Sakawuni: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
menulis profil sakawuni pada tutur tinular |
k Menambah Kategori:Tokoh fiktif menggunakan HotCat |
||
(5 revisi perantara oleh satu pengguna lainnya tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
Sakawuni merupakan tokoh fiktif pada sandiwara radio legendaris Tutur tinular karya S. Tijab yang dirilis pada 1 Januari 1989 sampai 31 Desember 1990. Sakawuni seorang pendekar wanita yang pada awalnya suka berpenampilan aneh dan sedikit ugal-ugalan dan keras kepala. Namun sesungguhnya ia adalah gadis yang baik hati, lemah lembut, periang, gesit dan sedikit manja. Ilmu andalannya adalah pukulan lengan seribu yang diturunkan oleh Ki Sugata Brahma, pendekar lengan seribu yang tidak lain adalah kakeknya sendiri sekaligus orang tua dan gurunya.
== Biografi ==
* Nama : Sakawuni
* Nama alias : [[Pendekar]] Lengan seribu
* Lahir : Desa Tanibala 1274 M
* Meninggal : Kotaraja 1309 M
* Sebab kematian : pendarahan saat melahirkan
* Kebangsaan : [[Nusantara]] ([[Majapahit]])
* Pekerjaan : perwira tinggi [[Majapahit]] bagian pelatihan dan pendidikan prajurit dan [[pendekar]] golongan putih
* Suami : [[Arya Kamandanu]] ( m.1297 - 1309)
* Anak : Jambunada (lahir 1309)
* Orangtua : Banyak Kapuk (ayah) Ayu Pupuh/Dewi Tunjung Biru (ibu)
* Kakek : Ki Sugata Brahma
* Guru : Ki Sugata Brahma
== Kehidupan Awal ==
Banyak Kapuk adalah salah satu [[Senapati|Senopati]] [[kerajaan Singasari]]. Pada suatu ketika saat berkunjung ke desa Tersebut di lereng [[gunung Bromo]], ia
[[Berkas:Ilustrasi_Tokoh_Arya_Kamandanu_dan_Sakawuni_dalam_Tutur_Tinular.jpg|jmpl|Ilustrasi Tokoh Arya Kamandanu dan Sakawuni dalam Tutur Tinular]]
jatuh cinta pada Ayu Pupuh, anak tunggal dari Ki Sugata Brahma yang menjabat sebagai kepala desa Tanibala. Asmara yang menggelora menjatuhkan keduanya pada hubungan yang mengakibatkan Ayu Pupuh mengandung saat Banyak Kapuk meninggalkannya dengan janji untuk kembali dan melamarnya namun tidak pernah datang memenuhi janjinya.
Ayu Pupuh melahirkan seorang bayi perempuan cantik dan manis pada tahun 1274 M yang diberi nama Sakawuni. Ki Sugata Brahma kemudian melepaskan jabatannya sebagai kepala desa karena aib yang dideritanya.
Sakawuni tumbuh dalam cemoohan lingkungannya sebagai anak yang lahir di luar nikah. Saat ia berusia 2 tahun ibunya pergi meninggalkannya karena ingin menemui Banyak Kapuk di kota [[Singasari]]. Namun setelah bertemu ternyata Ayu Pupuh mendapati kenyataan bahwa Banyak Kapuk tidak mungkin mengawininya karena perbedaan kasta. Banyak Kapuk juga memutuskan untuk mengabdikan hidupnya sepenuhnya demi Singasari dan rela dikirim ke jauh dalam ekspedisi penaklukan Pamalayu oleh [[Singasari]].
Putus asa dengan karena kenyataan yang dihadapinya, Ayu Pupuh mencoba bunuh diri dalam perjalanan pulang dari [[Singasari]]. Namun ia diselamatkan oleh seorang tabib yang bernama Nyai Congkorong dan diangkat sebagai muridnya di padepokan bukit Penampihan. Akhirnya Ayu Pupuh mewarisi padepokan Nyai Congkorong dan bergelar Dewi Tunjung Biru karena mendapat tugas menjaga dan memelihara tumbuhan bunga tunjung biru yang berguna sebagai penawar racun.
Ki Sugata Brahma dengan sabar dan bijaksana membesarkan Sakawuni dengan penuh kasih sayang. Sakawuni tumbuh menjadi remaja yang
[[Berkas:Ilustrasi_wajah_tokoh_Sakawuni_di_belakang_tokoh_Arya_Kamandanu.jpg|jmpl|Ilustrasi wajah tokoh Sakawuni di belakang tokoh Arya Kamandanu yang memegang pedang naga puspa pada poster iklan serial sandiwara radio Tutur Tinular tahun 1989]]
pemberani, suka menolong, cerdas, penuh perhitungan dan mampu mewarisi ilmu kanuragan dari kakeknya dengan baik. Namun ia tetap haus kasih sayang orang tuanya sehingga sering pergi diam-diam mengembara untuk mencari ayahnya di [[Singasari]] dengan rasa dendam dan keinginan menuntut tanggung jawab dari laki-laki yang diketahuinya bernama Banyak Kapuk.
Pengembaraannya hingga ke wilayah hutan tarik yang nantinya menjadi Kotaraja [[Majapahit]]. Dalam pengembaraannya ia memutuskan untuk bergabung menjadi prajurit Gelang-gelang atau [[Kota Kediri|Kediri]] melalui sebuah pertarungan seleksi di pelataran [[candi]] Sorabana. Setelah dinyatakan diterima, ia berada dalam satu kelompok 4 besar pendekar pendukung Kediri yang terdiri dari mpu Tong Bajil, Dewi Sambi, mpu Renteng dan dirinya sendiri. Kelompok pendekar ini tunduk kepada perintah Patih Kebo Mundarang dari kerajaan Gelang-Gelang atau [[Kota Kediri|Kediri]].
Keputusan Sakawuni bergabung dengan kelompok tersebut karena dia merasa membutuhkan bantuan untuk menghadapi Banyak Kapuk dan para perwira [[Singasari]] yang semua dianggapnya bersalah pada kehidupannya.
Namun karena aliran kependekaran yang berbeda dan tujuan yang berbeda pula, ia sering berselisih dengan 3 temannya dan diam-diam mengambil keputusan yang berbeda dari kebijakan mereka. Seperti diam-diam membantu menyelamatkan pendekar Lou dan [[Mei Xin]] ataupun membangkang perintah mpu Tong Bajil untuk meringkus mpu Hanggareksa.
== Perjalanan Karir ==
Gelang-Gelang atau Kediri telah berhasil meruntuhkan [[Kerajaan Singasari|Singasari]]. Prabu [[Kertanagara|Kertanegara]] terbunuh dan [[Jayakatwang]] naik tahta menggantikannya. Ia lalu memindahkan pusat pemerintahan dari [[Kerajaan Singasari|Singasari]] ke [[Kota Kediri|Kediri]].
Saat mengembara mencari ayahnya Sakawuni bertemu [[Ranggalawe]] dan Gajah Pagon yang saat itu diutus oleh [[Raden Wijaya]] membawa surat ke [[Kediri]] untuk meminta pengampunan bagi [[Raden Wijaya]] dan keempat orang istrinya yang merupakan putri dari mendiang Prabu [[Kertanagara|Kertanegara]] juga 12 orang perwira tinggi [[Kerajaan Singasari|Singasari]] yang melarikan diri bersamanya.
Sakawuni nekat menghadang perjalanan Ranggalawe dan Gajah Pagon. Ia berhasil melukai Gajah Pagon namun hampir terbunuh oleh Ranggalawe namun diselamatkan oleh [[Arya Kamandanu]] yang diam-diam mengikutinya sejak melihatnya di sebuah kedai di desa Jasunwungkal.
Beberapa waktu setelah berdirinya padukuhan [[Majapahit]], Sakawuni mendapatkan tugas dari Patih Kebo Mundarang untuk menyelidiki keberadaan padukuhan itu. Kesempatan itu dia pergunakan untuk menemukan orang yang bernama Banyak Kapuk yang dicarinya. Ia sempat bertarung dengan Banyak Kapuk dicarinya namun karena olahkanuragan yang dimilikinya belum matang, ia hampir terbunuh namun diselamatkan oleh Ki Sugata Brahma yang diam-diam terus mengikuti dan mencari kemana pun cucunya pergi.
Setelah lama Sakawuni kembali ke pedukuhan [[Majapahit]] lagi untuk menuntut balas pada Banyak Kapuk. Namun setelah berhasil menemuinya dan bertarung hingga Banyak Kapuk pasrah untuk dibunuh oleh putrinya, Sakawuni memilih untuk memaafkan ayah kandungnya hingga rasa haru membuatnya terjatuh pingsan. Ia tidak menyangka bahwa ayah yang dibencinya tidak pernah bermaksud menelantarkannya ataupun tidak mengawini ibunya. Semua terjadi karena aturan kasta dan tugas [[negara]] yang diemban oleh ayahnya. Ia juga mendapatkan kenyataan bahwa ayahnya tidak pernah memiliki wanita lain selain ibunya.
Setelah persoalan dengan ayahnya dapat diselesaikan, Sakawuni diminta oleh [[Raden Wijaya]] untuk bergabung di padukuhan [[Majapahit]]. Ia mendapatkan tugas untuk membantu ayahnya melatih olah keprajuritan pada penduduk desa sekitar yang datang ke [[Majapahit]] untuk bergabung. Di sinilah karir keprajuritan Sakawuni dimulai.
Dalam perjalanan kariernya, Sakawuni mengikuti pertempuran melawan [[Kota Kediri|Kediri]], pertempuran mengusir tentara Tartar, pemadaman pemberontakan [[Ranggalawe]], penumpasan gerombolan perusuh yang dipimpin oleh mpu Tong Bajil dan Dewi Sambi, pemadaman pemberontakan Gajah Biru. Ia juga ikut melatih olah keprajuritan untuk ketiga putra [[Raden Wijaya]] yaitu Kalagemet atau [[Jayanagara|Jayanegara]], Tribuana Tunggadewi Dyah Gitarja dan Srirajadewi Dyah Wiyat.
== Kehidupan Pribadi ==
=== Hubungan dengan Arya Kamandanu ===
[[Arya Kamandanu]] merupakan satu-satunya pria dalam kehidupan cinta Sakawuni, cinta pertama dan cinta terakhirnya. Pertemuan pertama mereka terjadi saat [[Arya Kamandanu]] tertarik dengan penampilan unik Sakawuni yang mampir minum di sebuah kedai desa Jasunwungkal. Saat itu Sakawuni tengah mengikuti [[Ranggalawe]] dan Gajah Pagon.
Setelah Sakawuni pergi dari kedai itu, Arya Kamandanu mengikutinya sesuai dengan informasi yang didapatkannya dari pelayan kedai. Diam-diam Arya Kamandanu memperhatikan semua jalannya pertarungan antara Sakawuni dengan Gajah Pagon dan [[Ranggalawe]]. Saat Sakawuni hampir terbunuh oleh keris megalamat milik [[Ranggalawe]], Kamandanu menolongnya. Iapun berjanji akan membalas budi Kamandanu jika ada kesempatan.
Pertemuan kedua terjadi saat [[Arya Kamandanu]] sambil menggendong Panji Ketawang, keponakannya yang masih kecil diserang oleh mpu Tong Bajil dan kelompoknya. Sakawuni menolong [[Arya Kamandanu]] untuk meloloskan diri lalu membawa [[Arya Kamandanu]] dan keponakannya bersembunyi di lereng [[Gunung Arjuno|gunung Arjuna]] yang aman. Sakawuni juga membantu [[Arya Kamandanu]] untuk membangun sebuah gubuk di sana.
Pertemuan mereka yang ketiga terjadi saat [[Arya Kamandanu]] terluka dan pingsan akibat terkena pukulan aji tapak wisa milik Dewi Sambi.
Dengan susah payah Sakawuni berusaha menolong [[Arya Kamandanu]]. Ia membawa Kamandanu ke beberapa tabib hingga akhirnya dibawanya ke Tanibala tempat kakekny
Dari kakeknya Sakawuni mendapatkan petunjuk bahwa ada [[bunga]] tunjung biru yang bisa menawarkan racun aji tapak wisa. Sakawuni berhasil mendapatkannya dan ternyata yang memiliki bunga tunjung biru adalah Ayu Pupuh yang sudah bergelar Dewi Tunjung Biru, ibu kandungnya sendiri. Sakawuni semula merasa kecewa kepada ibunya, namun akhirnya ia memaafkannya. Dari ibunya Sakawuni tahu bahwa ia telah jatuh cinta pada Arya Kamandanu dengan memberikan banyak pertolongan kepada pemuda itu.
Sedangkan [[Arya Kamandanu]] pun tahu riwayat keluarga dan kehidupan Sakawuni dari kakeknya. Ia yang sedang dalam kekecewaan yang sangat dalam pada [[Mei Xin]] pun merasa sangat dihargai oleh Sakawuni dan tidak mau berterus terang kepada Sakawuni bahwa ia telah memperistri [[Mei Xin]] untuk menutupi aib keluarganya di mana [[Mei Xin]] telah hamil di luar perkawinan dengan Arya Dwipangga, kakak kandung Arya Kamandanu.
Setelah mengetahui bahwa Arya Kamandanu telah beristri dan sengaja tidak mengatakan kepadanya, Sakawuni marah dan kecewa tapi dia
dapat mengatasinya dengan nasehat dari kakeknya Ki Sugata Brahma. Arya Kamandanu kembali ke lereng [[Gunung Arjuno|gunung Arjuna]] sedangkan Sakawuni tetap tinggal di desa Tanibala dan memperdalam ilmu jurus-jurus angin lengan seribu.
Ki Sugata Brahma yang juga seorang pendekar menurunkan ilmu pukulan lengan seribu kepada Sakawuni dengan memberikan seluruh tenaga dalamnya kepada cucu tercintanya itu. Setelah menurunkan ilmunya, Ki Sugata Brahma tewas di tangan mpu Tong Bajil dan kelompoknya yang datang menyerang ke rumahnya untuk mencari Sakawuni yang dianggap telah berkhianat kepada Kediri. Sakawuni tidak berhasil menyelamatkan kakeknya, ia sendiri terkena pukulan aji tapak wisa oleh Dewi Sambi lalu pergi meninggalkan desa Tanibala menuju ke bukit Penampihan tempat ibunya berada untuk mendapatkan pertolongan.
Pulih dari lukanya, Sakawuni mendapatkan nasehat dari ibunya untuk tidak lagi ingin membalas dendam kepada ayahnya dan tidak lagi mencintai [[Arya Kamandanu]] yang telah mempermalukannya dengan kebohongan. Namun Sakawuni tetap ingin ke [[Majapahit]] untuk menemukan Banyak Kapuk.
Dalam perjalanan, Sakawuni mampir ke lereng [[Gunung Arjuno|Arjuna]] untuk mencari [[Arya Kamandanu]]. Ia merasa perlu menyampaikan kekecewaannya atas kebohongan Kamandanu. Namun yang ditemuinya adalah Mei Xin, istri Arya Kamandanu.
[[Mei Xin]] menyambut baik kedatangan Sakawuni dan menceritakan kepada Sakawuni tentang kisah hidupnya. Sakawuni bersimpati pada nasib [[Mei Xin]] dan meninggalkan [[Mei Xin]] dengan sepucuk surat bahwa ia telah lega dan merelakan [[Arya Kamandanu]].
Sakawuni lalu menuju [[Majapahit]] untuk menyelesaikan masalah dengan ayahnya dan akhirnya ia bergabung menjadi prajurit di [[Majapahit]] dan
tinggal bersama ayahnya yang ternyata sangat menyayanginya. Sayang sekali tidak lama setelah pecah pertempuran Majapahit melawan [[Kota Kediri|Kediri]], ayahnya meninggal karena terkena aji tapak wisa milik Dewi Sambi dan terlambat mendapatkan pertolongan meskipun Sakawuni dengan dibantu oleh [[Arya Kamandanu]] telah berusaha sekuat tenaga untuk membawanya ke bukit Penampihan tempat Dewi Tunjung Biru.
Namun demikian, Sakawuni cukup lega karena sebelum ayahnya meninggal, ia telah mempertemukan ayah ibunya hingga mereka bersatu dalam ikatan perkawinan yang sah dan Sakawuni pun menjadi anak yang jelas asal-usulnya.
Banyak Kapuk meninggal di pangkuan istri dan putrinya yang tercinta. Ia dimakamkan di bukit Penampihan tempat istrinya berada.
Sepeninggal ayahnya, [[Arya Kamandanu]] membangkitkan semangat Sakawuni untuk kembali berjuang di [[Majapahit]] melanjutkan cita-cita ayahnya sebagai wujud bakti kepada orang tuanya. Sakawuni pun kembali ke Majapahit bersama Arya Kamandanu.
Salam perjalanan ke [[Majapahit]] mereka diikuti oleh tak kurang dari 500 penduduk desa-desa yang mereka lewati yang ingin turut bergabung dengan [[Majapahit]] dalam mengusir [[Prajurit|tentara]] Tartar dari [[Jawa]].
Setelah tentara tartar berhasil diusir, Sakawuni tetap mengabdikan diri di [[Majapahit]]. Ia sering mendapatkan tugas bersama [[Arya Kamandanu]] seperti dalam upaya pemadaman pemberontakan [[Ranggalawe]] dan penumpasan gerombolan perusuh yang dipimpin oleh mpu Tong Bajil dan Dewi Sambi.
Sang Prabu [[Kertarajasa]] Jayawardhana sangat terkesan dengan kebersamaan [[Arya Kamandanu]] dan Sakawuni hingga beliau berkata alangkah senangnya beliau bila [[Arya Kamandanu]] dan Sakawuni menjadi suami-istri. Mereka berdua tidak langsung setuju terutama Sakawuni maka dia sendiri mengajak [[Arya Kamandanu]] untuk mencari [[Mei Xin]], istri [[Arya Kamandanu]] yang hilang tanpa jejak. Karena [[Mei Xin]] tidak dapat ditemukan, maka [[Arya Kamandanu]] kembali pada keinginannya semula untuk melamar Sakawuni seperti yang dikatakan oleh sang Prabu. Tetapi Sakawuni masih menolak dengan alasan Kamandanu tidak mencintainya.
[[Arya Kamandanu]] yang kecewa dan marah karena penolakan Sakawuni yang berulang kali itu akhirnya mengamuk. Dengan menggunakan pedang naga puspa dan kekuatan tenaga dalam dari naga puspa kresna ia menghancurkan tebing-tebing.
Akhirnya Sakawuni mau mempertimbangkan lamaran [[Arya Kamandanu|Arya Kamandan]]<nowiki/>u dan meminta [[Arya Kamandanu]] untuk mengulangi lamarannya di hadapan ibunya dan jika ibunya setuju maka iapun akan menerima lamaran [[Arya Kamandanu]].
Meskipun telah mendengar berbagai keberatan dan kekhawatiran Sakawuni, ibu Dewi Tunjung Biru tetap menerima lamaran Arya Kamandanu dan merestui Sakawuni menjadi istri [[Arya Kamandanu]].
Merekapun menikah pada hari Respati wulan Waisaika wuku landep (1297 M) di hadapan dua pendeta Dang acarya ring kasogatan dan Dang acarya ring kasaiwan.
Mereka membangun mahligai perkawinan yang bahagia dikaruniai seorang anak yang bernama Jambu Nada setelah hampir 12 tahun berumah tangga. Sakawuni akhirnya meninggal saat melahirkan anaknya pada tahun 1309 M dan dimakamkan di bukit Penampihan tepat di samping makam ayahnya, Banyak Kapuk.
Sementara suaminya Arya Kamandanu menolak tawaran Dewi Tunjung Biru, ibu mertuanya, agar menyerahkan bayi Sakawuni untuk diasuh di bukit Penampihan dan ia bisa menikah lagi. Arya Kamandanu memilih untuk membesarkan bayi pemberian Sakawuni seorang diri dengan bertapa di lereng gunung Arjuna, tempat di mana ia dulu disembunyikan oleh Sakawuni lalu tinggal di sana beberapa waktu dari kejaran mpu Tong Bajil dan Dewi Sambi.
== Pemeran Tokoh ==
Cerita Tutur Tinular pertama kali muncul dalam bentuk sandiwara radio kemudian diadaptasi dalam bentuk film layar lebar, sinetron dan ditulis dalam bentuk novel. Meskipun telah diadaptasi berulang kali dan tokoh Sakawuni diperankan oleh banyak artis setidaknya ada 4 nama pemeran yang selalu diingat oleh penggemar serial Tutur Tinular.
{| class="wikitable"
|+
!Pemeran
!Versi
|-
|Yvonne Rose Pettetipon
|[[Sandiwara radio]] tahun 1989 - 1990
|-
|[[Diah Permatasari]]
|Film ''[[Tutur Tinular]] 1'' tahun 1989
|-
|Ratih Widjiyawati S.
|film ''Tutur Tinular 2'' tahun 1990
|-
|[[Murti Sari Dewi]]
|film ''Tutur Tinular 3'' tahun 1991, ''Tutur Tinular 4'' tahun 1992, sinetron ''Tutur Tinular'' tahun 1997
|}
== Sakawuni dalam Lagu dan ''Roadshow'' Panggung ==
Penerimaan yang luar biasa terhadap [[sandiwara radio]] [[Tutur Tinular]] hingga dipancarkan sekitar 512 radio se-Indonesia saat itu menumbuhkan permintaan yang tinggi dari penggemar untuk diadakan jumpa fans pemeran dalam bentuk road show panggung dari kota ke kota.
[[S. Tidjab]] sebagai penulisnya pun akhirnya menulis lagu berjudul Pelangi Cinta Kamandanu dengan menggandeng musisi [[Cecep Arif Rahman|Cecep AS]] yang dinyanyikan langsung oleh Ferry Fadli Setiadi sebagai [[Arya Kamandanu]], Yvonne Rose Pattiapon sebagai Sakawuni dengan suara Lily Nur Indah Sari sebagai Nariratih. Ketiganya adalah pemeran masing-masing tokohnya di versi sandiwara radio. Lagu Pelangi Cinta Kamandanu juga menjadi tajuk kaset album yang keseluruhannya berisi sekitar 10 lagu yang dinyanyikan bersama dengan para pemain [[sandiwara radio]] [[Tutur Tinular]] lainnya.
== Referensi ==
Baris 53 ⟶ 140:
* Indonesia [https://www.facebook.com/Tutur.Tinular.Versi.2011.Indosiar?locale=id_ID Facebook Tutur Tinular Versi 2011 Indosiar]
* Indonesia [https://facebook.com/groups/260268474070442/ Facebook Pecinta Sandiwara Radio]
* Indonesia [https://facebook.com/groups/339300098448089/ Facebook Kamuni Lovers]
* Indonesia [https://facebook.com/groups/355965982715721/ Ferry Fadli Fans Club]
[[Kategori:Tokoh fiktif]]
|