Teko teh Russell: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Fitur saranan suntingan: 3 pranala ditambahkan. Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Tugas pengguna baru Disarankan: tambahkan pranala |
||
(2 revisi perantara oleh 2 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
[[Berkas:Honourable_Bertrand_Russell.jpg|jmpl|200px|Bertrand Russell]]
'''[[Poci]] Russell''', kadang-kadang dijuluki '''poci selestial''', atau '''poci kosmik''' adalah [[analogi]] yang dicetuskan oleh filsuf [[Bertrand Russell]] (1872–1970). Russell menulis:
{{quote|Apabila aku mengusulkan bahwa antara Bumi dan Mars ada [[poci]] [[keramik Tiongkok|keramik]] yang mengitari matahari dalam orbit elips, tidak akan ada yang mampu menyangkal pernyataanku karena aku telah menambahkan bahwa poci itu terlalu kecil untuk dilihat oleh teleskop tercanggih kita. Namun bila aku tetap berkata begitu, karena pernyataanku tak bisa dibantah, adalah sifat akal manusia untuk meragukannya, sehingga pernyataanku akan dianggap omong kosong. Tetapi jika keberadaan poci semacam itu ditegaskan dalam buku-buku kuno, diajarkan sebagai kebenaran suci setiap Minggu, dan ditanamkan dalam pikiran anak-anak di sekolah, keengganan untuk memercayai keberadaannya akan menjadi tanda sebuah keanehan dan menggiring orang yang meragukannya ke psikiater pada abad pencerahan atau kepada anggota Inkuisisi pada masa lebih awal.<ref>[http://mimihideung.tumblr.com/post/3869179596/apakah-tuhan-itu-ada Bertrand Russell: Apakah Tuhan Itu Ada?]</ref>
Baris 6:
== Analisa ==
Filsuf [[Paul Chamberlain]] berkata bahwa analogi tersebut memiliki kesalahan logika dengan beranggapan bahwa klaim kebenaran positif harus dibuktikan, sementara klaim kebenaran negatif tidak perlu.<ref name="chamberlain">{{cite book |first=Paul |last=Chamberlain|title=Why People Don't Believe: Confronting Six Challenges to Christian Faith|url=https://books.google.com/books?id=2AdNgqzawLAC&pg=PA82 |year=2011|publisher=Baker Books|isbn=978-1-4412-3209-0|page=82}}</ref> Menurutnya, semua klaim kebenaran harus dibuktikan, dan poci dalam analogi tersebut memiliki beban lebih besar untuk dibuktikan, bukan karena negativitasnya, tetapi karena trivialitasnya, dengan [[argumentasi]] "Ketika kita menggantikan karakter normal dan serius seperti [[Plato]], [[Nero]], [[Churchill]], atau [[George Washington]] dan digantikan dengan karakter fiksional, maka adalah jelas bahwa siapa pun yang menyangkal keberadaan figur-figur ini memiliki beban pembuktian yang sama, atau bahkan lebih besar, daripada orang-orang yang menyatakan bahwa mereka ada."<ref name="chamberlain"/>
Filsuf [[Peter van Inwagen]] berargumen bahwa meskipun analogi poci Russel merupakan karya retoris yang baik, namun argumen logikanya tidak jelas, dan usaha untuk menjelaskannya akan menunjukkan bahwa argumen poci Rusel sangat tidak kuat atau tidak meyakinkan.<ref name = "Epistemology">{{cite book | title = The Right to Believe: Perspectives in Religious Epistemology | editor1-first = Dariusz | editor1-last = Łukasiewicz | editor2-first = Roger | editor2-last = Pouivet | first = Peter | last = van Inwagen | authorlink = Peter van Inwagen | chapter = Russell's China Teapot | pages = 11–26 | publisher = [[Ontos Verlag]] | location = Frankfurt | year = 2012 | isbn = 9783110320169 | url = https://books.google.com.au/books?id=bmyK32rqKf0C&pg=PA11}}</ref> Filsuf lain, [[Alvin Plantinga]] menyatakan bahwa ada kesalahan yang terletak di pusat argumen Russell. Argumen Russel berasumsi bahwa tidak ada bukti keberadaan poci teh tersebut, tetapi Platinga tidak setuju:
Baris 16:
Kritikus literatur [[James Wood (kritikus)|James Wood]] mengatakan bahwa kepercayaan kepada Tuhan jauh lebih masuk akal daripada kepercayaan kepada poci keramik, karena Tuhan adalah suatu konsep yang besar dan agung, yang tidak dapat disangkal keberadaannya dengan referensi kepada poci selestial atau penyedot debu, yang tidak memiliki konsep keagungan dan kebesaran yang sama, dan karena Tuhan tidak bisa di[[reifikasi (kesesatan)|reifikasi]], tidak dapat dibendakan.<ref>{{Cite journal|first=James|last=Wood|authorlink=James Wood (critic)|title=The Celestial Teapot|journal=[[The New Republic]]|date=18 December 2006|issue=27|url=http://www.tnr.com/article/the-celestial-teapot|postscript=<!--None-->}}</ref>
Filsuf lain, Brian Garvey, berargumen bahwa analogi poci ini gagal digunakan terhadap agama, karena dengan poci ini, orang yang percaya maupun tidak percaya hanya tidak setuju terhadap keberadaan satu benda di [[alam semesta]], dan mungkin memiliki persamaan kepercayaan lain terhadap alam semesta, yang tidak sama halnya dengan perbedaan antara seorang [[theis]] dan [[atheis]].<ref name="garvey"/> Garvey berpendapat bahwa hal ini bukan semata-mata masalah kaum theis mengajukan teori keberadaan sesuatu dan kaum atheis menyangkalnya, namun masing-masing pihak memberikan penjelasan alternatif mengapa seluruh alam semesta ada dan seperti apa adanya:
{{quote|Kaum atheis tidak hanya menyangkal keberadaan sesuatu yang diyakini kaum theis, namun kaum atheis juga berpandangan bahwa alam semesta bukan seperti apa adanya karena Tuhan. Alam semesta adalah seperti apa adanya karena sesuatu yang bukan Tuhan, atau tidak ada alasan sama sekali alam semesta tersebut seperti apa adanya.<ref name="garvey"/>}}
Filsuf Eric Reitan memberikan kontra-argumentasi bahwa kepercayaan kepada Tuhan berbeda dari kepercayaan kepada poci, karena poci adalah benda fisik, sehingga pada prinsipnya dapat dibuktikan, dan memandang bahwa dari apa yang kita ketahui tentang dunia fisik, maka tidak ada alasan yang bagus untuk berpikir bahwa kepercayaan kepada poci Russell dapat dibenarkan.<ref name=Reitan>{{cite book | title = Is God a Delusion? |first = Eric |last=Reitan|publisher = Wiley-Blackwell | date = 2008 | media_type = | pages = 78–80 | isbn = 978-1-4051-8361-1}}</ref><ref>{{cite web |first
== Referensi ==
|