Malikussaleh dari Samudera Pasai: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
RaFaDa20631 (bicara | kontrib)
tidak ada bukti otentik bendera Samudra Pasai
Tag: Suntingan visualeditor-wikitext
 
(29 revisi perantara oleh 16 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Infobox raja
{{Infobox Monarch|name=Sultan Malikussaleh|title=Sultan Samudera Pasai|religion=[[Islam]]|spouse=Puteri Ganggang dari [[Perlak]]|death_date=1297|birth_date=?|birth_name=Meurah Silu}}
| name = Sultan Malikussaleh
| title =
| image =
| caption =
| succession = [[Kesultanan Samudera Pasai|Sultan Samudera Pasai ke-1]]
| reign = 1267-1297 M
| regnal name =
| birth name =
| predecessor = ''Kerajaan didirikan''
| successor = [[Muhammad Malikuzzahir dari Samudera Pasai|Sultan Muhammad Malikuzzahir]]
| suc-type =
| birth_name = Meurah Silu
| birth_date = 1111
| birth_place =
| religion = [[Islam]] [[Sunni]]
| spouse 1 =
| spouse = Puteri Ganggang dari Perlak
| issue = [[Muhammad Malikuzzahir dari Samudera Pasai|Sultan Muhammad Malikuzzahir]]
| royal house =
| royal anthem =
| house =
| father = [[Meurah Makhdum Malik Ahmad]]
| mother =
| dynasty = Pasai
| date of birth = 1231
| date of death = 1297
| date of burial =
| place of burial = |
}}
 
'''Sultan Malikussaleh ''' adalah sultan pertama [[Kesultanan Samudera Pasai]]. Ia memerintah mulai tahun [[1267]]. Sultan Malikussaleh satu-satunya raja yang bisa membaca [[Al-Qur'an|Al-quran]] pada abad 13 dahulu. Maka, beliau mulanya bernama '''Meurah Silu''' akhirnya bergelar Malikkussaleh yang artinya Malik yang saleh. Ia adalah keturunan dari Sukee Imeum Peuet. Sukee Imeum Peuet adalah sebutan untuk keturunan empat maharaja/[[meurah]] bersaudara yang berasal dari Mon Khmer (Champa) yang merupakan pendiri pertama kerajaan-kerajaan di Aceh pra-Islam, diantaranya Maharaja Syahir Po-He-La yang mendirikan [[Kerajaan Peureulak]] di [[Aceh Timur]], Syahir Tanwi yang mendirikan [[Kerajaan Jeumpa]] di [[Bireuen]], Syahir Poli (Pau-Ling) yang mendirikan Kerajaan Sama Indra di [[Pidie]] dan Syahir Nuwi yang mendirikan Kerajaan Indra Purba di [[Banda Aceh]] dan [[Aceh Besar]]. Nama Malikussaleh kini diabadikan sebagai [[Bandar Udara Malikus Saleh]] dan [[Universitas Malikussaleh]] (UNIMAL) di Aceh[[Kota UtaraLhokseumawe]].<ref>{{Cite webnews|url=https://travel.detik.com/travel-news/d-4031167/kisah-juru-kunci-makam-raja-islam-pertama-di-nusantara|title=Kisah Juru Kunci Makam Raja Islam Pertama di Nusantara|last=Molana|first=Datuk Haris|websitework=detikTravel[[Detik.com|detikcom]]|language=id|access-date=2019-11-02}}</ref>
 
== Sejarah Kepemimpinan ==
Kerajaan Samudera Pasai didirikan oleh Nazimuddin Al Kamil pada abad ke-13. Nazimuddin Al Kamil adalah seorang laksamana laut dari Mesir. Beliau diperintahkan pada tahun 1238 M untuk merebut pelabuhan kambayat di Gujarat yang tujuannya untuk  dijadikan tempat pemasaran barang-barang perdagangan dari timur. Nazimuddin al-Kamil juga mendirikan satu kerajaan di Pulau Sumatera bagian utara. Tujuan utamanya adalah untuk dapat menguasai hasil perdagangan rempah-rempah dan lada. Beliau mengangkat Meurah Silu sebagai Raja Pasai pertama. Setelah naik tahta Marah Silu berganti nama dan bergelar Sultan Malik As-Saleh. Masa akhir pemerintahan Sultan Malik As-Saleh sampai beliau wafat pada tahun 696 Hijriah atau 1297 Masehi.
 
Berdasarkan catatan ekspedisi [[Marco Polo]] (1292) dan [[Ibnu Batutah]] (abad 13). Pada tahun 1267 telah berdiri kerajaan Islam pertama di Indonesia, yaitu kerajaan Samudra Pasai. Hal ini juga dibuktikan dengan adanya Batu nisan makam Sultan Malik Al Saleh (th 1297) Raja pertama Samudra Pasai. [[Kesultanan Samudera Pasai]], juga dikenal dengan Samudera, Pasai, atau Samudera Darussalam, adalah kerajaan Islam yang terletak di pesisir pantai utara Sumatera, kurang lebih di sekitar Kota Lhokseumawe, [[Aceh Utara]] sekarang. Ibnu Battutah, musafir Islam terkenal asal Maroko, mencatat hal yang sangat berkesan bagi dirinya saat mengunjungi sebuah kerajaan di pesisir pantai timur Sumatera sekitar tahun 1345 Masehi. Setelah berlayar selama 25 hari dari Barhnakar (sekarang masuk wilayah Myanmar),
Baris 16 ⟶ 45:
Selama masa pemerintahan Sultan Malik As-Saleh. Sultan menikah dengan putri dari Kerajaan Perlak yaitu Gangang Sari. Dari pernikahan tersebut lahirlah Sultan Malik Az-Zahir I. Pada Masa Pemerintahan Sultan Malik Az-Zahir ini Kerajaan mengalami masa keemasan. Sultan Malik Az-Zahir I memperkenalkan pertama kali penggunaan emas di lingkungan kerajaan. Hal inilah yang mengakibatkan Kerajaan Samudera Pasai menjadi pusat perdagangan terbesar di Sumatera pada saat itu. Kerajaan juga menjadi terkenal sebagai tempat penyebaran agama Islam.
 
Setelah masa pemerintahan Sultan Malik Az-Zahir I digantikan oleh anaknya Sultan Ahmad I. Namun tidak berlangsung lama karena suatu hal maka digantikan oleh anak dari Sultan Ahmad I yaitu Sultan Malik Az-Zahir II. Pada masa pemerintahan Sultan Malik Az-Zahir II, Kerajaan Samudera Pasai di datangi oleh musafir Maroko terkenal dunia yaitu Ibn Batuthah. Ibn Batuthah menulis dalam kitab Rihlah ila l-Masyriq (Pengembaraan ke Timur) sekembalinya ke jazirah arab menceritakan bahwa salah satu Raja di daerah Samatrah (Sumatera) menyambutnya dengan ramah. Beliau juga mengungkapkan bahwa pengikutnya bermazhab Syafii. Sayangnya pada masa pemerintahan Sultan Malik Az-Zahir II pada tahun 1345. Kerajaan Samudera Pasai diserang oleh Kerajaan Majapahit kemudian serangan kedua pada tahun 1350 sehingga membuat keluarga Kerajaan  harus mengungsi.
 
Kejayaan Samudera Pasai yang berada di daerah [[Samudera, Aceh Utara|Samudera]] Geudong, Aceh Utara, diawali dengan penyatuan sejumlah kerajaan kecil di daerah Peurelak, seperti Rimba Jreum dan Seumerlang. Sultan Malikussaleh adalah salah seorang keturunan kerajaan itu yang menaklukkan beberapa kerajaan kecil dan mendirikan Kerajaan Samudera pada tahun 1270 Masehi. Makam Abdullah ibnu Muhammad ibnu Abdul Kadir Ia menikah dengan Ganggang Sari, seorang putri dari kerajaan Islam Peureulak. Dari pernikahan itu, lahirlah dua putranya yang bernama Malikul Dhahir dan Malikul Mansyur. Setelah keduanya beranjak dewasa, Malikussaleh menyerahkan takhta kepada anak sulungnya Malikul Dhahir. Ia mendirikan kerajaan baru bernama Pasai. Ketika Malikussaleh mangkat, Malikul Dhahir menggabungkan kedua kerajaan itu menjadi Samudera Pasai..<ref>{{Cite web|url=http://portalsatu.com/read/profil/rindu-sosok-sultan-al-malik-ash-shalih-18507|title=Rindu Sosok Sultan Al-Malik Ash-Shalih - PORTALSATU.com|website=portalsatu.com|language=id|access-date=2019-11-02|archive-date=2019-11-02|archive-url=https://web.archive.org/web/20191102075415/http://portalsatu.com/read/profil/rindu-sosok-sultan-al-malik-ash-shalih-18507|dead-url=yes}}</ref>
Baris 24 ⟶ 53:
Hubungan dagang dengan pedagang-pedagang Pulau Jawa juga terjalin. Produksi beras dari Jawa ditukar dengan lada. Pedagang-pedagang Jawa mendapat kedudukan yang istimewa di pelabuhan Samudera Pasai. Mereka dibebaskan dari pembayaran cukai. Perdagangan Selain sebagai pusat perdagangan, Pasai juga menjadi pusat perkembangan Islam di Nusantara. Kebanyakan mubalig Islam yang datang ke Jawa dan daerah lain berasal dari Pasai.
 
Eratnya pengaruh Kerajaan Samudera Pasai dengan perkembangan Islam di Jawa juga terlihat dari sejarah dan latar belakang para Wali Songo. [[Sunan Kalijaga]] memperistri Dewi Saroh anak dari [[Maulana Ishaq]], dengan putri Sultan Pasai, dan Dewi Saroh dikaruniai anak bernama [[Sunan Muria]]. [[Sunan Gunung Jati]] alias [[Fatahillah]] yang gigih melawan penjajahan Portugis lahir dan besar di [[Pasai]]. Laksamana Cheng Ho tercatat juga pernah berkunjung ke Pasai. Situs Kerajaan Islam Samudera Pasai ini sempat sangat terkenal pada tahun 1980-an, sebelum konflik di Aceh semakin memanas dan menyurutkan para peziarah. Menurut Yakub, juru kunci makam Sultan Malikussaleh, nama besar sang sultan turut mengundang rasa keingintahuan para peziarah dari Malaysia, India, sampai Pakistan. Negara-negara itu dulunya menjalin hubungan dagang dengan Pasai.
 
Sejarah Pasai yang begitu panjang masih bisa ditelusuri lewat sejumlah situs makam para pendiri kerajaan dan keturunannya di makam raja-raja Pasai itu. Makam itu menjadi saksi satu-satunya karena peninggalan lain seperti istana sudah tidak ada. Makam Sultan Malikussaleh dan cucunya, Ratu Nahrisyah, adalah dua kompleks situs yang tergolong masih terawat. Makam Malikul Zahir Menurut [[Christiaan Snouck Hurgronje]], hubungan langsung Arab dengan Indonesia baru berlangsung abad 17 pada masa kerajaan Samudra Pasai, [[Banten]], [[Demak]] dan [[Kesultanan Mataram|Mataram Baru]]. Samudra Pasai sebelum menjadi kerajaan Islam merupakan kota pelabuhan yang berada dalam kekuasaan [[Majapahit]], yang pada masa itu sedang mengalami kemunduran. Setelah dikuasai oleh pembesar Islam, para pedagang dari Tuban, Palembang, malaka, India, Cina dan lain-lain datang berdagang di Samudra Pasai. Menurut Ibnu Batutah: Samudera Pasai merupakan pelabuhan terpenting dan Istana Raja telah disusun dan diatur secara indah berdasarkan pola budaya Indonesia dan Islam. <ref>{{Cite web|url=https://www.acehprov.go.id/jelajah/read/2018/01/22/64/kerajaan-samudera-pasai.html|title=Pemerintah Aceh {{!}} Kerajaan Samudera Pasai|website=www.acehprov.go.id|access-date=2019-11-02|archive-date=2019-11-02|archive-url=https://web.archive.org/web/20191102075417/https://www.acehprov.go.id/jelajah/read/2018/01/22/64/kerajaan-samudera-pasai.html|dead-url=yes}}</ref>
<br />
 
== Silsilah ==
Samudera Pasai memiliki beberapa Sultan diantaranya adalah :
1.# Sultan Malikul Saleh (1267-1297 M)
2.# Sultan Muhammad Malikul Zahir (1297-1326 M)
3.# Sultan Mahmud Malik Az-Zahir (1326 ± 1345)
4.# Sultan Malik Az-Zahir (?- 1346)
5.# Sultan Ahmad Malik Az-Zahir yang memerintah (ca. 1346-1383)
6.# Sultan Zain Al-Abidin Malik Az-Zahir yang memerintah (1383-1405)
7.# Sultanah Nahrasiyah, yang memerintah (1405-1412)
8.# Sultan Sallah Ad-Din yang memerintah (ca.1402-?)
# Sultan yang kesembilan yaitu Abu Zaid Malik Az-Zahir (?-1455)
10.# Sultan Mahmud Malik Az-Zahir, memerintah (ca.1455-ca. 1477)
11.# Sultan Zain Al-‘Abidin, memerintah (ca.1477-ca.1500)
12.# Sultan Abdullah Malik Az-Zahir, yang memerintah (ca.1501-1513)
13.# Sultan Zain Al’Abidin, yang memerintah tahun 1513-1524<ref>{{Cite web|url=http://acehdalamsejarah.blogspot.com/|title=ACEH|last=Aceh|first=Asmawy|access-date=2019-11-02}}</ref>
 
Adapun jalur silsilahnya hingga Nabi Muhammad antara lain :<ref>{{Cite book|last=Haslinda Muda|first=Pocut|date=2008|url=https://pustaka.kebudayaan.kemdikbud.go.id/index.php?p=show_detail&id=2461|title=Silsilah Raja - Raja Islam di Aceh: Hubungannya dengan Raja - Raja Islam di Nusantara|location=Jakarta|isbn=9789791600033|url-status=live}}</ref>
2. Sultan Muhammad Malikul Zahir (1297-1326 M)
 
''Jalur Sultan Alaiddin Maulana Sayyid Abdul Aziz Syah (Sultan Perlak 1)''
3. Sultan Mahmud Malik Az-Zahir (1326 ± 1345)
# [[Muhammad|Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam]].
 
# [[Fatimah az-Zahra|Fatimah Az-Zahra]]
4. Sultan Malik Az-Zahir (?- 1346)
# [[Husain bin Ali|Husein Asy-Syahid]]
 
# [[Ali bin Husain|Ali Zainal Abidin]]
5. Sultan Ahmad Malik Az-Zahir yang memerintah (ca. 1346-1383)
# [[Muhammad al-Baqir|Muhammad Al-Baqir]]
 
# [[Ja'far ash-Shadiq]]
6. Sultan Zain Al-Abidin Malik Az-Zahir yang memerintah (1383-1405)
# Muhammad Ad Dibaj
 
# Ali Al Muktabar Al Harisi (Shiraz, Persia)
7. Sultanah Nahrasiyah, yang memerintah (1405-1412)
# Sultan Alaiddin Maulana Sayyid Abdul Aziz Syah (Sultan Perlak 1, 847-871 M)
 
# Meurah Makhdum Bahrum (Perdana Menteri Perlak, ±900 M)
8. Sultan Sallah Ad-Din yang memerintah (ca.1402-?)
# Meurah Makhdum Ahmad (Perdana Menteri Perlak pada masa Sultan Perlak 2, Alaiddin Abdurrahim Syah 871-896 M)
 
9.# Sultan yangMakhdum kesembilanAlaiddin yaituAbdulkadir AbuSyah Zaid(Sultan MalikPerlak Az-ZahirV, (?927-1455931 M)
# Sultan Makhdum Alaiddin Muhammad Amin Syah (Sultan Perlak VI, 931-947 M)
 
# Sultan Makhdum Alaiddin Abdul Malik Syah (Sultan Perlak VII, 947-971 M)
10.Sultan Mahmud Malik Az-Zahir, memerintah (ca.1455-ca. 1477)
# Meurah Makhdum Malik Isak (Raja Linge, 976-1012 M)
 
# Meurah Makhdum Malik Masir (Raja Linge)
11.Sultan Zain Al-‘Abidin, memerintah (ca.1477-ca.1500)
# Meurah Makhdum Malik Ibrahim (Raja Jeumpa)
 
# Meurah Makhdum Ahmad (Perdana Menteri Jeumpa, di Samarlanga)
12.Sultan Abdullah Malik Az-Zahir, yang memerintah (ca.1501-1513)
# Meurah Makhdum Malik Ahmad (Raja Jeumpa)
 
# Sultan Malik Al-Saleh (1267-1297 M)
13.Sultan Zain Al’Abidin, yang memerintah tahun 1513-1524<ref>{{Cite web|url=http://acehdalamsejarah.blogspot.com/|title=ACEH|last=Aceh|first=Asmawy|access-date=2019-11-02}}</ref>
 
== Penghargaan ==