia bersama wakilnya, [[Mohammad Hatta]].<ref name="kasenda">{{id}} {{cite book|first = Peter|last = Kasenda|year = 2010|title = Sukarno Muda: Biografi Pemikiran 1926–1933|publisher = Komunitas Bambu|location =Jakarta|isbn= 979-373-177-X}}</ref>{{Rp|11, 81}}<ref name="asvi">{{id}} {{cite book|first = Asvi|last = Warman|year = 2009|title = Membongkar Manipulasi Sejarah|publisher = Kompas Media Nusantara|location = Jakarta|id=ISBN 979-709-404-1}}</ref>{{Rp|26-32}} Selain dikenal sebagai Bapak Proklamator, Soekarno dikenal juga sebagai pencetus [[Pancasila]], dasar negara dan ideologi bangsa Indonesia.<ref name="asvi" />
Pada pertengahan tahun 1960-an, di masa-masa akhir jabatan Soekarno, Indonesia mengalami stagnasi produksi, kemiskinan dan kelaparan yang merajalela, infrastruktur yang tidak terurus, dan [[hiperinflasi]] mencapai hampir 600 persen.<ref name=":0">{{Cite book|date=2012|url=https://www.cambridge.org/core/books/indonesias-economy-since-independence/indonesias-economic-development-during-and-after-the-soeharto-era-achievements-and-failings/51FBF51495CB60ADB5C42EB5FEE0EBAE|title=Indonesia's Economic Development During and After the Soeharto Era: Achievements and Failings|publisher=Cambridge University Press|isbn=978-981-4379-54-0|editor-last=Thee|editor-first=Kian Wie|series=ISEAS Current Economic Affairs|pages=69–89|url-status=live}}</ref>
Pada 11 Maret 1966, Soekarno menandatangani Surat Perintah yang dikenal sebagai [[Supersemar]] yang menugaskan [[Letnan Jenderal]] [[Soeharto]] untuk mengamankan dan menjaga keamanan negara dan institusi kepresidenan.<ref name="asvi" /> Supersemar menjadi landasan [[Letnan Jenderal]] [[Soeharto]] untuk membubarkan [[Partai Komunis Indonesia]] (PKI) dan mengganti anggota-anggotanya yang duduk di parlemen.<ref name="asvi" /> Setelah pertanggungjawabannya ditolak Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara ([[MPRS]]) pada sidang umum ke empat tahun 1967, Soekarno diberhentikan dari jabatannya sebagai presiden pada Sidang Istimewa MPRS pada tahun yang sama dan Soeharto menggantikannya sebagai pejabat Presiden Republik Indonesia.<ref name="asvi" />
== Nama ==
Soekarno lahir di [[Peneleh, Genteng, Surabaya|Peneleh]], [[Surabaya]], [[Jawa Timur]] dengan nama '''Kusno''' (Koesno) yang diberikan oleh orangtuanya.<ref name="kasenda" /> Akan tetapi, karena ia sering sakit maka ketika berumur sebelas tahun namanya diubah menjadi Soekarno oleh ayahnya.<ref name="kasenda" /><ref name="cindy adams">{{id}} {{cite book|first = Cindy|last = Adams|year = 1984|title = Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia|publisher = Gunung Agung|location = Jakarta|id= ISBN 979-96573-2-6}}</ref>{{Rp|35-36}} Nama tersebut diambil dari seorang panglima perang dalam kisah [[Bharata Yudha]] yaitu [[Karna]].<ref name="kasenda" /><ref name="cindy adams" /> Nama "Karna" menjadi "Karno" karena dalam [[bahasa Jawa]] huruf "a" berubah menjadi "o" sedangkan awalan "su" memiliki arti "baik".<ref name="cindy adams" />
Di kemudian hari ketika menjadi presiden, ejaan nama Soekarno diganti olehnya sendiri menjadi
=== Achmed Soekarno ===
Di beberapa negara Barat, nama Soekarno kadang-kadang ditulis ''Achmed Soekarno''. Hal ini terjadi karena ketika Soekarno pertama kali berkunjung ke Amerika Serikat, sejumlah wartawan bertanya-tanya, "Siapa nama kecil Soekarno?"<ref>{{Cite web|url=https://historia.id/politik/articles/sukarno-tanpa-ahmad-PzgE6|title=Soekarno tanpa achmad|last=|first=|date=|website=|access-date=|archive-date=2019-12-28|archive-url=https://web.archive.org/web/20191228061803/https://historia.id/politik/articles/sukarno-tanpa-ahmad-PzgE6|dead-url=no}}</ref> karena mereka tidak mengerti kebiasaan sebagian
Soekarno menyebutkan bahwa nama Achmed didapatnya ketika menunaikan ibadah haji.<ref name=adamtold>{{en}} {{cite book|first = Cindy|last = Adams|year = 1965|title = Sukarno, an autobiography as told to Cindy Adams|publisher = The Bobs Merryl Company Inc.|location = New York|asin =B0007DFFFK}}</ref> Dalam beberapa versi lain, disebutkan pemberian nama Achmed di depan nama Soekarno, dilakukan oleh para diplomat muslim asal Indonesia yang sedang melakukan misi luar negeri dalam upaya untuk mendapatkan pengakuan kedaulatan negara Indonesia oleh negara-negara [[Arab]].
Dalam buku ''[[Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia]]''
== Kehidupan ==
Baris 111 ⟶ 123:
[[Berkas:Istana gebang.jpg|jmpl|200px|kiri|Rumah masa kecil Bung Karno]]
Soekarno dilahirkan di [[Surabaya]], tanggal 6 Juni 1901, dengan seorang ayah yang bernama [[Raden]] [[Soekemi Sosrodihardjo]] (1873–1945) dan ibunya yaitu [[Ida Ayu Nyoman Rai]] (1881–1958).<ref name="kasenda" /> Keduanya bertemu ketika Raden Soekemi yang merupakan seorang guru ditempatkan di [[Sekolah Dasar]] Pribumi di [[Singaraja]], [[Bali]].<ref name="kasenda" /> Nyoman Rai merupakan keturunan bangsawan dari Bali dan beragama [[Hindu]], sedangkan Raden Soekemi sendiri beragama [[Islam]].<ref name="kasenda" /> Mereka telah memiliki seorang putri yang bernama Sukarmini sebelum Soekarno lahir.<ref name="kisah">{{cite book|author=|title=Kisah Istimewa Bung Karno|publisher= Kompas Media Nusantara|year=2010|id=ISBN 978-979-709-503-1}}</ref>{{Rp|4-6, 247-251}} Ketika kecil Soekarno tinggal bersama kakeknya, [[Raden]] [[Hardjokromo]] di [[Tulung Agung]], [[Jawa Timur]].<ref name="kasenda" />
Ia bersekolah pertama kali di Tulung Agung hingga akhirnya ia pindah ke [[Mojokerto]], mengikuti orangtuanya yang ditugaskan di kota tersebut.<ref name="kasenda" /> Di Mojokerto, ayahnya
[[Berkas:Sukarno HBS.jpg|jmpl|200px|Soekarno sewaktu menjadi siswa HBS Soerabaja]]
[[Berkas:1923 Mahasiswa pribumi THS.jpg|jmpl|200px|Soekarno bersama mahasiswa pribumi [[TH Bandung]] tahun 1923. Baris belakang dari kiri ke kanan: M. Anwari, [[Soetedjo (akademisi)|Soetedjo]], Soetojo, Soekarno, R. Soemani, Soetono, R. M. Koesoemaningrat, Djokoasmo, Marsito. Duduk di depan: Soetoto, M. Hoedioro, Katamso.]]
Tamat [[HBS]] Soerabaja bulan
Soekarno dinyatakan lulus ujian insinyur pada tanggal
Saat di Bandung, Soekarno tinggal di kediaman [[Haji Sanusi]] yang merupakan anggota [[Sarekat Islam]] dan sahabat karib Tjokroaminoto.<ref name="kasenda" /> Di sana ia berinteraksi dengan [[Ki Hajar Dewantara]], [[Tjipto Mangunkusumo]], dan [[Dr. Douwes Dekker]], yang saat itu merupakan pemimpin organisasi [[National Indische Partij]].
=== Silsilah keluarga ===
Baris 132 ⟶ 141:
}}
==Perjuangan awal kemerdekaan==
{{see|Politik Etis}}
Soekarno pertama kali mengenal ide-ide nasionalis saat hidup di bawah pemerintahan [[Oemar Said Tjokroaminoto]]. Kemudian, ketika menjadi mahasiswa di [[Bandung]], ia membenamkan dirinya dalam filsafat politik [[Eropa]], [[Amerika Serikat|Amerika]], nasionalis, [[komunis]], dan agama, yang pada akhirnya mengembangkan karyanya memiliki ideologi politik swasembada ala [[sosialis]] Indonesia. Ia mulai menata ide-idenya sebagai [[Marhaenisme]], yang diambil dari nama Marhaen, seorang petani Indonesia yang ia temui di wilayah selatan [[Bandung]], yang memiliki sebidang tanah kecil dan menggarapnya sendiri, sehingga menghasilkan pendapatan yang cukup untuk menghidupi keluarganya. Di universitas, Soekarno mulai mengorganisir klub belajar untuk mahasiswa Indonesia, Algemeene Studieclub, yang bertentangan dengan klub mahasiswa yang didominasi oleh mahasiswa Belanda.
=== Keterlibatan dalam Partai Nasional Indonesia ===
Pada tanggal 4 Juli 1927, Soekarno bersama teman-temannya dari ''Algemeene Studieclub'' mendirikan partai pro-kemerdekaan, [[Partai Nasional Indonesia]] (PNI), dan Soekarno terpilih sebagai pemimpin pertama. Partai ini menganjurkan kemerdekaan bagi [[Indonesia]], dan menentang [[imperialisme]] dan [[kapitalisme]] karena berpendapat bahwa kedua sistem tersebut memperburuk kehidupan [[rakyat Indonesia]]. Partai ini juga menganjurkan [[sekularisme]] dan persatuan di antara berbagai etnis di [[Hindia Belanda]], untuk membentuk [[Indonesia]] yang bersatu. Soekarno juga berharap bahwa [[Jepang]] akan memulai perang melawan [[Blok Sekutu dalam Perang Dunia II|kekuatan barat]] dan [[Jawa]] kemudian dapat memperoleh kemerdekaannya dengan [[Gerakan propaganda Jepang 3A|bantuan Jepang]]. [[Partai Nasional Indonesia|PNI]] mulai menarik sejumlah besar pengikut, khususnya di kalangan pemuda lulusan universitas yang menginginkan kebebasan dan kesempatan yang lebih luas yang tidak diberikan kepada mereka dalam sistem politik kolonialisme Belanda yang rasis dan konstriktif. Hal ini terjadi segera setelah disintegrasi [[Sarekat Islam]] pada awal tahun 1920-an dan hancurnya [[Partai Komunis Indonesia]] setelah [[Pemberontakan komunis Sumatra 1927|pemberontakan yang gagal pada tahun 1926]].<ref name="Adams 1965">{{cite book |author1=Sukarno |last2=Adams |first2=Cindy |title=Sukarno, An Autobiography |publisher=The Bobbs-Merrill Company Inc. |year=1965 |pages=79–80}}</ref>
=== Penangkapan, persidangan, dan pemenjaraan ===
==== Penangkapan dan persidangan ====
[[File:P.N.I. proces te Bandoeng 1930 - Nationaal Archief.jpg|thumb|right|Soekarno bersama rekan-rekan terdakwa dan pengacaranya pada saat persidangannya di [[Bandung]], 1930]]
Kegiatan [[Partai Nasional Indonesia|PNI]] menarik perhatian pemerintah kolonial, dan pidato serta pertemuan Soekarno sering kali disusupi dan diganggu oleh agen polisi rahasia kolonial ([[Politieke Inlichtingendiensnt|''Politieke Inlichtingendienst'']]). Akhirnya, Soekarno dan para pemimpin penting [[Partai Nasional Indonesia|PNI]] lainnya ditangkap pada tanggal 29 Desember 1929 oleh otoritas kolonial Belanda dalam serangkaian penggerebekan di seluruh [[Jawa]]. Soekarno sendiri ditangkap saat sedang berkunjung ke [[Yogyakarta]]. Selama persidangannya di gedung pengadilan Landraad [[Bandung]] dari bulan Agustus hingga Desember 1930, Soekarno menyampaikan serangkaian pidato politik panjang yang menyerang kolonialisme dan [[imperialisme]], bertajuk ''Indonesia Menggoegat'' (''[[Indonesia Accuses]]'').<ref>{{Cite web |title=Behind the coup that backfired: the demise of Indonesia's Communist Party |url=https://theconversation.com/amp/behind-the-coup-that-backfired-the-demise-of-indonesias-communist-party-47640 |access-date=7 June 2022 |website=theconversation.com|date=30 September 2015 }}</ref>
====
Pada bulan Desember 1930, Soekarno dijatuhi hukuman empat tahun penjara, yang dijalani di penjara Sukamiskin di [[Bandung]]. Namun pidatonya mendapat liputan luas dari media, dan karena tekanan kuat dari unsur-unsur liberal di [[Belanda]] dan [[Hindia Belanda]], Soekarno dibebaskan lebih awal pada tanggal 31 Desember 1931. Dengan ini Saat itu, ia telah menjadi pahlawan populer yang dikenal luas di seluruh [[Indonesia]].
Namun, selama ia dipenjara, [[Partai Nasional Indonesia|PNI]] terpecah belah akibat penindasan pemerintah kolonial dan pertikaian internal. [[Partai Nasional Indonesia|PNI]] yang asli dibubarkan oleh Belanda, dan mantan anggotanya membentuk dua partai berbeda; [[Partindo|Partai Indonesia (Partindo)]] di bawah rekan Soekarno, [[Sartono]] yang mempromosikan agitasi massa, dan Pendidikan Nasionalis Indonesia (PNI Baru) di bawah [[Mohammad Hatta]] dan [[Soetan Sjahrir]], dua orang nasionalis yang baru saja kembali dari studi di Belanda, dan mempromosikan strategi jangka panjang dalam menyediakan pendidikan modern kepada masyarakat Indonesia yang tidak berpendidikan untuk mengembangkan elit intelektual yang mampu memberikan perlawanan efektif terhadap pemerintahan Belanda. Setelah berusaha mendamaikan kedua partai untuk membentuk satu front persatuan nasionalis, Soekarno memilih menjadi ketua Partindo pada tanggal 28 Juli 1932. Partindo tetap mempertahankan keselarasan dengan strategi agitasi massa langsung yang dilakukan Soekarno, dan Soekarno tidak setuju dengan [[Mohammad Hatta|Perjuangan jangka panjang berbasis kader Hatta]]. Hatta sendiri meyakini kemerdekaan Indonesia tidak akan terjadi semasa hidupnya, sedangkan Soekarno meyakini strategi Hatta mengabaikan fakta bahwa politik hanya dapat melakukan perubahan nyata melalui pembentukan dan pemanfaatan kekuatan (''machtsvorming en machtsaanwending'').<ref name="Adams 1965"/>
Selama periode ini, untuk menghidupi dirinya dan partai secara finansial, Soekarno kembali ke dunia arsitektur, membuka biro Soekarno & Roosseno bersama junior universitasnya, [[Roosseno]]. Dia juga menulis artikel untuk surat kabar partai, ''Fikiran Ra'jat'' (Pikiran Rakyat). Saat bermarkas di [[Bandung]], Soekarno sering bepergian ke seluruh [[Jawa]] untuk menjalin kontak dengan kaum nasionalis lainnya. Aktivitasnya semakin menarik perhatian [[Polititeke Inlichtingendienst|PID]] Belanda. Pada pertengahan tahun 1933, Soekarno menerbitkan serangkaian tulisan berjudul Mentjapai Indonesia Merdeka (“''Mencapai Indonesia Merdeka''”). Karena tulisan ini, ia ditangkap oleh polisi Belanda saat mengunjungi rekan [[nasionalisme|nasionalis]]nya, [[Mohammad Hoesni Thamrin]] di [[Jakarta]] pada tanggal 1 Agustus 1933.
=== Diasingkan ===
Kali ini, untuk mencegah pemberian platform kepada Soekarno untuk menyampaikan pidato politik, gubernur jenderal garis keras [[Jonkheer]], [[Bonifacius Cornelis de Jonge]] menggunakan kekuatan daruratnya untuk mengirim Soekarno ke pengasingan internal tanpa pengadilan. Pada tahun 1934, Soekarno dikapalkan bersama keluarganya (termasuk Inggit Garnasih), ke kota terpencil [[Ende, Indonesia|Ende]], di pulau [[Flores]]. Selama berada di Flores, ia memanfaatkan kebebasan bergeraknya yang terbatas untuk mendirikan teater anak-anak. Di antara anggotanya adalah politisi masa depan [[Frans Seda]]. Karena wabah malaria di Flores, pemerintah Belanda memutuskan untuk memindahkan Soekarno dan keluarganya ke Bencoolen (sekarang [[Bengkulu]]) di [[Sumatera Barat|pantai barat Sumatra]], pada bulan Februari 1938.
Di [[Bengkulu]], Soekarno berkenalan dengan Hassan Din, ketua organisasi [[Muhammadiyah]] setempat, dan dia diizinkan untuk mengajar agama di sekolah lokal milik [[Muhammadiyah]]. Salah satu muridnya adalah [[Fatmawati]] yang berusia 15 tahun, putri Hassan Din. Ia menjalin hubungan asmara dengan Fatmawati, yang ia beralasan dengan menyatakan ketidakmampuan Inggit Garnasih menghasilkan anak selama hampir 20 tahun pernikahan mereka. Soekarno masih berada di pengasingan [[Bengkulu]] ketika Jepang [[kampanye Hindia Belanda|menyerbu]] [[Kepulauan Melayu|kepulauan]] pada tahun 1942.
==Perang Dunia II dan pendudukan Jepang ==
{{see|Pendudukan Jepang di Hindia Belanda}}
===
==== Latar belakang dan invasi ====
[[File:Sukarno in exile in Bengkulu, Bung Karno Penjambung Lidah Rakjat 229.jpg|thumb|left|Soekarno di [[Rumah Pengasingan Bung Karno|rumah di pengasingan]], [[Bengkulu (kota)|Bengkulu]]]]
Pada awal tahun 1929, selama [[Kebangkitan Nasional Indonesia]], Soekarno dan rekan pemimpin nasionalis Indonesia [[Mohammad Hatta]] (kemudian [[Daftar Wakil Presiden Indonesia|Wakil Presiden]]), pertama kali meramalkan Perang Pasifik dan Perang Pasifik. peluang yang mungkin diberikan oleh kemajuan Jepang di Indonesia demi tujuan kemerdekaan Indonesia.<ref>{{cite book |author1=Sukarno |last2=Adams |first2=Cindy |title=Sukarno: An Autobiography |url=https://archive.org/details/sukarnoautobiogr00soek |url-access=registration |publisher=The Bobbs-Merrill Company Inc. |year=1965 |page=145 [https://archive.org/details/sukarnoautobiogr00soek/page/92 92]}}; {{harvnb|Legge|2003|pp=101–102}}</ref> Pada bulan Februari 1942, [[Kekaisaran Jepang]] menginvasi [[Hindia Belanda]] dengan cepat mengalahkan pasukan Belanda yang berbaris, mengangkut bus dan truk Soekarno dan rombongannya tiga ratus kilometer dari [[Bengkulu]] ke [[Padang]], [[Sumatera]]. Mereka bermaksud menahannya dan mengirimnya ke Australia namun tiba-tiba meninggalkannya untuk menyelamatkan diri ketika pasukan Jepang mendekat di Padang.<ref>{{cite book |last=Friend |first=Theodore |title=Indonesian Destinies |url=https://archive.org/details/indonesiandestin00theo |url-access=registration |publisher=The Belknap Press of Harvard University Press |year=2003 |page=[https://archive.org/details/indonesiandestin00theo/page/27 27] |isbn=0-674-01834-6}}</ref>
==== Kerjasama dengan Jepang ====
[[File:Soekarno shakes hand with Moichiri Yamamoto.jpg|thumb|Soekarno berjabat tangan dengan Direktur Dalam Negeri Jepang untuk pendudukan [[Hindia Belanda]], Jendral [[Moichiri Yamamoto]], September 1944]]
Jepang mempunyai arsip mereka sendiri mengenai Soekarno, dan komandan Jepang di [[Sumatera]] mendekatinya dengan hormat, ingin memanfaatkannya untuk mengorganisir dan menenangkan rakyat Indonesia. Soekarno, sebaliknya, ingin memanfaatkan Jepang untuk memperoleh kemerdekaan bagi Indonesia: "Terpujilah Tuhan, Tuhan menunjukkan kepadaku jalannya; di lembah Ngarai itu aku berkata: Ya, Indonesia Merdeka hanya bisa dicapai dengan Dai Nippon ... Untuk pertama kalinya sepanjang hidupku, aku melihat diriku di cermin Asia."<ref>{{cite book |last=Friend |first=Theodore |title=The Blue-Eyed Enemy: Japan Against the West in Java and Luzon 1942–1945 |publisher=Princeton University Press |year=1988 |pages=[https://archive.org/details/blueeyedenemyjap0000frie/page/82 82–84] |url=https://archive.org/details/blueeyedenemyjap0000frie |url-access=registration |isbn=0-691-05524-6}}</ref> Pada bulan Juli 1942, Soekarno dikirim kembali ke [[Jakarta]], di mana ia bersatu kembali dengan para pemimpin nasionalis lainnya yang baru-baru ini dibebaskan oleh Jepang, termasuk [[Mohammad Hatta]]. Di sana, ia bertemu dengan Panglima Jepang Jenderal [[Hitoshi Imamura]], yang meminta Soekarno dan kaum nasionalis lainnya untuk menggalang dukungan dari masyarakat Indonesia untuk [[Gerakan propaganda Jepang 3A|membantu upaya perang Jepang]].
Soekarno bersedia mendukung Jepang, dengan imbalan platform bagi dirinya untuk menyebarkan ide-ide nasionalis kepada masyarakat luas.<ref name="Autobiography"/><ref name="Adams"/> Sebaliknya Jepang membutuhkan tenaga kerja dan sumber daya alam Indonesia untuk membantu upaya perangnya. Jepang merekrut jutaan orang, terutama dari [[Jawa]], untuk melakukan kerja paksa ''[[romusha]]''. Mereka terpaksa membangun rel kereta api, lapangan terbang, dan fasilitas lainnya untuk Jepang di [[Indonesia]] hingga [[Myanmar|Burma]]. Selain itu, Jepang meminta [[beras]] dan makanan lain yang diproduksi oleh petani Indonesia untuk memasok pasukan mereka, sekaligus memaksa petani untuk menanam tanaman [[minyak jarak]] untuk digunakan sebagai bahan bakar dan pelumas penerbangan.<ref>{{cite book |last=Ricklefs |first=Merle Calvin |title=A History of Modern Indonesia Since c. 1200 |page=337|author-link=M. C. Ricklefs |edition=4th |year=2008 |publisher=Palgrave Macmillan |isbn=978-1-137-14918-3}}</ref><ref>{{cite book |last=Satō |first=Shigeru |title=War, Nationalism, and Peasants: Java Under the Japanese Occupation, 1942-1945 |publisher=M. E. Sharpe Incorporated |location=Armonk, NY |year=1994 |pages=159–160 |isbn=9781317452355}}</ref><ref>[http://lcweb2.loc.gov/cgi-bin/query/r?frd/cstdy:@field(DOCID+id0029) Library of Congress, 1992, "Indonesia: World War II and the Struggle For Independence, 1942–50; The Japanese Occupation, 1942–45"] Access date: 9 February 2007</ref>
Untuk mendapatkan kerja sama dari penduduk Indonesia dan untuk mencegah perlawanan terhadap tindakan tersebut, Jepang menempatkan Soekarno sebagai ketua [gerakan organisasi massa 3A Jepang (''Tiga-A''). Pada bulan Maret 1943, Jepang membentuk organisasi baru bernama ''Poesat Tenaga Rakjat'' (POETERA) di bawah Soekarno, [[Mohammad Hatta|Hatta]], [[Ki Hadjar Dewantara]], dan [[Mas Mansur|KH Mas Mansjoer]]. Organisasi-organisasi ini bertujuan untuk menggalang dukungan rakyat terhadap perekrutan ''[[romusha]]'', permintaan produk makanan, dan untuk mempromosikan sentimen pro-Jepang dan [[anti-Barat]] di kalangan masyarakat Indonesia. Soekarno yang menciptakan istilah ''Amerika kita setrika, Inggris kita linggis'' untuk mempromosikan sentimen anti-[[Blok Sekutu dalam Perang Dunia II|Sekutu]]. Pada tahun-tahun berikutnya, Soekarno merasa malu atas perannya dalam pemerintahan ''[[romusha]]''. Selain itu, permintaan makanan oleh Jepang menyebabkan kelaparan yang meluas di [[Jawa]], yang menewaskan lebih dari satu juta orang pada tahun 1944–1945. Menurutnya, hal ini merupakan pengorbanan yang perlu dilakukan demi kemerdekaan Indonesia di masa depan.<ref name="Autobiography">{{cite book |last=Sukarno |title=Sukarno: An Autobiography |publisher=The Bobbs-Merrill Company Inc. |year=1965 |page=192}}</ref><ref name="Adams">{{cite book |last=Adams |first=Cindy |title=My Friend the Dictator |url=https://archive.org/details/myfrienddictator00adam |url-access =registration |publisher=The Bobbs-Merrill Company Inc. |year=1967 |pages=[https://archive.org/details/myfrienddictator00adam/page/184 184–186]}}</ref> Ia juga terlibat dalam pembentukan ''[[Pembela Tanah Air]]'' (PETA) dan ''[[Heiho]]'' (Pasukan Tentara Relawan Indonesia) melalui pidato-pidato yang disiarkan di radio Jepang dan jaringan pengeras suara di seluruh Pulau Jawa dan Sumatera. Pada pertengahan tahun 1945, unit-unit ini berjumlah sekitar dua juta dan bersiap untuk mengalahkan [[Blok Sekutu dalam Perang Dunia II|Pasukan Sekutu]] yang dikirim untuk merebut kembali [[Jawa]].
[[File:Sukarno and Japan, ABC 1966.webm|thumb|laporan [[Australian Broadcasting Corporation|ABC]] tahun 1966 yang meneliti aliansi Soekarno antara Kekaisaran Jepang dan gerakan nasionalis Indonesia]]
Sementara itu, Soekarno akhirnya menceraikan Inggit yang menolak keinginan suaminya untuk berpoligami. Dia diberi rumah di [[Bandung]] dan uang pensiun seumur hidupnya. Pada tahun 1943, ia menikah dengan [[Fatmawati]]. Mereka tinggal di sebuah rumah di Jalan Pegangsaan Timur No. 56, yang disita dari pemilik Belanda sebelumnya dan diberikan kepada Soekarno oleh Jepang. Rumah ini nantinya menjadi tempat berlangsungnya [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia]] pada tahun 1945.
Pada tanggal 10 November 1943, Soekarno dan [[Mohammad Hatta|Hatta]] dikirim dalam tur 17 hari di Jepang, di mana mereka diberi penghargaan oleh Kaisar [[Hirohito]] dan minum anggur serta makan malam di rumah Perdana Menteri [[Hideki Tojo]] di [[Tokyo]]. Pada tanggal 7 September 1944, ketika [[Perang Pasifik|perang]] tidak menguntungkan Jepang, [[Kuniaki Koiso|Perdana Menteri Kuniaki Koiso]] menjanjikan kemerdekaan bagi Indonesia, meskipun tanggalnya belum ditentukan.<ref name="RICKLEFSp207">Ricklefs (1991), page 207</ref> Pengumuman ini, menurut sejarah resmi AS, dipandang sebagai pembenaran besar atas kolaborasi Soekarno dengan Jepang.<ref name="USCONGRESS_REV">{{cite web |title=The National Revolution, 1945–50 |url=http://countrystudies.us/indonesia/16.htm |work=Country Studies, Indonesia |publisher=U.S. Library of Congress}}</ref> AS pada saat itu menganggap Soekarno sebagai salah satu "pemimpin kolaborator terkemuka."<ref>Kolko, Gabriel. The Politics of War. page 607</ref>
==== Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan ====
[[File:Sukarno Makassar 30 April 1945.png|thumb|Soekarno saat berkunjung ke [[Makassar]], 30 April 1945]]
Pada tanggal 29 April 1945, ketika [[Filipina]] dibebaskan oleh pasukan Amerika, Jepang mengizinkan pembentukan [[Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia]] (BPUPKI), sebuah kuasi legislatif yang terdiri dari 67 perwakilan dari sebagian besar kelompok etnis di Indonesia. Soekarno diangkat sebagai ketua BPUPKI dan ditugaskan memimpin pembahasan untuk mempersiapkan dasar negara Indonesia masa depan. Untuk memberikan platform yang umum dan dapat diterima untuk menyatukan berbagai faksi yang berselisih di BPUPKI, Soekarno merumuskan pemikiran ideologisnya yang dikembangkan selama dua puluh tahun sebelumnya ke dalam lima prinsip. Pada tanggal 1 Juni 1945, ia memperkenalkan seperangkat lima prinsip, yang dikenal sebagai ''[[Pancasila]]'', dalam sidang gabungan BPUPKI yang diadakan di bekas [[Volksraad (Hindia Belanda)|Gedung Volksraad]] (sekarang disebut [[Gedung Pancasila]]).
[[Pancasila (politik)|''Pancasila'']], seperti yang disampaikan Soekarno dalam pidato [[Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan|BPUPKI]], terdiri dari lima prinsip yang menurut Soekarno umum dianut oleh seluruh rakyat Indonesia:{{sfn|Legge|2003|pp=209-210}}
# Nasionalisme, di mana negara kesatuan Indonesia akan terbentang dari [[Sabang, Indonesia|Sabang]] sampai [[Merauke]], meliputi seluruh bekas [[Hindia Belanda]].
# Internasionalisme, artinya Indonesia harus menghargai hak asasi manusia dan berkontribusi terhadap perdamaian dunia, serta tidak boleh terjerumus ke dalam fasisme chauvinistik seperti yang dilakukan oleh [[Jerman Nazi]] yang meyakini superioritas ras [[ras Arya|Arya]]
# Demokrasi, yang diyakini Soekarno selalu ada dalam darah bangsa Indonesia melalui praktik musyawarah untuk muafakat, sebuah demokrasi ala Indonesia yang berbeda dengan liberalisme ala Barat.
# Keadilan sosial, suatu bentuk sosialisme populis di bidang ekonomi dengan oposisi gaya Marxis terhadap kapitalisme bebas. Keadilan sosial juga dimaksudkan untuk memberikan pemerataan perekonomian bagi seluruh rakyat Indonesia, dibandingkan dengan dominasi ekonomi penuh oleh Belanda dan Tiongkok pada masa kolonial.
# Ketuhanan, dimana semua agama diperlakukan sama dan mempunyai kebebasan beragama. Soekarno memandang masyarakat Indonesia sebagai bangsa yang spiritual dan religius, namun pada hakikatnya toleran terhadap perbedaan keyakinan agama.
Pada tanggal 22 Juni, unsur-unsur Islam dan nasionalis dari [[Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan|BPUPKI]] membentuk sebuah panitia kecil beranggotakan sembilan orang (Panitia Sembilan), yang merumuskan Gagasan Soekarno ke dalam lima butir [[Pancasila (politik)|Pancasila]], dalam sebuah dokumen yang dikenal dengan nama [[Piagam Jakarta]]:{{sfn|Elson|2009|p=112}}
# Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islambbagi para pemeluknya
# Kemanusiaan yang adil dan beradab'
# Persatuan Indonesia
# Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam musyawarah perwakilan
# Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia
Karena adanya tekanan dari unsur Islam, maka sila pertama menyebutkan kewajiban umat Islam untuk mengamalkan syariat Islam ([[syariah]]). Namun Sila final sebagaimana tertuang dalam UUD 1945 yang mulai berlaku pada tanggal 18 Agustus 1945, tidak mengacu pada hukum Islam demi persatuan bangsa. Penghapusan [[syariah]] dilakukan oleh [[Mohammad Hatta]] berdasarkan permintaan perwakilan Kristen [[Alexander Andries Maramis]], dan setelah berkonsultasi dengan perwakilan Islam moderat Teuku Mohammad Hassan, Kasman Singodimedjo, dan Ki Bagoes Hadikoesoemo.<ref name="Smith 1974 174–183">{{cite book | editor-last = Smith | editor-first = Roger M | title = Southeast Asia. Documents of Political Development and Change | publisher = Ithaca and London | year = 1974 | pages = 174–18 }}</ref>
==== Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia ====
Pada tanggal 7 Agustus 1945, Jepang mengizinkan pembentukan badan yang lebih kecil, [[Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia]] (PPKI), sebuah komite beranggotakan 21 orang yang bertugas menciptakan struktur pemerintahan khusus untuk negara Indonesia masa depan. Pada tanggal 9 Agustus, pimpinan tertinggi [[Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia|PPKI]] (Soekarno, [[Mohammad Hatta|Hatta]], dan [[Radjiman Wediodiningrat|KRT Radjiman Wediodiningrat]]), dipanggil oleh Panglima Pasukan Ekspedisi Selatan Jepang, Marsekal Lapangan [[Hisaichi Terauchi]], ke [[Da Lat]], 100 km dari [[Saigon]]. Marsekal Lapangan Terauchi memberikan kebebasan kepada Soekarno untuk melanjutkan persiapan kemerdekaan Indonesia, bebas dari campur tangan Jepang. Setelah minum dan makan, rombongan Soekarno diterbangkan kembali ke Jakarta pada 14 Agustus. Tanpa sepengetahuan para tamu, [[Serangan bom atom Hiroshima dan Nagasaki|bom atom telah dijatuhkan]] di [[Hiroshima]] dan [[Nagasaki]], dan Jepang sedang mempersiapkan [[Penyerahan Jepang|penyerahan]].
==== Penyerahan Jepang ====
Keesokan harinya, pada tanggal 15 Agustus, Jepang menyatakan penerimaan mereka terhadap persyaratan [[Deklarasi Potsdam]] dan menyerah tanpa syarat kepada Sekutu. Sore hari itu, Soekarno menerima informasi ini dari para pemimpin kelompok pemuda dan anggota PETA [[Chairul Saleh]], [[Soekarni]], dan [[Wikana]], yang telah mendengarkan siaran radio Barat. Mereka mendesak agar Soekarno segera mendeklarasikan kemerdekaan Indonesia, saat Jepang sedang kebingungan dan sebelum kedatangan pasukan Sekutu. Menghadapi pergantian peristiwa yang cepat ini, Soekarno menunda-nunda. Dia takut akan pertumpahan darah karena tanggapan bermusuhan dari Jepang terhadap tindakan tersebut dan prihatin dengan kemungkinan pembalasan Sekutu di masa depan.
==== Penculikan ke Rengasdengklok ====
Pada dini hari tanggal 16 Agustus, ketiga pemimpin pemuda tersebut, karena tidak sabar dengan keragu-raguan Soekarno, menculiknya dari rumahnya dan membawanya ke sebuah rumah kecil di [[Rengasdengklok]], [[Karawang]], milik sebuah keluarga Tionghoa dan ditempati oleh PETA. Di sana mereka memperoleh komitmen Soekarno untuk mendeklarasikan kemerdekaan keesokan harinya. Malamnya, para pemuda mengantar Soekarno kembali ke rumah Laksamana [[Tadashi Maeda]], perwira penghubung angkatan laut Jepang di kawasan [[Menteng]] Jakarta, yang bersimpati dengan kemerdekaan Indonesia. Di sana, ia dan asistennya Sajoeti Melik menyiapkan teks [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia]].
== Revolusi Nasional (1945–1949) ==
{{See also|Revolusi Nasional Indonesia}}
=== Proklamasi Kemerdekaan Indonesia ===
{{Main|Proklamasi Kemerdekaan Indonesia}}
[[Berkas:Indonesia declaration of independence 17 August 1945.jpg|thumb|Soekarno didampingi Mohammad Hatta (kanan), memproklamirkan kemerdekaan Indonesia.]]
Dini hari tanggal 17 Agustus 1945, Soekarno kembali ke rumahnya di Jalan Pegangsaan Timur No. 56, di mana [[Mohammad Hatta]] bergabung dengannya. Sepanjang pagi, selebaran dadakan yang dicetak oleh PETA dan golongan pemuda menginformasikan kepada masyarakat bahwa proklamasi akan segera dilakukan. Akhirnya pada pukul 10 pagi, Soekarno dan Hatta melangkah ke teras depan, tempat Soekarno mendeklarasikan [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia|kemerdekaan Republik Indonesia]] di hadapan 500 orang massa. Bangunan paling bersejarah ini kemudian diperintahkan untuk dibongkar oleh Soekarno sendiri, tanpa alasan yang jelas.<ref>{{cite journal|last=Mulyawan Karim|title=Misteri Pembongkaran Gedung Proklamasi (Mystery of Demolishing Proclamation Building)|journal=KOMPAS Daily|date=18 August 2009|page=27}}</ref>
Keesokan harinya, tanggal 18 Agustus, PPKI mendeklarasikan susunan dasar pemerintahan Negara Republik Indonesia yang baru:
# Mengangkat Soekarno dan [[Mohammad Hatta]] sebagai presiden dan wakil presiden serta kabinetnya.
# Memberlakukan [[UUD 45|UUD Indonesia Tahun 1945]], yang pada saat itu tidak menyertakan referensi apapun terhadap hukum Islam.
# Membentuk [[Komite Nasional Indonesia Pusat]] (''Komite Nasional Indonesia Poesat''/KNIP) untuk membantu presiden sebelum pemilihan parlemen.
Visi Soekarno terhadap UUD Indonesia tahun 1945 terdiri dari [[Pancasila]]. Filsafat politik Soekarno pada dasarnya merupakan perpaduan unsur-unsur [[Marxisme]], [[nasionalisme]] dan [[Islam]]. Hal ini tercermin dalam usulan Pancasila versinya yang diajukannya kepada
BPUPKI dalam pidatonya pada tanggal 1 Juni 1945.<ref name="Smith 1974 174–183"/>
Soekarno berpendapat, seluruh prinsip bangsa dapat terangkum dalam ungkapan ''[[gotong royong]].''<ref>{{cite web|url=http://www.antenna.nl/wvi/eng/ic/pki/sal/salim.html|title=BUNG KARNO: 6 JUNE – 21 JUNE}}</ref> Parlemen Indonesia, yang didirikan berdasarkan konstitusi asli (dan kemudian direvisi), terbukti tidak dapat diatur. Hal ini disebabkan oleh perbedaan yang tidak dapat didamaikan antara berbagai faksi sosial, politik, agama dan etnis.<ref>{{cite book | editor-last = Emmerson | editor-first = Donald K. | title = Indonesia Beyond Suharto: Polity, Economy, Society, Transition | publisher = M.E. Sharpe | year = 1999 | location = Armonk, New York | pages = 3–38 }}, section: Robert Cribb, 'Nation: Making Indonesia'</ref>
=== Revolusi dan Masa Bersiap ===
{{see also|Masa Bersiap}}
Pada hari-hari setelah proklamasi, berita kemerdekaan Indonesia disebarkan melalui radio, surat kabar, selebaran, dan dari mulut ke mulut meskipun ada upaya dari tentara Jepang untuk meredam berita tersebut. Pada tanggal 19 September, Soekarno berpidato di hadapan satu juta orang di Lapangan Ikada Jakarta (sekarang bagian dari [[Lapangan Merdeka]]) untuk memperingati satu bulan kemerdekaan, yang menunjukkan tingginya tingkat dukungan rakyat terhadap Republik baru, setidaknya di Jawa dan Sumatra. Di kedua pulau ini, pemerintahan Soekarno dengan cepat membangun kendali pemerintahan sementara sebagian besar tentara Jepang yang tersisa mundur ke barak mereka menunggu kedatangan pasukan Sekutu. Periode ini ditandai dengan serangan terus menerus oleh kelompok bersenjata pribumi terhadap orang-orang Eropa, Tionghoa, Kristen, bangsawan pribumi dan siapa saja yang mereka anggap menentang kemerdekaan Indonesia.<ref>{{cite web|last=Triyana|first=Bonnie|title=Istilah "Bersiap" yang Problematik|website=Historia|date=2022-01-12|url=https://historia.id/amp/politik/articles/istilah-bersiap-yang-problematik-vogKK|language=id|access-date=2022-02-13}}</ref><ref>{{cite book|language=nl|last=Iburg|first=Nora|title=Van Pasar Malam tot I Love Indo, identiteitsconstructie en manifestatie door drie generaties Indische Nederlanders ''(Master thesis, Arnhem University)''|year=2009|publisher=Ellessy Publishers|isbn=9789086601042}}</ref> Kasus yang paling serius adalah Revolusi Sosial di [[Aceh]] dan [[Sumatera Utara]], di mana sejumlah besar bangsawan Aceh dan Melayu dibunuh oleh kelompok Islam (di Aceh) dan massa yang dipimpin komunis (di Sumatera Utara), dan "Perselingkuhan Tiga Wilayah" di pantai barat laut [[Jawa Tengah]] di mana sejumlah besar bangsawan Eropa, Tionghoa, dan pribumi dibantai oleh massa. Insiden berdarah ini berlanjut hingga akhir tahun 1945 hingga awal tahun 1946, dan mulai mereda ketika otoritas Partai Republik mulai mengerahkan dan mengkonsolidasi kendali.<ref>{{cite book|last=Bussemaker|first=H.Th.|date=2005|title=Bersiap! Opstand in het paradijs: de Bersiap-periode op Java en Sumatra, 1945–1946|trans-title=Bersiap! Revolt in Paradise: The Bersiap Period in Java and Sumatra, 1945–1946|language=nl|location=Zutphen|publisher=Walburg Press|page=327–344|isbn=9057303663}}</ref>
Pemerintahan Soekarno awalnya menunda pembentukan tentara nasional, karena takut akan perlawanan terhadap pasukan pendudukan Sekutu dan keraguan mereka mengenai apakah mereka mampu membentuk aparat militer yang memadai untuk mempertahankan kendali atas wilayah yang direbut. Anggota berbagai kelompok [[milisi]] yang terbentuk pada masa pendudukan Jepang seperti [[PETA]] dan [[Heiho]] yang dibubarkan, pada saat itu didorong untuk bergabung dengan [[Badan Keamanan Rakyat]] (BKR). Baru pada bulan Oktober 1945 BKR direformasi menjadi [[Tentara Keamanan Rakyat]] (TKR) sebagai respons terhadap meningkatnya kehadiran Sekutu dan Belanda di Indonesia. TKR sebagian besar mempersenjatai diri dengan menyerang pasukan Jepang dan menyita senjata mereka.
Karena pemindahan tiba-tiba Jawa dan Sumatra dari Komando Pasifik Barat Daya pimpinan Jenderal [[Douglas MacArthur]] yang dikuasai Amerika ke Komando Asia Tenggara pimpinan [[Lord Louis Mountbatten]] yang dikuasai Inggris, tentara Sekutu pertama (Batalion 1 Seaforth Highlanders) baru tiba di Jakarta pada akhir September 1945. Pasukan Inggris mulai menduduki kota-kota besar di Indonesia pada bulan Oktober 1945. Komandan Divisi 23 Inggris, Letnan Jenderal Sir [[Philip Christison]], mengatur komando di bekas istana gubernur jenderal di Jakarta. Christison menyatakan bahwa ia bermaksud untuk membebaskan seluruh tawanan perang Sekutu dan memungkinkan kembalinya Indonesia ke status sebelum perang, yaitu sebagai koloni Belanda. Pemerintah Republik bersedia bekerja sama dalam pembebasan dan pemulangan tawanan perang sipil dan militer Sekutu, dengan membentuk ''Panitia Oeroesan Pengangkoetan Djepang'' (POPDA) untuk tujuan ini. POPDA, bekerja sama dengan Inggris, memulangkan lebih dari 70.000 tawanan perang dan interniran Jepang dan Sekutu pada akhir tahun 1946. Namun, karena kelemahan militer Republik Indonesia, Soekarno mencari kemerdekaan dengan mendapatkan pengakuan internasional atas negara barunya daripada terlibat dalam pertempuran dengan pasukan militer Inggris dan Belanda.
Soekarno sadar bahwa masa lalunya sebagai [[Kolaborasi|kolaborator]] Jepang dan kepemimpinannya di [[Putera]] yang disetujui Jepang pada masa pendudukan akan membuat negara-negara Barat tidak mempercayainya. Untuk membantu mendapatkan pengakuan internasional serta untuk mengakomodasi tuntutan dalam negeri akan keterwakilan, Soekarno "mengizinkan" pembentukan sistem pemerintahan parlementer, di mana seorang [[Perdana Menteri Indonesia|perdana menteri]] mengendalikan urusan sehari-hari pemerintahan, sedangkan Soekarno sebagai presiden tetap menjadi tokoh boneka. Perdana menteri dan kabinetnya akan bertanggung jawab kepada [[Komite Nasional Indonesia Pusat]] dan bukan kepada presiden. Pada tanggal 14 November 1945, Soekarno mengangkat [[Sutan Sjahrir]] sebagai perdana menteri pertama; dia adalah seorang politikus lulusan Eropa yang tidak pernah terlibat dengan otoritas pendudukan Jepang.
Pada akhir tahun 1945, para administrator Belanda yang memimpin pemerintahan di pengasingan Hindia Belanda dan tentara yang pernah melawan Jepang mulai kembali dengan nama Administrasi Sipil Hindia Belanda (NICA), dengan perlindungan Inggris. Mereka dipimpin oleh [[Hubertus Johannes van Mook]], seorang administrator kolonial yang telah mengungsi ke [[Brisbane]], Australia. Tentara Belanda yang pernah menjadi tawanan perang di bawah pemerintahan Jepang dibebaskan dan dipersenjatai kembali. Baku tembak antara tentara Belanda dan polisi pendukung pemerintahan Republik yang baru segera terjadi. Hal ini segera meningkat menjadi konflik bersenjata antara pasukan Republik yang baru dibentuk yang dibantu oleh sejumlah massa pro-kemerdekaan dan pasukan Belanda dan Inggris. Pada tanggal 10 November, [[Pertempuran Surabaya|pertempuran]] skala penuh pecah di [[Surabaya]] antara Brigade Infanteri ke-49 dari [[Angkatan Darat India Britania]] dan milisi nasionalis Indonesia. Pasukan Inggris-India didukung oleh angkatan udara dan angkatan laut. Sekitar 300 tentara India terbunuh (termasuk komandan mereka Brigadir [[Aubertin Walter Sothern Mallaby]]), begitu pula ribuan anggota milisi nasionalis dan warga Indonesia lainnya. Baku tembak terjadi dengan frekuensi yang mengkhawatirkan di [[Jakarta]], termasuk percobaan pembunuhan Perdana Menteri Sjahrir oleh orang-orang bersenjata Belanda. Untuk menghindari ancaman ini, Soekarno dan sebagian besar pemerintahannya berangkat ke [[Yogyakarta]] pada tanggal 4 Januari 1946. Di sana, pemerintah Republik mendapat perlindungan dan dukungan penuh dari Sultan Yogyakarta, [[Hamengkubuwono IX]]. Yogyakarta akan tetap menjadi ibu kota Republik hingga akhir perang pada tahun 1949. Sjahrir tetap di Jakarta untuk melakukan perundingan dengan Inggris.<ref>{{cite book |last=MacMillan |first=Richard |title=The British Occupation of Indonesia 1945–1946 |publisher=Routledge |location=New York |year=2006 |isbn=0-415-35551-6}}</ref>
Rangkaian awal pertempuran pada akhir tahun 1945 dan awal tahun 1946 membuat Inggris menguasai kota-kota pelabuhan besar di Jawa dan Sumatra. Pada masa pendudukan Jepang, pulau-pulau terluar (tidak termasuk Jawa dan Sumatra) diduduki oleh Angkatan Laut Jepang ([[Kaigun]]), yang tidak mengizinkan mobilisasi politik penduduk pulau. Akibatnya, hanya ada sedikit aktivitas Partai Republik di kepulauan ini pasca proklamasi. Pasukan Australia dan Belanda dapat dengan cepat menguasai pulau-pulau ini tanpa banyak pertempuran pada akhir tahun 1945 (tidak termasuk perlawanan [[I Gusti Ngurah Rai]] di Bali, pemberontakan di [[Sulawesi Selatan]], dan pertempuran di wilayah Hulu Sungai [[Kalimantan Selatan]]). Sementara itu, wilayah pedalaman di Jawa dan Sumatra tetap berada di bawah kendali Partai Republik.
Karena ingin menarik tentaranya keluar dari Indonesia, Inggris mengizinkan masuknya pasukan Belanda dalam jumlah besar ke Indonesia sepanjang tahun 1946. Pada bulan November 1946, semua tentara Inggris telah ditarik dari Indonesia. Mereka digantikan dengan lebih dari 150.000 tentara Belanda. Inggris mengirimkan Lord [[Archibald Clark Kerr, 1st Baron Inverchapel]] dan [[Miles Lampson, 1st Baron Killearn]] untuk membawa Belanda dan Indonesia ke meja perundingan. Hasil perundingan tersebut adalah [[Perjanjian Linggadjati]] yang ditandatangani pada bulan November 1946, di mana Belanda mengakui ''[[de facto]]'' kedaulatan Republik atas Jawa, Sumatera, dan Madura. Sebagai imbalannya, Partai Republik bersedia membahas masa depan Kerajaan Inggris, Belanda dan Indonesia yang mirip Persemakmuran.
=== Perjanjian Linggadjati dan Agresi Militer Belanda I ===
{{Main|Perjanjian Linggadjati|Agresi Militer Belanda I}}
==== Perjanjian Linggadjati ====
[[File:COLLECTIE TROPENMUSEUM President Soekarno opent de zitting van het Republikeinse Parlement te Malang op 18 maart 1947 TMnr 10001279.jpg|thumb|Soekarno berpidato di depan KNIP (parlemen) di [[Malang]], Maret 1947.]]
Keputusan Soekarno untuk berunding dengan Belanda mendapat tentangan keras dari berbagai faksi di Indonesia. [[Tan Malaka]], seorang politisi [[Partai Komunis Indonesia|komunis]], mengorganisir kelompok-kelompok ini menjadi sebuah front persatuan yang disebut Persatoean Perdjoangan (PP). PP menawarkan "Program Minimum" yang menyerukan kemerdekaan penuh, nasionalisasi seluruh properti asing, dan penolakan semua perundingan hingga seluruh pasukan asing ditarik. Program-program ini mendapat dukungan luas dari masyarakat, termasuk dari Panglima Angkatan Bersenjata Republik, Jenderal [[Soedirman]]. Pada tanggal 4 Juli 1946, satuan militer yang terkait dengan PP menculik Perdana Menteri Sjahrir yang sedang berkunjung [[Yogyakarta]] untuk memimpin perundingan dengan Belanda. Soekarno, setelah berhasil mempengaruhi [[Soedirman]], berhasil mengamankan pembebasan Sjahrir dan menangkap [[Tan Malaka]] serta para pemimpin PP lainnya. Ketidaksetujuan terhadap masa jabatan Linggadjati dalam [[Komite Nasional Indonesia Pusat|KNIP]] menyebabkan Soekarno mengeluarkan dekrit yang menggandakan keanggotaan KNIP dengan memasukkan banyak anggota yang ditunjuk pro-perjanjian. Sebagai konsekuensinya, KNIP meratifikasi [[Perjanjian Linggadjati]] pada bulan Maret 1947.<ref>{{cite book |last=Poeze |first=Harry |title=Tan Malaka, Gerakan Kiri, dan Revolusi Indonesia |publisher=KITLV |location=Jakarta |year=2009}}</ref>
==== Agresi Militer Belanda I ====
Pada tanggal 21 Juli 1947, [[Perjanjian Linggadjati]] dilanggar oleh Belanda, yang melancarkan ''[[Agresi Militer Belanda I|Operatie Product]]'', sebuah invasi militer besar-besaran ke wilayah yang dikuasai Republik. Meskipun [[TNI]] yang baru dibentuk tidak mampu memberikan perlawanan militer yang signifikan, namun pelanggaran terang-terangan yang dilakukan Belanda terhadap perjanjian yang ditengahi secara internasional membuat marah opini dunia. Tekanan internasional memaksa Belanda menghentikan pasukan invasi mereka pada bulan Agustus 1947. Sjahrir, yang jabatan perdana menterinya digantikan oleh [[Amir Sjarifuddin]], terbang ke [[New York City]] untuk mengajukan banding atas kasus Indonesia di hadapan [[PBB]]. Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi yang menyerukan gencatan senjata segera dan menunjuk Komite Jasa Baik (GOC) untuk mengawasi gencatan senjata tersebut. GOC yang berkedudukan di Jakarta terdiri dari delegasi Australia (dipimpin oleh [[Richard Kirby (arbiter)|Richard Kirby]], dipilih oleh Indonesia), Belgia (dipimpin oleh [[Paul van Zeeland]], dipilih oleh Belanda), dan Amerika Serikat (dipimpin oleh [[Frank Porter Graham]], netral).
Republik kini berada di bawah cengkeraman kuat militer Belanda, dengan militer Belanda menduduki [[Jawa Barat]], dan pantai utara [[Jawa Tengah]] dan [[Jawa Timur]], serta wilayah produktif utama [[Sumatra]]. Selain itu, angkatan laut Belanda memblokade wilayah Republik dari pasokan makanan penting, obat-obatan, dan senjata. Akibatnya, Perdana Menteri [[Amir Sjarifuddin]] tidak punya pilihan selain menandatangani [[Perjanjian Renville]] pada tanggal 17 Januari 1948, yang mengakui kendali Belanda atas wilayah yang diambil selama Agresi Militer, sementara Partai Republik berjanji untuk menarik semua kekuatan yang tersisa di sisi lain garis gencatan senjata (“Garis Van Mook”). Sementara itu, Belanda mulai mengorganisir [[negara boneka]] di wilayah-wilayah yang didudukinya, untuk melawan pengaruh Republik dengan memanfaatkan keragaman etnis di Indonesia.
=== Perjanjian Renville dan Pemberontakan Madiun ===
{{main|Perjanjian Renville|Pemberontakan PKI 1948}}
Penandatanganan Perjanjian Renville yang sangat merugikan menyebabkan ketidakstabilan yang lebih besar dalam struktur politik Partai Republik. Di Jawa Barat yang diduduki Belanda, gerilyawan [[Negara Islam Indonesia|Darul Islam]] di bawah [[Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo]] mempertahankan perlawanan anti-Belanda dan mencabut kesetiaan apa pun kepada Republik; mereka menyebabkan pemberontakan berdarah di Jawa Barat dan daerah lain pada dekade pertama kemerdekaan. Perdana Menteri [[Amir Sjarifuddin|Sjarifuddin]] yang menandatangani perjanjian tersebut terpaksa mengundurkan diri pada bulan Januari 1948 dan digantikan oleh [[Mohammad Hatta]]. Kebijakan kabinet Hatta yang merasionalisasi angkatan bersenjata dengan mendemobilisasi sejumlah besar kelompok bersenjata yang berkembang biak di wilayah Republik juga menimbulkan ketidakpuasan yang parah. Elemen politik sayap kiri, yang dipimpin oleh kebangkitan kembali [[Partai Komunis Indonesia]] (PKI) di bawah pimpinan [[Musso]] mengambil keuntungan dari ketidakpuasan masyarakat dengan melancarkan pemberontakan di [[Madiun]], [[Jawa Timur]], pada tanggal 18 September 1948. Pertempuran berdarah berlanjut pada akhir September hingga akhir Oktober 1948, ketika kelompok komunis terakhir dikalahkan, dan Musso ditembak mati. Kaum komunis terlalu melebih-lebihkan potensi mereka untuk menentang daya tarik kuat Soekarno di kalangan masyarakat.
=== ''Operasi Kraai'' dan pengasingan ===
{{see also|Agresi Militer Belanda II}}
==== Invasi dan pengasingan ====
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM President Soekarno tijdens een wandeling met Hadji Agus Salim TMnr 10018810.jpg|thumb|Soekarno dan Menteri Luar Negeri [[Agus Salim]] dalam tahanan Belanda di [[Parapat]] 1949.]]
Pada tanggal 19 Desember 1948, untuk mengambil keuntungan dari lemahnya posisi Republik setelah pemberontakan komunis, Belanda melancarkan ''[[Agresi Militer Belanda II|Operatie Kraai]]'', invasi militer kedua yang dirancang untuk menghancurkan Republik untuk selamanya. Invasi dimulai dengan serangan udara terhadap ibu kota Republik [[Yogyakarta]]. Soekarno memerintahkan angkatan bersenjata di bawah pimpinan Jenderal [[Soedirman]] untuk melancarkan kampanye gerilya di pedesaan, sementara ia dan para pemimpin penting lainnya seperti Hatta dan [[Sjahrir]] membiarkan diri mereka ditawan oleh Belanda. Untuk menjamin kelangsungan pemerintahan, Soekarno mengirimkan telegram kepada [[Sjafruddin Prawiranegara]], yang memberinya mandat untuk memimpin Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI), berdasarkan daerah pedalaman [[Sumatera Barat]] yang belum diduduki, posisi tersebut dipegang oleh Sjafruddin sampai Soekarno dibebaskan pada bulan Juni 1949. Belanda mengirim Soekarno dan para pemimpin Republik lainnya yang ditangkap ke Parapat, di bagian [[Sumatera Utara]] yang diduduki Belanda dan kemudian ke pulau [[Pulau Bangka|Bangka]].
==== Akibat ====
[[Berkas:Sukarno's return to Yogyakarta, Kota Jogjakarta 200 Tahun, plate before page 73.jpg|thumb|Kembalinya Soekarno ke Yogyakarta pada bulan Juni 1949.|left]]
Invasi Belanda yang kedua menyebabkan kemarahan internasional yang lebih besar lagi. [[Amerika Serikat]], yang terkesan dengan kemampuan Indonesia mengalahkan tantangan komunis tahun 1948 tanpa bantuan dari luar, mengancam akan memotong dana [[Marshall Aid]] ke Belanda jika operasi militer di Indonesia terus berlanjut. TNI tidak terpecah belah dan terus melakukan perlawanan gerilya terhadap Belanda, terutama penyerangan ke Yogyakarta yang dikuasai Belanda yang dipimpin oleh [[Letnan Kolonel]] [[Soeharto]] pada tanggal 1 Maret 1949. Akibatnya, Belanda terpaksa menandatangani [[Perjanjian Roem-Roijen]] pada tanggal 7 Mei 1949. Berdasarkan perjanjian ini, Belanda melepaskan kepemimpinan Partai Republik dan mengembalikan wilayah sekitar [[Yogyakarta]] ke dalam kendali Partai Republik pada bulan Juni 1949. Hal ini disusul dengan [[Konferensi Meja Bundar]] yang diadakan di [[Den Haag]] yang berujung pada penyerahan penuh [[kedaulatan]] oleh Ratu [[Juliana dari Belanda]] ke Indonesia, pada 27 Desember 1949. Pada hari itu, Soekarno terbang dari Yogyakarta ke [[Jakarta]], menyampaikan pidato kemenangan di tangga istana gubernur jenderal yang kemudian berganti nama menjadi [[Istana Merdeka]].
== Presiden Republik Indonesia Serikat ==
[[File:John Foster Dulles, Richard Nixon, and Sukarno, Presiden Soekarno di Amerika Serikat, p2.jpg|thumb|Soekarno (kanan) bersama [[John Foster Dulles]] (kiri) dan [[Richard Nixon]] (tengah) pada tahun 1956]]
[[File:Sukarno and Richard Nixon, Presiden Soekarno di Amerika Serikat, p12.jpg|thumb|Soekarno dan Nixon pada tahun 1956]]
[[File:Sukarno's rise to power, ABC 1966.webm|thumb|Cuplikan berita pelantikan Soekarno sebagai presiden Republik Indonesia Serikat, 1946.]]
Sebagai bagian dari kompromi dengan Belanda, Indonesia mengadopsi [[Konstitusi Republik Indonesia Serikat|konstitusi federal]] baru yang menjadikan negara ini negara federal yang disebut [[Republik Indonesia Serikat]] (RIS), terdiri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia yang perbatasannya ditentukan oleh "Garis Van Mook", beserta enam negara bagian dan sembilan wilayah otonom yang dibuat oleh Belanda.<ref>{{Cite book | last = Ide Anak Agung Gde Agung| author-link = Ide Anak Agung Gde Agung | title = Twenty Years Indonesian Foreign Policy: 1945–1965 | publisher = Mouton & Co | year = 1973 | isbn = 979-8139-06-2|page=67}}</ref> Selama paruh pertama tahun 1950, negara-negara ini secara bertahap membubarkan diri seiring dengan ditariknya militer Belanda yang sebelumnya menopang mereka. Pada bulan Agustus 1950, dengan pembubaran negara terakhir, [[Negara Indonesia Timur]], Soekarno mendeklarasikan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan [[Undang-Undang Dasar Sementara Republik Indonesia|UUD Sementara 1950]] yang baru saja dirumuskan.<ref>{{Cite book | last = Ricklefs| first = M. C. | author-link = M. C. Ricklefs | title = A History of Modern Indonesia Since c. 1300 | publisher = MacMillan |location = London| edition = 4th | year = 2008 | origyear = 1981 |page=365-366| isbn = 978-0-230-54685-1}}</ref>
== Kepresidenan ==
{{PemimpinIndonesia}}
[[Berkas:Kennedy dan Sukarno 1961 (foto oleh Life, diarsipkan Styleforum.com).jpg|200px|jmpl|Kunjungan Presiden Soekarno ke Amerika pada 1961 yang disambut oleh Presiden [[John F. Kennedy]]]]
[[Berkas:Presiden Sukarno, Presiden Osvaldo Dorticos, Fidel Castro dan Che Guevera (foto oleh Bettmann-Corbis, 9 Mei 1960).jpg|200px|jmpl|Presiden Soekarno, Presiden [[Osvaldo Dorticos]], [[Fidel Castro]] dan [[Che Guevara]], pada 9 Mei 1960, kunjungan kenegaraan ke [[Havana]], [[Kuba]]]]
Baris 179 ⟶ 295:
Setelah Pengakuan Kedaulatan (Pemerintah [[Belanda]] menyebutkan sebagai Penyerahan Kedaulatan), Presiden Soekarno diangkat sebagai Presiden Republik Indonesia Serikat (RIS) dan Mohammad Hatta diangkat sebagai perdana menteri RIS. Jabatan Presiden Republik Indonesia diserahkan kepada Mr [[Assaat]], yang kemudian dikenal sebagai RI Jawa-Yogya. Namun karena tuntutan dari seluruh rakyat Indonesia yang ingin kembali ke negara kesatuan, maka pada tanggal 17 Agustus 1950, RIS kembali berubah menjadi Republik Indonesia dan Presiden Soekarno menjadi Presiden RI. Mandat Mr Assaat sebagai pemangku jabatan Presiden RI diserahkan kembali kepada Soekarno. Resminya kedudukan Presiden Soekarno adalah presiden konstitusional, tetapi pada kenyataannya kebijakan pemerintah dilakukan setelah berkonsultasi dengannya.
Mitos Dwitunggal Soekarno-Hatta cukup populer dan lebih kuat di kalangan rakyat dibandingkan terhadap kepala pemerintahan yakni perdana menteri. Jatuh bangunnya kabinet yang terkenal sebagai "kabinet seumur jagung" membuat Presiden Soekarno kurang memercayai sistem multipartai, bahkan menyebutnya sebagai "penyakit kepartaian". Tak jarang, ia juga ikut turun tangan menengahi konflik-konflik di tubuh militer yang juga berimbas pada jatuh bangunnya kabinet. Seperti peristiwa
Presiden Soekarno juga banyak memberikan gagasan-gagasan di dunia Internasional. Keprihatinannya terhadap nasib bangsa [[Asia]]-[[Afrika]], masih belum merdeka, belum mempunyai hak untuk menentukan nasibnya sendiri, menyebabkan presiden Soekarno, pada tahun 1955, mengambil inisiatif untuk mengadakan Konferensi Asia-Afrika di Bandung yang menghasilkan [[Dasasila Bandung]]. Bandung dikenal sebagai Ibu Kota Asia-Afrika. Ketimpangan dan konflik akibat "bom waktu" yang ditinggalkan negara-negara barat yang dicap masih mementingkan [[imperialisme]] dan [[kolonialisme]], ketimpangan dan kekhawatiran akan munculnya perang nuklir yang mengubah peradaban, ketidakadilan badan-badan dunia internasional dalam penyelesaian konflik juga menjadi perhatiannya. Bersama Presiden [[Josip Broz Tito]] ([[Yugoslavia]]), [[Gamal Abdel Nasser]] ([[Mesir]]), [[Mohammad Ali Jinnah]] ([[Pakistan]]), [[U Nu]], ([[Birma]]) dan [[Jawaharlal Nehru]] ([[India]]) ia mengadakan [[Konferensi Asia Afrika]] yang membuahkan [[Gerakan Non Blok]]. Berkat jasanya itu, banyak negara Asia Afrika yang memperoleh kemerdekaannya. Namun sayangnya, masih banyak pula yang mengalami konflik berkepanjangan sampai saat ini karena ketidakadilan dalam pemecahan masalah, yang masih dikuasai negara-negara kuat atau adikuasa. Berkat jasa ini pula, banyak penduduk dari kawasan Asia Afrika yang tidak lupa akan Soekarno bila ingat atau mengenal akan Indonesia.{{fact}} <!--Pada saat rapat itu juga, Soekarno meminta kepada sahabatnya [[Josip Broz Tito]] untuk mencarikan pelatih yang berkualitas di [[Eropa]] guna kemajuan [[sepak bola]] [[Indonesia]]. Akhirnya didatangkanlah pelatih asal [[Yugoslavia]] [[Antun Pogacnic]].-->
Guna menjalankan politik luar negeri yang bebas-aktif dalam dunia internasional, Presiden Soekarno mengunjungi berbagai negara dan bertemu dengan pemimpin-pemimpin negara. Di antaranya adalah [[Nikita Khruschev]] ([[Uni Soviet]]), [[John Fitzgerald Kennedy]] ([[Amerika Serikat]]), [[Fidel Castro]] ([[Kuba]]), [[Mao Tse Tung]] ([[Tiongkok]]).
Bung Karno merencanakan kepada Presiden Kennedy ke Wisma Negara yang selesai dibangun pada tahun [[1964]] setelah Bung Karno menemui Kennedy di [[Gedung Putih]], tetapi Presiden Kennedy [[Pembunuhan John F. Kennedy|dibunuh]] oleh [[Lee Harvey Oswald]] di [[Dealey Plaza]], [[Dallas, Texas]] pada [[22 November]] [[1963]]. Kabar pembunuhan Presiden Kennedy oleh [[Lee Harvey Oswald]] sampai terdengar ditelinga-nya yang ditengah bersiap menggelar rapat dengan para menterinya di Istana Bogor, ia menyampaikan duka mendalam dan dia kehilangan salah satu sahabat dan sekutu terdekatnya, presiden Kennedy. Setelah pembunuhan Presiden Kennedy, Wisma Negara yang dikunjungi adalah [[Norodom Sihanouk]], [[Raja Kamboja]].<ref>{{cite web|url=https://news.detik.com/berita/d-3755693/saat-bung-karno-bertanya-kenapa-mereka-membunuh-kennedy|title=Saat Bung Karno Bertanya: Kenapa Mereka Membunuh Kennedy|work=detik.com|language=id|date=5 Desember 2017|access-date=5 Desember 2017|archive-date=2023-02-14|archive-url=https://web.archive.org/web/20230214072755/https://news.detik.com/berita/d-3755693/saat-bung-karno-bertanya-kenapa-mereka-membunuh-kennedy|dead-url=no}}</ref>
=== Masa marabahaya ===
[[Berkas:Soekarno diantara barisan prajurit.jpg|jmpl|kiri|200px|Soekarno di antara barisan prajurit]]
Soekarno, [[Presiden Indonesia]] pertama, sedikitnya pernah mengalami percobaan pembunuhan lebih dari satu kali, Putrinya, [[Megawati Soekarnoputri]] pernah menyebut angka 23. "Saya ingin mengambil satu contoh
==== Granat Cikini ====
Pada
==== Penembakan Istana Presiden ====
Pada
==== Pencegatan Rajamandala ====
Pada
==== Granat Makassar ====
Pada
==== Penembakan Idul Adha ====
Pada
==== Penembakan mortir Kahar Muzakar ====
Baris 208 ⟶ 326:
==== Granat Cimanggis ====
Pada
==== Upaya pembunuhan karakter ====
[[Berkas:HUT RI 21(2).jpg|jmpl|200px|Presiden Soekarno dan [[J. Leimena|Dr.J. Leimena]] bernyanyi bersama para artis ibukota pada Resepsi Peringatan HUT ke-21 Proklamasi Kemerdekaan RI di [[Istana Bogor]].]]
Dekade 1950-an dan 1960-an, Amerika melalui perpanjangtanganannya [[Central Intelligence Agency]] melancarkan misi rahasia yang bertujuan membunuh karakter dan kewibawaan Presiden Soekarno melalui agitasi dan propaganda media popular via produksi film porno yang diperankan oleh pemeran yang mirip Soekarno. Tujuan dari kampanye hitam ini adalah mengubah persepsi masyarakat internasional terhadap Soekarno yang anti kapitalisme dan mengagumi kaum Hawa tetapi tunduk tak berdaya di bawah kendali agen rahasia Rusia.<ref name="Porno">{{
"Kesuksesan itu menginspirasi para pejabat CIA membuat langkah lebih jauh lagi. Mereka berniat memproduksi film porno Soekarno dengan seorang wanita pirang yang dibuat seolah-olah pramugari Rusia itu," tulis Blum mengutip pengakuan mantan agen CIA, Joseph Burkholder Smith, yang menulis buku ''Portrait of a Cold Warrior''. Kepala Kepolisian Los Angeles sampai turun tangan mencari pria berkulit gelap yang sedikit botak dan wanita pirang yang cantik. Tak ada yang mirip Soekarno, CIA membuat topeng khusus yang mirip Soekarno kemudian dikirim ke Los Angeles. Bintang porno disuruh memakai topeng Soekarno selama beradegan mesum. CIA merekam dan mengambil foto-foto adegan biru tersebut.<ref name="Porno" />
Baris 219 ⟶ 337:
Namun foto-foto itu akhirnya tak jadi disebarluaskan. Banyak versi kenapa CIA batal menyebarkan adegan mesum itu. Sebagian peneliti menilai kampanye hitam seperti itu tak mempan untuk menjatuhkan Soekarno. Apalagi ada mitos yang percaya jika seorang laki-laki "gagah" dan "berkuasa", maka dirasa sah-sah saja berhubungan dengan banyak wanita, terutama mengingat bahwa raja-raja di Nusantara pun dulu memiliki banyak istri dan selir.<ref name="Porno" /> Nasib akhir dari film yang berjudul ''Happy Days'' pada akhirnya tak pernah dilaporkan.<ref name="PornoSukarno" />
=== Masa embargo negara Adi Kuasa ===
[[Berkas:Soekarno 19041965.jpg|jmpl|200px|[[Zhou Enlai]], Presiden Soekarno, dan [[Kawashima]] pada saat Peringatan 10 Tahun [[Konferensi Asia Afrika]] di [[Bandung]] pada
Pada masa pra maupun paska kemerdekaan, Indonesia terjepit pada dua blok negara Adi Kuasa dengan ideologi yang bertentangan satu sama lain. Blok kapitalis yang dikomandoi Amerika dan sekutu di satu sisi, dan blok kiri yang diperebutkan antara poros Rusia dan Tiongkok. Amerika melakukan kebijakan embargo terhadap Indonesia karena menilai kecenderungan Soekarno dekat dengan blok rival. Amerika tidak dapat berkutik ketika [[Allen Lawrence Pope]], agen [[Central Intelligence Agency]] tertangkap tangan. Tawar-menawar penangkapan Allen Pope, Amerika Serikat akhirnya menyudahi embargo ekonomi dan menyuntik dana ke Indonesia, termasuk menggelontorkan 37 ribu ton beras dan ratusan persenjataan yang dibutuhkan Indonesia saat itu setelah diplomasi tingkat tinggi antara [[John F. Kennedy]] dengan Soekarno.<ref>{{
=== Masa keterpurukan ===
Pada masa akhir jabatan Soekarno, di pertengahan tahun 1960-an, Indonesia mengalami stagnasi produksi, kemiskinan dan kelaparan yang merajalela, infrastruktur yang tidak terurus, dan [[hiperinflasi]] mencapai hampir 600 persen.<ref name=":0" />
Situasi [[politik]] [[Indonesia]] menjadi tidak menentu setelah enam [[jenderal]] dibunuh dalam peristiwa yang dikenal dengan sebutan [[Gerakan 30 September]] atau G30S pada 1965.<ref name=" Encarta" /><ref name="kudeta">{{en}} {{cite book|author=Aji, Achmad Wisnu|title=Kudeta Supersemar: Penyerahan atau Perampasan Kekuasaan?|publisher= Garasi House of Book|year=2010|id=ISBN 978-979-25-4689-7}} Halaman 36, 145.</ref> Pelaku sesungguhnya dari peristiwa tersebut masih merupakan kontroversi walaupun PKI dituduh terlibat di dalamnya.<ref name=" Encarta" /> Kemudian massa dari KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia) dan KAPI (Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia) melakukan aksi demonstrasi dan menyampaikan [[Tri Tuntutan Rakyat]] (Tritura) yang salah satu isinya meminta agar PKI dibubarkan.<ref name="kudeta" /> Namun, Soekarno menolak untuk membubarkan PKI karena bertentangan dengan pandangan [[Nasakom]] (Nasionalisme, Agama, Komunisme).<ref name="asvi" /><ref name="kudeta" /> Sikap Soekarno yang menolak membubarkan PKI kemudian melemahkan posisinya dalam politik.<ref name="asvi" /><ref name=" Encarta" />
Lima bulan kemudian, dikeluarkanlah [[Surat Perintah Sebelas Maret]] yang ditandatangani oleh Soekarno.<ref name="kudeta" /> Isi dari surat tersebut merupakan perintah kepada [[Letnan Jenderal]] [[Soeharto]] untuk mengambil tindakan yang perlu guna menjaga keamanan pemerintahan dan keselamatan pribadi presiden.<ref name="kudeta" /> Surat tersebut lalu digunakan oleh [[Soeharto]] yang telah diangkat menjadi [[Panglima]] [[Angkatan Darat]] untuk membubarkan PKI dan menyatakannya sebagai organisasi terlarang.<ref name="kudeta" /> Kemudian MPRS pun mengeluarkan dua Ketetapannya, yaitu TAP No. IX/1966 tentang pengukuhan Supersemar menjadi TAP MPRS dan TAP No. XV/1966 yang memberikan jaminan kepada Soeharto sebagai pemegang Supersemar untuk setiap saat menjadi presiden apabila presiden berhalangan.<ref name="Nurul huda">{{cite book|author=Huda M., Nurul|title=Benarkah Soeharto Membunuh Soekarno?|publisher= Starbooks|year=2010|id=ISBN 978-979-25-4724-5}} Halaman 5, 57, 84-89.</ref>
Soekarno kemudian membawakan pidato pertanggungjawaban mengenai sikapnya terhadap peristiwa G30S pada Sidang Umum ke-IV [[MPRS]].<ref name="kudeta" /> Pidato tersebut berjudul "[[Nawaksara]]" dan dibacakan pada
Hingga akhirnya pada
== Kematian ==
[[Berkas:Soldiers at President Sukarno's Funeral, June 22, 1970.jpg|jmpl|200px|kiri|Pemakaman Soekarno pada 22 Juni 1970 di Blitar, Jawa Timur.]]
[[Berkas:Makam Soekarno.jpg|jmpl|200px|Makam [[Presiden]] Soekarno di [[Blitar]], [[Jawa Timur]].]]
Kesehatan Soekarno sudah mulai menurun sejak bulan [[Agustus]] 1965.<ref name="Nurul huda" /> Sebelumnya, ia telah dinyatakan mengidap gangguan [[ginjal]] dan pernah menjalani perawatan di [[Wina]], [[Austria]] tahun [[1961]] dan 1964.<ref name="Nurul huda" /> Prof. Dr. K. Fellinger dari Fakultas Kedokteran Universitas Wina menyarankan agar ginjal kiri Soekarno diangkat, tetapi ia menolaknya dan lebih memilih pengobatan tradisional.<ref name="Nurul huda" /> Ia bertahan selama 5 tahun sebelum akhirnya meninggal pada hari Minggu, 21 Juni 1970 di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) [[Gatot Subroto]], [[Jakarta]] dengan status sebagai tahanan politik.<ref name="kasenda" /><ref name="Nurul huda" /> Jenazah Soekarno pun dipindahkan dari RSPAD ke Wisma Yasso yang dimiliki oleh [[Ratna Sari Dewi]].<ref name="Nurul huda" /> Sebelum dinyatakan wafat, pemeriksaan rutin terhadap Soekarno sempat dilakukan oleh Dokter [[Mahar Mardjono]] yang merupakan anggota tim dokter kepresidenan.<ref name="Nurul huda" /> Tidak lama kemudian dikeluarkanlah komunike medis yang ditandatangani oleh Ketua Prof. Dr. Mahar Mardjono beserta Wakil Ketua Mayor Jenderal TNI dr. [[Roebiono Kertopati]].<ref name="Nurul huda" />
Komunike medis tersebut menyatakan hal sebagai berikut:<ref name="Nurul huda" />
# Pada hari Sabtu tanggal 20 Juni 1970 jam 20.30 keadaan kesehatan Soekarno semakin memburuk dan kesadaran berangsur-angsur menurun.
# Tanggal 21 Juni 1970 jam 03.50 pagi, Soekarno dalam keadaan tidak sadar dan kemudian pada jam 07.00 Ir. Soekarno meninggal dunia.
# Tim dokter secara terus-menerus berusaha mengatasi keadaan kritis Soekarno hingga saat meninggalnya.
Walaupun Soekarno pernah meminta agar dirinya dimakamkan di [[Istana]] Batu Tulis, [[Bogor]], namun pemerintahan Presiden [[Soeharto]] memilih Kota [[Blitar]], Jawa Timur, sebagai tempat pemakaman Soekarno.<ref name="Nurul huda" /> Hal tersebut ditetapkan lewat Keppres RI No. 44 tahun 1970.<ref name="Nurul huda" /> Jenazah Soekarno dibawa ke Blitar sehari setelah kematiannya dan dimakamkan keesokan harinya bersebelahan dengan makam ibunya.<ref name="Nurul huda" /> Upacara pemakaman Soekarno dipimpin oleh Panglima ABRI Jenderal [[Maraden Panggabean]] sebagai inspektur upacara.<ref name="Nurul huda" /> Pemerintah kemudian menetapkan masa berkabung selama tujuh hari.<ref name="Nurul huda" />
== Warisan ==
[[Berkas:Collectie_NMvWereldculturen,_TM-33002401,_Prentbriefkaart-_Het_Proklamasi-monument_in_Pegangsaan_Timur,_Djakarta,_Kementerian_Penerangan_(KEMPEN),_1950-1960.jpg|jmpl|Rumah Proklamasi yang merupakan bekas kediaman Soekarno sekitar tahun 1950-1960. Di depannya, tampak Tugu Proklamasi.]]
[[Berkas:Gelora Bung Karno 1962.jpg|jmpl|200px|[[Gelanggang Olahraga Bung Karno]] pada 1962.]]
Jalan Proklamasi, yang dulunya bernama Jalan Pegangsaan Timur,<ref>[https://www.beritasatu.com/beritasatu/megapolitan/297252/nama-jalan-proklamasi-akan-dikembalikan-lagi-menjadi-pegangsaan-timur Nama Jalan Proklamasi Akan Dikembalikan]</ref> merupakan letak bekas kediaman Soekarno yang berada di Jakarta Pusat. Rumah tersebut diberikan oleh Syech Faradj bin Martak.{{cn}} Rumah tersebut menjadi saksi bisu Proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 yang dikumandangkan di sana.<ref>{{cite book |last=Merrillees |first=Scott |date=2015 |title=Jakarta: Portraits of a Capital 1950-1980 |url=https://books.google.co.id/books?id=akLWjgEACAAJ&dq=JAKARTA:+Portraits+of+a+Capital+1950-1980&hl=en&sa=X&redir_esc=y |location=Jakarta |publisher=Equinox Publishing |isbn=9786028397308
Dalam rangka memperingati 100 tahun kelahiran Soekarno pada
Prangko yang menampilkan Soekarno juga diterbitkan oleh Pemerintah [[Kuba]] pada tanggal
Nama Soekarno diabadikan sebagai nama gelanggang olahraga pada tahun
|first =
|last =
|author = Nurdin Saleh
|coauthors =
|url = http://www.tempointeractive.com/hg/nasional/2001/01/15/brk,20010115-18,id.html
|title = Gelora Senayan Siap Berubah Menjadi Gelora Bung Karno
|work =
|publisher = Tempo Interaktif
|pages =
|page =
|date = 15 Januari 2001
|accessdate = 5 Juni 2010
|quote =
|archive-date = 2012-01-18
|archive-url = https://web.archive.org/web/20120118171746/http://www.tempointeractive.com/hg/nasional/2001/01/15/brk,20010115-18,id.html
|dead-url = yes
}}</ref>
Setelah kematiannya, beberapa [[yayasan]] dibuat atas nama Soekarno. Dua di antaranya adalah Yayasan Pendidikan Soekarno dan Yayasan Bung Karno. Yayasan Pendidikan Soekarno adalah organisasi yang mencetuskan ide untuk membangun [[universitas]] dengan pemahaman yang diajarkan Bung Karno. Yayasan ini dipimpin oleh [[Rachmawati Soekarnoputri]], anak ke tiga Soekarno dan [[Fatmawati]]. Pada tahun 25 Juni 1999 [[Presiden]] [[Bacharuddin Jusuf Habibie]] meresmikan [[Universitas Bung Karno]] yang secara resmi meneruskan pemikiran Bung Karno, ''Nation and Character Building'' kepada mahasiswa-mahasiswanya.<ref name="UBK">[http://www.universitasbungkarno.com/profile-2 Info UBK] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20100503180233/http://www.universitasbungkarno.com/profile-2 |date=2010-05-03 }}, ''Universitas Bung Karno''. Diakses pada 5 Juni 2010.</ref>
Sementara itu, Yayasan Bung Karno memiliki tujuan untuk mengumpulkan dan melestarikan benda-benda [[seni]] maupun nonseni kepunyaan Soekarno yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia.<ref name="ybk">[http://www.yayasanbungkarno.or.id/yayasan-profil.php Profil Yayasan] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20100715190313/http://www.yayasanbungkarno.or.id/yayasan-profil.php |date=2010-07-15 }}, ''Yayasan Bung Karno''. Diakses pada 3 Agustus 2010.</ref> Yayasan tersebut didirikan pada tanggal
Seseorang yang bernama Soenuso Goroyo Sukarno mengaku memiliki harta benda warisan Soekarno.<ref name="kisah" /> Soenuso mengaku merupakan mantan sersan dari [[Batalyon]] [[Artileri]] Pertahanan Udara Sedang.<ref name="kisah" /> Ia pernah menunjukkan benda-benda yang dianggapnya sebagai warisan Soekarno itu kepada sejumlah wartawan di rumahnya di [[Cileungsi]], [[Bogor]].<ref name="kisah" /> Benda-benda tersebut antara lain sebuah lempengan emas kuning murni 24 karat yang terdaftar dalam register emas JM [[London]], emas putih dengan cap tapal kuda JM Mathey London serta plakat [[logam]] berwarna kuning dengan tulisan ejaan lama berupa [[deposito]] hibah.<ref name="kisah" /> Selain itu terdapat pula uang UBCN ([[Brasil]]) dan [[Yugoslavia]] serta sertifikat deposito [[obligasi]] garansi di [[Bank]] [[Swiss]] dan Bank Netherland.<ref name="kisah" /> Meskipun emas yang ditunjukkan oleh Soenuso bersertifikat namun belum ada pakar yang memastikan keaslian dari emas tersebut.<ref name="suara merdeka">{{
=== Arsitektur ===
{{Main|Soekarno sebagai arsitek}}
Selain sebagai presiden, Soearno juga dikenal sebagai [[arsitek]] alumni dari ''[[Technische Hoogeschool te Bandoeng]]'' (sekarang [[ITB]]) di [[Bandung]] dengan mengambil jurusan [[teknik sipil]] dan tamat pada tahun 1926. {{refn|group=cat.|name=bambang|Bambang Eryudhawan, [[Ikatan Arsitek Indonesia|IAI]]: Ketika berdiri pada tahun 1920, [[Technische Hoogeschool te Bandoeng]] berisi Fakultas Teknik saja. Bidang ilmu yang diajarkan, terutama: a) Ilmu Pasti, b) Ilmu Alam, c) Mekanika, d) Arsitektur, e) Ilmu bahan bangunan, f) Sipil Basah/Bangunan air, g) Jalan dan Jembatan, h) Mesin, i) Elektro, j) Surveying and leveling , k) Geodesi, l) Hukum pemerintahan dan perdagangan, m) Kebersihan, n) Teknik penyehatan, o) Pertanian, p) Geologi terapan, q) Sejarah kebudayaan}}{{refn|group=cat.|name=eryu|Bambang Eryudhawan, [[Ikatan Arsitek Indonesia|IAI]]: Soekarno sebagai insinyur dianggap menguasai soal sipil basah, jalan dan jembatan, serta arsitektur. Di arsitektur, gurunya adalah dua bersaudara Prof. [[Charles Prosper Wolff Schoemaker]] dan Prof. Ir. [[Richard Leonard Arnold Schoemaker]] yang mengajar di kelas: arsitektur, sejarah arsitektur, rencana kota, pembuatan bestek dan taksiran biaya.}}<ref name="artistik">{{cite news|url=http://komunitasbambu.com/regular/resensileng.php?id=21|work=Arsip Sunjayadi.com|archiveurl=https://web.archive.org/web/20121109041359/http://komunitasbambu.com/regular/resensileng.php?id=21|archivedate=2012-11-09|last=|first=|title=Menguak Sisi Artistik Bung Karno|accessdate=18 September 2015|dead-url=yes}}</ref>
Semasa menjabat sebagai presiden, ada beberapa karya arsitektur yang dipengaruhi atau dicetuskan oleh Soekarno. Juga perjalanan secara maraton dari bulan Mei sampai Juli pada tahun 1956 ke negara-negara [[Amerika Serikat]], [[Kanada]], [[Italia]], [[Jerman Barat]], dan [[Swiss]]. Membuat cakrawala alam pikir Soekarno semakin kaya dalam menata Indonesia secara holistik dan menampilkannya sebagai negara yang baru merdeka.<ref>{{cite article|url=http://cisral.unpad.ac.id/index.php/2007/07/13/jejak-arsitektur-sang-presiden/|title=Jejak Arsitektur Sang Presiden|authors=Santi Widhiasih|publisher=Pikiran Rakyat|date=Senin, 11 September 2006|accessdate=11 September 2015|archive-date=2011-06-14|archive-url=https://web.archive.org/web/20110614114736/http://cisral.unpad.ac.id/index.php/2007/07/13/jejak-arsitektur-sang-presiden/|dead-url=yes}} Resensi atas buku ''Bung Karno Sang Arsitek – Kajian Artistik Karya Arsitektur, Tata Ruang Kota, Interior, Kria, Simbol, Mode Busana, dan Teks Pidato 1926 – 1965''</ref>
Soekarno membidik [[Jakarta]] sebagai wajah (muka) Indonesia terkait beberapa kegiatan berskala internasional yang diadakan di kota itu, namun juga merencanakan sebuah kota sejak awal yang diharapkan sebagai pusat pemerintahan pada masa datang. Beberapa karya dipengaruhi oleh Soekarno atau atas perintah dan koordinasinya dengan beberapa arsitek seperti [[Friedrich Silaban]] dan [[Soedarsono (seniman)|Soedarsono]], dibantu beberapa arsitek junior untuk visualisasi. Beberapa desain arsitektural juga dibuat melalui sayembara.<ref name="bp">{{cite book|url=|title=Sejarah nasional Indonesia: Jaman Jepang dan Jaman Republik Indonesia|authors=Marwati Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto|publisher=PT Balai Pustaka|year=1992|date=|accessdate=}}</ref>
* [[Masjid Istiqlal]] (1951)
* [[Monumen Nasional]] (1960)
* Gedung Conefo<ref name="bp" />
* Gedung Sarinah<ref name="bp" />
* [[Wisma Nusantara]]<ref name="bp" />
* [[Hotel Indonesia]] (1962)<ref name="sangarsitek">{{cite book|url=|title=Bung Karno Sang Arsitek - Kajian Artistik Karya Arsitektur, Tata Ruang Kota, Interior, Kria, Simbol, Mode Busana, dan Teks Pidato 1926-1965|authors=Yuke Ardhiati, JJ. Rizal (ed.), Edi Sedyawati (pengantar)|publisher=Komunitas Bambu|location=Depok|year=Juni 2005|date=|accessdate=}}</ref>
* Tugu Selamat Datang<ref name="sangarsitek" />
* Monumen Pembebasan Irian Barat<ref name="sangarsitek" />
* [[Patung Dirgantara]]<ref name="sangarsitek" />
* Tahun 1955 Ir. Soekarno menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci dan sebagai seorang arsitek, Soekarno tergerak memberikan sumbangan ide arsitektural kepada pemerintah [[Arab Saudi]] agar membuat bangunan untuk melakukan ''sa’i'' menjadi dua jalur dalam bangunan dua lantai. Pemerintah Arab Saudi akhirnya melakukan renovasi [[Masjidil Haram]] secara besar-besaran pada tahun 1966, termasuk pembuatan lantai bertingkat bagi umat yang melaksanakan ''sa’i'' menjadi dua jalur dan lantai bertingkat untuk melakukan tawaf <ref name="artistik" />
* Rancangan skema Tata Ruang Kota [[Palangkaraya]] yang diresmikan pada tahun 1957 <ref name="artistik" />
== Penghargaan ==
{{lihat pula|Daftar hal-hal yang dinamai dari Soekarno}}
=== Dalam Negeri ===
{| style="margin:1em auto; text-align:center;"
| colspan="3"|{{Ribbon devices|ribbon=Pita (Ribbon) Bintang Republik Indonesia Adipurna.png|width=100}}
|-
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Pita (Ribbon) Bintang Mahaputera Adipurna.png|width=100}}
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Bintang Jasa Utama Ribbon.png|width=100}}
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Pita (Ribbon) Bintang Gerilya.png|width=100}}
|-
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Pita (Ribbon) Bintang Sakti.png|width=100}}
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Pita (Ribbon) Bintang Dharma.png|width=100}}
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Pita (Ribbon) Bintang Bhayangkara Utama.png|width=100}}
|-
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Pita (Ribbon) Bintang Garuda.png|width=100}}
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Indonesian Armed Forces "8 Years" Service Star (1945-1953).gif|width=100}}
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Satyalancana Perintis Kemerdekaan.gif|width=100}}
|
{| class="wikitable" width="60%" style="margin:1em auto; text-align:center;"
|-
!Baris ke-1
| colspan="3"|[[Bintang Republik Indonesia Adipurna]]<ref>{{Cite web|title=Penghargaan Bintang Republik Indonesia Adipurna Presiden Soekarno|url=https://kepustakaan-presiden.perpusnas.go.id/award/?box=detail&id=25&from_box=list&hlm=1&search_ruas=&search_keyword=&activation_status=&presiden_id=1&presiden=sukarno|website=Kepustakaan Presiden-Presiden RI|publisher=Perpustakaan Nasional Republik Indonesia|access-date=2021-09-07|archive-date=2021-09-07|archive-url=https://web.archive.org/web/20210907124833/https://kepustakaan-presiden.perpusnas.go.id/award/?box=detail&id=25&from_box=list&hlm=1&search_ruas=&search_keyword=&activation_status=&presiden_id=1&presiden=sukarno|dead-url=no}}</ref>
|-
!Baris ke-2
| colspan="1"|[[Bintang Mahaputera Adipurna]]<ref>{{Cite web|title=Penghargaan Bintang Mahaputera Adipurna Presiden Soekarno|url=https://kepustakaan-presiden.perpusnas.go.id/award/?box=detail&id=31&from_box=list&hlm=1&search_ruas=&search_keyword=&activation_status=&presiden_id=1&preen=sukarno|website=Kepustakaan Presiden-Presiden RI|publisher=Perpustakaan Nasional Republik Indonesia|access-date=2021-09-07|archive-date=2022-11-06|archive-url=https://web.archive.org/web/20221106175422/https://kepustakaan-presiden.perpusnas.go.id/award/?box=detail&id=31&from_box=list&hlm=1&search_ruas=&search_keyword=&activation_status=&presiden_id=1&preen=sukarno|dead-url=no}}</ref>
| colspan="1"|[[Bintang Jasa|Bintang Jasa Utama]]<ref>{{Cite web|title=Penghargaan Bintang Jasa Utama Presiden Soekarno|url=https://kepustakaan-presiden.perpusnas.go.id/award/?box=detail&id=186&from_box=list&hlm=1&search_ruas=&search_keyword=&activation_status=&presiden_id=1&presiden=sukarno|website=Kepustakaan Presiden-Presiden RI|publisher=Perpustakaan Nasional Republik Indonesia|access-date=2021-09-07|archive-date=2021-10-26|archive-url=https://web.archive.org/web/20211026191322/https://kepustakaan-presiden.perpusnas.go.id/award/?box=detail&id=186&from_box=list&hlm=1&search_ruas=&search_keyword=&activation_status=&presiden_id=1&presiden=sukarno|dead-url=yes}}</ref>
| colspan="1"|[[Bintang Gerilya]]<ref>{{Cite web|title=Penghargaan Bintang Gerilya Presiden Soekarno|url=https://kepustakaan-presiden.perpusnas.go.id/award/?box=detail&id=185&from_box=list&hlm=1&search_ruas=&search_keyword=&activation_status=&presiden_id=1&presiden=sukarno|website=Kepustakaan Presiden-Presiden RI|publisher=Perpustakaan Nasional Republik Indonesia|access-date=2021-09-07|archive-date=2021-09-07|archive-url=https://web.archive.org/web/20210907124834/https://kepustakaan-presiden.perpusnas.go.id/award/?box=detail&id=185&from_box=list&hlm=1&search_ruas=&search_keyword=&activation_status=&presiden_id=1&presiden=sukarno|dead-url=no}}</ref>
|-
!Baris ke-3
| colspan="1"|[[Bintang Sakti]]<ref>{{Cite web|title=Penghargaan Bintang Sakti Presiden Soekarno|url=https://kepustakaan-presiden.perpusnas.go.id/award/?box=detail&id=183&from_box=list&hlm=1&search_ruas=&search_keyword=&activation_status=&presiden_id=1&presiden=sukarno|website=Kepustakaan Presiden-Presiden RI|publisher=Perpustakaan Nasional Republik Indonesia|access-date=2021-09-07|archive-date=2021-10-26|archive-url=https://web.archive.org/web/20211026170609/https://kepustakaan-presiden.perpusnas.go.id/award/?box=detail&id=183&from_box=list&hlm=1&search_ruas=&search_keyword=&activation_status=&presiden_id=1&presiden=sukarno|dead-url=yes}}</ref>
| colspan="1"|[[Bintang Dharma]]<ref>{{Cite web|title=Penghargaan Bintang Dharma Presiden Soekarno|url=https://kepustakaan-presiden.perpusnas.go.id/award/?box=detail&id=184&from_box=list&hlm=1&search_ruas=&search_keyword=&activation_status=&presiden_id=1&presiden=sukarno|website=Kepustakaan Presiden-Presiden RI|publisher=Perpustakaan Nasional Republik Indonesia|access-date=2021-09-07|archive-date=2021-09-07|archive-url=https://web.archive.org/web/20210907124830/https://kepustakaan-presiden.perpusnas.go.id/award/?box=detail&id=184&from_box=list&hlm=1&search_ruas=&search_keyword=&activation_status=&presiden_id=1&presiden=sukarno|dead-url=no}}</ref>
| colspan="1"|[[Bintang Bhayangkara|Bintang Bhayangkara Utama]]<ref>{{Cite web|title=Penghargaan Bintang Bhayangkara Utama Presiden Soekarno|url=https://kepustakaan-presiden.perpusnas.go.id/award/?box=detail&id=187&from_box=list&hlm=1&search_ruas=&search_keyword=&activation_status=&presiden_id=1&presiden=sukarno|website=Kepustakaan Presiden-Presiden RI|publisher=Perpustakaan Nasional Republik Indonesia|access-date=2021-09-07|archive-date=2021-09-07|archive-url=https://web.archive.org/web/20210907124836/https://kepustakaan-presiden.perpusnas.go.id/award/?box=detail&id=187&from_box=list&hlm=1&search_ruas=&search_keyword=&activation_status=&presiden_id=1&presiden=sukarno|dead-url=no}}</ref>
|-
!Baris ke-4
| colspan="1"|[[Bintang Garuda]]<ref>{{Cite web|title=Penghargaan Bintang Garuda Presiden Soekarno|url=https://kepustakaan-presiden.perpusnas.go.id/award/?box=detail&id=188&from_box=list&hlm=1&search_ruas=&search_keyword=&activation_status=&presiden_id=1&presiden=sukarno|website=Kepustakaan Presiden-Presiden RI|publisher=Perpustakaan Nasional Republik Indonesia|access-date=2021-09-07|archive-date=2021-09-07|archive-url=https://web.archive.org/web/20210907124831/https://kepustakaan-presiden.perpusnas.go.id/award/?box=detail&id=188&from_box=list&hlm=1&search_ruas=&search_keyword=&activation_status=&presiden_id=1&presiden=sukarno|dead-url=no}}</ref>
| colspan="1"|[[Bintang Sewindu Angkatan Perang Republik Indonesia]]<ref>{{Cite web|title=Penghargaan Bintang Sewindu APRI Presiden Soekarno|url=https://kepustakaan-presiden.perpusnas.go.id/award/?box=detail&id=189&from_box=list&hlm=1&search_ruas=&search_keyword=&activation_status=&presiden_id=1&presiden=sukarno|website=Kepustakaan Presiden-Presiden RI|publisher=Perpustakaan Nasional Republik Indonesia|access-date=2021-09-07|archive-date=2021-09-07|archive-url=https://web.archive.org/web/20210907124827/https://kepustakaan-presiden.perpusnas.go.id/award/?box=detail&id=189&from_box=list&hlm=1&search_ruas=&search_keyword=&activation_status=&presiden_id=1&presiden=sukarno|dead-url=no}}</ref>
| colspan="1"|[[Daftar tanda kehormatan di Indonesia|Satyalancana Perintis Kemerdekaan]]
|}
===
* {{Flag|Afghanistan}}:
** [[File:Order of the Supreme Sun (Kingdom of Afghanistan).gif|70px]] Collar of the [[:en:Order of the Supreme Sun|Order of the Supreme Sun]] (1961)<ref>{{Citation|title=Bung Karno di Afghanistan|url=https://www.youtube.com/watch?v=GjXIwkfRhxw|accessdate=2023-04-14|language=id-ID}}</ref>
* {{flag|Afrika Selatan}}:
** [[File:Order of the Companions of O.R. Tambo (ribbon bar).gif|70px]] Supreme Companion of the [[:en:Order of the Companions of O.R. Tambo|Order of the Companions of O.R. Tambo]] (SCOT) (2005) ''Anumerta''<ref>{{cite web|publisher=The Presidency Republic of South Africa|access-date=2022-11-09|title=The Order of the Companions of O.R. Tambo|url=https://www.thepresidency.gov.za/national-orders/order-companions-o.r.-tambo-0}}</ref><ref>{{Cite web|last=myrepro|date=2015-11-10|title=Penghormatan & Penghargaan Untuk Bung Karno|url=https://myrepro.wordpress.com/2015/11/11/jasa-jasa-soekarno-di-dunia-internasional/|website=myrepro|language=id-ID|access-date=2023-04-14}}</ref><ref>{{Cite web|last=Jam|first=Satu|date=2015-08-28|title=Biografi Soekarno|url=https://satujam.com/biografi-soekarno/|website=Satu Jam|language=en-US|access-date=2023-04-14}}</ref><ref>{{Cite web|date=2015-09-21|title=Orang Afrika: Mengapa Sukarno Disingkirkan?|url=https://historia.id/politik/articles/orang-afrika-mengapa-sukarno-disingkirkan-vVe4W|website=Historia - Majalah Sejarah Populer Pertama di Indonesia|language=id-ID|access-date=2023-04-14}}</ref><ref>{{Cite web|title=Sejarah Lengkap dan Asal Usul Presiden Soekarno|url=https://www.kuwaluhan.com/2017/08/sejarah-lengkap-dan-asal-usul-presiden.html|website=Kuwaluhan.com|language=id|access-date=2023-04-14}}</ref>
*{{flag|Argentina}}:
**[[Berkas:ARG Order of the Liberator San Martin - Grand Cross BAR.png|nirbing|70x70px]] Collar of the [[:en:Order of the Liberator General San Martín|Order of the Liberator General San Martin]]<ref>{{Cite web|title=Biografi Soekarno|url=https://kepustakaan-presiden.perpusnas.go.id/en/award/?box=list&presiden_id=1&presiden=sukarno|website=Kepustakaan Presiden|access-date=22 November 2023}}</ref>
* {{flagu|Australia}}:
** [[File:AUS Order of Australia (civil) BAR.svg|70px]] Medal of the [[:en:Order of Australia|Order of Australia]] (OAM)
* {{flag|Bolivia}}:
** [[File:BOL Order of Condor of the Andes - Grand Cross BAR.png|70px]] Grand Cross of the [[:en:Order of the Condor of the Andes|Order of the Condor of the Andes]]
* {{flag|Brazil}}:
** [[File:BRA - Order of the Southern Cross - Grand Cross BAR.svg|70px]] Grand Collar of the National [[:en:Order of the Southern Cross|Order of the Southern Cross]] (1959)<ref>{{Cite web|date=2024-06-14|title=Bung Karno di Rio de Janeiro|url=https://historia.id/politik/articles/bung-karno-di-rio-de-janeiro-DE3ka/page/3|website=Historia - Majalah Sejarah Populer Pertama di Indonesia|language=id-ID|access-date=2024-09-11}}</ref>
* {{flag|Czechoslovakia}}:
** [[File:CZE Rad Bileho Lva 3 tridy BAR.svg|70px]] Collar of the [[:en:Order of the White Lion|Order of the White Lion]] (1956)<ref>{{Citation|title=Presiden Soekarno berkunjung ke Cekoslowakia (1956)|url=https://www.youtube.com/watch?v=IeV3HGJwQ2I|accessdate=2023-04-14|language=id-ID}}</ref>
* {{flag|Filipina}}:
** [[File:PHI Legion of Honor 2003 Chief Commander BAR.svg|70px]] Chief Commander of the [[:en:Philippine Legion of Honor|Philippine Legion of Honor]] (CCLH) (3 Februari 1951)<ref>{{cite web|access-date=26 October 2018|publisher=[[:en:Government of Philippines|Government of Philippines]]|url=https://www.officialgazette.gov.ph/briefer-on-the-philippine-legion-of-honor/|title=Briefer on the Philippine Legion of Honor}}</ref>
* {{Flag|Hungaria}}:
** [[File:HUN Order of Merit of the Hungarian Rep 1class Collar BAR.svg|70px]] Grand Cross with Chain of the [[:en:Order of Merit of the Republic of Hungary|Order of Merit of the Republic of Hungary]]<ref>{{cite web|url=https://www.britishpathe.com/video/sukarno-in-hungary/|access-date=2022-11-09|date=1960|website=British Pathé|title=Sukarno In Hungary 1960}}</ref><ref>{{Citation|title=President Sukarno of Indonesia in Hungary (1960) {{!}} British Pathé|url=https://www.youtube.com/watch?v=3AsudSNGn9I|accessdate=2023-04-14|language=id-ID}}</ref>
* {{flag|Kamboja}} :
** [[File:KHM National Independence Medal.png|70px]] Grand Collar of the National [[:en:Orders, decorations, and medals of Cambodia|Order of Independence]]<ref>{{Cite web|title=Indochina Medals - Cambodia - CM02 National Order of Independence|url=http://indochinamedals.com/cambodia/cm02_national_order_of_independence.html|website=indochinamedals.com|access-date=2024-05-17}}</ref>
* {{flag|Jepang}}:
** [[File:JPN Daikun'i kikkasho BAR.svg|70px]] Grand Cordon of the [[:en:Order of the Chrysanthemum|Supreme Order of the Chrysanthemum]] (6 Juni 1961)
**[[File:JPN Zuiho-sho (WW2) 1Class BAR.svg|70px]] [[:en:Order of the Sacred Treasure|Order of the Sacred Treasure]] 1st Class (1943)<ref>{{Cite book|last=Mirnawati|first=Indonesia|date=2012|url=https://www.google.co.id/books/edition/Kumpulan_Pahlawan_Indonesia_Terlengkap/mVH_CQAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=soekarno+bintang+republik&pg=PA151&printsec=frontcover|title=Kumpulan pahlawan Indonesia terlengkap|publisher=CIF|pages=151|url-status=live}}</ref>
*{{flag|Jerman}}:
**[[Berkas:GER Bundesverdienstkreuz 9 Sond des Grosskreuzes.svg|nirbing|70x70px]] Grand Cross Special Class (''Sonderstufe des Großkreuzes)'' of the [[Orde Jasa Republik Federal Jerman|Order of Merit of the Federal Republic of Germany]] (1956)<ref>{{Cite book|last=Geerken|first=Horst H.|date=2017|url=https://www.google.co.id/books/edition/Hitler_s_Asian_Adventure/5GiGCgAAQBAJ?hl=id&gbpv=1|title=Hitler's Asian Adventure|location=Bonn|publisher=A BukitCinta Book|isbn=9783738630138|pages=531-532|url-status=live}}</ref>
* {{flag|Maroko}}:
** [[File:MAR Order of the Throne - Special Class BAR.png|70px]] Grand Cordon of the [[:en:Order of the Throne|Order of the Throne]] (1960)<ref>{{Cite web|date=2020-10-22|title=Kunjungan Sukarno ke Maroko|url=https://historia.id/urban/articles/kunjungan-sukarno-ke-maroko-6mJR3|website=Historia - Majalah Sejarah Populer Pertama di Indonesia|language=id-ID|access-date=2023-04-14}}</ref>
* {{flag|Mesir}} :
** [[File:EGY Order of the Nile - Grand Cordon BAR.png|70px]] Grand Collar of the [[:en:Order of the Nile|Order of the Nile]] (23 Juli 1955)<ref>{{Cite web|last=Limited|first=Alamy|title=Jul. 23, 1955 - 23-7-55 Prime Minister Nasser welcomes Indonesian President to Cairo. President Ahmed Soekarno, of Indonesia, has arrived in Cairo for a five day State visit. He was received on his arrival by Prime Minister Gamel Abdel Nasser, and members of the Revolution Command Council. Photo Shows: President Soekarno of Indonesia, was decorated by Prime Minister Nasser with the Collar of the Order of the Nile. Here is Nasser handling over the box containing the Collar to the President Stock Photo - Alamy|url=https://www.alamy.com/jul-23-1955-23-7-55-prime-minister-nasser-welcomes-indonesian-president-image69294275.html|website=www.alamy.com|language=en|access-date=2024-05-19}}</ref>
* {{flag|Portugal}}:
** [[File:PRT Order of Saint James of the Sword - Grand Cross BAR.svg|70px]] Grand Cross of the [[:en:Military Order of Saint James of the Sword|Military Order of Saint James of the Sword]] (GCSE) (31 Maret 1960)<ref>{{Cite web|title=ENTIDADES ESTRANGEIRAS AGRACIADAS COM ORDENS PORTUGUESAS - Página Oficial das Ordens Honoríficas Portuguesas|url=https://www.ordens.presidencia.pt/?idc=154&list=1|website=www.ordens.presidencia.pt|access-date=2024-05-16}}</ref>
* {{flag|Thailand}}:
** [[File:Order of Chula Chom Klao - 1st Class (Thailand) ribbon.svg|70px]] Knight Grand Cross (First Class) of the [[:en:Order of Chula Chom Klao|Most Illustrious Order of Chula Chom Klao]] (KGC)(1960)<ref>[http://www.ratchakitcha.soc.go.th/DATA/PDF/2503/D/019/826.PDF แจ้งความสำนักนายกรัฐมนตรี เรื่อง พระราชทานเครื่องราชอิสริยาภรณ์]</ref>
* {{flag|Tunisia}}:
** [[File:Order of Independence (Tunisia).png|70px]] Grand Cordon with Collar of the Order of Independence (1957)<ref>{{Cite web|last=Author|title=Istana: Presiden menerima Wisa amal Istiqlal tunisia oleh utusan istimewa sayed al habib bouzquiba|url=https://khastara.perpusnas.go.id/landing/detail/1567862|website=khastara.perpusnas.go.id|access-date=2024-08-30}}</ref>
* {{flag|Uni Soviet}}:
** [[File:SU Order of Lenin ribbon.svg|70px]] Recipient of the [[:en:Order of Lenin|Order of Lenin]]
** [[File:Order of the Elephant Ribbon bar.svg|70px]] Recipient of the [[:en:Lenin Peace Prize|International Lenin Peace Prize]] (3 Mei 1960)<ref>{{cite web|url=https://www.nytimes.com/1960/07/29/archives/lenin-peace-medal-pinned-on-sukarno.html|access-date=2022-11-09|date=1960-07-29|work=[[The New York Times]]|title=Lenin Peace Prize Pinned on Sukarno}}</ref>
* {{flag|Vatikan}}:
** [[File:Ordo Militia Aurata or Ordine dello Speron d'Oro o Milizia Aurata.png|70px]] Ksatria [[Ordo Pacu Emas]]
** [[File:Order Pius Ribbon 1kl.png|70px]] Ksatria Salib Agung [[Ordo Paus Pius IX]] (GCPO)
** [[File:Benemerenti Medal (Vatican) - ribbon bar.png|70px]] Penerima [[Medali Benemerenti]]
* {{flag|Vietnam}}:
** [[File:Vietnam Resistance Order ribbon.png|70px]] Resistance Medal, 1st Class
* {{flag|Yugoslavia}}:
** [[File:Order of the Yugoslavian Great Star Rib.png|70px]] Great Star of the [[:en:Order of the Yugoslav Star|Order of the Yugoslav Star]] (1956)<ref>{{Cite book|last=Kementerian Penerangan|first=Indonesia|date=1958|url=https://www.google.co.id/books/edition/Menjongsong_tamu_negara_Josip_Broz_Tito/LEM9AAAAMAAJ?hl=id&gbpv=1&dq=soekarno+bintang+republik&pg=PA32&printsec=frontcover|title=Menjongsong tamu negara Josip Broz-Tito, Presiden Republik Rakjat Federal Yugoslavia|location=Indonesia|publisher=Indonesia. Departemen Penerangan|pages=32|url-status=live}}</ref>
== Karya tulis ==
Baris 538 ⟶ 658:
|}
==
Soekarno menciptakan lagu ''[[Bersuka Ria (lagu)|Bersuka Ria]]'', yang muncul dalam album ''[[Mari Bersuka Ria dengan Irama Lenso]]'' pada tahun 1965. Lagu ini dibawakan oleh [[Rita Zahara]], [[Bing Slamet]], [[Titiek Puspa]], dan [[Nien Lesmana]].
== Dalam budaya populer ==
=== Buku ===
{{col|2}}
Baris 547 ⟶ 670:
* Adams, C. (2011). ''Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia''. Penerjemah Syamsu Hadi. Ed. Rev. Yogyakarta: Media Pressindo, dan Yayasan Bung Karno, ISBN 979-911-032-7-9.
* Guntur Sukarno. Sukarno: Bapakku, Kawanku, Guruku.
* Peter Polomka. Indonesia Since Sukarno
* Clifford Geertz, Benedict Anderson, Wim F. Wertheim. Sukarno di Panggung Sejarah
* Justus Maria van der Kroef. Indonesia After Sukarno.
Baris 609 ⟶ 732:
=== Lagu ===
* Lagu berjudul "[[Untuk Paduka Jang Mulia Presiden Soekarno]]" ditulis pada awal dekade 1960-an oleh [[Soetedjo (musisi)|Soetedjo]] dan dipopulerkan oleh [[Lilis Suryani]], solis perempuan terkenal Indonesia era itu. Liriknya penuh dengan puja-puji untuk Presiden seumur hidup tersebut.
=== Film, televisi, dan panggung pertunjukan ===
Baris 616 ⟶ 739:
== Catatan ==
{{reflist|group=
== Galeri ==
<gallery>
Baris 624 ⟶ 748:
Berkas:Sukarno, Sang Saka Melanglang Djagad, p12.jpg|Potret resmi Presiden Soekarno pada era 1960-an.
Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM President Soekarno en de Indiase premier Nehru kijken toe hoe Indira Gandhi bloemen in ontvangst neemt tijdens een bezoek aan de Borobudur TMnr 10015646.jpg|Presiden Soekarno dan Perdana Menteri Nehru melihat Indira Gandhi menerima bunga pada kunjungannya ke Borobudur.
Berkas:Luitenant Vosveld meldt zich bij President Soekarno, om deze mededeling te doen , Bestanddeelnr 5200.jpg|Letnan Vosveld melapor ke Soekarno.
Berkas:Ir Soekarno spreekt tot de Japanse militaire bevelhebber van Java, Bestanddeelnr 935-3378.jpg|Soekarno melakukan penutupan sidang kepada Genseikan.
Berkas:Djokjakarta. Kolonel Julian poseert bij een automobiel die eertijds van Soekarno, Bestanddeelnr 3980.jpg|Mobil Soekarno yang diberikan kepada Kolonel Julian.
Berkas:Soekarno (links) met de Japanse premier generaal Hideki Tojo, tijdens zijn bezoe, Bestanddeelnr 935-3377.jpg|Soekarno berjabat tangan dengan Perdana Menteri Jepang [[Hideki Tojo]].
Berkas:Ir. Soekarno na een bespreking met Sjahrir. Achter hem Mohammed Roem, Bestanddeelnr 901-9576.jpg|Soekarno selesai bertemu dengan Sutan
Berkas:Soekarno spreekt met Hatta aan zijn zijde tot de Japanse bevelhebber op Java, Bestanddeelnr 935-3376.jpg|Soekarno berterima kasih atas dilibatkannya rakyat Jawa dalam pemerintahan.
</gallery>
== Referensi ==
{{reflist|2}}
Baris 643 ⟶ 766:
* [[Fikiran Ra'jat]], (1932).
* [[Pancasila]], (1945).
* [[Nasakom|Nasonalisme, Agama, Komunisme]], (
* [[Demokrasi terpimpin]] (
* [[Manipol USDEK|Manifesto politik, Undang-Undang Dasar 1945, Sosialisme Indonesia, Demokrasi Terpimpin, Ekonomi Terpimpin, dan Kepribadian Indonesia (Manipol-Usdek)]], (1959).
* [[Konsepsi Presiden Soekarno]] (1950–1959)
* [[Operasi Trikora]], 19 Desember 1961).
* [[Pasukan Rakyat Kalimantan Utara|Pasukan Gerilya Rakyat Sarawak/Pasukan Rakyat Kalimantan Utara]], (1962–1966).
* [[Ganyang Malaysia]], (1962–1966).
* [[Pesta Olahraga Negara-Negara Berkembang|Games of the New Emerging Forces (Ganefo)]], (1962).
* [[Sarinah]], (
* [[Indonesia Raya (politik)|Unifikasi Indonesia Raya (Indonesia dengan rumpun Melayu)]], 1920-
* [[Mafilindo|Unifikasi Mafilindo (Malaya, Filipina dan Indonesia)]], 1963.
* ''[[Vivere pericoloso]]'', (1964).
Baris 669 ⟶ 793:
{{Wikisource|Soekarno}}
{{wikiportal|Indonesia|Sejarah|Politik|Biografi|Sosialisme}}
* [http://www.soekarnoinstitut.com/ Situs web resmi Soekarno Institut] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20120606003535/http://www.soekarnoinstitut.com/ |date=2012-06-06 }}
* [http://www.tokohindonesia.com/tokoh/article/282-ensiklopedi/242-soekarno Bio Soekarno di Ensiklopedi Tokoh Indonesia] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20130515130827/http://www.tokohindonesia.com/tokoh/article/282-ensiklopedi/242-soekarno |date=2013-05-15 }}
* [http://www.gatra.com/2001-06-07/versi_cetak.php?id=6900 Bung Karno Dan Para Isteri Hati yang Melihat Wanita – Edisi Khusus Gatra Nomor 29 Beredar 4 Juni 2001] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20070930185638/http://www.gatra.com/2001-06-07/versi_cetak.php?id=6900 |date=2007-09-30 }} oleh Dewi Sri Utami
* [http://www.gimonca.com/sejarah/sejarah09.shtml Garis Waktu Soekarno tahun 1950–1965]
* [http://www.youtube.com/watch?v=4manHf7iAhg Video Soekarno Ketika Berpidato di Depan Rakyat Jakarta]
Baris 703 ⟶ 827:
{{lifetime|1901|1970|Soekarno}}
{{Authority control}}
[[Kategori:Soekarno| ]]
[[Kategori:Tokoh dari Surabaya]]
[[Kategori:Tokoh Blitar]]<!--dilarang memakai kategori "Tokoh dari Blitar"-->
[[Kategori:Tokoh Jawa Timur]]
[[Kategori:Tokoh Jawa Barat]]
[[Kategori:Tokoh Jawa]]
[[Kategori:Tokoh Bali]]
[[Kategori:Ideolog Indonesia]]
[[Kategori:Pejuang kemerdekaan Indonesia]]
[[Kategori:Politikus Partai Nasional Indonesia]]
[[Kategori:Pendiri partai politik]]
[[Kategori:Presiden Indonesia]]
[[Kategori:Arsitek Indonesia]]
[[Kategori:Insinyur Indonesia]]
[[Kategori:Alumni Institut Teknologi Bandung]]
[[Kategori:Tahanan politik Hindia Belanda]]
[[Kategori:Penerima Bintang Republik Indonesia Adipurna]]
[[Kategori:Penerima Bintang Mahaputera Adipurna]]
[[Kategori:Penerima Bintang Jasa Utama]]
|